Anda di halaman 1dari 52

REFLEKSI KASUS

TUBERKULOSIS

REZKY MAWARNI
20100310187

PEMBIMBING : dr. Dwi Ambarwati, Sp. A

IDENTITAS PASIEN

Nama
Umur

: An. A
: 3 th

Jenis Kelamin : laki laki


Alamat
: Taman Mutiara
Masuk RS
: 20 Desember 2014

ANAMNESIS

Keluhan Utama :
Panas > 2 minggu, batuk > 3 minggu

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan panas sejak >
2 minggu dan batuk > 3 minggu yang lalu.
Panas hilang timbul (+), Pusing (+), menggigil
(-), nyeri perut (-), mual (+), muntah (+) 2 x ,
nafsu makan menurun (+), BAB/BAK baik,
pilek (-), badan terasa lemas (+),asap rokok
(-),


Riwayat Penyakit Dahulu
Belum pernah mengalami hal yang serupa
Riwayat Penyakit Keluarga
Kakek batuk lama (TB +)
Riwayat Tumbuh Kembang
Tidak ada keterlambatan tumbuh
kembang
Riwayat Imunisasi
Lengkap

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum: CM, lemas


Kesadaran : CM
Berat Badan : 16 kg
Tinggi Badan : 104 cm
HR : 100x/menit
RR : 38x/menit
T : 38,8oC
Status gizi : baik

KEPALA
Bentuk
kepala:
Normochepal
Mata: Cekung (-/-), SI
(-/-), CA (-/-), sianosis
disekitar bibir (-)
Hidung: Discharge (-/-),
deformitas
(-),
epistaksis (-)
Telinga:
Otore
(-/-),
nyeri tekan (-/-)
Mulut: Lidah kotor (-),
sariawan (-)
Pharing: Hiperemis (-)
Leher:
Limfonodi
teraba,
pembesaran

THORAKS
Inspeksi
:
Bentuk
simetris, retraksi (-)
Palpasi : Nyeri tekan
(-)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : vesikuler
+/+,
ronkhi
-/-,wheezing -/-

ABDOMEN
Inspeksi : simetris
Palpasi :
Supel,
turgor baik, hepar dan
lien tidak teraba

EKSTREMITAS
akral
hangat
(+),
sianosis (-), CRT < 2
detik.

Perkusi :
Timpani,
batas hepar normal.
Auskultasi: Bising usus
(+) normal

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

pemeriksaan laboratorium

PEMERIKSAAN

HASIL

NILAI RUJUKAN

Lekosit

6,47

4,5-11

Hemoglobin

12,3

14-18

Hematokrit

34,4

32-44

Trombosit

244

150-450

HEMATOLOGI

Radiologi

Mantoux tes

Pemeriksaan fhoto thorax


RLD
Cor : CRT < 55 %
Pulmo :
Corakan bronkovaskular
kasar hylus masih agak
tebal
Tampak bercak kesuraman
halus di pulmo DX/Sn
Sinus costofrenikus Dx/Sn
lancip dan sinus
Cardiofrenikis Dx/Sn tumpul
Kesan :
COR : DBN
Pulmo : Proses spesifik

Positif ( 10 mm)

DIAGNOSIS

Diagnosis Kerja :
- PKTB

PENATALAKSANAAN

Paracetamol 3x 1 cth
Rifampisin 160 mg 1x1 hari
Isoniazid 160 mg + B6 10 mg 1x1 hari
Pirazinamid 160 mg 1x1 hari

MASALAH YANG DIKAJI

1. Bagaimana cara menegakkan diagnosis


pada tuberkulosis pada anak ?
2. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien
tuberkulosis pada anak?
3. Mengapa obat isoniazid diberikan bersama
dengan B6?

ANALISA MASALAH

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang


disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis.
Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri
berbentuk batang aerob yang tidak membentuk
spora. Pada jaringan, basil tuberkulosis adalah
bakteri batang tipis lurus berukuran sekitar 0,4x3
m. Mikobakterium tidak dapat diklasifikasikan
menjadi gram-positif atau gram-negatif. Basil
tuberkulosis ditandai dengan tahan asam.

