Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Cilincing
1.1.1.1 Keadaan Geografis
Berdasarkan
lembaran daerah no. 4/1966 ditetapkanlah lima wilayah kota
administrasi di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta
Selatan, Jakarta Utara, dilengkapi dengan 22 kecamatan dan 220 kelurahan. Pembentukan
kecamatan dan kelurahan berdasarkan atas teritorial dengan mengacu pada jumlah penduduk
yaitu 371.335 jiwa untuk kecamatan, 30.000 jiwa untuk kelurahan perkotaan, dan 10.000 jiwa
untuk kelurahan pinggiran.
Wilayah kotamadya Jakarta Utara seluas 7.133,51 Ha, terdiri dari luas lautan 6.979,4
Ha dan luas daratan 154,11 Ha. Daratan Jakarta Utara membentang dari barat ke timur
sepanjang kurang lebih 35 Km, menjorok ke darat antara 4-10 Km, dengan kurang lebih 110
pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Ketinggian dari permukaan laut antara 0-20 meter dari
tempat tertentu ada yang dibawah permukaan laut yang sebagian besar terdiri dari rawa-rawa
atau empang air payau. Wilayah Kotamadya Jakarta Utara merupakan pantai beriklim panas,
dengan
suhu
dengan
maksimal curah hujan pada bulan September. Daerah ini merupakan wilayah pantai dan
tempat bermuaranya sembilan sungai dan dua banjir kanal sehingga menyebabkan wilayah
ini rawan banjir, baik kiriman maupun banjir karena pasang air laut.
Kecamatan Cilincing termasuk wilayah kota administrasi Jakarta Utara, dengan
luas wilayah 39,6996 Km2 dan dibagi menjadi tujuh kelurahan yaitu Semper Timur,
Semper Barat, Kalibaru, Sukapura, Rorotan, Marunda dan Cilincing. Dengan jumlah Rukun
Warga (RW) sebanyak 84 RW dan
1.1.1.3
A.
Keadaan Lingkungan
Sosio Ekonomi
Wilayah Kecamatan Cilincing yang terletak di sebelah Utara Kota Jakarta terdapat
wilayah Kawasan Berikat Nusantara (KBN), di wilayah tersebut banyak terdapat industri
besar, sedang, dan kecil sebagai penompang dalam menambah Pendapatan Asli Daerah
khususnya Kota Jakarta dan sebagai penambah
pendapatan
devisa Indonesia,
karena
kawasan tersebut adalah salah satu sentral produksi andalan dalam memacu perekonomian
Indonesia.
B. Sarana dan Prasarana
Wilayah Kecamatan Cilincing memiliki sarana ibadah, sarana pendidikan, sarana
kebudayaan dan kesenian, sarana olahraga, sarana kesehatan masyarakat dan keluarga
berencana. Sarana dan prasaran kesehatan yang
diminati oleh
masyarakat luas yang ada di wilayah Cilincing dan sekitarnya, hal ini terkait dengan lokasi
dan banyaknya penduduk yang bekerja di wilayah Cilincing tetapi tidak berdomisili di daerah
tersebut. Agar semua dapat memperoleh kesempatan mendapat pelayanan kesehatan yang
merata dengan biaya terjangkau, maka pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
diharapkan dapat
Fasilitas Kesehatan
Kecamatan Cilincing mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan yang tersebar di tujuh
kelurahan, dari jumlah kelurahan tersebut terdapat 11 buah fasilitas kesehatan pemerintah
yang terdiri dari Puskesmas tingkat kelurahan sebanyak sepuluh buah dan satu Puskesmas
tingkat kecamatan.
Juga terdapat
fasilitas
kesehatan
yang
didanai
Puskesmas kecamatan Cilincing pada bulan Mei tahun 2015 telah menjadi sebuah
Rumah Sakit Umum Tingkat Kecamatan, oleh karenanya puskesmas kecamatan ini berpindah
tempat ke wilayah Kelurahan Sukapura. Puskesmas Kecamatan Cilincing ini menjalankan
pelayanan serta mengelola data di wilayah Kelurahan Sukapura.
1.1.2 Gambaran Umum Puskesmas
1.1.2.1 Definisi
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang
kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya yakni satu atau sebagian wilayah
kecamatan, mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya, memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya, memelihara dan meningkatkan kesehatan
perorangan, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya.
Seiring dengan semangat otonomi daerah maka puskesmas dituntut untuk mandiri
dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan tetapi pembiayaannya
8
tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang
dimiliki puskesmas juga meliputi kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah
kesehatan di wilayahnya, kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods
atau private goods serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi
puskesmas. Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada setiap puskesmas sesuai
kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki namun puskesmas
tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan
nasional secara komprehensif yang meliputi promotif (peningkatan kesehatan), preventif
(pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Tidak sebatas pada
aspek kuratif dan rehabilatatif saja seperti rumah sakit. Puskesmas merupakan salah satu
jenis organisasi yang sangat dirasakan oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat
reformasi dan otonomi daerah maka banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor
kesehatan
yaitu
terjadinya perubahan
paradigma
paradigma sehat.
Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadi perubahan konsep yang sangat
mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain :
1.
Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif dan
rehabilitatif menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan kuratif tanpa mengabaikan
2.
kuratif - rehabilitatif
Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah (fragmented)
3.
