PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesehatan adalah tonggak kemajuan suatu bangsa. Kesehatan bukan merupakan
segalanya namun kesehatan adalah salah satu faktor penentu kualitas bangsa. Terjaga dan
terpeliharanya taraf kesehatan masyarakat, menjadi modal penting dalam upaya membentuk
sebuah bangsa yang sehat dan sejahtera. Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Sehingga dalam realisasinya jaminan
kesehatan mutlak sebagai hak seluruh warga negara yang dijamin secara penuh oleh negara.
Pada tahun 2000 pemerintah telah mengamandemen UUD 1945 pasal 28 yang
menyatakan bahwa setiap penduduk berhak atas pelayanan kesehatan. Secara lebih khusus
jaminan kesehatan diatur dalam UU No. 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial
nasional dan UUD 1945 pasal 34 ayat 2 dan 3 yang diamademen pada tahun 2002 yang
berbunyi, (2) Negara mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat, (3) Negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan. Dari pernyataan tersebut
jelas bahwa negara secara yuridis memiliki tanggung jawab dalam menjamin dan
memfasilitasi ketersediaan pelayanan kesehatan bagi seluruh warga negara.
Fakta lapangan yang terjadi masih jauh dari harapan dan tujuan yang ingin dicapai.
Banyak masyarakat yang belum bisa menikmati pelayanan kesehatan karena alasan
keterbatasan dana atas pelayanan kesehatan yang diberikan. Masyarakat lebih memilih tidak
berobat karena pada kenyataannya pelayanan kesehatan adalah sesuatu yang mahal bagi
mereka.
Asuransi atau jaminan kesehatan nasional adalah salah satu solusi problematika
peningkatan taraf kesehatan masyarakat di Indonesia. Dalam kenyataanya, asuransi sebagai
jaminan kesehatan nasional di Indonesia belum dapat sepenuhnya dinikmati oleh seluruh
golongan masyarakat. Asuransi hanya baru bisa dinikmati oleh golongan-golongan tertentu
dengan klasifikasi penghasilan tertentu pula. Menurut Ghufron (2011) hanya sekitar 53,02%
penduduk Indonesia yang telah memiliki asuransi kesehatan, sedangkan sisanya yaitu
43,98% belum memiliki asuransi kesehatan. Berdasarkan fakta tersebut berarti Indonesia
masih membutuhkan sistem asuransi kesehatan nasional dengan pelayanan prima yang dapat
dinikmati oleh oleh seluruh masyarakat tanpa memandang jabatan, kedudukan atau tingkat
social untuk mencapai universal coverage. Mengenai sistem jaminan kesehatan nasional
Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara tetangga lainnya. Di negara tetangga seperti
Malaysia dan Singapura masyarakat tidak perlu bingung memikirkan biaya kesehatan karena
jika sakit sudah mendapat jaminan dari asuransi kesehatan.
Sistem asuransi yang sudah ada di Indonesia antara lain Askes bagi PNS dan POLRI,
Asuransi Swasta, Jamkessos, Jamkesmas dan Jamkesda. Berbagai macam asuransi tersebut
tetap belum dapat mencapai universal coverage di Indonesia terlebih lagi bagi masyarakat
golongan bawah.
Sistem asuransi kesehatan nasional berbasis earmarking tax yaitu sistem asuransi
kesehatan yang sumber pendanaannya didapat dari penarikan pajak secara rutin.
Sistem asuransi kesehatan nasional berbasis earmarking tax khususnya di daerah
pedesaan akan lebih efektif jika dilakukan dengan pendekatan komunitas dokter keluarga.
Keterbatasan rumah sakit dan pelayanan kesehatan membuat keberadaan dokter keluarga
sebagai penyedia jasa kesehatan primer lebih berperan dalam kondisi ini.
Sistem jaminan kesehatan nasional semestinya mampu mencapai target universal
coverage sehingga sekitar 100 juta penduduk Indonesia yang tidak memiliki asuransi
diharapkan mampu memperoleh pelayanan kesehatan selayaknya penduduk Indonesia
lainnya. Penggunaan system asuransi kesehatan nasional berbasis earmarking tax dengan
pendekatan pelayanan dokter keluarga meruapakan salah satu cara efektif dalam
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia dengan menekankan pada asas universal
coverage tersebut.
