Abstrak
Secara administratif daerah pemetaan merupakan wilayah dari dearah Cikutamahi dan
sekitarnya, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, dengan luas 66 km2.
Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 4 (empat) satuan geomorfologi, yaitu : Satuan
Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan, Satuan Geomorfologi Perbukitan Intrusi, Satuan Perbukitan
Lereng Gunungapi, dan Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial. Pola aliran sungai yang berkembang
adalah pola aliran sungai rektangular dan radial, dengan jentera geomorfik secara umum adalah
dewasa.
Tatanan batuan di daerah penelitian dari yang tua ke muda, adalah : Satuan Batugamping
Pasiran Selang-seling Batulempung (Formasi Parigi) yang berumur Miosen Tengah (N13 N14)
diendapkan pada lingkungan laut dangkal yaitu pada neritik tepi (5-20 m) hingga neritik tengah (20100 m). Selaras di atasnya diendapkan satuan batulempung (Formasi Subang) yang berumur Miosen
Akhir (N15 N18) pada lingkungan laut dangkal yaitu pada neritik tengah (20-100 m). Pada Kala
Pliosen yang menerus hingga Pleistosen (Plio-Plistosen) terbentuk Satuan Intrusi Andesit serta satuan
batuan produk gunungapi tak terurai yang diendapkan pada lingkungan pengendapan darat dengan
mekanisme pengendapan pyroklastik (proximal volcaniclastic facies, Visser,1972). Pada kala holosen,
satuan aluvial sungai menutupi satuan-satuan yang lebih tua yang tersingkap di daerah penelitian.
Strukturstruktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa struktur lipatan dan
patahan yang terjadi dalam satu fase tektonik, yaitu pada Kala Miosen Akhir menerus hingga Kala
Plistosen dengan gaya utama berarah barat utara selatan yaitu, N 5 E. Struktur lipatan berupa
Sinklin Sukajadi, Antiklin Medalsari, Sinklin Kutamekar, Antiklin Cikutamahi, Sinklin Cibatutiga,
Antiklin. Struktur patahan yang berkembang berupa Sesar Naik Cibeet, Sesar Mendatar Cibatutiga,
Sesar Mendatar Kutamekar, Sesar Mendatar Medalsari, Sesar Mendatar Bantarkuning, Sesar
Mendatar Cikutamahi.
Potensi bahan galian yang berada di daerah penelitian berupa breksi andesit yang meliputi
perhitungan dan penyebaran sumber daya breksi pada satuan breksi gunungapi untuk untuk diolah dan
dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk keperluan industri.
Potensi sumberdayayang terdapat di daerah penelitian berupa andesit dengan jumlah sumber
daya 21.036.574 m3. Kajian yang dilakukan berupa perhitungan jumlah cadangan andesit yang
terdapat di Gunung Rungking.
1.
Umum
1.1 Pendahuluan
Secara regional, geologi daerah
Cikutamahi, Kecamatan Cariu, Kabupaten
Bogor berada pada cekungan Jawa Barat
bagian utara yang masuk dalam mandala
sedimentasi paparan kontinen dengan sejarah
perkembangan cekungannya yang relatif stabil
(Soejono, 1984).
Mandala Kontinen Jawa Barat bagian
utara dibatasi oleh suatu sistem antiklin dan
sinklin yang umumnya berarah barattimur
yang di pengaruhi oleh sesar naik Baribis dan
di selatan di batasi oleh struktur Rajamandala
yang mempunyai pola struktur barat dayatimur laut mengikuti pola sesar Cimandiri, di
bagian timur di pengaruhi oleh sesar Baribis
yang umumnya berarah barat laut-tenggara,
dapat di simpulkan bahwa daerah Bogor
merupakan daerah sedimentasi laut dangkal
dengan arah sedimentasi dari utara karena di
bagian selatannya merupakan daerah cekungan
laut dalam.
Daerah ini dipilih sebagai daerah
penelitian disamping untuk mengetahui
persebaran batuannya, stratigrafi, struktur
geologi, sejarah geologi dan potensi Andesit,
juga untuk mengetahui sejarah sedimentasi
perkembangan cekungan Jawa Barat bagian
uttara.
1.2. Tujuan Penelitian.
analisis
mikropaleontologi,
analisis
sedimentologi. Pekerjaan studio berupa
pembuatan peta-peta dan analisa struktur
geologi, pembuatan laporan sebagai bagian
akhir dari proses penelitian.
1.4. Letak, luas, kesampaian dan waktu
pelaksanaan
Secara administratif, daerah penelitian
termasuk ke dalamwilayah Kecamatan Cariu,
Kabupaten Bogor,Kabupaten Bogor Propinsi
Jawa Barat. Secara geografis batas-batas
daerah penelitian adalah 063001 LS 063408 LS, dan 1070737 BT1071226 BT.
dengan luas wilayah kurang lebih 66 km2.
