SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)
KHUSNUL FATIAH
1104043
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2009
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 5 (Lima) Eksemplar
Hal
: Persetujuan Naskah Skripsi
Kepada
Yth, Bapak Dekan Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo Semarang
di Semarang
: Khusnul Fatiah
NIM
: 1104043
Fakultas/Jurusan
Judul Skripsi
Dengan ini saya menyetujui dan memohon segera diujikan. Demikian atas
perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Semarang, Desember 2009
Pembimbing,
Bidang Metodologi dan Tata Tulis
Safrodin, M.Ag
NIP. 150237108
Tanggal :
ii
SKRIPSI
Disusun oleh
KHUSNUL FATIAH
1104043
2009
iii
MOTTO
5
Maka sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan (5) dan sesungguhnya
dalam kesulitan ada kemudahan
iv
PERSEMBAHAN
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri,
dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum atau tidak
diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang,
Desember 2009
Khusnul Fatiah
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin penulis panjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PERAN BIMBINGAN ROHANI
ISLAM DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN PASIEN RAWAT
INAP AKAN HIKMAH SAKIT DI RSI WELERI KENDAL, tanpa halangan
yang berarti.
Shalawat serta salam penulis limpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya :
Proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peran serta bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis hendak
menghaturkan ungkapan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dan mencurahkan segala
kemampuannya
untuk
memenuhi
keinginan
penulis
untuk
tetap
bersekolah. Tanpa mereka mungkin karya ini tidak akan pernah ada.
2. Prof. Dr. H. Abdul Jamil, M.A, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang
3. Drs. M. Zein Yusuf, M.M, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang
4. Bapak Ali Murtadlo, M.Pd selaku Pembimbing I dan Bapak Safrodin,
M.Ag selaku Pembimbing II yang telah merelakan waktu, tenaga, dan
pikirannya guna mendampingi dan menjadi teman diskusi penulis.
5. Para Dosen Pengajar, terima kasih atas seluruh ilmu yang telah penulis
terima yang sangat membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Ketua Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Institut bersama staff, yang
telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk memanfaatkan
fasilitas dalam proses penyusunan skripsi.
7. Teman-teman yang tak mungkin tersebut satu persatu, atas segala
semangat dan hiburannya di saat aku lemah tak berdaya.
8. KSK WADAS Fakultas Dakwah yang telah menjadi keluarga besar kedua
dariku.
vii
9. Seluruh temanku dan seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebut dan
tulis satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan peran sertanya yang
telah diberikan kepada penulis.
Selain ungkapan terima kasih, penulis juga menghaturkan ribuan maaf
apabila selama ini penulis telah memberikan keluh kesah dan segala permasalahan
kepada seluruh pihak.
Tiada yang dapat penulis berikan selain doa semoga semua amal dan jasa
baik dari semua pihak tersebut di atas dicatat oleh Allah SWT sebagai amal sholeh
dan semoga mendapat pahala dan balasan yang setimpal serta berlipat ganda dariNya.
Harapan penulis semoga skripsi yang sifatnya sederhana ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan segenap pembaca pada umumnya.
Terlebih lagi semoga merupakan sumbangsih bagi almamater dengan penuh
siraman rahmat dan ridlo Allah SWT. Amin.
Khusnul Fatiah
viii
ABSTRAK
ix
DAFTAR ISI
BAB
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................
1.2 Perumusan Masalah...........................................................
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian..........................................
1.4 Tinjauan Pustaka................................................................
1.5 Kerangka Teoritis ..............................................................
1.6 Metodologi Penelitian
BAB
BAB
IV
xi
Peran
Bimbingan
Rohani
Islam
dalam
BAB
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................
5.2 Saran-saran .......................................................................
5.3 Penutup .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai
amanah dari Allah SWT dan fungsi sebagai generasi penerus kehidupan di
masa depan. Untuk memenuhi harapan dua fungsi tersebut, sudah selayaknya
orang tua dapat memainkan peranan penting dalam proses pendidikan dan
pengembangan anak. Proses tersebut dapat diselenggarakan secara langsung
oleh orang tua dalam lingkungan keluarga maupun melalui bantuan jasa orang
lain dalam lingkup pendidikan sekolah.
Keluarga merupakan sarana pendidikan awal dan terpenting dalam
perkembangan anak. Disebut sebagai pendidikan awal karena sebelum anak
mengenal dunia luar, anak terlebih dahulu mendapat pendidikan dari lingkup
keluarga. Sedangkan disebut sebagai pendidikan pendidikan terpenting karena
peluang anak untuk belajar dan memahami sesuatu ilmu dalam lingkup
keluarga lebih besar keberhasilannya karena hal-hal sebagai berikut:
1.