4.
5.
6.
investasi
Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah akan
(partnership).
Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization) menjadi
8.
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.
Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrakstruktur
lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas
merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II sehingga pembagian wilayah kerja
puskesmas ditetapkan oleh walikota / bupati dengan saran teknis dari kepala dinas kesehatan
kabupaten / kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu puskesmas adalah sekitar
30.000 50.000 penduduk. Untuk jangkuan yang lebih luas dibantu oleh puskesmas
pembantu dan puskesmas keliling. Puskesmas di kecamatan dengan jumlah penduduk
371.335 jiwa atau lebih merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat
rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
1.1.2.3 Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi:
1. Promotif (peningkatan kesehatan)
2. Preventif (upaya pencegahan )
3. Kuratif ( pengobatan )
4. Rehabilitatif ( pemulihan kesehatan )
Pelayanan tersebut ditunjukkan kepada semua penduduk tidak membedakan jenis
kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.
I.1.2.4 Fungsi Puskesmas
Untuk mencapai Indonesia sehat 2015, Puskesmas harus menjalankan fungsinya
secara optimal. Adapun fungsi Puskesmas sebagai berikut :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping
itu puskesmas aktif memantau
dan
melaporkan
2.
jalan dan
penyakit,
penyehatan
lingkungan,
perbaikan
gizi,
Fungsi Puskesmas
11
Fungsi
puskesmas
terdiri
dari
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat dan sebagai pusat
pelayanan kesehatan (Yankes) yang terdiri dari yankes perorangan dan masyarakat.
Untuk melaksanakan fungsinya, Puskesmas menjalankan beberapa proses. Proses
ini dilaksanakan dengan cara :
1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri.
2. Memberikan petunjuk pada
masyarakat
tentang
bagaimana
menggali
dan
program
yang
dilaksanakan
ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi serta sistem evaluasi dan
pemantauan yang akurat.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung-jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
1.
Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota,
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas
kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung
2.
3.
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Pertanggungjawaban penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan
kabupaten/kota,
kemampuannya.
Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.
Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung
jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan kebutuhan
konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).
1.
2.
3.
kerjanya.
Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
4.
tinggi untuk
14
permasalahan
kesehatan
kabupaten/kota
dengan
puskesmas
dapat
puskesmas
pula
belum
ditetapkan
mampu
sebagai
penugasan
menyelenggarakan
pengembangan,
kabupaten/kota
bertanggung jawab
oleh
dinas
upaya kesehatan
penyelenggaraan
puskesmas
secara
terpadu. Azas
penyelenggaraan
Dasar pemikirannya
adalah
tersebut
pentingnya
menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap
upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.
Azas penyelenggaran puskesmas yang dimaksud adalah :
1.
Azas pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas
harus melaksanakan
diselenggarakan oleh
17
e. UKS
(Poskestren)
: Posyandu Usila, Panti Wreda
: Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM)
3.
Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal,
penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Keterpaduan Lintas Program
Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang
menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program
antara lain :
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : keterpaduan KIA dengan P2M,
gizi, promosi kesehatan & pengobatan.
2) UKS : keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan,
pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan
jiwa.
3) Puskesmas keliling : keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, Gizi,
promosi kesehatan, & kesehatan gigi.
4) Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan jiwa &
promosi kesehatan.
b. Keterpaduan Lintas Sektor
Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan
program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi
kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas Sektoral antara
lain :
1) UKS : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,
pendidikan & agama.
2) Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan pertanian.
3) KIA : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan PLKB.
4) Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha dan organisasi
kemasyarakatan.
5) Kesehatan Kerja : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,
lurah, kepala desa, tenaga kerja dan dunia usaha.
18
4.
Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki
oleh puskesmas terbatas. Pada hal puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat
dengan berbagai permasalahan kesehatan. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan
berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka
penyelenggaraan setiap program puskesmas harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam
arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan
lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan
yang sama.
Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
a.
Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit tertentu,
maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih
mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan upaya kesehatan perorangan
dibedakan atas :
1) Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan medis
(contoh : operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.
3) Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau
b.
19
4)
potensi
setempat dan fasilitas yang ada, baik instansi lintas sektoral maupun LSM dan
tokoh mayarakat.
Fungsi ini dapat diukur dengan beberapa indikator :
a. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).
b. Tumbuh dan kembangnya LSM di bidang kesehatan.
c. Tumbuh dan berfungsinya konsil kesehatan kecamatan atau BPKM
(Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BPP (Badan Penyantun
Puskesmas).
20
Pada tahun
1976 Puskesmas
Kebantenan IV Kelurahan Semper Timur Kecamatan Cilincing Jakarta Utara pada tahun
1993 hingga saat ini. Puskesmas Kecamatan Cilincing berada + 50 meter dari jalan Kantor
Kelurahan Semper Timur. Luas total lahan Puskesmas Kecamatan Cilincing adalah 36,6996
m2 dengan luas lahan terbangun 4.122 m2.
Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cilincing adalah membawahi sembilan
Puskesmas kelurahan di tujuh kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Cilincing, yaitu :
1.
Puskesmas Kecamatan Cilincing
2.
Puskesmas Kelurahan Semper Barat I
3.
Puskesmas Kelurahan Semper Barat II
4.