Patogenesis

Paru merupakan port dentre lebih dari 98% kasus infeksi


TB. Karena ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam
percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai
alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh
mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus
akan menfagosit kuman TB dan biasanya sanggup
menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi,
pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu
menghancurkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi
dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus
berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di
tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di
jaringan paru disebut Fokus Primer GOHN.

Dari focus primer, kuman TB menyebar melalui


saluran limfe menuju kelenjar limfe Regional.
Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi
di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe
(limfadenitis) yang terkena. Jika focus primer
terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar
limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe
parahilus, sedangkan jika focus primer terletak di
apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar
paratrakeal. Kompleks primer merupakan
gabungan antara focus primer, kelenjar limfe
regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran
limfe yang meradang (limfangitis).


Waktu yang diperlukan sejak masuknya
kuman TB hingga terbentuknya kompleks
primer secara lengkap disebut sebagai masa
inkubasi TB. Masa inkubasi TB biasanya
berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan
rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam
masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh
hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah
yang cukup untuk merangsang respons
imunitas seluler.

Pada saat terbentuknya kompleks primer inilah,


infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal
tersebut ditandai oleh terbentuknya
hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu
timbulnya respons positif terhadap uji tuberculin.
Selama masa inkubasi, uji tuberculin masih
negatif. Setelah kompleks primer terbentuk,
imunitas seluler tubuh terhadap TB telah
terbentuk.


Setelah imunitas seluler terbentuk, focus
primer di jaringan paru biasanya mengalami
resolusi secara sempurna membentuk fibrosis
atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis
perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe
regional juga akan mengalami fibrosis dan
enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya
tidak sesempurna focus primer di jaringan paru.
Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap
selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini,
tetapi tidak menimbulkan gejala TB.

Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi.


Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh focus
paru atau di kelenjar limfe regional.
Fokus primer di paru dapat membesar dan
menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal.
Kelenjar limfe hilus atau paratrakea yang mulanya
berukuran normal saat awal infeksi, akan membesar
karena reaksi inflamasi yang berlanjut. Bronkus dapat
terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat
tekanan eksternal dapat menyebabkan ateletaksis.
Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis
perkijuan dapat merusak dan menimbulkan erosi dinding
bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial atau
membentuk fistula. Massa kiju dapat menimbulkan
obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan
gabungan pneumonitis dan ateletaksis, yang sering
disebut sebagai lesi segmental kolaps-konsolidasi.

Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya


imunitas seluler, dapat terjadi penyebaran limfogen
dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman
menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk
kompleks primer. Sedangkan pada penyebaran
hematogen, kuman TB masuk ke dalam sirkulasi
darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Adanya
penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB
disebut sebagai penyakit sistemik.

Penyebaran hamatogen yang paling sering terjadi adalah


dalam bentuk penyebaran hematogenik tersamar (occult
hamatogenic spread). Melalui cara ini, kuman TB
menyebar secara sporadic dan sedikit demi sedikit
sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB
kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh.
Organ yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai
vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru
sendiri, terutama apeks paru atau lobus atas paru. Pada
umumnya , kuman disarang tersebut tetap hidup, tetapi
tidak aktif. Sarang di apeks baru disebut dengan fokus
Simon, yang kemudian hari dapat mengalami reaktivasi
dan terjadi TB apeks paru saat dewasa.

Bentuk penyebaran hamatogen yang lain adalah


penyebaran hematogenik generalisata akut (acute
generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini,
sejumlah besar kuman TB masuk dan beredar dalam
darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB
secara akut, yang disebut TB diseminata. TB
diseminata ini timbul dalam waktu 2-6 bulan setelah
terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada
jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta
frekuensi berulangnya penyebaran. Tuberkulosis
diseminata terjadi karena tidak adekuatnya system imun
pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya
pada balita, terutama dibawah umur 2 tahun.

Tuberkulosis milier merupakan hasil dari acute


generalized hematogenic spread dengan jumlah
kuman yang besar. Kuman meneyebar ke seluruh
tubuh, dalam perjalannya didalam pembuluh darah
akan tersangkut diujung kapiler, dan akan
memebentuk tuberkel. Semua tuberkel yang
dihasilkan melalui cara ini akan mempunyai ukuran
yang lebih kurang sama. Istilah milier berasal dari
gambaran lesi diseminata yang menyerupai butir
padi-padian/jewawut (millet seed). Secara patologi
anatomik, lesi ini berupa nodul kuning berukuran 13 mm, yang secara histologi merupakan granuloma.