2.
tidak semestinya. Hal ini disebabkan karena pada masa anak-anak merupakan
fase perkembangan awal psikologi mereka. Jadi apabila terjadi sesuatu hal
yang mengganggu psikologi anak-anak, maka mereka akan mengalami
ketergangguan psikologinya. Terlebih lagi manakala sumber penyebab
gangguan tersebut adalah orang tua mereka sendiri. Trauma yang mereka
rasakan akan lebih besar karena adanya pertentangan terkait dengan peran
orang tua sebagai sumber pelindung dan teladan anak-anak.
Fenomena yang telah dijelaskan di atas, dalam konteks Islam dapat
disebut dengan obyek permasalahan dakwah. Disebut demikian karena adanya
permasalahan yang dapat menimbulkan peluang seseorang ke arah kerusakan
(munkar). Timbulnya peluang kerusakan tersebutlah yang menjadi obyek
sasaran dakwah karena dakwah sendiri pada dasarnya adalah suatu kegiatan
ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang
dilakukan secara individu maupun kelompok supaya timbul dalam dirinya
suatu pengertian, kesadaran dan sikap penghayatan serta pengalaman terhadap
ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa ada
unsur-unsur paksaan (Arifin, 1996: 6).
Bentuk dari kegiatan dakwah untuk menghadapi permasalahan
ketergangguan psikologi pada anak (sebagaimana obyek kajian dalam
penelitian ini) dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan dan konseling.
Secara sederhana, jika disandarkan pada pengertian konseling, tujuan
konseling menurut Rogers dapat dilihat dari pengertian konseling yang ia
kemukakan, sebagaimana dikutip dalam Latipun (2003: 5), yakni the process
by which structure of the self is relaxed in the safety of relationship with the
therapist, and previously denied experiences are perceived and then
integrated in to an altered self (Proses hubungan yang aman antara therapis
dan diri klien yang penuh dengan pengalaman-pengalaman dan kemudian
menyatu membentuk perubahan diri klien).
Bimbingan dan konseling yang dimaksud dalam konteks dakwah
tersebut tidak lain adalah bimbingan dan konseling Islam yang menjadikan
nilai-nilai ajaran agama Islam sebagai sumber dasar pedoman dalam
memberikan bimbingan dan konseling sehingga klien dapat menanggulangi
problematika hidup dengan baik dan benar secara mandiri yang berpandangan
pada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW (lihat dalam (Adz-Dzaki, 2002:
89 dan Hallen, 2002: 17). Secara lebih rinci, Musnamar (1992:34)
menyebutkan bahwa fungsi bimbingan konseling terdiri dari fungsi preventif,
fungsi kuratif, fungsi preservatif, dan fungsi developmental.
Fungsi preventif dapat diartikan sebagai upaya membantu individu
menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya sendiri. Fungsi
kuratif diartikan sebagai membantu individu dalam memecahkan masalah
yang sedang dihadapinya. Fungsi preservatif diartikan sebagai upaya
membantu individu menjaga kondisi yang semula tidak baik menjadi baik dan
kebaikan itu bertahan lama. Fungsi developmental diartikan sebagai upaya
untuk membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak
memungkinkannya menjadi sebab munculnya permasalahan baginya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini
akan dipusatkan pada masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan
terhadap
suami,
dan
mengkaji
kasus
isteri
yang
E. Metodologi Penelitian
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
1) Data Primer
Bab II
penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Adz, Dzaky, Hamdani Bakran, 1992, Konseling dan Psikoterapi Islam, Jakarta :
Pustaka Fajar Baru.
Arifin, M, 1996, Psikologi Dakwah (Suatu Pengantar Studi), Surabaya : AlIkhlas.
Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Azwar, Saifudin, 1998, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV Pustaka Setia,
2002.
Hadi, Sutrisno, 1993, Metodologi Research, Jilid I, Cet. XXIV, Yogyakarta : Andi
Offset.
Hallen, A, 2002, Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Ciputat Pers.
Koentjoroningrat, 1981, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia.
Latipun, 2003, Psikologi Konseling, Malang: UMM Press.
Moleong, Lexy J., 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Musnamar, Tohari, 1992, Dasar-dasar Konseling Islam, Yogyakarta : UII Press.
Pujihastuti, Alifah, 2006, Karena Istri Ingin Dimengerti, Sukoharjo: Samudra.