Dengan sistem asuransi ini masyarakat secara sadar membayar pajak untuk kesehatan
mereka sendiri dan tenaga kesehatan yaitu dokter akan lebih konsen untuk memberikan
pelayanan terbaiknya karena biaya pengobatan akan ditanggung oleh asuransi. Dengan
B. GAGASAN
1. Kondisi Kekinian dan Solusi yang pernah ditawarkan
Perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia berjalan lambat dibandingkan dengan
beberapa negara di ASEAN. Beberapa faktor yang secara teoritis dikemukakan sebagai
penyebab lambatnya perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia antara lain deman
(demand) dan pendapatan penduduk yang rendah, terbatasnya jumlah perusahaan asuransi,
buruknya kualitas pelayanan kesehatan serta tidak adanya kepastian hukum di Indonesia.
Pada tahun 1947, 2 tahun setelah kemerdekaan, Indonesia telah mengenal sistem asuransi
kesehatan. Namun, sampai tahun 1968 tidak ada perkembangan yang berarti pada sistem
asuransi kesehatan Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya ketidakstabilan politik pasca
kemerdekaan , perekonomia serta ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola dan
mengembangkan asuransi kesehatan di Indonesia. Pada awal tahun 1970, pemerintah
berinisiatif mengembangkan dana sehat yang berupa Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM). JPKM merupakan konsep asuransi komersial yang dilandasi oleh
kepesertaan sukarela yang mencakup keluarga miskin maupun non-miskin.
Pada aspek pendanaan, Kementerian Kesehatan melalui Tim Pengelola Jamkesmas terus
melakukan upaya perbaikan mekanisme pertanggungjawaban dana Jamkesmas, agar dana
yang
dikirimkan
sebagai
uang
muka
kepada
fasilitas
kesehatan
dapat
segera
dipertanggungjawabkan secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat sasaran, akuntabel, efisien
dan efektif.
Pada aspek pengorganisasian dan manajemen, dilakukan penguatan peran Tim Pengelola
dan Tim Koordinasi Jamkesmas di Pusat, provinsi dan Kabupaten/Kota , terutama
peningkatan kontribusi pemerintah Daerah di dalam pembinaan dan pengawasan serta
peningkatan sumber daya yang ada untuk memperluas cakupan kepesertaan melalui Jaminan
Kesehatan Daerah (Jamkesda) dan memberikan bantuan tambahan pada hal-hal yang tidak
dijamin oleh program Jamkesmas.
dapat menghapus stigma buruk masyarakat yang selama ini berpendapat bahwa asursnsi
kesehatan hanya ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan tetap saja, atau masyarakat
selalu menganggap bahwa pelayanan asuransi kesehatan menyesuaikan dengan golongan
kemampuan masyarakat membayar peremi asuransi, asuransi jamkeskin akan berbeda
pelayanannya dengan asuransi askes untuk pegawai negeri. Sistem ini mewarkan pelayan
kualitas prima untuk seluruh masyarakat. Alur dan system asuransi kesehatan berbasis
earmarking tax dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.
Pajak
Pajak Restoran
Restoran
Pajak
Pajak Perhotelan
Perhotelan
Pajak
Pajak Industri
Industri
0.5%
0.5%
Brut
Brut
oo
Pajak
Pajak Pariwisata
Pariwisata
Pemerintah
Earmarking
Earmarking Tax
Tax
Asuransi
Kesehatan
Dokter Keluarga
Dokter KeluargaDokter KeluargaDokter KeluargaDokter Keluarga
Sistem ini diawali dengan pengalokasian beberapa persen pendapatan pajak bumi dan
bangunan, pajak perhotelan, pajak pariwisata dan pajar restoran. Pendapatan akan
dialokasikan oleh pemerintah untuk dikelola oleh dinas kesehatan. Dana asuransi kesehatan
yang telah didapat dialokasikan dengan distem kapitasi dokter keluarga. Kapitasi dokter
keluarga merupakan system pelayanan kesehatan yang menempatkan satu orang dokter
keluarga mengampu sejumlah kepala keluarga dalam suatu daerah. Dokter keluarga