Bentuk penyebaran hematogen yang jarang


terjadi adalah protracted hematogenic
spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila
suatu focus perkijuan menyebar ke saluran
vascular di dekatnya, sehingga sejumlah
kuman TB akan masuk dan beredar di dalam
darah. Secara klinis, sakit TB akibat
penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan
dengan acute generalized hematogenic
spread. Hal ini dapat terjadi secara berulang.

Perjalanan alamiah
TB

Cara penularan tuberkulosis :

Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA positif, baik


dewasa maupun anak.
Anak yang terkena TB tidak selalu menularkan pada orang
di sekitarnya, kecuali anak tersebut BTA positif atau
menderita adult type TB.
Faktor risiko penularan TB pada anak tergantung dari
tingkat penularan, lama pajanan, daya tahan pada anak.
Pasien TB dengan BTA positif memberikan kemungkinan
risiko penularan lebih besar daripada pasien TB dengan
BTA negatif.
Pasien TB dengan BTA negatif masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA
positif adalah 65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil
kultur positif adalah 26% sedangkan pasien TB dengan
hasil kultur negatif dan foto Toraks positif adalah 17%.

Diagnosis Tuberkulosis pada


anak

Diagnosis pasti TB ditegakkan dengan ditemukannya


M. Tuberculosis pada pemeriksaan sputum, bilas
lambung, cairan serebrospinal (CSS), caira pleura
atau biopsi jaringan.
Pada anak, kesulitan menegakkan diagnosispasti
disebabkan karena dua hal :
1. Sedikitnya jumlah kuman (paucibacillary), karena
kerusakan jaringan TB paru primer terletak
dikelenjar lemfe hilus dan parenkim paru bagian
perifer dan kerusakan parenkim paru tidak seberat
orang dewasa. Basil tahan asam baru dapat dilihat
dengan mikroskop bila jumlahnya paling sedikit
5.000 kuman dalam 1 ml spesimen.


2. Sulitnya melakukan pengambilan spesimen,
karena lokasi kelainannya diperenkim tidak
berhubungan dengan langsung dengan bronkus,
maka produksi sputum minimal/ tidak ada. sputum
yang representatif untuk dilakukan pemeriksaan
mikroskopis adalah sputum yang kental dan purulen,
berwarna hijau kekuningan dengan volume 3-5 ml.
Walaupun batuknya berdahak , pada anak biasanya
dahak akan ditelan, sehingga diperlukan bilas
lambung yang diambil melalui nasogastrik tube
(NGT) dan cara ini membuat pasien tidak nyaman.

Beberapa alasan tersebut menyebabkan


diagnosis TB anak terutama didasarkan pada
penemuan klinis dan radiologis, yang keduanya
sering tidak spesifik.
Diagnosis TB ditentukan berdasarkan gambaran
klinis dan pemeriksaan penunjang seperti uji
tuberkulin, fhoto thorax, dan pemeriksaan
laboratorium. Adanya riwayat kontak dengan
pasien TB dewasa BTA positif, uji tuberkulin
positif, gejala dan tanda sugestif TB dan fhto
thorax mengarah pada TB (sugestif TB).

Manifestasi klinis TB

Manifestasi klinis TB terbagi dua :


1. Manifestasi sistemik
Demam , temuan demam pada TB berkisar
antara 40-80% kasus. Demam biasanya tidak
tinggi dan hilang timbul dalam jangka waktu
yang cukup lama. Manifestasi sistemik lain yang
sering dijumpai adalah anoreksia, berat badan
tidak naik (turun, tetap, naik tetapi tidak sesuai
dengan grafik tumbuh), malaise (letih, lesu,
lemah , lelah).