Puskesmas Kelurahan Semper Barat III
5.
Puskesmas Kelurahan Kalibaru
6.
Puskesmas Kelurahan Sukapura
7.
Puskesmas Kelurahan Rorotan
8.
Puskesmas Kelurahan Marunda
9.
Puskesmas Kelurahan Cilincing I
10.
Puskesmas Kelurahan Cilincing II
Untuk Kelurahan Semper Timur tidak ada puskesmas kelurahan akan tetapi sudah ada
gedung Puskesmas Kecamatan Cilincing yang berlokasi di wilayah kelurahan tersebut.
Sehingga dapat dikatakan secara fisik jumlah puskesmas yang ada adalah 10 puskesmas
yaitu
sembilan
puskesmas
Kecamatan Cilincing telah mengajukan diri menjadi salah satu unit BLUD di wilayah
Provinsi DKI Jakarta dimulai pada tahun 2006. Mulai Januari 2006 Puskesmas Kecamatan
Cilincing telah ditetapkan menjadi puskesmas BLUD bertahap sesuai dengan SK Gubernur
No. 2086 tahun 2006 sampai sekarang.
Jenis pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Cilincing
adalah poli umum, gigi, imunisasi, poli ibu dan anak, poli KB, poli lansia, jiwa, paru
spesialis mata, ECG, USG, RB dengan kapasitas delapan tempat tidur dan laboratorium
dasar. Jumlah tenaga dokter umum 15 orang, dokter gigi 11 orang, spesialis mata 1 orang,
bidan 27 orang, paramedik 40 orang dan tenaga non paramedik 10 orang.
21
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Rima
KA. SEKSI PELAYANAN
Dr. Ajeng
Dr. Victor
UNIT PENUNJANG
Unit Farmasi
1.1.3.5UNIT
Struktur
Organisasi Puskesmas Kecamatan Cilincing
PELAYANAN
Unit Gizi
Unit Laboratorium
Unit Kesehatan Umum
Unit
Radiologi
Gambar 1.4. Struktur Organisasi Puskesmas
Kecamatan
Cilincing 2015
Unit Kesehatan Gigi &
UnitPemeliharaanPera
Mulut
latanKesehatan
Unit Kesehatan Ibu & Anak
Kesehatan Masyarakat
Unit Kesehatan Spesialis
Penyakit Menular
Unit Rumah Bersalin
P2B2
Unit Pelayanan 24 Jam &
Ambulan
Penyakit Tidak Menular
Unit Pelayanan Keluarga
Berencana
Penyehatan Lingkungan
Unit Kamar Operasi
& Kesehatan Kerja
Gizi & PPSM
PUSKESMAS
KELURAHAN
KELOMPOK JABATAN
FUNGISIONAL
23
24
KEPALA PUSKESMAS
KECAMATAN
Dr.Mirsad
6.
Fax
: 1 unit
Komputer
: 20 unit
KA. TATA USAHA
8.
Laptop
: 4 unit
9.
Printer
: 13 unit
Nining
10.
AC
: 26 unit
11.
Mobil Puskesmas keliling
:1
12.
Mobil
dinas
KA. SEKSI PENUNJANG &
KA. SEKSI PELAYANAN : 1
13.
Motor
: 10
KESMAS
14.
Swing
fog
:
4
Dr. Aprilia
15.
Dental unit
:3
Dr. Carla
16.
Rontgen unit
:1
UNIT PENUNJANG
Puskesmas Kecamatan Cilincing terdiri dari 2 lantai.
Lantai 1 terdiri dari :
Unit Farmasi
1.
Loket
UNIT PELAYANAN
Unit Gizi
2.
Poli Balai pengobatan umum(BPU)
Unit Laboratorium
Unit
Umum
Unit Radiologi
3. Kesehatan
Poli Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA).
Unit
Kesehatan
Gigi
&
UnitPemeliharaanPera
4.
Poli Keluarga Berencana (KB).
Mulut
latanKesehatan
5.
Ruang Bersalin (RB) dengan kapasitas :
Unit a.
Kesehatan
Ibu
&
Anak
Kesehatan
Masyarakat
Tempat pendaftaran.
Unit Kesehatan Spesialis
Penyakit Menular
b. 5 unit tempat tidur.
Unit Rumah Bersalin
c. Kamar bersalin kapasitas 3 unit tempat tidur. P2B2
Unit Pelayanan 24 Jam &
d. Kamar periksa.
Ambulan
Ruang tunggu.
Penyakit Tidak Menular
Unit e.
Pelayanan
Keluarga
f. Ruang administrasi.
Berencana
Penyehatan Lingkungan
Dapur.
Unit g.
Kamar
Operasi
& Kesehatan Kerja
h. Kamar mandi/toilet.
6.
Ruang UGD
Gizi & PPSM
7.
Apotek
Lantai II Puskesmas Kecamatan Cilincing terdiri dari : Kesehatan Jiwa &
1.
Ruang tunggu.
NAPZA
2.
Poli Gigi.PUSKESMAS
KELURAHAN
3.
Poli Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS). KELOMPOK JABATAN
FUNGISIONAL
4.
Laboratorium.
5.
Toilet.
6.
Pojok ASI.
7.
Pojok Gizi
7.
