Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I.
IDENTITAS PASIEN
II.
Nama
Umur
Jenis kelamin
Tanggal lahir
Alamat
Suku
Pekerjaan
Status perkawinan
Agama
Pendidikan
Tanggal masuk RS
: Bpk. B
: 47 tahun
: Laki-laki
: 10 Mei 1967
: Komplek AU Dwikora, Cibinong
: WNI
: Perawat
: Duda tanpa anak
: Islam
: Perawat
: 11 Mei 2014
RIWAYAT PSIKIATRI
Alloanamnesa: 10 Oktober 2014
Autoanamnesa : 9 dan 10 Oktober 2014
a. Keluhan Utama
Pasien dibawa ke Bangsal Amino RSPAD Gatot Subroto karena tidak bisa tidur
dan marah-marah 12 jam SMRS.
b. Keluhan Tambahan
Pasien sering berbicara kacau, mendengar bisikan suara-suara dan melihat orang
yang melayang ingin membunuhnya.
Soebroto pada tahun 1995. Menurut keluarganya pasien pertama kali dirawat inap di
bangsal jiwa karena suka marah-marah dan pasien merasa ada yang bersekongkol berniat
menjahatinya. Tercatat sejak 1995 pasien sudah 10 kali masuk perawatan di paviliun
amino dari tahun 1995-2014.
Pada tanggal 5 Oktober 2009 pasien mengeluh nafasnya seperti bangkai karena
sinusitisnya. Pada tahun itu pasien kebetulan didiagnosa sinusitis. Pasien mengaku
kakinya sakit seperti ditusuk-tusuk. Pasien mengatakan ia ingin berhenti kerja karena
tidak menyukai profesinya dan ingin menjadi pengusaha. Pada tahun itu juga pasien
mengatakan menciptakan lagu dan ia ingin membuat hak paten agar tidak dicuri orang.
Pasien sering tidak bisa tidur karena suara-suara yang membicarakan dirinya.
Pada tahun 2011 pasien merasa ada yang merasuki dirinya dan ingin memenggal
kepala ayahnya. Hal ini membuat pasien takut karena ia menyayangi ayahnya. Pasien
2
juga sering terpancing emosinya akibat radio dan TV diakibatkan ada bayangan yang
menurut pasien masuk ke badan pasien. Pasien juga merasa bahwa ia punya teknologi
yang dapat menyembuhkan orang sakit dengan sinar pink.
Pada tahun 2012 suara-suara yang didengar pasien masih ada. Ia menyuruh pasien
untuk membakar buku pasien dan mengata-ngatai pasien. Hal ini membuat pasien curiga
dengan orang tua pasien karena mereka suka mengatai pasien. Pasien merasa bahwa ia
harus menjadi kepala RSPAD agar sakit di kaki pasien menghilang. Hal ini diakibatkan
karena ada yang menarik kepala pasien dari 2 arah sehingga sakit.
Pada tanggal 4 Februari 2013 pasien sering bernyanyi-nyanyi di rumah. Ia ingin
membuat robot dengan program autocad agar bisa mengoperasi pasien karena dokter
tidak mau mengoperasi pasien. Hal ini membuat pasien tidak bisa beribadah.
Berdasarkan alloanamnesa dari rekan kerja pasien pada tanggal 10 Oktober 2014,
pasien dikatakan adalah orang yang sangat pandai, pernah mendapat juara perawat
teladan tingkat DKI Jakarta, pasien pernah menjadi perawat di ICU namun sekarang
pasien sudah dipindah tugas di bagian pembantu administrasi. Pekerjaan pasien dikantor
hanya duduk, solat, mengaji, makan dan pulang. Menurut kerabat pasien, pasien sangat
bergantung pada orang tuanya, Orang tua pasien sepertinya menekan pasien karena
semua uang gaji pasien dipegang oleh orangtua pasien termasuk saat pasien masih
mempunyai istri, pasien dan istri tidak boleh meninggalkan rumah orangtua pasien dan
orangtua pasien mengatur keuangan pasien. Menurut rekan kerja pasien hal itu lah yang
menyebabkan istri pasien tidak betah.
ii.
iii.
ii.
iii.
iv.
v.
Masa dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.
Pasien bersekolah di SDN 1 Cilangkap, lalu pada saat SMP pasien bersekolah
di SMPN 1 Cibinong . Pada saat SMA pasien sempat bersekolah di SMAN 1
Bogor, akan tetapi karena alasan finasial pasien akhirnya pasien disekolahkan
oleh pamannya ke Sekolah Tinggi Keperawatan RSPAD. Prestasi pasien
selama sekolah sangat baik yaitu selalu meraih juara 1 , bahkan pada saat di
Sekolah perawat pernah mendapat gelar perawat terbaik di seluruh Jakarta.