2. Manifestasi spesifik
Tergantung organ yang terkena, misalnya kelenjar
limfe, susunan saraf pusat (SSP), tulang, kulit.
Kelenjar limfe
Pemebesaran kelenjar limfe supefisisalis sebagai
manifestasi TB tersering dijumpai. Kelenjar yang
sering terkena adalah kelenjar limfe kolli anterior
atau posterior, tetapi juga dapat terjadi diaksila,
inguinal, submandibula,dan supraklavikula. Secara
klinis karakteristik kelenjar dapat dijumpai multipel,
unilateral, tidak nyeri tekan, tidak hangat pada
perabaan, mudah digerakkan, dan dapat saling
melekat (confluence) satu sama lain.

Susunan saraf pusat (SSP)


TB tersering pada SSP adalah meningitis. Penyakit
ini merupakan penyakit yang berat dengan
mortalitas dan kecacatan yang tinggi. Gejala klinis
berupa nyeri kepala, penurunan kesadaran, kaku
kuduk, muntah proyektil dan kejang.
Sistem skeletal
Gejala umum yang sering ditemukan adalah nyeri,
bengkak pada sendi yang terkena, dan gangguan
keterbatasan gerak. Pada bayi dan anak yang
sedang dalam masa pertumbuhan , epifisis tulang
merupakan daerah dengan vaskularisai tinggi yang
disukai oleh kuman TB. tTB sistem skeletal yang
sering terjadi adalah spondilitis TB, koksitis TB,
gonitis TB.

Kulit
Manifestasi kulit yang paling sering dijumpai yaitu dalam
bentuk skrofuloderma. Skrofuloderma sering ditemukan
dileher, diwajah, ditempat yang mempunyai kelenjar getah
bening misalnya daerah parotis, submandibula, supraclavikula
dan lateral leher.
Skrofuloderma terjadi terutama
pada anak-anakdan dewasa
muda. Perjalanan penyakit ini
kronik dan sering kambuh. Fokus
primer didapatkan pada daerah
yang aliran getah beningnya
bermuara pada kelenjar getah
bening yang meradang. Dimulai
dengan satu atau beberapa nodul
indolen, keras dan dalam, dan
melekat dengan kulit diatasnya.
Setelah beberapa minggu, lesi
menjadi kemerahan, melunak
dan mengalami supurasi dan bila
pecah, tepinya tidak teratur.

Pemeriksaan
penunjang
TB

Uji tuberkulin
Komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat antigenik
yang kuat. Jika disuntikkan secara intrakutan pada seseorang
yang terinfeksi TB maka akan terjadi reaksi berupa indurasi
dilokasi suntikan. Indurasi terjadi karena vasodilatasi lokal,
edema, endapan fibrin dan terakumulasinya sel-sel inflamasi
didaerah suntikan.
Mempunyai nilai diagnostik dengan sensitivitas dan
spesifisitas > 90%.
Uji tuberkulin cara mantoux dilakukan dengan menyuntikkan
0,1 ml PPD RT-23 2TU, intrakutan dibagian volar lengan
bawah. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan.

Klasifikasi reaksi positif uji tuberkulin


Mantoux test

Radiologi
Gambaran fhoto thorax pada TB tidak khas, kelainankelainan pada Tb dapat juga dijumpai pada penyakit
lain. Dengan demikian pemeriksaan fhto thorax saja
tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis TB.
Secara umum, gambaran radiologis yang sugestif TB
adalah sebagai berikut :
pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan
atau tanpa infiltrat
Konsolidasi segmental/lobular
Kalsifikasi infiltrat
Atelektasis
Kavitas
Efusi pleura
tuberkuloma

Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologis terdiri dari dua
macam, yaitu pemeriksaan mikroskopis apusan
langsung untuk menemukan BTA dan
pemeriksaan biakan kuman M. Tuberkulosis.
Hasil pemeriksaan mikroskopik langsung pada
anak sebagian besar negatif, sedangkan biakan
M. Tuberkulosis memerlikan waktu yang lama
yaitu sekitar 6-8 minggu.

Sistem skoring diagnosis TB


anak

Parameter Sistem Skoring:


Diagnosis sistem skoring Tb diteggakkan oleh dokter.
Bila dijumpai gambaran milier atau skrofuloderma ,
langsung diagnosis TB.
Fhoto thorax buka merupakan alat diagnosis utama
pada TB anak.
Kontak dengan pasien pasien TB BTA positif diberi skor
3 bila ada bukti tertulis hasil laboratorium BTA dari
sumber penularan yang bisa diperoleh dari TB 01 atau
dari hasil laboratorium.
Penentuan status gizi: Berat badan dan panjang/
tinggi badan dinilai saat pasien datang (moment
opname).

