Percobaan 4
Percobaan 4
Disusun Oleh :
Siti Hartinah
3021323004
I. Tujuan
Mengetahui perbedaan effektifitas PAC dan tawas untuk menurunkan kekeruhan pada air kotor
II. Dasar Teori
Pengolahan atau pemurnian air (purification water) adalah suatu cara yang dilakukan untuk
menghilangkan kontaminan kontaminan yang terlarut dalam air, sehingga dihasilkan air yang
dapat digunakan untuk kehidupan manusia, misalnya untuk air minum, dan untuk memasak.
Beberapa kontaminan yang dihilangkan selama proses pemurnian air meliputi bakteri, alga,
virus, jamur, dan bahanbahan kimia, dan logam berat yang dapat menimbulkan masalah bagi
kehidupan manusia. Secara umum ada tiga metode yang sering digunakan dalam pengolahan air
yaitu:
1. Pengolahan air secara fisis
Pengolahan air secara fisis adalah pengolahan air di mana cara utama yang dilakukan
adalah dengan menggunakan teknik filtrasi dan sedimentasi. Filtrasi adalah suatu
langkah pemurnian untuk memisahkan padatan dari cairannya dengan menggunakan
suatu media filter. Sedimentasi adalah langkah pemurnian untuk memisahkan padatan
dari cairannya dengan menggunakan gaya gravitasi.
2. Pengolahan air secara kimiawi
Pengolahan air dengan metode kimiawi biasanya diartikan sebagai suatu proses
pengolahan air untuk menghilangkan kontaminan-kontaminan yang terkandung
dalam air, dengan cara penambahan bahanbahan kimia atau dengan melakukan proses
kimiawi.
3. Pengolahan air secara biologis
Pengolahan air secara biologis dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan
organisme-organisme yang berbahaya yang terdapat dalam air. Secara umum
pengolahan air secara biologi dibagi menjadi 2 kategori yaitu: pengolahan secara
aerob dan pengolahan anaerob
1.
2.
3.
4.
Poly Aluminiumunium Chloride (PAC), aluminium sufat (Al2(SO4)3), ferri klorida (FeCl3), dan
feri sulfat (Fe2(SO4)3). Pada umumnya koagulan yang paling sering digunakan oleh masyarakat
adalah aluminium sulfat atau yang lebih dikenal dengan tawas.
karakteristik koagulan tawas dan PAC akan dijelaskan dibawah ini.
1. Tawas atau alum, Al2(SO4)3.14H2O (Dalam bentuk batuan, serbuk, cairan)
Massa jenis alum adalah 480 kg/m3, dengan kadar air 11 17 %. Dosis alum
dapat dikurangi dengan cara : penurunan kekeruhan air baku, filtrasi langsung untuk
kekeruhan <50 NTU, penambahan polimer, dan penyesuaian pH optimum (6.0 8.0).
Alum dilarutkan dalam air dengan kadar 3 7 % (5 % rata-rata) untuk pembubuhan. Kadar
maximum aplikasi 12 15%. Aluminium suflat memerlukan alkalinitas (seperti kalsium
bikarbonat) dalam air agar terbentuk flok :
Al2(SO4)3.18H2O+3Ca(HCO3)2
2Al(OH)3 + CaSO4 + 18H2O + 6CO2
CaSO4+ Na2CO3
CaCO3 + Na2SO4
Bila alkalinitas alamnya kurang, perlu dilakukan penambahan Ca(OH)2:
Al2(SO4)3.18H2O+3Ca(OH)2
2Al(OH)3+ 3CaSO4+ 18H2O
Alternatif lain adalah penambahan NaCO3 yang relatif lebih mahal. (Al-layla
Anis M Et All,1998)
2. PAC
Menurut Raharjo dalam Setianingsih ( 2000 ), PAC adalah polimer alumunium
yang merupakan jenis koagulan baru sebagai hasil riset dan pengembangan teknologi
pengolahan air.
Sebagai
unsur
dasarnya
adalah alumunium
dan
alumunium
ini
berhubungan dengan unsur lain membentuk unit yang berulang dalam suatu ikatan rantai
molekul yang cukup panjang. Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan
kemampuan menjembatani partikel partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung lebih
efisien.
PAC memiliki rantai polimer yang panjang, muatan listrik positif yang tinggi dan
memiliki berat molekul yang besar, PAC memiliki koefisien yang tinggi sehingga dapat
memperkecil flok dalam air yang dijernihkan meski dalam dosis yang berlebihan. PAC
lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa, sebab PAC memiliki muatan
listrik positif yang tinggi sehingga PAC dapat dengan mudah menetralkan muatan listrik
pada permukaan koloid dan dapat mengatasi serta
mengurangi
gaya
tolak
menolak
relatif lebih besar.Konsumsi PAC lebih sedikit sehingga biaya penjernihan air persatuan
waktu lebih kecil.