26
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG,
DPT, campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio. Di negara Indonesia terdapat jenis
imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan ada juga yang hanya dianjurkan. Imunisasi
wajib di Indonesia sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan Hepatitis B.
Imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian
yang luar biasa atau penyakit endemik, atau untuk kepentingan tertentu (bepergian) seperti
jemaah haji yaitu imunisasi meningitis (Hidayat. AA, 2008: 37) .
Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan memberi kekebalan pada bayi.
Fungsi imunisasi adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakitpenyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun tahun awal kehidupan seorang anak.
Tujuan program imunisasi adalah menurunkan angka kematian bayi akibat penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi. Keberhasilan program imunisasi diukur dengan pencapaian
target cakupan imunisasi. Sasaran kegiatan ini adalah bayi dan ibu hamil.
Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatan anak
untuk memberikan kekebalan khusus terhadap seseorang yang sehat, dengan tujuan utama
menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi. Tanpa imunisasi, kira-kira tiga dari 100 kelahiran anak akan meninggal
karena penyakit campak, dua dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan.
satu dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Setiap 200.000 anak,
satu akan menderita penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin
tertentu akan melindungi anak terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Sesuai dengan program pemerintah (Departemen kesehatan) tentang program
pengembangan imunisasi, maka anak harus mendapat perlindungan terhadap tujuh jenis
penyakit utama yaitu penyakit TBC dengan pemberian vaksin BCG, penyakit difteri tetanus
pertusis dengan pemberian vaksin DPT, penyakit poliomyelitis dengan vaksin polio, penyakit
hepatitis B dengan vaksin hepatitis B, dan penyakit campak dengan vaksin campak.
Ada dua imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Perbedaan antara
imunisasi aktif dan imunisasi pasif berhubungan dengan kekebalan yang didapat. Kekebalan
Aktif yaitu tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahuntahun,
Sedangkan Imunisasi pasif ialah tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti, si anak
mendapatnya dari luar tubuh dengan cara penyuntikan bahan atau serum yang telah
27
mengandung zat anti atau anak tersebut mendapat zat anti dari ibunya semasa dalam
kandungan. Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama.
1.1.3.9 Jenis Vaksin
Pada dasarnya vaksin dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Live attenuated (kuman atau virus hidup yang dilemahkan)
b. Inactivated (kuman, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif).
Sifat vaksin attenuated dan inactivated berbeda sehingga hal ini menentukan
bagaimana vaksin ini digunakan.
a. Vaksin hidup attenuated
Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (wild) penyebab penyakit. Virus
atau bakteri liar ini dilemahkan di laboratorium, biasanya dengan pembiakan
berulang-ulang. Vaksin hidup yang tersedia: berasal dari virus hidup yaitu vaksin
campak, gondongan (parotitis), rubella, polio, rotavirus, demam kuning (yellow
fever). Berasal dari bakteri yaitu vaksin BCG dan demam tifoid.
b. Vaksin inactivated
Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus
dalam media pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak aktif (inactivated)
dengan penanaman bahan kimia (biasanya formalin). Untuk vaksin komponen,
organisme tersebut dibuat murni dan hanya komponen-komponennya yang
dimasukkan dalam vaksin (misalnya kapsul polisakarida dari kuman pneumokokus).
Vaksin inactivated tidak hidup dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis antigen
dimasukkan dalam suntikan. Vaksin ini selalu membutuhkan dosis multipel, pada
dasarnya dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya memacu
atau menyiapkan sistem imun.
c. Vaksin polisakarida
Vaksin polisakarida adalah vaksin sub-unit yang inactivated dengan bentuknya
yang unik terdiri atas rantai panjang molekul-molekul gula yang membentuk
permukaan kapsul bakteri tertentu. Vaksin ini tersedia untuk tiga macam penyakit
yaitu pneumokokus, meningokokus, dan haemophillus influenzae type b.
d. Vaksin rekombinan
Terdapat tiga jenis vaksin rekombinan yang saat ini telah tersedia:
1. Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu segmen gen virus
hepatitis B ke dalam gen sel ragi.
2. Vaksin tifoid (Ty21a) adalah bakteri salmonella typhi yang secara genetik diubah
sehingga tidak menyebabkan sakit.
Tiga dari empat virus yang berada di dalam vaksin rotavirus hidup adalah
rotavirus kera rhesus yang diubah secara genetik menghasilkan antigen rotavirus
manusia apabila mereka mengalami replikasi.
28
dengan -15C, namun hanya bertahan enam bulan pada suhu +2C sampai dengan +8C.
Vaksin BCG dan campak berbeda, walaupun disimpan pada suhu -25C sampai dengan
-15C, umur vaksin tidak lebih lama dari suhu +2C sampai dengan +8C, yaitu BCG tetap
satu tahun dan campak tetap dua tahun. Oleh karena itu vaksin BCG dan campak yang belum
dilarutkan tidak perlu disimpan di suhu -25C sampai dengan -15C atau didalam freezer.
