Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
STATUS PASIEN
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. N
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Tanggal Lahir
: 22-05-1986
Usia
: 29 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Minang
Pendidikan Terakhir
: SMP
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Alamat Rumah
Tanggal masuk RS
: 28 Desember 2015
RIWAYAT PSIKIATRI
Autoanamnesis dilakukan pada hari Senin, 11 Januari 2016.
Alloanamnesis dengan kakak pasien (Tn.R) pada hari Senin, 11 Januari 2016.
A. Keluhan Utama
Pasien marah-marah memukuli orang tua dan kakaknya.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien merupakan rujukan dari Rumah Sakit Jiwa Grogol yang diantar
oleh keluarganya ke Paviliun Amino RSPAD Gatot Soebroto dikarenakan
ruang rawat penuh dan ini kali pertama pasien dirawat di RSPAD. Pasien
datang dengan keluhan marah-marah dan memukuli orang tua dan kakaknya
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, menurut keterangan keluarga, pasien
marah-marah dikarenakan tidak mau meminum obat. Pasien sudah tidak
minum obat rutin selama 2 bulan terakhir. Pasien lebih sering menyendiri di
kamar, jarang bersosialisasi dan berbicara sendiri dengan kata-kata yang tidak
1
jelas, pasien juga sering tertawa sendiri. Pasien menjadi sering marah-marah
dan melawan terhadap kakak-kakaknya. Pasien sudah tidak bekerja semenjak
dirinya didiagnosis gangguan jiwa dan di rawat di RSJ Grogol tahun 2006.
Sebelumnya pasien pernah bekerja sebagai cleaning service dan membuat
susu kedelai.
Menurut keterangan kakak pasien, dua bulan yang lalu pasien sempat
ingin bunuh diri dengan minum air karbol, pasien sampai mengeluarkan busa
dari mulutnya. Menurut pasien dia melakukan hal tersebut karena ada yang
menyuruhnya melakukan hal tersebut, pasien melihat orang itu seperti
kuntilanak laki-laki orang Belanda yang bernama Jager yang tingginya sekitar
5 meter, Jager tinggal di kamar pasien dan suka tidur di goa, menurut pasien
Jager merupakan teman si Pitung dan dia selalu berusaha menyuruh pasien
mati karena dianggap tukang bikin ulah dikamar dan pasien ketakutan dengan
hal tersebut lalu mengikuti perintah Jager. Sebelumnya pasien juga pernah
mencoba bunuh diri dengan menusukkan pisau ke bagian lehernya, pasien
mengamuk di pasar dan dicegah oleh orang-orang banyak. Menurut
keterangan pasien dirinya melakukan hal tersebut karena merasa ada yang
mengejar-mengejar dirinya seperti pocong yang membuat dirinya ketakutan
dan tidak tahan lagi sehingga dia marah-marah dan mencoba bunuh diri.
Dari autoanamnesa, didapatkan alasan mengapa pasien sering marahmarah di rumah karena dia mengikuti saran dari suara yang didengar oleh
pasien, menurut pasien suara yang didengar tersebut adalah suara Ilham,
Ilham yang dianggap seperti teman dan mirip dengan adiknya yang telah
meninggal. Pasien sering mendengar suara Ilham, Ilham sering memberi
petunjuk-petunjuk kepada pasien untuk melakukan sesuatu, dan juga
mengatakan mana orang yang baik mana orang yang jahat, pasien mengatakan
tidak senang dengan orang jahat. Menurut pasien hanya dia sendiri dan
bapaknya yang dapat melihat Ilham, menurut pengakuan pasien sosok Ilham
seperti burung rajawali yang memiliki sayap dan memiliki paruh sampai ke
tanah. Pasien juga mengatakan dirinya adalah seekor kerbau yang memiliki
tanduk kecil yang bisa diliat orang lain jika memejamkan mata sekedip.
2
pasien tidak tahu bagaimana caranya dan tidak ada bimbingan dari keluarga
karena ayah pasien memiliki kemampuan tersebut secara autodidak. Pasien
tiga hari tiga malam tidak tidur dan gelisah, pasien juga menempel berbagai
macam jimat di dinding kamar tidurnya. Kakak pasien juga mengatakan
sewaktu lulus SD pasien ingin melanjutkan sekolahnya ke pesantren, namun
dikarenakan masalah biaya pasien hanya dapat lanjut ke SMP, hal ini
membuat pasien sangat kecewa dan membuat pasien sering tidak masuk
sekolah, sehingga pasien hanya sekolah sampai kelas dua SMP. Pasien ingin
melanjutkan sekolah di Pesantren karena ingin belajar ilmu yang dapat
mengobati orang seperti Ayah pasien.