Demam (2 minggu) dan batuk (3 minggu)


yang tidak membaik setelah diberikan
pengobatan

Gambaran foto toraks menunjukkan gambaran


mendukung TB berupa: pembesaran kelenjar hilus atau
paratrakeal dengan/tanpa infiltrat, atelektasis,
konsolidasi segmental/lobar, milier, kalsifikasi dengan
infiltrat, tuberkuloma. Gambaran milier tidak dihitung
dalam skor karena diperlakukan secara khusus.
Diagnosis kerja TB ditegakkan bila jumlah skor TB 6
(maksimal 13)

Tatalaksana TB
Rifampisin (R), Isoniazid
Obat TB yang digunakan
(H), Pirazinamid(Z), Etambutol (E), Streptomisin (S).
Isoniazid
Diberikan secara oral, dosis harian 5-15
mg/kgBB/hari maksimal 300 mg/hari diberikan
dalam satu kali pemberian.
Konsentrasi puncak didalam darah, sputum, dan
CSS dapat dicapai dalam 1-2 jam, dan menetap
selam 6-8 jam. Isoniazid dimetabolisme melalui
asetilasi dihati.
Mempunyai efek toksik yaitu hepatotoksik dan
neuritis perifer.

Neuritis perifer timbul akibat inhibisi kompetitif


karena metabolisme piridoksin. Manifestasi klinis
neuritis perifer yang paling sering adalah
kesemutan, mati rasa pada tangan dan kaki. Kadar
piridoksin berkurang pada anak yang mengunakan
isoniazid.
Remaja dengan diet yang tidak adekuat, anak-anak
dengan asupan susu dan daging yang kurang,
malnutrisi serta bayi yang hanya minum ASI ,
memerlukan piridoksin tambahan. Piridoksin
diberikan 25-50 mg satu kali sehari, atau 10 mg
piridoksin setiap 100 mg isoniazid

Pyridoxine (vitamin B6) mencegah timbulnya


neuritis perifer yang sering timbul pada
pengobatan dengan Isoniazid.

Pyridoxine penting dalam metabolisme protein dan


perlu sekali untuk memelihara fungsi normal
jaringan saraf. Pyridoxin di dalam tubuh diubah
menjadi pyridoxin fosfat, yang merupakan koenzim
reaksi karboksilasi dan transaminasi, berfungsi
terutama dalam metabolisme protein dan asam
amino. Vitamin B6 ini diperlukan dalam sintesis
asam nukleat dan mielin, dengan demikian
mempengaruhi pematangan sel, memelihara fungsi
sel-sel saraf dan memelihara keutuhan jaringan
syaraf. Defisiensi vitamin ini menyebabkan
terjadinya gangguan saraf dan kejang-kejang.

Rifampisin
Bersifat bakterid pada intrasel dan ekstrasel, dapat
memasuki semua jaringan,dan dapat membunuh
kuman semidorman yang tidak dapat dibunuh oleh
isoniazid.
Diabsorpsi dengan baik melalui sistem gastrointestinal
pada perut kosong ( 1 jam sebelum makan), dan kadar
serum puncak tercapai dalam 2 jam.
Diberikan secara oral, dosis 10-20 mg/kgBB/hari dosis
,maksimal 600 mg/hari dengan dosis satu klai
pemberian perhari.
Ekskresi terjadi melalui traktus bilier.
Efek samping : perubahan warna urin, ludah, keringat,
sputum dan air mata menjadi warna orange
kemerahan. Gangguan gastrointestinal dan
hepatotoksisitas.

pirazinamid
Derivat dari nikotinamid, berpenetrasi baik pada
jaringan adan cairan termasuk CSS, bakterisid
hanya pada intrasel dan suasana asam, dan
direabsorbsi baik pada saluran cerna.
Diberikan secara oral dengan dosis 15-30
mg/kgBB/hari , dengan dosis maksimal 2 gr/hari.
Kadar serum puncak 45 g/ml dalam waktu 2
jam.
Efek samping : hepatotoksisitas, anoreksia, dan
iritasi saluran cerna.