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebelumnya sebagai perawat di RSPAD di bagian
IGD sejak tahun 1987. Pada awalnya pasien bekerja di kamar obat, akan tetapi
karena pasien menderita alergi pada akibat bekerja di kamar obat ia
dipindahkan. Pasien juga pernah menjadi perawat ICU dan sekarang pasien
bekerja di bagian keperawatan lantai 5 gedung Satrio.
3. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah satu kali pada tahun 2004 dan ditinggal oleh
istrinya pada tahun 2008. Pasien tidak memiliki anak.
5. Riwayat Psikoseksual
Pasien mengaku selama bersekolah baik SMP, maupun SMA tidak
pernah berpacaran hanya suka pada temannya. Pasien pernah mencoba
menyatakan cinta pada temannya akan tetapi ditolak.Pada tahun 1992 pasien
pernah menjalin hubungan dengan rekan seperawat pasien yaitu Nn.T selama
1 tahun. Pada saat itu ayah pasien setuju dan merestui pasien untuk menikah
dengan Nn.T. Akan tetapi ketika pasien ingin melamar Nn.T keluarga Nn.T
menolak pasien dan justru meminta uang sebesar 20 juta rupiah apabila
pasien ingin menikahi Nn.T. Pasien juga sebelumnya pernah dipukul oleh
seseorang di metromini yang mengaku bahwa ia adalah pacar Nn.T.Ayah
pasien kemudian menyuruh pasien untuk memutuskan Nn.T dan hal ini
membuat pasien sangat sedih. Semenjak saat itu, pasien mulai terlihat
merenung, berdiam diri dikamar dan tidak bisa tidur.Pasien juga mulai
terlihat bicara sendiri.Pasien dan istrinya dijodohkan lalu berpacaran saat
sebelum
nikah
selama
bulan.Pasien
memiliki
orientasi
seksual
6. Aktivitas sosial
Di lingkungan rumah pasien, pasien mengakui menghabiskan waktu
dengan membaca dan belajar.
f. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari 6 bersaudara. Ayah pasien merupakan
mantan anggota AURI akan tetapi sudah pensiun dan sekarang menganggur. Ibu
pasien merupakan ibu rumah tangga. Pasien merupakan anak pertama dari 6
bersaudara. Pasien memiliki 1 orang adik laki-laki dan 4 orang adik perempuan. Adik
pasien bekerja di perusaahan tekstil. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki
riwayat keluhan seperti pasien.
Genogram
h. Persepsi
i. Pasien tentang diri dan lingkungan
dirawat di
ii.
iii.
a. Deskripsi Umum
i. Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 47 tahun dengan penampilan
sesuai usia, tinggi 166 cm, kulit berwarna sawo matang, rambut pendek,
dengan perawatan diri kurang, belum mandi. Pada saat diwawancara pada
tanggal 9 dan 10 Oktober 2014, pasien menggunakan baju berlengan penjang
berwarna biru disertai dengan celana panjang dilipat hingga lutut berwarna
hitam. Pasien dapat berjalan dengan keseimbangan baik, cara jalan yang
normal.
suka asik pada hobi pasien yaitu membaca buku, menulis-nulis dan menyanyi.
Pasien suka berbicara dengan pasien lain. Pasien senang bermain tenis meja
dan cukup handal bermain tenis meja.
: Eutim
Afek
: Luas
Keserasian
: Serasi
c. Pembicaraan
Pasien mampu berbicara lancar, volume sedang, artikulasi jelas, dan irama
teratur. Pasien dapat menjawab pertanyaan dan mengerti isinya akan tetapi
setelah menjawab pasien selalu menghubungkan dengan hal yang tidak masuk
akal dan melompat-lompat.
d. Gangguan Persepsi
Gangguan Persepsi
Ada / tidak
Halusinasi Visual
Ada
Halusinasi Auditorik
Ada
Halusinasi
Olfaktorik
Halusinasi
Gustatorik
Halusinasi Taktil
Ilusi
e. Pikiran
8
Pikiran
Isi Pikir
Waham Bizzare
Waham kejar
Waham kebesaran
Dereisme
Asosiasi Longgar
Proses pikir
Bentuk pikir
Waham kebesaran karena pasien yakin bahwa dirinya bisa menciptakan alat-alat
pulang kerumah.
Waham bizzare karena pasien yakin bahwa robot-robot dapat dibuat hanya dengan
menuliskan koding-koding dibuku tulis.