Dalam keluarga pasien, orang yang memiliki keahlian khusus untuk bisa
mengobati orang adalah hal yang lumrah, maka ketikapasien memiliki
perubahan perilaku dan juga dapat menebak nomor togel selalu tepat keluarga
menganggap hal itu adalah hal yang biasa, perubahan perilaku menjadi makin
memburuk sejak adik laki-laki pasien meninggal karena sakit HIV pada tahun
2006, pasien lebih sering mengurung diri di kamarnya dan sering terlihat
berbicara sendiri. Menurut keluarga, pasien memiliki hubungan yang sangat
dekat dengan adiknya, keduanya sering berkunjung ke tempat habib di Masjid
dekat rumahnya untuk menuntut ilmu dan selalu pergi berdua kemana-mana.
Puncak terjadinya perubahan perilaku pasien adalah ketika pasien secara
tiba-tiba menusuk kakaknya dengan gunting sebanyak tiga kali pada tahun
2006, sehingga kakaknya harus dioperasi karena luka yang tembus ke rongga
dada. Pasien akhirnya diamankan dan juga dipukuli oleh kakaknya yang
paling tua karena emosi melihat tindakan pasien. Pasien kemudian dibawa ke
Rumah Sakit Jiwa Grogol dan di rawat selama 2 minggu. Pasien sudah keluar
masuk perawatan di Rumah sakit jiwa Grogol sejak tahun 2006 sebanyak 4
kali, namun pasien tidak mau kontrol rutin dan tidak minum obat sejak dua
bulan SMRS.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Gangguan Psikiatri
Pasien telah memiliki riwayat gangguan jiwa sejak usia 19 tahun dengan
diagnosa skizofrenia, pasien sering keluar masuk perawatan di Rumah Sakit
Jiwa Grogol. Menurut keterangan keluarga pasien sudah pernah 4 kali di
rawat sejak tahun 2006. Gejala muncul pertama kali saat pasien berusia 17
tahun (tahun 2004). Pasien suka berbicara sendiri di kamarnya dan suka
menempel jimat di dinding kamarnya, pasien memiliki kenginan bisa
menyembuhkan orang seperti ayahnya tapi tidak kesampaian tapi tidak
disadari dan dianggap biasa oleh keluarga.
Pada tahun 2006, adik laki-laki pasien meninggal karena HIV, pasien
sangat
dekat
dengan
adiknya
dan
merasa
sangat
kehilangan
dan
2 bulan yang lalu pasien juga sempat ingin bunuh diri lagi dengan
meminum karbol, menurut pasien dirinya disuruh oleh orang Belanda seperti
kuntilanak laki-laki orang yang bernama Jager yang tingginya sekitar 5 meter,
5
Jager tinggal di kamar pasien dan suka tidur di goa, menurut pasien Jager
merupakan teman si Pitung dan dia selalu berusaha menyuruh pasien mati
karena dianggap tukang bikin ulah dikamar dan dia ketakutan dengan hal
tersebut.
Semenjak 2 bulan yang lalu pasien tidak mau meminum obat lagi dan
selalu harus di paksa oleh keluarga, sehingga pasien sering marah-marah dan
memukuli kakaknya dan orang disekitarnya. Menurut pasien, dirinya tidak
mau minum obat karena mengirit minum obat karena untuk mengambil obat
kontrol ke RS Grogol dia membutuhkan uang yang banyak untuk transportasi.
Karena pasien marah-marah keluarga memutuskan membawa pasien ke rumah
sakit untuk dilakukan perawatan kembali.
2. Gangguan Medik
Pasien tidak pernah memiliki riwayat trauma kepala, tidak pernah
kejang, tidak pernah demam tinggi, tidak pernah mengalami penyakitpenyakit berat yang membutuhkan perawatan sebelumnya.
