Anda di halaman 1dari 4

Rekomendasi

1. Dinas kesehatan kota surabaya perlu melengkapi dan menambah sarana


yang mendukung pelaksanaan kegiatan surveylans sentinel HIV seperti
kelengkapan komputer.
2. Dinas kesehatan kota surabaya juga perlu meberikan pelatihan analisis
data kepada petugas pelaksana surveylans agar kemampuan dan
keterampilan petugas dapat ditingkatkan, sehingga informasi yang
diterima lebih jelas dan memudahkan penyebaran informasi
3. Perlunya memiliki petugas khusus surveylans agar dapat melaksanakan
surveylans dengan baik tanpa memikirkan beban kerja lain yang banyak.
4. Dinas kesehatan kota surabaya perlu melakukan koordinasi dengan pihak
BLK agar laporan hasil pemeriksaan dapat lebih cepat diterima sehingga
data dapat dipercepat untuk menghasilkan informasi epidemiologi guna
penanggulangan dan pencegahan penyakit HIV/AIDS
5. Dinas kesehatan kota surabaya jika memungkinkan hendaknya memiliki
laboratorium sendiri sehingga mudah untuk melakukan cross cek dan hasil
pemeriksaan dapat lebih cepat diterima.
6. Intensitas penyebaran informasi hendaknya lebih ditingkatkan agar
masyarakat luas memahami masalah HIV/AIDS dan meningkatkan
kewaspadaan terhadap diri dan keluarganya.

Jenis Informasi
1. Menurut orang (umur dan jenis kelamin)

Hasil dari proses pengelompokan data berdasarkan variabel orang


menurut golongan umur banyak dijumpai pada usia produktif HIV
paling banyak dijumpai pada golongan umur 20-24 tahun, sedangkan
untuk AIDS banyak dijumpai pada golongan 25-29 tahun. Hal ini
karena usia mereka yang masih muda sehingga gampang sekali
terpengaruh oleh pergaulan bebas dan narkoba serta rasa ingin tahu
yang tinggi. Mereka beranggapan bahwa tindakan yang mereka
lakukan itu untuk mendapat pengakuan dari kelompoknya dan modern
atau goal. Untuk pederita yang tidak diketahui umurnya, hal ini
disebutkan karena kebnyakan responden tidak bersedia dan malu
menyebutkan berapa umurnya.
Menurut Depkes RI (1994) pentingnya variabel umum dalam
mempelajari suatu masalah kesehatan termasuk HIV karena: 1) potensi
terpapar dengan sumber infeksi, 2) tingkat imunitas seseorang, 3)
aktifitas fisiologi.
Pengelompokan data menurut jenis kelamin pada penderita HIV
sangat penting karena akan dapat diketahui kelompok mana yang telah
memiliki tingkat imunitas yang lebih tinggi atau resiko yang tinggi
terkena suau penyakit. Dengan demikian akan memudahkan dalam hal
pemantauan, pencegahan. Pada tahun 2004 HIV banyak dijumpai pada
perempuan 32% sedangkan laki-laki 9%. Hal ini dsebabkan karena
responden yang diambil saat survey berlangsung lebih banyak
perempuan (WPS). Untuk yang tanpa identitas yaitu sebesar 59%, hal
ini terjadi kemungkinan karena memang tidak mau dicantumkan

identitas jenis kelaminyya, atau karena kelalaian petugas pengambil


spesimen.
2. Menurut tempat
Distribusi data berdasarkan tempat sangat penting karena
infeksi HIV tidak tersebar merata tetapi penularan akan terjadi
terutama pada beberapa sub populasi masyarakant tertentu pada
beberapa daerah berbeda. Walaupun terjadi variasi pada cara
transmisi yang dominan, pengelompokan masyrakat bisa dilakukan
berdasarkan perilaku risiko tingginya (Depkes RI, 2004). Dari
pengumpulan data berdasarkan variabel tempat, jumlah responden
yang paling banyak terdapat pada lokalisasi padat jaya. Hal ini
disebakan jumlah WPS padat jaya terbanyak diantara lokalisasi
lainnya. Meskipun padat jaya memiliku WPS terbanyak tapi
prevalensinya rendah yaitu 4,1%. Hal ini disebabkan karena
mereka dapat terjangkau oleh penyuluhan-penyuluhan. Sedangkan
surveylans yang dilakukan pada WPS jalanan dengan jumlah
reponden yang sedikit tetapi memiliki tingkat prevalensi yang
sangat tinggi yaitu mencapai 14,6% yang berkisar antara 3,2-4,7
saja. Hal ini terjadi karena PSK yang ada dijalanan tidak hanya
terdiri dari waria wanita (wanita-pria), dan waria inilah yang
mendongkrak tingginya angka prevalensi. Prevalensi pada waria
sendiri di surabaya berkisar antara 70-80% selain itu kelompok ini
juga rawan akan penggunaak IDU yang juga merupakan salah satu
penularan HIV.
3. Menurut waktu

Pada kasus HIV & Dinkes kota surabaya yang dilakuka dalam 5
tahun terakhir mengalami peningkatan tajam. Itu terjadi karena ratarata pertmbuhan HIV dipengaruhi besarnya populasi berisiko dan
struktur tumpang tindih karena penyebaran HIV dapat terjadi antar
populasi (Bank dunia,2003).menurut Syahrul dan Hidajah (2002)
dengan mengetahuinya distribusi penyakit HIV berdasarkan waktu
maka kita dapat meahami kecepatan perjalanan penyakit, karena pola
penyakit menurut waktu dipengaruhi oleh 1) sifat penyakit yang
ditemukan, 2) keadaan tempat terjangkitnya penyakit, 3) keadaan
penduduk seperti jumlah dan kepadatan penduduk, 4) keadaan
pelyanankesehatan yang tersedia.

Anda mungkin juga menyukai