Etambutol
Memiliki aktivitas bakteriostatik, tetapi dapat
bersifat bakteriosid jika diberikan dengan dosis
yang tinggi dengan terapi intermiten.
Dosis 15-20 mg/kgBB/hari, maksimal 1,25
gr/hari, dengan dosis tunggal.
Kadar serum puncak 5g dalam waktu 24 jam.
Ekskresi melalui ginjal dan saluran cerna.

Streptomisin
Bersifat bakterisid dan bakteristatik terhadap
kuman ekstraseluler pada keadaan basal atau
netral, sehingga tidak efektif untuk membunuh
kuman intraseluler.
Diberikan secara IM 15-40 mg/kgBB/hari,
maksimal 1 gram/hari dan kadar puncak 40-50
g/ml dalam waktu 1-2 jam.
Toksisitas utama terjadi pada nervus kranial VIII
yang menggangu keseimbangan dan
pendengaran denga gejala berupa telinga
mendengung (tinismus) dan pusing.

Panduan obat TB
Pengobatan Tb dibagi menjadi dua fase , yaitu
fase intensif (2 bulan) rifampisin, isoniazid,
pirazinamid, dan fase lanjutan (4 bulan)
rifampisin , isoniazid.

OAT (obat antituberkulosis ) pada anak diberikan


satu kali sehari dengan tujuan mengurangi
ketidakteraturan dalam minum obat.

PERTANYAAN

1. Pada pengobatan didapatkan efek samping hepatotoksik,


apa kah pengobatan diteruskan atau dihentikan?
Efek hepatotoksik terjadi jika dosis isoniazid >
10mg/kgBB/hari dan Rifampisin > 15 mg/kgBB/hari. Efek
hepatotoksik ditandai dengan SGOT ( Serum Glutamic
Oxaloacetic Transminase) dan SGPT (Serum Glutamic
Oxaloacetic Piruvat) 5 kali tanpa gejala atau 3 kali
diatas batas normal (40 u/l) disertai dengan gejala,
peningkatan bilirubin total > 1,5 mg/dl, serta peningkatan
SGOT/SGPT dengan nilai berapapun disertai ikterus,
anoreksia, nausea, dan muntah.
Apabila enzin transminase 5x tanpa gejala atau 3x
dengan gejala maka OAT dihentikan , kemudian kadar enzim
transminase diperiksa setelah 1 minggu penghentian
kemudian beri kembali OAT setelah hasil lab normal dan
naikkan bertahap.

2. Kapan mengunakan Streptomisin dan Etambutol ?


Pada keadaan tipe berat baik pulmonal maupun
ekstrapulmonal seperti TB milier, meningitis, TB sendi dan
tulang. Streptomisin jarang digunakan untuk pengobatan
TB, tetapi pengunaannya penting pada pengobatan fase
intensif meningitis TB dan MDR TB. Etambutol mencegah
timbulnya resistensi terhadap obat-obat lain, tidak
berpenetrasi baik pada SSP dan meningitis.

3. Kapan dikatakan putus obat ? Dan bagaimana


pengobatan TB apabila putus obat ?
Dikatakan putus obat bila berhenti menjalani pengobatan
selama 2 minggu . Pada pasien akan mengalami
resisten dan semakin sulit untuk disembuhkan, akibatanya
pasien harus menulang dosis dari awal dengan tambahan
obat streptomicin yang harus disuntikkan setiap hari pada
2 bulan pertama.

4. Pengobatan Tb dibagi 2 fase yaitu fase intensif selama 2


bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan, kenapa pada
fase intesif 3 obat dan fase lanjutan 2 obat ?
Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam
obat pada fase intensif 2 bulan pertama dan fase lanjutan
dalam 4 bula atau lebih . Pemberian panduan obat ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan
untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler .
Pada fase intensif terjadi pengurangan jumlah kuman
disertai perbaikan klinis. Dan selama fase lanjutan
diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang
panjang, efek sterilisasi obat untuk membersihkan sisasisa kuman dan mencegah kekambuhan.
Pirazinamid diberikan pada fase intensif karena
pirazinamid sangat baik pada saat suasana asam, yang
timbul akibat jumlah kuman yang sangat banyak.

Anda mungkin juga menyukai