3. Penggunaan Zat Psikoaktif
Dari hasil autoanamnesa, pasien mengaku sewaktu kecil sering
dicekoki oleh teman main dan preman disekitar lingkungan rumahnya untuk
minum alkohol dan juga di paksa untuk mencoba pil lexotan. Namun pasien
tidak menyukai hal tersebut dan tidak mau mengkonsumsi alkohol dan obatobatan terlarang. Pasien menyangkal menggunakan narkoba, pasien
mengatakan tidak suka konsumsi obat-obatan terlarang karena adik pasien
meninggal karena HIV. Pasien merupakan perokok aktif sejak SMP, pasien
mengaku mulai merokok sejak berhenti sekolah.
memiliki teman dan kesepian saat sepupunya keluar. Pasien juga pernah bekerja
membuat susu kedelai selama 6 bulan, pasien belajar membuat susu kedelai dari
menonton televisi namun tidak dilanjutkan karena kondisinya tidak stabil.
Menurut pasien setiap pekerjaan yang dia kerjakan selalu dianggap salah, dan
pasien mengatakan hanya ingin sedikit dihargai selayaknya manusia saat bekerja.
4. Riwayat Beragama
Dari hasil alloanamnesa, didapatkan bahwa pasien beragama Islam dan
merupakan penganut yang taat sebelum sakit. Sering berguru dan mengaji
bersama habib didekat rumah pasien. Pasien rajin sholat, mengaji, dan mengikuti
kajian keagamaan di Masjid. Namun setelah sakit pasien jarang beribadah. Karena
mendengar saran dari suara yang didengarnya jika solat itu percuma dilakukan.
5. Riwayat Kehidupan Seksual dan Perkawinan
Dari hasil alloanamnesa, didapatkan bahwa pasien belum menikah. Pasien
pernah memiliki hubungan dengan 2 orang wanita namun tidak sampai
melanjutkan ke jenjang pernikahan karena ditinggal selingkuh oleh pihak wanita.
Menurut pasien sekarang dirinya selalu ditolak oleh setiap wanita yang didekati
oleh pasien. Pasien memiliki orientasi seksual yang normal, yaitu heteroseksual.
Pasien juga ingin menikah namun diakui susah dikarenakan kondisinya sekarang.
6. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara, tidak ada anggota
keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya. Pasien mengaku
keluarganya yang paling baik adalah ibu pasien, pasien mengatakan keluarga yang
dibencinya adalah kakaknya yang paling tua, pasien sangat dekat dengan adiknya
yang sudah meninggal. Menurut keterangan pasien, bapak pasien bernama bapak
Suar dan ibunya bernama Aminah. Orang tua pasien berasal dari Padang. Ibu
pasien merupakan istri ke-18, Ibu pasien dan kakaknya berdagang baju bekas di
pasar gaplok. Ayah pasien sekarang tidak bekerja dan berada di rumah. Pasien
memiliki 5 orang kakak dan 1 orang adik, kakak pasien bernama Tn. RF, Tn. RT,
Tn.RH, Ny.S, dan Ny. F, adik pasien bernama Tn.Re.
Genogram
7. Situasi Kehidupan Sosial Sekarang
Saat ini pasien tinggal bersama ayah dan ibunya, ayah dan ibu pasien
sudah berusia tua. Pasien jarang mendapat perhatian dari keluarga, pasien lebih
sering dibiarkan melakukan hal yang ingin dilakukannya tanpa ada bimbingan
dari keluarga. Orang tua pasien mengatakan tidak mampu mengurus pasien jika
pasien masih berperilaku seperti sebelumnya. Pasien juga jarang bergaul dengan
tetangga sekitar rumah dan lebih sering menyendiri di kamar atau main ke pasar.
8. Persepsi Pasien tentang dirinya dan kehidupan
Pasien menyadari bahwa dirinya sakit namun tidak mengetahui
penyakitnya, pasien berpikir bahwa penyakitnya dikarenakan santet karena
banyak yang tidak suka dengan pasien. Pasien ingin keluarganya di rumah
menerima kalau dia sakit dan tidak berpikiran buruk dan tidak menganggap remeh
dirinya. Pasien mengakui jarang meminum obat dan kontrol ke rumah sakit
10
dikarenakan pasien tidak memiliki uang untuk ongkos pergi ke rumah sakit.
Untuk mengambil obat. Persepsi pasien terhadap lingkungan normal.
9. Persepsi Keluarga terhadap Pasien
Keluarga berharap kondisi pasien membaik dan dapat sembuh dan pulang
ke rumah untuk membantu kedua orang tua yang sudah sepuh. Menurut keluarga
pasien sebelum sakit pasien adalah orang yang pintar dan bercita-cita menjadi
tabib yang dapat menyembuhkan orang sakit dan penulis, dan keluarga berharap
pasien dapat mandiri dalam menjalankan hidupnya.