1.1.3.10.3 Suhu Optimum Untuk Vaksin Mati
Vaksin mati (inaktif) sebaiknya disimpan dalam suhu +2C sampai dengan +8C juga,
pada suhu dibawah +2C (beku) vaksin mati (inaktif) akan cepat rusak. Bila beku dalam suhu
-0.5C vaksin hepatitis B dan DPT-Hepatitis B (kombo) akan rusak dalam jam, tetapi
dalam suhu diatas 8C vaksin hepatitis B bisa bertahan sampai tiga puluh hari, DPT-hepatitis
B kombinasi sampai empat belas hari. Dibekukan dalam suhu -5C sampai dengan -10C
vaksin DPT, DT dan TT akan rusak dalam 1,5 sampai dengan dua jam, tetapi bisa bertahan
sampai empat belas hari dalam suhu di atas 8C.
1.1.3.10.4 Kamar Dingin dan Kamar Beku
Kamar dingin (cold room) dan kamar beku (freeze room) umumya berada dipabrik,
distributor pusat, Dinas Kesehatan Provinsi, berupa ruang yang besar dengan kapasitas 5-100
m, untuk menyimpan vaksin dalam jumlah yang besar. Suhu kamar dingin berkisar +2C
sampai dengan +8C, terutama untuk menyimpan vaksin-vaksin yang tidak boleh beku. Suhu
kamar beku berkisar antara -25C sampai dengan -15C, untuk menyimpan vaksin yang boleh
beku, terutama vaksin polio. Kamar dingin dan kamar beku harus beroperasi terus menerus,
menggunakan dua alat pendingin yang bekerja bergantian. Aliran listrik tidak boleh terputus
sehingga harus dihubungkan dengan pembangkit listrik yang secara otomatis akan berfungsi
bila listrik mati. Suhu ruangan harus dikontrol setiap hari dari data suhu yang tercatat secara
otomatis. Pintu tidak boleh sering dibuka tutup.
1.1.3.10.5 Lemari Es dan Freezer
Setiap lemari es sebaiknya mempunyai satu stop kontak tersendiri. Jarak lemari es
dengan dinding belakang 10-15 cm, kanan kiri 15 cm, sirkulasi udara disekitarnya harus baik.
Lemari es tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Suhu didalam lemari es harus berkisar
+2C sampai dengan +8C, digunakan untuk menyimpan vaksin-vaksin hidup maupun mati,
dan untuk membuat cool pack (kotak dingin cair). Sedangkan suhu di dalam freezer berkisar
antara -25C sampai dengan -15C, khusus untuk menyimpan vaksin polio dan pembuatan
cold pack (kotak es beku). Termostat di dalam lemari es harus diatur sedemikian rupa
sehingga suhunya berkisar antara +2 sampai dengan +8C dan suhu freezer berkisar -15C
sampai dengan -25C. Di dalam lemari es lebih baik bila dilengkapi freeze watch atau freeze
30
tag pada rak ke-3, untuk memantau apakah suhunya pernah mencapai di bawah 0 derajat.
Sebaiknya pintu lemari es hanya dibuka dua kali sehari, yaitu ketika mengambil vaksin dan
mengmbalikan sisa vaksin, sambil mencatat suhu lemari es.
Lemari es dengan pintu membuka ke atas lebih dianjurkan untuk penyimpanan
vaksin. Karet-karet pintu harus diperiksa kerapatannya, untuk menghindari keluarnya udara
dingin. Bila pada dinding lemari es telah terdapat bunga es, atau di freezer telah mencapai
tebal 2-3 cm harus segera dilakukan pencairan (defrost). Sebelum melakukan pencairan,
pindahkan vaksin ke cool box atau lemari es yang lain. Cabut kontak listrik lemari es, biarkan
pintu lemari es dan freezer terbuka selama 24 jam, kemudian dibersihkan. Setelah bersih,
pasang kembali kontak listerik, tunggu sampai suhu stabil. Setelah suhu lemari sedikitnya
mencapai +8C dan suhu freezer-15C, masukkan vaksin sesuai tempatnya.
Gambar 1.6 Lemari Es Penyimpanan Vaksin
31
Bagian yang paling dingin lemari es ini adalah di bagian paling atas (freezer). Di
dalam freezer disimpan cold pack, sedangkan rak tepat di bawah freezer untuk meletakkan
vaksin-vaksin hidup, karena tidak mati pada suhu rendah. Rak yang lebih jauh dari freezer
(rak ke 2 dan 3) untuk meletakkan vaksin-vaksin mati (inaktif), agar tidak terlalu dekat
freezer, untuk menghindari rusak karena beku. Thermometer Dial atau Muller diletakkan pada
rak ke-2, freeze watch atau freeze tag pada rak ke 3.
Gambar 1.7 Lemari Es Penyimpanan Vaksin
kotak segi empat sama atau lebih gelap daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut
kondisi VVM C atau D) maka vaksin sudah terpapar suhu di atas batas yang
diperkenankan, tidak boleh diberikan pada pasien.
Gambar 1.11 Vaccine Vial Monitor (VVM)
0,1 ml untuk anak usia 1 tahun atau lebih. Jika diberikan pada usia lebih dari 2 bulan maka uji
mantoux terlebih dahulu, jika uji mantoux (+) maka tidak perlu diimunisasi.
Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan mengingat:
1. Efektivitas perlindungan hanya 40%
2. Sekitar 70% kasus TBC berat ternyata mempunyai parut BCG
3. Kasus dewasa dengan BTA positif di Indonesia cukup tinggi (25-36%) walaupun
mereka telah mendapat BCG pada masa kanak-kanak
Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, maka tidak diberikan pada pasien
imunokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pada pasien
HIV).