Sudarto, 2002, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Tungka, Meyske S, dkk.2007, Cita Kok Gitu.Kekerasan Dalam Rumah Tangga,
Salatiga : Batara Offset.
BAB II
BIMBINGAN ROHANI ISLAM, PASIEN RAWAT INAP, DAN HIKMAH
SAKIT
bimbingan,
berarti
tidak
menentukan
atau
18
19
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orangorang yang beriman.(Q.S. Yunus, 10: 57).
Dengan demikian pengertian bimbingan rohani Islam, adalah
memberikan nasihat atau menuntun seseorang yang membutuhkan
bimbingan ke arah yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi
masyarakat sehingga seseorang bisa merasakan manfaat bimbingan yang
diberikan
kepadanya,
yaitu
ketenangan,
ketentraman
hati
dan
20
dan Sunnah Rasul itulah gagasan, tujuan dan konsep (pengertian, makna
hakiki) bimbingan rohani Islam tersebut bersumber (Musnamar, 1992:
6).
Jika al-Quran dan Sunnah Rasul merupakan landasan utama
yang dilihat dari sudut asal-usulnya, merupakan landasan naqliyah,
maka landasan lain yang dipergunakan oleh bimbingan rohani Islam
yang sifatnya aqliyah adalah pertama falsafah; (falsafah tentang dunia
manusia, falsafah tentang dunia kehidupan, falsafah tentang masyarakat
dan hidup bermasyarakat) dan kedua Ilmu, ilmu yang menjadi landasan
gerak operasional bimbingan rohani Islam antara lain: ilmu jiwa
(psikologi), ilmu hukum (syariah) (Musnamar, 1992: 6).
Di bawah ini akan penulis cantumkan landasan
(dasar)
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf
dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang
yang beruntung. (Q.S. Ali Imran, 3: 104).
21
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakitpenyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Yunus, 10:
57).
Firman Allah dalam surat An Nahl ayat 125 :
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl, 16: 125).
Hadits Nabi SAW :
()
Artinya : Aku tinggalkan sesuatu bagi kalian semua yang jika kalian
selalu berpegang teguh kepadanya niscaya selama-lamanya
tidak akan pernah salah langkah dan tersesat jalan; sesuatu
itu yakni Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya (H.R. Ibnu
Majah).
22
: :
( ...........)
Artinya: Dari Umar ra. berkata: Rasulullah SAW. bersabda:
Sampaikanlah dari padaku meskipun hanya satu ayat (H.R.
Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi).
Dari ayat dan hadits di atas, diketahui bahwa bimbingan rohani
Islam perlu dilakukan terhadap orang lain, juga harus dilakukan pada diri
sendiri. Selain itu ayat di atas juga memberikan petunjuk bahwa
bimbingan rohani Islam ditujukan terutama pada kesehatan jiwa, karena
ini merupakan pedoman yang diberikan oleh Allah SWT. kepada
manusia untuk mencapai suatu kebahagiaan dan ketenangan batin.
2.1.3 Fungsi Bimbingan Rohani Islam
Bimbingan rohani Islam sebagaimana yang telah dijelaskan
tersebut, mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi preventif atau pencegahan, yakni mencegah timbulnya
masalah pada seseorang.
2. Fungsi kuratif atau korektif, yakni memecahkan atau menanggulangi
masalah yang sedang dihadapi seseorang.
3. Fungsi preventif dan developmental, yakni memelihara agar keadaan
yang tidak baik menjadi baik kembali, dan mengembangkan keadaan
yang sudah baik menjadi lebih baik (Musnamar, 1992: 4). Dalam
23
Artinya : Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah
SWT. yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat kepada
mereka
secara
mendadak,
sedang
mereka
tidak
menyadarinya?. (Q.S. Yusuf, 12:107).
Pengertian dan tujuan bimbingan rohani Islam dalam ayat di atas
memberikan penjelasan bahwa sebelum memberikan bimbingan kepada
24
orang lain, rohaniawan harus jelas dan tegas tentang hal yang akan
disampaikannya.
Faqih (2001: 35) mengungkapkan bahwa tujuan bimbingan
rohani Islam adalah untuk membantu individu mewujudkan dirinya
sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup didunia
dan di akhirat.
Bimbingan sifatnya hanya merupakan bantuan, hal ini sudah
diketahui dari pengertian dan definisinya. Individu yang dimaksud di sini
adalah orang yang dibimbing, baik perorangan maupun kelompok.
Mewujudkan diri sebagai manusia seutuhnya. Hal ini mewujudkan diri
manusia sesuai dengan hakekatnya sebagai manusia untuk menjadi
manusia yang selaras dengan perkembangan unsur dirinya dan
pelaksanaan fungsi atau kedudukannya sebagai makhluk Allah (makhluk
religius), makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk
berbudaya (Faqih, 2001: 35).