10. Fantasi, Mimpi dan Nilai-nilai
Pasien bermimpi namun lupa mimpinya apa, tetapi tidak ingat
memimpikan hal yang menakutkan atau menegangkan. Pasien mengharapkan
anak-anak di daerah pasar dekat tempat tempat tinggal pasien tidak memiliki
kebiasaan mengelem aibon. Pasien menganggap dirinya manusia biasa dan tidak
memiliki kemampuan atau hal khusus. Pasien mengatakan ingin menjadi penulis
dan suka membuat kaligrafi.
III. STATUS MENTAL
Pemeriksaan dilakukan pada hari Senin tanggal 11 Januari 2016.
A. Deskripsi Umum
1) Penampilan
Seorang laki-laki, berusia 29 tahun, tampak sehat, tampak sesuai usia,
pembawaan tenang, bertubuh kurus dan tinggi, berpenampilan seperti laki-laki
dengan rambut pendek berwarna hitam, tampak sesuai usia. Kulit pasien berwarna
hitam. Tinggi badan pasien 175 cm dan berat badan 58 kg. Pasien menggunakan baju
kaos, celana jans panjang. Pasien dengan perawatan diri sendiri, tubuh kurang
bersih, bau, tampak kuku tangan dan kaki panjang dan kehitaman, gigi tampak kotor
dan kuning. Pasien dapat berjalan dengan baik dan cara berjalan normal.
11
a.
b.
Auditorik : Ada. Pasien memiliki riwayat mendengar suara bisikan sosok Ilham
yang mengomentari perilakunya dan beberapa kali memberi perintah dan
12
petunjuk pada pasien. Pasien juga mendengar suara yang menyuruhnya untuk
minum karbol untuk bunuh diri. Ada perilaku halusinatorik, pasien terkadang
terlihat berbicara sendiri dan tertawa sendiri.
Visual : ada. Pasien melihat sosok yang menurut pasien bernama Ilham yang
selalu dekat dengannya yang menyerupai burung rajawali dengan paruh sampai
ke tanah. Pasien juga melihat sosok Jager yang menyerupai orang Belanda
dengan tinggi 5 meter dan suka tidur di goa.
Blocking
: tidak ada
Asosiasi longgar
: ada
Inkoherensi
: tidak ada
Flight of ideas
: ada
Word salad
: ada
Neologisme
: ada
Tangensialitas
: tidak ada
2. Isi Pikir
Waham bizar: saat ini pasien menganggap dirinya adalah kerbau yang
memilki tanduk dikepalanya.
13
Waham kejar : pasien merasa seperti setan pocong mengejar dirinya sehingga
pasien ketakutan dan sempat ingin bunuh diri, pasien meyakini bahwa ada
orang jahat yang tidak suka dengannya sehingga dia selalu dijahati. Pasien
merasa tidak dihargai oleh orang-orang dirumahnya. Pasien menganggap
orang-orang disekitarnya selalu menjahatinya dan tidak menyukainya, dan
berusaha untuk membunuhnya.
F. Fungsi Kognitif dan Sensorium
1. Kesiagaan dan Taraf Kesadaran
Compos mentis dan kesiagaan baik.
2. Orientasi
- Waktu : pasien dapat membedakan waktu pagi, siang dan malam hari, tetapi
pasien tidak mengetahui hari, tanggal dan jam.
- Tempat : pasien mengetahui bahwa dirinya sedang dirawat di Rumah Sakit
Gatot Soebroto.
- Orang : pasien dapat mengingat identitas lengkapnya, keluarga dan temannya di
bangsal.
3. Ingatan
- Jangka panjang : pasien dapat mengingat tanggal lahir, nama sekolah dan nama
anggota keluarganya.
- Jangka sedang : pasien dapat mengingat siapa yang mengantarnya ke RS.
- Jangka pendek : pasien dapat mengingat menu sarapan pagi ini.
- Segera : pasien dapat mengingat 3 kata yang diberikan oleh pemeriksa untuk
diingat-ingat.
4. Konsentrasi dan Perhatian
Pasien terkadang sulit berkonsentrasi, terutama jika ada stimulus eksternal.
Pasien tidak dapat menjawab perhitungan 100 dikurangi 7. Pasien dapat mengeja
kata WAHYU secara berurutan dan terbalik dengan benar. Pasien sulit
berkonsentrasi jika ada orang lain berbicara saat ia akan bicara dan terkadang
tampak berbicara sendiri. Perhatian mudah teralihkan (distraktibilitas tinggi) saat
ada faktor eksternal.