Reaksi yang mungkin terjadi:
Reaksi lokal: 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah
menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka
(ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu
35
Seorang anak akan terjangkit difteri bila ia berhubungan langsung dengan anak lain
sebagai penderita difteri atau sebagai pembawa kuman (karier). Dalam hal inilah perlunya
dilakukan imunisasi. Dengan imunisasi anak akan terhindar, sedangkan anak yang belum
mendapat imunisasi akan tertular penyakit difteri yang diperoleh dari temannya sendiri yang
menjadi karier. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri Bordetella pertussis ditandai
dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking.
Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan
batuk sehingga anak sulit bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan
komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Sementara tetanus adalah
infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. Gejala yang khas
yaitu anak tiba-tiba batuk keras secara terus-menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah
atau kebiruan, keluar air mata dan kadang-kadang sampai muntah.
Vaksin DPT diberikan dengan cara disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi
DPT diberikan sebanyak tiga kali, yaitu pada saat anak berumur dua bulan (DPT I), tiga bulan
(DPT II) dan empat bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari empat minggu. Imunisasi
DPT ulang diberikan satu tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika
anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka diberikan DT, bukan DPT.
Daya proteksi atau daya lindung vaksin difteri cukup baik yaitu sebesar 80-95% dan
daya proteksi vaksin tetanus sangat baik yaitu sebesar 90-95% sedangkan daya proteksi
vaksin pertusis masih rendah yaitu 50-60%. Oleh karena itu tidak jarang anak yang telah
mendapat imunisasi pertusis masih terjangkit penyakit batuk rejan, tetapi dalam bentuk yang
lebih ringan.
DPT sering menyebabkan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri
di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya
komponen pertusis di dalam vaksin. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa
diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga
bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai
yang bersangkutan.
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DPT menyebabkan komplikasi berikut:
Kejang
Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah
Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi
DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau
36
semula timbul pada pipi di bawah telinga kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota
gerak.
Imunisasi campak diberikan sebanyak dua kali. Pertama, pada saat anak berumur
sembilan bulan atau lebih, Campak kedua diberikan pada umur 5-7 tahun. Pada kejadian luar
biasa dapat diberikan pada umur enam bulan dan diulangi enam bulan kemudian. Vaksin
disuntikkan secara langsung di bawah kulit (subkutan). Campak I diperlukan untuk
menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan Campak II diperlukan untuk
meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang tertingi.
Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL, pada umur 9 bulan. Pada
bayi yang baru lahir mendapat kekebalan pasif terhadap penyakit campak dari ibunya yang
pernah terinfeksi morbili dan kekebalan pasif tersebut bertahan selama 6 bulan. Apabila
telah mendapat vaksinasi MMR pada usia 15-18 bulan ulangan campak pada umur 5 tahun
tidak diperlukan. Tetapi bila anak baru datang pada usia diatas 12 bulan dan ia belum pernah
menderita penyakit campak maka sebaiknya vaksinasi segera dilakukan.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak:
Kehamilan
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis
dan kejang yang ringan, serta ensefalitis dalam waktu 30 hari setelah imunisasi (kejadian 1
diantara satu juta suntikan). Daya proteksi imunisasi campak sangat tinggi yaitu 96-99%,
Menurut penelitian, kekebalan yang diperoleh ini berlangsung seumur hidup.
1.1.3.12.5 Imunisasi Hepatitis B (HBV)
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan
kematian. Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Imunisasi ini
diberikan sebanyak empat kali. Antara suntikan HBV1 dengan HBV2 diberikan dengan
selang waktu satu bulan pada saat anak berumur di bawah empat bulan. Kepada bayi yang
lahir dari ibu dengan hepatitis, vaksin HBV disuntikan dalam waktu 12 jam setelah lahir.
Sedangkan pada bayi yang lahir dari ibu yang status hepatitisnya tidak diketahui, Apabila
semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui
bahwa HbsAg ibu positif maka masih dapat diberikan HBIg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7
hari. Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak
membahayakan janin.
38
Apabila sampai umur 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B,
maka secepatnya diberikan. HBV I diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir. HBV3
diberikan pada usia antara 6-18 bulan. Imunisasi HBV empat diberikan saat anak berusia 10
tahun. Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki Hepatitis
B. Imunisasi juga bisa diberikan pada saat bayi berumur dua bulan. Pemberian imunisasi
kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih.
Reaksi imunisasi: segera setelah imunisasi dapat timbul demam yang tidak tinggi,
pada tempat penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan, nyeri rasa mual dan nyeri sendi.
Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita sakit berat. Efek samping yang
berarti tidak pernah dilaporkan.
Program imunisasi di Puskesmas Kecamatan Cilincing adalah imunisasi dasar dan
imunisasi pada ibu hamil. Imunisasi dasar yang diberikan pada anak adalah:
a. BCG untuk mencegah penyakit TB,
b. DPT untuk mencegah penyakit Difteria, Pertusis dan Tetanus,
c. Polio untuk mencegah penyakit Poliomyelitis,
d. Campak untuk mencegah penyakit Measles,
Hepatitis B untuk mencegah penyakit Hepatitis B.