Daerah penelitian dapat dicapai
dengan menggunakan kendaraan roda empat
atau roda dua, sedangkan untuk mencapai
lapangan kerja daerah penelitian dilakukan
dengan menggunakan kendaraan bermotor dan
berjalan kaki.
Waktu pelaksanaan penelitian kurang
lebih 6 (enam) bulan di mulai sejak awal bulan
Januari 2013 hingga Julii 2013, dimulai dari
kajian literatur, pemetaan geologi lapangan,
pekerjaan laboratorium dan studio, serta
penyusunan laporan.
2.
Geologi Umum
G. Rungking
Cuesta
Lembah
memperlihatkan
bentuk perbukitan
4. Satuan
Geomorfologi
Dataran
Aluvial dengan puncak-puncaknya
Satuan ini terbentuk
sebagai akibat
yang runcing
dari
aktivitas
sungai
berupa
proses
pengendapan disepanjang saluran sungai,
menempati
8,5% luas daerah penelitian,
berada pada ketinggian 50 hingga 100 meter
di atas permukaan laut, dengan kemiringan
dari 3o-7o. Stadia geomorfik pada satuan ini
dapat dimasukkan dalam stadia muda.
Dataran BanAjir
Tanggul Alam
Gosong Pasir
Untuk
Batulempung
menentukan
ini,
umur
Satuan
penulis
5
Menurut
Van
Bemmelen(1949),
selama zaman Tersier Jawa Barat telah
mengalami tiga kali periode tektonik
(orogenesa), yaitu :
1. Orogenesa Oligo-Miosen
Pada orogenesa ini terjadinya
pembentukan cekungan Bogor, di
mana sebelumnya terletak pada
cekungan depan busur menjadi
cekungan belakang busur.
2. Orogenesa Intra Miosen
Orogenesa periode ini di cirikan
oleh perlipatan dan pensesaran
yang kuat, terjadi pembentukan
geantiklin yang terletak di sebelah
selatan
Pulau
Jawa
yang
melahirkan gaya ke arah utara.
Gaya gaya ini membentuk
lipatan lipatan yang berarah
barat timur dan sesar sesar
mendatar dengan arah barat daya
timur laut. Periode tektonik ini di
perkirakan berlangsung dari kala
Miosen hingga Pliosen.
3. Orogenesa Plio-Plistosen
Orogenesa pada periode ini di
cirikan oleh adanya aktifitas
gunung
api,
gaya-gayanya
mengarah
ke
Utara
dan
menyebabkan terjadinya amblesan
pada Zona Bandung bagian Utara.
Proses amblesan Bandung ini
mengakibatkan tekanan-tekanan
kuat terhadap Zona Bogor
sehingga terbentuk lipatan dan
sesar naik yang berkembang di
bagian Utara Zona Bogor dan
memanjang dari Subang hingga
Gunung Ceremai.
Menurut Sukendar (1986) pola umum
struktur Jawa Barat berdasarkan data gaya
berat dan data seismik di bagi menjadi tiga
pola arah umum, yaitu :
1. Pola struktur Barat LautTenggara
Secara umum sesar ini membatasi
daerah
Bogor,
Purwakarta,
Bandung,
Sumedang,
Tasikmalaya, Banjar dan menerus
ke sebagian Jawa Tengah.
Sebagian besar daerah ini
termasuk
ke
dalam
Zona
Fisiografi Bogor.
2.
3.
Sinklin Sukajadi
Penamaan sinklin ini didasarkan pada
sumbu sinklin yang melewati Desa Sukajadi,
dengan sumbu sepanjang 8,7 km. dicirikan
oleh adanya pembalikan arah perlapisan
batuan pada satuan batugamping pasiran
selang-seling batulempung, dengan kedudukan
batuan sayap bagian utara N 80 E sampai N
100 E kemiringan 15 sampai 20, serta
kedudukan batuan sayap bagian selatan N 260
E sampai N 290 E kemiringan 12 sampai
22. Sehingga Sinklin Sukajadi sebagai sinklin
simetris.
b. Antiklin Medalsari
Antiklin Medalsari berkembang di daerah
penelitian yang membentang di wilayah Desa
Medalsari, dengan sumbu sepanjang 8,7 km,
dicirikan oleh adanya pembalikan arah
perlapisan batuan pada satuan batugamping
pasiran selang seling batulempung, dengan
kedudukan batuan sayap bagian utara
N
260 E sampai N 290 E kemiringan 12
sampai 22, serta kedudukan batuan sayap
bagian selatan N 80 E sampai N 110 E
kemiringan 21 sampai 37. Sehingga Antiklin
Medalsari sebagai antiklin simetris.
c.