14
6. Kemampuan visuospasial
Pasien dapat meniru gambar 2 segilima yang bertumpukan. Pasien dapat
menggambarkan jam sesuai dengan instruksi, memperlihatkan arah jarum panjang
dan pendek dengan benar. Pasien juga bisa menulis kaligrafi.
15
7. Pikiran Abstrak
Pasien mengerti arti peribahasa berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke
tepian namun tidak mengerti arti peribahasa sekali mendayung 2-3 pulau
terlampaui.
8. Inteligensi dan Daya Informasi
Pasien dapat menjawab siapa presiden RI saat ini dan ibukota Indonesia.
9. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien cukup baik. Pasien berbicara cukup. Pasien
masih belum dapat sepenuhnya mengontrol keinginannya untuk merokok, pasien
Pasien tidak merokok saat pembicaraan, hanya merokok saat sedang sendiri.
G. Daya Nilai dan Tilikan
- Daya nilai sosial : baik, pasien bersikap ramah dan sopan terhadap seluruh
tenaga medis, seperti dokter spesialis dan perawat, serta pasien lain di
bangsal.
- Uji daya nilai : baik
- Reality Test Ability (RTA) : terganggu
- Tilikan derajat 3. Karena pasien tau dirinya sakit tapi menyalahkan orang lain
dan merasa dirinya di kerjai(disantet) atau dijahati oleh orang lain.
H. Reliabilitas
16
Perkusi
Auskultasi
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
17
Ekstremitas
B. Status Neurologis
GCS : 15 (E4M6V5)
Tanda rangsang meningeal : tidak ada
Cara berjalan : normal
Keseimbangan : baik
Motorik : baik 5555|5555
5555|5555
Sensorik : baik
Tanda Ekstrapiramidal :
Tremor
: tidak ditemukan
Akatasia
: tidak ditemukan
Bradikinesia : tidak ditemukan
Rigiditas
: tidak ditemukan
Motorik
: tidak ditemukan
Tonus
: tidak ditemukan
Turgor
: tidak ditemukan
Kekuatan
: tidak ditemukan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi Lengkap
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Hitung Jenis :
- Basofil
- Eosinofil
- Batang
- Segmen
- Limfosit
- Monosit
MCV
13.7
42
5.1
9470
322000
13 18 g/dL
40 52 %
4.3 6.0 juta/L
4.800-10.800/ L
150.000 400.000/ L
0
4
3
51
25
7
83
27
0-1%
1-3%
2-6%
50-70%
20-40%
2-8%
80-96% fL
27 -32 pg
18
MCH
MCHC
RDW
Kimia darah
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
33
13.10
32-36 g/dL
11.5 14.5 %
12
11
15
0.9
4.5
147
3.9
102
64
Asam Urat
Natrium
Kalium
Klorida
Glukosa darah sewaktu
untuk melakukan sesuatu, dan juga mengatakan mana orang yang baik mana
orang yang jahat, pasien mengatakan tidak senang dengan orang jahat. Menurut
pasien hanya dia sendiri dan bapaknya yang dapat melihat Ilham, menurut
pengakuan pasien sosok Ilham seperti burung rajawali yang memiliki sayap dan
memiliki paruh sampai ke tanah. Pasien juga mengatakan dirinya adalah seekor
kerbau yang memiliki tanduk kecil yang bisa diliat orang lain jika memejamkan
mata sekedip.
Pasien mengaku menjadi seperti sekarang karena frustasi, setiap kerja yang
dia lakukan tidak pernah dihargai dan selalu dianggap salah, dia selalu
diremehkan oleh kakaknya dan lingkungan sekitarnya dan tidak pernah dihargai
seperti manusia. Pasien mengatakan dia hanya mau sedikit dihormati dan dihargai
sebagai manusia. Pasien memukuli kakaknya dan marahmarah karena tidak
tahan dengan perlakuan orang-orang disekitarnya di tambah lagi karena pasien
mendapat saran dari suara yang didengarnya untuk menusuk kakaknya karena dia
mendengar dirinya akan di bunuh oleh keluarganya karena keluarganya dianggap
dipengaruhi oleh orang jahat.