Akibat langsung dari proses penjernihan keseluruhan yang lebih singkat adalah
kapasitas penjernihan air (dari instalasi yang sudah ada) akan meningkat.
Sedangkan segi negatif penggunaan PAC adalah penyimpanan
PAC
cair
memerlukan kondisi temperature maksimal 40C. PAC tidak keruh bila pemakaiannya
berlebih, sedangkan koagulan utama ( seperti alumunium sulfat, besi klorida dan ferro
sulfat ) bila dosis berlebihan bagi air akan keruh, akibat dari flok yang berlebihan. Maka
pengunaan PAC dibidang penjernihan air lebih praktis. PAC lebih cepat membentuk flok
daripada koagulan biasa. PAC merupakan kelas dari Aluminium Chloride,
yang
telah
dikenal dalam persenyawaan kimia organik kompleks dengan ion hidroksil ( -OH ) serta ion
ion
aluminium bertaraf
sebagai
bentuk polynuclear.
No.
1
2
3
Alat
Gelas beker
Batang pengaduk
Bahan
Air keruh
Tawas
PAC
IV.Cara Kerja
1. Dimasukan air keruh kedalam 4 gelas kimia
2. Dimasukan tawas dengan berat 10 gram pada gelas kimia 1, 20 gram pada gelas kimia 2
3. Dimasukan PAC dengan berat 10 gram pada gelas kimia 3, 20 gram pada gelas kimia 4
4. Diaduk ke empat gelas kimia tersebut secara bersamaan selama 5 menit, kemudian diamkan
5. Diamati apa yang terjadi
V. Pembahasan
a. Hasil Pengamatan
1
Setelah dilakukan pengadukan
Gelas beker 1 :
Air kotor buatan + 10 gram tawas
Gelas beker 2 :
Air kotor buatan + 20 gram tawas
2
Setelah pengadukan dan didiamkan
selama 5 menit
Gelas beker 1 :
Air kotor buatan + 10 gram tawas
Gelas beker 2 :
Air kotor buatan + 20 gram tawas
Air menjadi lebih jernih dan adanya
endapan
3
Setelah dilakukan pengadukan
Gelas beker 3 :
Air kotor buatan + 10 gram PAC
Gelas beker 4 :
Air kotor buatan + 20 gram PAC
4
Setelah pengadukan dan didiamkan
selama 5 menit
Gelas beker 3 :
Air kotor buatan + 10 gram PAC
Gelas beker 4 :
Air kotor buatan + 20 gram PAC
Air menjadi lebih jernih dan adanya
endapan
b. Pembahasan
Percobaan Praktikum Sedimentasi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
effektifitas PAC dan tawas untuk menurunkan kekeruhan dengan cara pengendapan
(sedimentasi), Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah air kotor buatan .
Percobaan ini dilakukan pertama-tama di siapkan terlebih dahulu air kotor masing-masing
500 ml pada empat gelas beker yang telah disediakan, kemudian timbang tawas dengan
berat 10 gram untuk gelas beker 1 dan 20 gram untuk gelas beker 2, selanjutnya ditimbang
dengan berat 10 gram untuk gelas beker 3 dan 20 gram untuk gelas beker 4, fungsi dari
penambahan tawas dan PAC yaitu sebagai koagulan.
Selanjutnya ke -4 gelas beker diaduk secara bersamaan selama 5 menit fungsi dr
pengadukan yaitu untuk menghomogenkan koagulan dengan sampel air kotor, setelah itu
didiamkan selama 5 menit untuk mengamati perubahan yang terjadi.
Setelah didiamkan selama 5 menit terjadi perubahan baik tawas ataupun PAC, air
keduanya berubah dari keruh menjadi jernih dan terdapat endapan, tetapi jika dibandingkan
antara tawas dan PAC tawas lebih jernih daripada PAC, bertolak belakang dengan referensi
yang didapatkan, seharusnya PAC lebih efektif menjernihkan daripada tawas karna PAC
mempunyai kelebihan yaitu PAC memiliki rantai polimer yang panjang, muatan listrik
positif yang tinggi dan memiliki berat molekul yang besar, PAC memiliki koefisien yang
tinggi sehingga dapat memperkecil flok dalam air yang dijernihkan. PAC lebih cepat
membentuk flok daripada koagulan biasa, sebab PAC memiliki muatan listrik positif
yang tinggi sehingga PAC dapat dengan mudah menetralkan muatan listrik pada
permukaan koloid dan dapat mengatasi serta mengurangi gaya tolak menolak elektrostatis
antar partikel sampai sekecil mungkin, sehingga memungkinkan partikel partikel
koloid tersebut saling mendekat ( gaya tarik
menarik
kovalen
dan membentuk
Kesimpulan
1. Hasil percobaan praktikum sedimentasi ini adalah sampel air kotor yang ditambahkan tawas
lebih jernih daripada PAC
2. Hasil percobaan bebeda dengan referensi seharusnya PAC lebih efektif daripada tawas karna
penambahan PAC yang berlebihan mengakibatkan sampel air menjadi lebih keruh.