Sinklin Kutamekar
Penamaan lipatan ini didasarkan pada
sumbu lipatan yang melintasi Desa
Kutamekar, dengan sumbu sepanjang 8,7
km, dicirikan oleh adanya pembalikan arah
perlapisan batuan pada satuan batugamping
pasiran selang seling batulempung,dengan
kedudukan batuan sayap bagian utara N 80 E
sampai N 100 E kemiringan 21 sampai 37,
serta kedudukan batuan sayap bagian selatan N
260 E sampai N 280 E kemiringan 50
sampai 54. Sehingga Sinklin Kutamekar
sebagai sinklin simetris.
d.
Antiklin Cikutamahi
Antiklin Medalsari berkembang di
daerah penelitian yang membentang di
wilayah Desa Cikutamahi, dengan sumbu
sepanjang 8,7 km, dicirikan oleh adanya
pembalikan arah perlapisan batuan, dengan
kedudukan batuan sayap bagian utara N 260
E sampai N 280 E kemiringan 50 sampai
54, serta kedudukan batuan sayap bagian
selatan N 70 E sampai N 115 E kemiringan
18 sampai 31. Sehingga Antiklin Cikutamahi
sebagai antiklin asimetris.
`
Sinklin Cibatutiga
Penamaan lipatan ini didasarkan pada
sumbu lipatan yang melintasi Desa Cibatutiga,
dengan sumbu sepanjang 8,7 km, dicirikan
oleh adanya pembalikan arah perlapisan
batuan, dengan kedudukan batuan sayap
bagian utara N 70 E sampai N 155 E
kemiringan 18 sampai 31, serta kedudukan
batuan sayap bagian selatan N 250 E sampai
N 270 E kemiringan 20 sampai 25.
Sehingga Sinklin Cibatutiga sebagai sinklin
simetris, sebagian besar sudah tertutup oleh
endapan gunungapi.
f.
Antiklin Bantarkuning
Antiklin Bantarkuning berkembang di daerah
penelitian yang membentang di wilayah Desa
Bantarkuning, dengan sumbu sepanjang 8,6
km, dicirikan oleh adanya pembalikan arah
perlapisan batuan, dengan kedudukan batuan
sayap bagian utara N 250 E sampai N 270 E
kemiringan 20 sampai 25, serta kedudukan
batuan sayap bagian selatan N 90 E sampai N
110 E kemiringan 26 sampai 36. sehingga
Antiklin Bantarkuning sebagai antiklin
simetris.
4.2.2 Struktur Patahan (Sesar)
Berdasarkan hasil pengamatan unsurunsur struktur geologi di lapangan dapat
diketahui bahwa di daerah penelitian terdapat
2 jenis sesar, yaitu sesar naik dan sesar
mendatar sebagai berikut :
a. Sesar Naik Cibeet
b. Sesar Mendatar Cibatutiga
c. Sesar Mendatar Kutamekar
d. Sesar Mendatar Medalsari
e. Sesar Mendatar Bantarkuning
f. Sesar Mendatar Cikutamahi
a.
e.
Foto b.
2.10 Gawir
Cibeet yang
memperlihatkan cermin sesar
Sesarsesar
Mendatar
Cibatutiga
berupa gores garis di CR-32 Sungai Cibeet dengan bidang sesar
N800 E/ 600, gores garis 550. N 1600 E. Pitch 850
10
Berdasarkan
data-data
lokasi Sungai
Cibeettersebut
CR-03) diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa Sesar
Cibatutiga merupakan sesar mendatar. Hasil
dari analisis data diatas diperoleh jenis sesar
adalah sesar mendatar mengengiri (sinistral).
c.
e.
11
f.
Sesar Mendatar Cikutamahi
Sesar Mendatar
Cikutamahi
diketahui
berdasarkan hasil analisa peta topografi dan
didukung dengan adanya data dilapangan,
yaitu pola kedudukan batuan yang tidak
beraturan di Sungai Ciomas dan pola
kelurusan sungai disepanjang sungai Ciomas,
serta dijumpai milonitisasi dengan arah umum
Milonitisasi dengan arah umum N147E di
Sungai Cibojonggede CR-47.
Berdasarkan data-data tersebut di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa Sesar
Cikutamahi merupakan sesar mendatar. Hasil
dari analisis data diatas diperoleh jenis sesar
adalah sesar mendatar menganan (dextral).
12
13
V1 = ( A0 + A1 + . )
V1 = ( A0 + A1 )
14
15
Peta Lintasan
Peta Geologi
Peta Geomorfologi
Peta Penyebaran Sumberdaya Andesit
PENULIS
1. Emmi Vathreescia, ST. Alumni (2013)
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Teknik Unpak
2. Ir. Djauhari Noor, M.Sc. Staf Dosen
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Teknik Unpak
3. Ir. Denny Sukamto Kadarisman, MT.
Staf Dosen Program Studi Teknik
Geologi, Fakultas Teknik Unpak
16
17