Pada pemeriksaan status mental tanggal 11 Januari 2016 didapatkan
seorang pria, penampilan sesuai usianya, berambut pendek, berkulit hitam,
perawatan dan kerapihan diri kurang, dan memakai kaos berwana putih dan
celana jeans panjang. Pasien tampak tenang dan bersemangat saat diajak
berbicara. Pasien kooperatif dan mau menjawab pertanyaan. Kesadaran pasien
kompos mentis. Pasien bersikap sopan terhadap pemeriksa. Pembicaraan spontan,
artikulasi jelas, dan intonasi biasa. Mood labil dan afek terbatas, serasi. Isi pikir
berupa waham bizar, waham kejar. Proses pikir assosiasi longgar. Orientasi dan
daya ingat baik. Pasien terkadang sulit berkonsentrasi, terutama jika ada stimulus
eksternal. Kemampuan mengendalikan impuls dan daya nilai pasien baik. RTA
pasien terganggu dengan tilikan derajat III. Dapat dipercaya, pernyataan pasien
sama dengan pernyataan keluarga pasien. Pemeriksaan fisik lainnya dan hasil
laboratorium dalam batas normal.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
20
Aksis I
Berdasarkan wawancara didapatkan adanya gangguan pada pikiran,
Aksis II
Ciri kepribadian pasien adalah kepribadian skizoid, dengan ciri-ciri pasien
Aksis III
Pada pasien tidak ditemukan adanya kelainan klinis (fisik dan neurologis)
lain yang bermakna sehingga aksis III pasien tidak ada diagnosis.
Aksis IV
Ditemukan masalah psikoedukatif yaitu pasien sebelumnya tidak
Aksis V
Penilaian kemampuan peyesuaian aktivitas sehari-hari menggunakan skala
: Skizofrenia paranoid.
Aksis II
Aksis III
: Tidak ada.
22
Aksis IV
Aksis V
Diagnosis kerja
IX. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam
: ad bonam
: dubia ad malam
Tidak ada
2. Psikologis
Skizofrenia paranoid
Mood
: Labil
Afek
: Terbatas, serasi
Persepsi
: Halusinasi auditorik dan visual
Proses pikir
: Asosiasi longgar
Isi Pikir
: Waham paranoid, waham bizar, waham kejar
RTA
: Terganggu
23
Tilikan
melemparkan kesalahan pada orang lain, pada faktor eksternal, atau pada
faktor organik. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit namun pasien
mengatakan dirinya sakit karena di kerjai (santet) oleh orang-orang yang
b. Nonfarmakologis
1. Terhadap pasien
Psikoterapi suportif: melihat pasien secara holistik dengan membina
hubungan, menunjukan empati dan memberikan perhatian kepada pasien,
tidak menghakimi pasien, memberi dukungan segala usaha adaptif pasien,
menghormati pasien sebagai manusia seutuhnya dan peduli pada aktivitas
keseharian pasien, memotivasi pasien untuk lebih produktif dan minum
obat secara teratur agar penyakitnya tidak muncul kembali.
2. Terhadap keluarga dan teman
o Psikoedukasi mengenai :
a. Penyakit pasien
Memberikan penjelasan mengenai penyakit pasien, penyebab,
gejala-gejalanya, faktor-faktor yang dapat memperberat keadaan
penyakit pasien dan bagaimana cara pencegahan. Sehingga keluarga
24
dan teman atau lingkungan sekitar dapat mengerti keadaan pasien dan
mendukung proses kesembuhannya.
25
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan PPDGJ III yang merujuk ke DSM IV, seseorang dikatakan gangguan
jiwa atau gangguan mental jika ditemukan adanya perubahan terhadap pola perilaku atau
psikologik seseorang, yang secara klinik menimbulkan distress (penderitaan) dan
disabilitas dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari serta perawatan diri. Pada
pasien didapatkan adanya gangguan pada pikiran, perasaan, serta perilaku pasien yang
menimbulkan hendaya dan disfungsi dalam keseharian. Maka, pasien dapat dikatakan
mengalami gangguan jiwa.
Pada pasien ini terdapat waham tentang dirinya dikendalikan dan dipengaruhi
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, waham tentang diirnya tidak berdaya dan pasrah
terhadap kekuatan dari luar yang menyebabkan pasien marah-marah dan menusuk
kakaknya karena dia berpikir dirinya akan dibunuh, pada pasien juga terdapat halusinasi
yang menonjol. Pasien mendengar suara yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, dan pasien juga melihat sosok seperti burung rajawali berparuh besar
yang sering memberi nasehat pada pasien, serta sosok orang belanda yang menyuruh
pasien untuk minum karbol. Gejala-gejala tersebut berlangsung lebih dari satu bulan, dan
juga mengakibatkan pasien mengalami perubahan mutu kehidupan, tidak bisa mengurus
diri, hilangnya minat, dan hidup tidak bertujuan. Semua hal ini sesuai dengan gejala
skizofenia.