3. Tidak terjadi perubahan pada sampel dengan variasi jumlah 10 dan 20 gram pada tawas
maupun PAC.
VII.
Daftar Pustaka
Budiman, Kinerja Koagulan Poly Alumunium Chloride (PAC) dalam Penjernihan Air Sungai
Kalimas Surabaya menjadi Air Bersih, Jurnal Widya Teknik Vol.7, No 1, diakses tanggal
3 Februari 2016.
Firra, Mirwan, efektivitas PAC dan Tawas untuk Menurunkan Kekeruhan pada Air Permukaan,
Jurnal Firra Mirwan Env Vol. 5, No 1, diakses tanggal 3 Februari 2016.
LAMPIRAN
1. Selain dari tawas dan PAC zat kimia apa yang digunakan untuk sedimentasi
2. Struktur kimia tawas dan PAC
Jawab :
1. Koagulan yang umum dan sudah dikenal yang digunakan pada pengolahan airadalah
seperti yang terlihatpada tabel di bawah ini :
REAKSI
pH
DENGAN AIR
OPTIMUM
Bongkah, bubuk
Asam
6,0 7,8
Bubuk
Basa
6,0 7,8
Aln(OH)mCl3n-m
Cairan, bubuk
Asam
6,0 7,8
Ferri sulfat
Fe2(SO4)3.9H2O
Kristal halus
Asam
49
Ferri klorida
FeCl3.6H2O
Bongkah, cairan
Asam
49
Ferro sulfat
FeSO4.7H2O
Kristal halus
Asam
> 8,5
NAMA
FORMULA
Aluminium sulfat,
Al2(SO4)3.xH2O
x = 14,16,18
Sodium aluminat
Polyaluminium
Chloride, PAC
NaAlO2 atau
Na2Al2O4
BENTUK
Tawas/Alum adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia Al 2S04 11 H2O atau 14 H2O atau
18 H2O umumnya yang digunakan adalah 18 H2O. Semakin banyak ikatan molekul hidrat
maka semakin banyak ion lawan yang nantinya akan ditangkap akan tetapi umumnya
tidak stabil. Pada pH < 7 terbentuk Al ( OH ) 2+, Al ( OH )2
4+
, Al2 ( OH )2
4+
. Pada pH > 7
dituliskan.:
Al2S04 + 6 H2O Al ( OH )3 + 6 H+ + SO42Reaksi ini menyebabkan pembebasan ion H+ dengan kadar yang tinggi ditambah
oleh adanya ion alumunium. Ion Alumunium bersifat amfoter sehingga bergantung pada
suasana lingkungan yang mempengaruhinya. Karena suasananya asam maka alumunium
akan juga bersifat asam sehingga pH larutan menjadi turun.
Jika zat-zat ini dilarutkan dalam air, akan terjadi disosiasi garam menjadi kation
logam dan anion. Ion logam akan menjadi lapisan dalam larutan dengan konsentrasi
lebih rendah dari pada molekul air, hal ini disebabkan oleh muatan posistif yang kuat
pada permukaan ion logam (hidratasi) dengan membentuk molekul heksaquo (yaitu 6
molekul air yang digabung berdekatan) atau disebut dengan logam (H 2O)63+ , seperti [Al.
(H2O)6]3+ .
Ion seperti ini hanya stabil pada media yang sedikit asam , untuk aluminium pada
pH < 4, untuk Fe pada pH < 2.
Jika pH meningkat ada proton yang akan lepas dari ion logam yang terikat tadi
dan bereaksi sebagai asam.
Sebelum digunakan satu hal yang harus disiapkan yaitu larutan koagulan. Di
dalam larutan, koagulan harus lebih efektif, bila berada pada bentuk trivalen
3) seperti Fe
3+
(valensi
3+
secara
keseluruhan.
Reaksi
1)
biasanya
digunakan
untuk
menghitung
[Al(H2O)4(OH)2]+ + H+
[Al(H2O)2(OH)4] + H+ terlarut
Tahap pertama terbentuk senyawa dengan 5 molekul air dan 1 gugus hidroksil yang
muatan total akan turun dari 3+ menjadi 2+ misalnya : [Al(H2O)5OH]2+.
Jika pH naik terus sampai mencapai 5 maka akan terjadi reaksi tahap kedua
dengan senyawa yang mempunyai 4 molekul air dan 2 gugus hidroksil. Larutan dengan
pH >6 (dipengaruhi oleh Ca2+) akan terbentuk senyawa logam netral (OH)3 yang tidak
bisa larut dan mempunyai volume yang besar dan bisa diendapkan sebagai flok (di IPA).