: Compos mentis
b. Kualitas
: baik
: mengikuti perintah
e. Respon verbal
ii. Orientasi
Waktu: Baik, pasien dapat membedakan waktu saat pagi, siang dan
malam, pasien juga dapat mengetahui tanggal, hari, dan jam.
iii.
Daya ingat
Jangka panjang
Jangka sedang
Jangka pendek
sebelum wawancara.
Jangka segera
v.
10
vi.
Kemampuan visuospasial
Baik, pasien dapat menggambarkan jam dan mempelihatkan arah
jarum panjang dan jarum pendek dengan baik. Selain itu pasien juga
memiliki kemampuan yang baik dalam menggambar.
vii.
Pikiran Abstrak
Baik, pasien dapat menjelaskan arti dari sekali mendayung dua-
Penilaian realita
RTA terganggu.
Tilikan
Pasien memiliki tilikan derajat 3. Pada saat ditanya mengapa pasien
dirawat ia menjawab karena ia dibawa oleh bapaknya akibat tidak bisa
tidur dan marah-marah. Pasien mengetahui dirinya sakit, tetapi pasien
mengaku sakit gigi, sinusitis dan sakit kaki.
11
V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Interna
i. Keadaan umum
: Baik
: 60 kg
2. TB
: 150 cm
3. BMI
: 25
4. Intepretasi : overweight
iv. Tanda-tanda vital
v. Mata
a. Tekanan darah
: 110/70 mmHg
b. Nadi
: 80 x/menit
c. Pernapasan
: 20 x/menit
d. Suhu
: 36 C
vi. Hidung
vii. Telinga
viii. Mulut
karang gigi.
ix. Leher
x. Paru
xi. Jantung
xii. Abdomen
xiii. Ekstremitas
xiv. Kulit
b.
Status Neurologis
12
a. GCS
: 15
: negatif
: negatif
d. Motorik
e. Sensorik
pacarnya tidak mau. Semenjak saat itu pasien menjadi sedih, murung di kamarnya
dan suka berbicara sendiri. Tercatat pasien lebih kurang masuk perawatan bangsal
amino 10 kali. Pasien sebelumnya memiliki cita-cita menjadi ilmuwan dan citacita itu tidak terwujud karena masalah biaya. Sejak kecil pasien tidak mempunyai
banyak teman karena ia pendiam akan tetapi prestasi akademis pasien sangat baik.
Pada pemeriksaan tampak pasien berpakaian rapi akan tetapi tidak terawat karena
pasien belum mandi selama 2 hari. Saat diajak berbicara mood pasien tampak
eutim, afek luas dan serasi antara mood dan afek. Pasien kooperatif karena
menjawab semua pertanyaan dengan baik walaupun setelah menjawab pertanyaan
pasien selalu membicarakan hal yang tidak masuk akal dan melompat-lompat.
Tampak pada pemeriksaan didapatkan halusinasi auditorik dan visual. Lalu
didapatkan juga waham bizzare dan waham kejar dengan inkoherensia. Pada
pemeriksaan sensorium dan kognitif didapatkan hasil yang masih baik, akan tetapi
RTA pasien terganggu dan memiliki tilikan derajat 3.
14
Aksis IV
Pada pasien untuk aksis IV ditemukan adanya masalah dengan hubungan antara
keluarga pasien dengan pasien yang kurang baik. Karena bercerainya pasien dengan istri
dan faktor dari orangtua yang mengatur pasien. Selain itu tidak ada juga keluarga yang
menjenguk pasien baik adik, kakak, maupun ayah ibu pasien.
Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assessment Of
Functioning (GAF) menurut PPDGJ III, didapatkan GAF tertinggi dalam satu tahun
terakhir (HLPY) didapatkan jika 70-61 yakni beberapa gejala ringan, menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum baik. Untuk saat ini 60-51 dengan gejala sedang
(moderete), disabilitas sedang.