Untuk menegakkan sebuah diagnosis, hierarki diagnosis psikiatri harus
digunakan. Pada pasien ini, tidak ada riwayat trauma pada kepala, nyeri kepala, pusing,
mual, demam tinggi ataupun kejang. Pada pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan
kelainan. Sehingga kecurigaan ke arah diagnosis gangguan mental organik dapat
disingkirkan. Selain itu, perlu diperhatikan diagnosis ke arah gangguan mental akibat zat
psikoaktif. Pasien merokok sejak SMP sampai sekarang, tetapi selain itu pasien tidak
menggunakan zat psikoaktif lainnya dan tidak juga mengkonsumsi alkohol. Dengan data
tersebut diagnosis gangguan psikotik akibat penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan
26
juga. Maka dapat disimpulkan bahwa gangguan pasien adalah murni akibat gangguan
psikotik primer bukan sekunder karena kondisi medis lainnya.
Pasien ini didiagnosis dengan skizofrenia paranoid (F20.0). Skizofrenia
ditunjukkan dengan adanya gejala berupa waham dan halusinasi pada pasien. Untuk
menegakkan diagnosis skizofrenia paranoid, pasien harus memenuhi kriteria skizofrenia
terlebih dahulu.
Diagnosis umum skizofrenia (F20.-) berdasarkan kriteria diagnostik PPDGJ-III :
A. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) : (memenuhi 2 dari 4
kriteria dengan jelas)
Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
dirinya (withdrawal) .
Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain
mukjizat.
Halusinasi auditorik :
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku
pasien dan terkadang memerintah pasien untuk melakukan suatu tindakan,
27
kakaknya.
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
B. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
(memenuhi 2 dari 4 kriteria)
Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus , halusinasi auditorik
(mendengar bisikan yang mengomentari tindakan pasien dan memerintah
pasien melakukan tindakan) dan visual (melihat ilham yang menyerupai
burung rajawali).
Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
28
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika , tidak didapatkan pada pasien ini.
C. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal). gejala
yang dialami pasien berlangsung selama lebih dari 6 tahun, episode terakhir berawal
dari bulan Desember sampai sekarang.
D. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara
sosial saat rutin dalam pengobatan pasien dapat berfungsi dengan lebih baik dalam
hal sosial maupun pekerjaan, namun saat kambuh pasien tidak dapat melakukan
fungsi sosial maupun pekerjaannya dimana pasien cenderung menarik diri dan
mengurung diri sepanjang hari.
Berdasarkan hal tersebut pasien menurut kriteria DSM IV pasien memenuhi
kriteria skizofrenia. Kriteria diagnostik DSM-IV-TR subtipe skizofrenia:
A Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk
bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati
dengan berhasil):
1 Waham
2 Halusinasi
3 Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)
4 Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5 Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan
(avolition)
Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau
atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau
pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama lainnya.
B Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset
gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal,
atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset
29
(atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai
tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).
C Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan.
Pada 6 bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang memperlihatkan
gejala kriteria A) dan mungkin termasuk gejala prodormal atau residual.
D Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan skizoafektif
atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena: (1) tidak ada
episode depresif berat, manik atau campuran yang telah terjadi bersama-sama
gejala fase aktif atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif,
durasi totalnya relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
E Penyingkiran zat/kondisi medis umum
F Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif
Pada pasien terdapat halusinasi auditorik berupa suara-suara yang didengar pasien
dan waham paranoid berupa pikiran pasien yang merasa dirinya dikuasai,
diperhatikan, dibicarakan, dan ditertawakan oleh orang lain (Kriteria A DSM IV).
Kondisi ini menyebabkan gangguan pada fungsi keseharian pasien dimana karena
pasien selalu ketakutan sehingga pasien tidak mau keluar rumah untuk berinteraksi
dengan orang lain (Kriteria B DSM IV) yang berlangsung lebih dari 6 bulan (Kriteria
C DSM IV). Pasien tidak pernah mengalami kondisi episode mood depresif maupun
episode manik selama periode aktif penyakit (Kriteria D DSM IV) dan tidak pernah
mengkonsumsi zat psikoatif (Kriteria E DSM IV). Berdasarkan kriteria DSM IV
pasien telah memenuhi kriteria Skizofrenia sehingga dapat disimpulkan diagnosis
pasien adalah Skizofrenia (F20).