Jika alkalinitas cukup ion H+ yang terbentuk akan terlepas dan endapan
[Al(H2O)3(OH)3] atau hanya Al(OH)3 yang terbentuk. Pada pH lebih besar dari 7,8 ion
aluminat [Al(H2O)2(OH)4] atau hanya Al(OH)4] yang terbentuk yang bermuatan negatip
dan larut dalam air. Untuk menghindari terbentuknya senyawa aluminium terlarut, maka
jangan dilakukan koagulasi dengan senyawa aluminium pada nilai pH lebih besar dari
7,8.
Polimerisasi senyawa aluminium hidroksil berlangsung dengan menghasilkan
kompleks yang mengandung ion Al yang berbeda berikatan dengan ion lainnya oleh grup
OH. Contoh :
OH [(H2O)4 Al Al(H2O)4]4+ atau Al2(OH)24+
OH Polinuklir Al kompleks diajukan untuk diadakan, seperti :
[Al7(OH)17]4+ ; [Al8(OH)20]4+ ; [Al13(OH)34]5+
Selama koagulasi pengaruh pH air terhadap ion H + dan OH adalah penting untuk
menentukan muatan hasil hidrolisa. Komposisi kimia air juga penting, karena ion divalen
seperti SO42 dan HPO42 dapat diganti dengan ion-ion OH dalam kompleks oleh karena
itu dapat berpengaruh terhadap sifat-sifat endapan.
Presipitasi dari hidroksida menjamin adanya ion logam yang bisa dipisahkan dari
air karena koefisien kelarutan hidroksida sangat kecil. Senyawa yang terbentuk pada pH
antara 4 6 dan yang terhidrolisa, dapat dimanfaatkan untuk polimerisasi dan
kondensasi (bersifat membentuk senyawa dengan atom logam lain) misalnya Al 6(OH)153+.
Aluminium sering membentuk komplek 6 s/d 8 dibandingkan dengan ion Fe (III)
yang membentuk suatu rantai polimer yang panjang. Senyawa itu disebut dengan
cationic
polynuclier
metal
hydroxo
complex
dan
sangat
bersifat
mengadsorpsi
dipermukaan zat-zat padat. Bentuk hidrolisa yang akan terbentuk didalam air , sebagian
besar tergantung pada pH awal, kapasitas dapar (buffer), suhu, maupun konsentrasi
koagulan dan kondisi ionik (Ca 2+ dan SO42) maupun juga dari kondisi pencampuran dan
kondisi reaksi.
Senyawa Al yang lainnya adalah sodium aluminat, NaAlO 2 atau Na2Al2O4.
Kelebihan NaOH yang ditambahkan (rasio Na2O/Al2O3 dalam Na2Al2O4 adalah : 1,2 1,3/1)
untuk menaikkan stabilitas sodium aluminat. Penambahan zat ini dalam bentuk larutan
akan menghasilkan reaksi berikut :
AlO2 + 2H2O Al(OH)4
Al(OH)4 Al(OH)3 + OH
Reaksi kedua hanya mungkin bila asiditas dalam air cukup untuk menghilangkan
Cl
3n-m
+ m Na+ + m Cl
Senyawa ini dibuat dengan berbagai cara menghasilkan larutan PAC yang agak
stabil.
PAC adalah suatu persenyawaan anorganik komplek, ion hidroksil serta ion
alumunium
bertarap
klorinasi
yang
berlainan
sebagai
pembentuk
polynuclear
PAC dapat bekerja di tingkat pH yang lebih luas, dengan demikian tidak
diperlukan pengoreksian terhadap pH, terkecuali bagi air tertentu.
2.
3.
Kadar khlorida yang optimal dalam fasa cair yang bermuatan negatif akan
cepat bereaksi dan merusak ikatan zat organik terutama ikatan karbon
nitrogen
yang
umumnya
dalam
truktur
ekuatik
membentuk
suatau
5.
6.
Kandungan basa yang cukup akan menambah gugus hidroksil dalam air
sehingga penurunan pH tidak terlalu ekstrim sehingga penghematan dalam
penggunaan bahan untuk netralisasi dapat dilakukan.
7.
PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa ini diakibatkan
dari gugus aktif aluminat yang bekerja efektif dalam mengikat koloid yang
ikatan ini diperkuat dengan rantai polimer dari gugus polielektrolite sehingga
gumpalan floknya menjadi lebih padat, penambahan gugus hidroksil
kedalam rantai koloid yang hidrofobik akan menambah berat molekul,
dengan demikian walaupun ukuran kolam pengendapan lebih kecil atau
terjadi over-load bagi instalasi yang ada, kapasitas produksi relatif tidak
terpengaruh.