o Aksis II
o Aksis III
: Tidak ada
o Aksis IV
o Aksis V
IX. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Diagnosis Banding : F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
X. DAFTAR MASALAH
Organobiologik
Psikologik
o Gangguan persepsi :Halusinasi auditorik dan halusinasi visual
Waham kejar dan bizzare
o Proses Pikir
o Bentuk Pikir
: Dereisme
: Asosiasi Longgar
o Isi pikir
o Tilikan
: derajat 3
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad fungtionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad malam
Aripiprazol 1x10 mg
b. Nonfarmakologis
Terhadap pasien:
Psikoterapi suportif:
XIII. DISKUSI
Menurut DSM IV diagnosa klinis pada skizofrenia adalah :
A. Gejala karekteristik : 2 atau lebih dari gejala di bawah ini dimana timbul secara signifikan
selama periode 1 bulan (atau kurang bila berhasil diobati) :
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Disorganized speech (contohnya inkoherensia)
4. Perilaku katatonik
16
Berdasarkan anamnesa tidak ditemukan kelainan organik pada pasien dan riwayat
penggunaan obat-obatan. Lalu pada pemeriksaan umum dan pemeriksaan neurologis tidak
menunjukkan kelainan dan dalam batas normal. Selain itu pada pemeriksaan kognitif dan
memori tidak ditemukan kelainan dan semuanya dalam kondisi baik. Oleh karena itu
diagnosa F0 dan F1 yang menurut PPDGJ adalah gangguan mental organik dan gangguan
mental akibat obat-obatan disingkirkan.
Pasien mengatakan bahwa ia mendengar suara-suara dan melihat hipokrates sedang
melayang-layang dan mengancam ingin membunuh dirinya jika pulang kerumah, ini
menunjukkan terdapat halusinasi visual dan auditori pada pasien. Pasien menganggap
bahwa ia bisa menciptakan alat-alat dan makanan, lalu ketika ditanya bagaimana cara
membuatnya dan bagaimana bisa pasien tetep teguh bahwa ia bisa membuatnya dari ubi
dan rumput. Ini menunjukkan waham pada pasien dan bukan ide psikosis karena tidak bisa
dipatahkan. Secara umum pada pasien ditemukan adanya gangguan isi pikir berupa
waham, gangguan proses pikir berupa dereisme, bentuk pikir berupa asosiasi longgar dan
juga persepsi berupa halusinasi. Lalu terdapat hendaya pada kehidupan pasien sehingga ia
tidak bisa menjalankan fungsi sebagaimana seharusnya. Halusinasi pasien dan waham
merupakan hal yang khas pada pasien ini. Dengan gejala-gejala di atas maka diagnosa
aksis II pada pasien ini adalah F2 yaitu skizofrenia. Akan tetapi meskipun pada pasien ini
terdapat waham dan halusinasi diagnosa F20.1 Skizofrenia hebefrenik tidak ditegakkan
karena usia pasien saat gejala pertama bukan 15-25 tahun, lalu pada pasien tidak
ditemukan mannerism, giggling, afek dangkal, tertawa sendiri. Pasien memang mengalami
gangguan pikiran akan tetapi proses pikir pasien masih termasuk asosiasi longgar dan tidak
sampai inkoheren. Karena halusinasi dan waham pasien yang menonjol berupa waham
bizarre dan kejar dibanding perilaku motorik pasien maka diagnosa F20.0 Skizofrenia
Paranoid ditegakkan.
Untuk pengobatan psikofarmaka, pengobatan yang dipilih pada pasien ini adalah
pemberian
a. Aripiprazole 1 x 10 mg (PO) diberikan 1 kali sehari
Berdasarkan riwayat pasien perawatan pasien tercatat pasien sudah lebih kurang
dirawat di bangsal amino 10 kali dengan gejala yang sama. Selain itu fungsi pasien
sebagaimana seharusnya sudah jauh berkurang sehingga ia tidak bisa lagi bekerja dan
18
fungsi sosial pasien juga terlihat berkurang dari perawatan diri. Oleh karena itu bisa
dibilang bahwa kondisi pasien ini sudah cukup berat. Oleh karena itu diberikan abilify
dengan dosis 1x 15mg sebagai pengobatan karena gejala positif pada pasien ini sangat
menonjol.
Aripiprazole termasuk kedalam obat antipsikotik golongan atipikal. Obat ini merupakan
derivat Benzisoxazole. Mekanisme kerja aripiprazole adalah dengan memblokade
dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khusunya di sistem limbik dan
sistem ekstrapiramidal sehingga efektif untuk gejala positif. Obat ini juga efektif untuk
gejala negatif dengan berafinitas juga terhadap reseptor serotonin (5HT2). Efek
sampingnya dapat berupa sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, mulut kering),
gangguan ekstrapiramidal (Parkinson-like Syndrome yaitu tremor dan rigiditas). Namun
efek samping antipsikotik atipikal lebih minimal dari antipsikotik tipikal
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Pedaman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ III), cetakan pertama, Jakarta; 1993.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan
Gangguan Skizofrenia. 2011
3. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2007. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: Jakarta. Edisi ketiga.
4. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta. EGC,
2013.
5. Agus, Dharmady. Psikopatologi. 2003. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa dan Perilaku Fakultas
Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
20