39
Indikator
Target 1
Target
Pencapaian Januari-
tahun
Desember
Desember
(%)
IMUNISASI
(%)
( 1 tahun) (%)
HB 0
91%
33,5%
95,4%
BCG
91%
14,8%
95,3%
POLIO 1
91%
8,6%
99,7%
DPT/HB (1)
91%
13,3%
96,5%
POLIO 2
91%
11,9%
96,5%
DPT/HB (2)
91%
18,8%
95,6%
POLIO 3
91%
15,4%
95,9%
DPT/HB (3)
91%
17,4%
95,4%
POLIO 4
91%
17,8%
95,8%
CAMPAK
91%
17,2%
96,2%
40
Puskesmas
Kelurahan
Jumlah
Bayi
% target 1
Jumlah bayi
Baru
tahun
yang
Lahir
diimunisasi
Kel. Sukapura
824
91%
1403
170
Kel. Rorotan
845
91%
810
95,8
Kel. Marunda
437
91%
417
95,4
Kel. Cilincing
1474
91%
785
53,2
764
91%
733
95,9
1419
91%
1350
95,1
Kel. Kalibaru
1314
91%
1252
95,3
Kec. Cilincing
7080
91%
6750
95,4
Kel. Semper
Timur
41
Jumlah
Surviving
Infant
% target
Jumlah bayi
1 tahun
yang
diimunisasi
Kel. Sukapura
1468
91%
1409
95,9
Kel. Rorotan
842
91%
810
96,1
Kel. Marunda
435
91%
418
96,0
Kel. Cilincing
820
91%
788
96,0
760
91%
737
96,9
1413
91%
1325
93,7
Kel. Kalibaru
1309
91%
1260
96,2
Kec. Cilincing
7047
91%
6747
95,7
Berdasarkan tabel 1.11 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi BCG Kecamatan Cilincing
Periode Januari Desember Tahun 2015 adalah 95,7 %, dimana target selama 1 tahun 91 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 7077 bayi.
Jumlah
Surviving
Kelurahan
Infant
target
Jumlah bayi
yang
tahun
diimunisasi
Kel. Sukapura
1468
91%
1405
95,7
Kel. Rorotan
842
91%
814
96,7
Kel. Marunda
435
91%
417
95,9
Kel. Cilincing
820
91%
800
97,6
760
91%
733
96,4
1413
91%
1391
98,4
Kalibaru
1309
91%
1259
96,2
Kec. Cilincing
7047
91%
6819
96,4
Berdasarkan tabel 1.12 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi DPT-HB1 Kecamatan Cilincing
Periode Januari Desember Tahun 2015 adalah 96,4 %, dimana target selama 1 tahun 91 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 7077 bayi.
Jumlah
Surviving
Infant
% target 1
Jumlah bayi
tahun
yang
diimunisasi
Kel. Sukapura
1468
91%
1470
100
Kel. Rorotan
842
91%
843
100
43
Kel. Marunda
435
91%
436
100
Kel. Cilincing
820
91%
822
100
760
91%
918
1413
91%
1418
100,3
Kel. Kalibaru
1309
91%
1312
100, 2
Kec. Cilincing
7047
91%
7219
102,4
Kel. Semper
Timur
120
Berdasarkan tabel 1.13 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi Polio 1 Kecamatan Cilincing
Periode Januari Desember Tahun 2015 adalah 102,4 %, dimana target selama 1 tahun 91 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 7077 bayi.
44
Jumlah
Surviving
Infant
% target
Jumlah bayi
1 tahun
yang
diimunisasi
Kel. Sukapura
1468
91%
1395
95,0
Kel. Rorotan
842
91%
807
95,8
Kel. Marunda
435
91%
430
98,9
Kel. Cilincing
820
91%
804
98,0
760
91%
717
94,3
1413
91%
1354
95,8
Kel. Kalibaru
1309
91%
1290
98,5
Kec. Cilincing
7047
91%
6797
96,4
Berdasarkan tabel 1.14 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi Polio 2 Kecamatan Cilincing
Periode Januari Desember Tahun 2015 adalah 96,4 %, dimana target selama 1 tahun 91 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 7077 bayi.
Jumlah
Kelurahan
Surviving
Infant
target
1
tahun
Jumlah bayi
yang
diimunisasi
Kel. Sukapura
1468
91%
1400
95,4
Kel. Rorotan
842
91%
803
95,4
Kel. Marunda
435
91%
416
95,6
Kel. Cilincing
820
91%
782
95,4
760
91%
725
95,4
1413
91%
1354
95,8
Kel. Kalibaru
1309
91%
1254
95,8
Kec. Cilincing
7047
91%
6734
95,6
Berdasarkan tabel 1.15 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi DPT/HB 2 Kecamatan Cilincing
Periode Januari Desember Tahun 2015 adalah 95,6 %, dimana target selama 1 tahun 91 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 7077 bayi.
46
Jumlah
Surviving
Infant
% target 1
Jumlah bayi
tahun
yang
diimunisasi
% bayi yang
diimunisasi
Kel. Sukapura
1468
91%
1406
95,8
Kel. Rorotan
842
91%
801
95,1
Kel. Marunda
435
91%
415
95,4
Kel. Cilincing
820
91%
786
95,9
760
91%
730
96,1
1413
91%
1349
95,5
Kel. Kalibaru
1309
91%
1271
97,1
Kec. Cilincing
7047
91%
6758
95,9
Periode Januari Desember Tahun 2015 adalah 95,9%, dimana target selama 1 tahun 91 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 7077 bayi.