Pasien sesuai dengan kriteria diagnostik skizofrenia (F20).
Diagnosis skizofrenia dilanjutkan dengan menegaskan sub-tipe gangguan yang
dialami pasien, dengan kecurigaan ke arah tipe paranoid, pasien lebih menunjukkan
gejala waham dan halusinasi. Diagnosis skizofrenia paranoid (F20.0) berdasarkan
kriteria diagnostik PPDGJ-III :
a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
b. Sebagai tambahan :
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol.
30
Psikoedukasi
ditujukan
kepada
pasien
dan
keluarganya.
Psikoedukasi yang diberikan kepada pasien adalah melihat pasien secara holistik
dengan membina hubungan, menunjukan empati, memotivasi pasien untuk lebih
produktif dan minum obat secara teratur agar penyakitnya tidak muncul kembali.
Psikoedukasi yang diberikan kepada keluarga pasien adalah memberikan
31
penatalaksanaan
skizofrenia
pada
umumnya
diperlukan
Selain itu pada pasien ini juga diberikan obat haloperidol, yaitu obat APG
I.Kerja terapeutik obat obat antipsikotik konvensional adalah menghambat
reseptor D2, khususnya pada jalur mesolimbic. Hal ini dapat menimbulkan efek
berkurangnya hiperaktivitas dopamine pada jalur ini, yang merupakan sebagai
penyebab simtom positif pada psikosis. Haloperidol adalah salah satu obat yang
umumnya digunakan pada pasien agresif dan berbahaya, yang dimana pada pasien
ini terdapat tindakan agresif pada saat pertama masuk RSPAD karena pasien
menyerang kakaknya. Haloperidol memiliki efek samping yang cukup berta yang
termasuk
berkisar 24 jam. Orang dewasa dalam keadaan akut cukup sesuai dengan
menggunakan dosis ekivalen haloperidol 5 hingga 20mg, pada pasien ini
diberikan 2x2,5 mg.
Selain itu pada pasien ini diberikan obat trihexyphenidyl yaitu sebagai
obat untuk mengurangi gejala ektrapiramidal yang diakibatakan oleh efek
samping dari pemberian haloperidol. Triheksipenidil memiliki daya antikolinergik
yang berkerja menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen,
menghambat reuptake dopamine pada ujung saraf presinaptik di otak.
Faktor resiko terjadinya gangguan jiwa terdiri dari faktor biologis yang
meliputi genetik, fisik dan lingkungan; dan faktor psikososial yang terdiri dari
faktor kepribadian, peristiwa kehidupan, dan stres lingkungan. Seorang yang
memiliki sanak saudara derajat pertama (orang tua atau saudara kandung) yang
menderita
gangguan
memungkinkan
skizoafektif,
seseorang
untuk
bipolar
ataupun
mengembangkan
skizofrenia
gangguan
lebih
tersebut
dibandingkan dengan orang tanpa sanak saudara derajat pertama yang menderita
gangguan tersebut. Berdasarkan anamnesa keluarga pihak ayah dan ibu, tidak ada
keluarga yang memiliki gejala yang sama dengan pasien. Selain itu tidak ada
saudara kandung pasien yang memiliki keluhan yang sama. Kelainan genetik ada
pada pasien ini dapat dikesampingkan.
Faktor psikososial yang paling mendukung terjadinya gangguan
skizofrenia adalah stress, dimana suatu teori diajukan bahwa stress berkelanjutan
dapat menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama yang dapat
34
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Maramis, W.S. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Presss :
Surabaya. 1994.
2. Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 1998.
3. Olfson, Mark. Treatment Patterns for Schizoaffective Disorder and Schizophrenia
AmongMedicaid Patients. Diakses melalui: www.psychiatryonline.org/data/Journals/
4. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical Manual of Mental
disorders (DSM V TM). American Psychological Association (APA): Washington
DC.
5. Agus, Dharmady. 2003. Psikopatologi: Dasar di Dalam Memahami Tanda dan
Gejala dari Suatu Gangguan Jiwa. Ed.1. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya: Jakarta.
6. Maslim, Rusdi, 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM 5. Cetakan 2. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya: Jakarta.
7. Sadock, Benjamin James., Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadock Buku Ajar
Psikiatri Klinis. Ed.7. Jakarta : EGC
8. Maslim, Rusdi, 2007. Panduan Klinis Obat Psikotropik. Ed 3.Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.
36