Jumlah
% target 1
Kelurahan
Surviving
Infant
Jumlah bayi
tahun
yang
diimunisasi
% bayi yang
diimunisasi
Kel. Sukapura
1468
95%
1396
95,1
Kel. Rorotan
842
95%
805
95,6
Kel. Marunda
435
95%
417
95,9
Kel. Cilincing
820
95%
785
95,7
760
95%
728
95,8
1413
95%
1344
95,1
Kel. Kalibaru
1309
95%
1246
95,2
Kec. Cilincing
7047
95%
6721
95,4
Berdasarkan tabel 1.17 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi DPT/HB 3 Kecamatan Cilincing
Periode Januari Desember Tahun 2015 adalah 95,4%, dimana target selama 1 tahun 91 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 7077 bayi.
48
Jumlah
Surviving
Infant
% target
Jumlah bayi
1 tahun
yang
diimunisasi
Kel. Sukapura
1468
95%
1397
95,2
Kel. Rorotan
842
95%
803
95,4
Kel. Marunda
435
95%
417
95,9
Kel. Cilincing
820
95%
790
96,3
760
95%
744
97,9
1413
95%
1347
95,3
Kel. Kalibaru
1309
95%
1253
95,7
Kec. Cilincing
7047
95%
6751
95,8
Berdasarkan tabel 1.18 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi Polio 4 Kecamatan Cilincing
Periode Januari Desember Tahun 2015 adalah 95,8%, dimana target selama 1 tahun 91 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 7077 bayi.
Jumlah
% target 1
Surviving
Infant
tahun
Jumlah bayi
yang
diimunisasi
% bayi yang
diimunisasi
Kel. Sukapura
1468
95%
1397
95,2
Kel. Rorotan
842
95%
804
95,5
Kel. Marunda
435
95%
434
99,8
Kel. Cilincing
820
95%
817
99,6
760
95%
727
95,7
1413
95%
1353
95,8
Kel. Kalibaru
1309
95%
1248
95,3
Kec. Cilincing
7047
95%
6780
96,2
Berdasarkan tabel 1.19 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi Campak Kecamatan Cilincing
Periode Januari Desember Tahun 2015 adalah 96,2%, dimana target selama 1 tahun 91 %
dengan jumlah sasaran sebanyak 7077 bayi.
50
51
1.1
Identifikasi Masalah
Sasaran program imunisasi dasar adalah bayi baru lahir dan bayi lahir hidup. Sasaran
lainnya adalah kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi tertular penyakit. Setelah
didapatkan identifikasi masalah dari program Imunisasi dasar di Puskesmas Kecamatan
Cilincing maka dengan cara menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara apa
yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi (observed) akan dipilih dua
masalah yang menjadi prioritas utama untuk diselesaikan. Selanjutnya dilakukan perumusan
masalah untuk membuat perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat
diselesaikan.
Dari berbagai hasil pencapaian program kegiatan imunisasi dasar bayi yang dievaluasi
di Puskesmas Kecamatan Cilincing periode Januari Desember 2015 maka didapatkan
identifikasi masalah sebagai berikut:
1.
Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Sukapura periode Januari Desember 2015 sebesar 170 %
2.
Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Rorotan periode Januari Desember 2015 sebesar 95,8 %
3.
Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Marunda periode Januari Desember 2015 sebesar 95,4 %
4.
Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Cilincing periode Januari Desember 2015 sebesar 53,2 %
5.
Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Semper Timur periode Januari Desember 2015 sebesar 95,9 %
6.
Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Semper Barat periode Januari Desember 2015 sebesar 95,1 %
7.
Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kalibaru periode Januari Desember 2015 sebesar 95,3 %
8.
Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Cilincing periode Januari Desember 2015 sebesar 95,4 %
9.
10.
11.
12.
di Wilayah Puskesmas
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
53
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
54
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
55
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
56
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
57
75.
76.
77.
78.
79.
80.
1.2
Rumusan masalah
Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Sukapura periode Januari Desember 2015 sebesar 170%, lebih tinggi dari target
91%
2.
Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Rorotan periode Januari Desember 2015 sebesar 95,8%, lebih tinggi dari target
91%
58
3.
Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Marunda periode Januari Desember 2015 sebesar 95,4%, lebih tinggi dari target
91%
4.
Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Cilincing periode Januari Desember 2015 sebesar 53,2%, lebih rendah dari
target 91%
5.
Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Semper Timur periode Januari Desember 2015 sebesar 95,9%, lebih tinggi dari
target 91%
6.
Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Semper Barat periode Januari Desember 2015 sebesar 95,1%, lebih tinggi dari
target 91%
7.
Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kalibaru periode Januari Desember 2015 sebesar 95,3%, lebih tinggi dari target
91%
8.
Cakupan imunisasi HB0 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Cilincing periode Januari Desember 2015 sebesar 95,4%, lebih tinggi dari target
91%
9.
10.
11.
59
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
60
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
61
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
62
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
63
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
64
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
65
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
66
75.
76.
77.
78.
79.
80.
67