Dengan
demikian,
secara
singkat
Faqih
(2001:
36-37)
25
b) Membantu
individu
mengatasi
masalah
yang
sedang
dihadapinya;
c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah
bagi dirinya dan orang lain.
Hal ini juga dikatakan oleh Barield Ishom dalam Praktikno dan
Sofro (1986: 260-261), ia mengemukakan tujuan diadakannya santunan
spiritual di Rumah Sakit adalah :
1. Menyadarkan penderita agar dapat memahami dan menerima cobaan
yang sedang dideritanya secara ikhlas.
2. Ikut serta memecahkan dan meringankan problem kejiwaan yang
sedang dideritanya.
3. Memberikan
pengertian
dan
bimbingan
penderita
dalam
26
27
dengan
pasien,
mempergunakan teknik :
28
hal
ini
dilakukan
dengan
dengan/bersama
kelompok
pasien
yang
29
30
wahyu
yang
disampaikan
kepada
Rasulullah
yang
31
32
untuk
mengembalikan
rasa
percaya
diri,
merasa
33
34
Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar antara kedua
pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi
atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada
seorang
individu,
dengan
illness
dimaksud
reaksi
personal,
kesehatan
lain
yang
menyebabkan
aktivitas
kerja/kegiatannya terganggu.
Sedangkan menurut Pemons dan Bauman, sebagaimana dikutip
dalam
website
indonetasia.com/definisionline/?tag=definisi-sakit
35
merupakan
suatu
fenomena
kompleks
yang
perilaku
dari
keadaan
sosial
yang
normatif.
36
yaitu
seseorang
menderita
sakit
akibat
pengaruh
37
38
Faedah ini seperti telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam salah
satu firman, tepatnya surat asy-Syura ayat 30. Dalam firman
tersebut dapat diketahui bahwasanya seseorang yang sedang
diberikan ujian, termasuk salah satunya adalah ujian sakit, akan
diampuni dosanya oleh Allah SWT.
2. Berbagai kebaikan ditulis dan derajat ditinggikan
Faedah dari adanya sakit yang lainnya adalah ditinggikan derajat
manusia oleh Allah SWT dan diberikan kepada manusia yang sakit
tersebut pahala kebaikan. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Nabi
Muhammad SAW dalam hadits berikut:
39
40
41
BAB III
mendirikan
badan
di
bidang
kesehatan
adalah
42
43
44
2) Ruang Aisyiyah
3) Ruang Usman.
45
46
47
memberi
bimbingan
pada
pasien
untuk
48
49
2) Syariat
Materi syariat merupakan materi yang berhubungan erat dengan
peribadatan. Umumnya, materi syariat yang disampaikan meliputi
tata cara bersuci, tata cara shalat, dan tata cara puasa bagi orang
yang sakit. Selain itu, juga dijabarkan tentang ketentuan hukum
(syariat) yang berhubungan dengan hak dan kewajiban bagi orang
yang sedang sakit.
3) Akhlak
Materi akhlak terbagi menjadi dua, yakni akhlak kepada sesama
manusia dan akhlak manusia kepada Allah. Hal ini dilakukan
karena tidak jarang pasien yang terlalu putus asa malah berakhlak
tidak baik kepada Allah seperti menggerutu maupun mengumpat
takdir yang diterimanya. Sedangkan akhlak kepada manusia
ditujukan agar pasca sembuh, pasien yang sebelumnya memiliki
penyakit hati seperti iri, sombong, dan lain sebagainya dapat sadar
dan kemudian memperbaiki sikapnya.
3.3 Pelaksanaan Bimbingan Kerohanian Terhadap Pasien
Pada penelitian ini, obyek bimbingan rohani Islam dipusatkan pada
pasien rawat inap anak-anak dan dewasa perempuan. Hal ini disesuaikan
dengan kebijakan rumah sakit yang menjaga eksistensi lingkup muhrim.
Maksudnya adalah karena peneliti adalah perempuan, maka wilayah penelitian
yang diberikan juga meliputi pasien-pasien perempuan. Secara lebih jelas,
50
51
1) Pertemuan pertama
a) Mengucap salam saat masuk ruangan
b) Memperkenalkan diri
c) Menanyakan kabar
d) Menanyakan pendapat pasien dan atau keluarganya perihal
perasaan mereka ketika mendapat ujian sakit
Petugas Bimrohis menanyakan tentang pendapat masing-masing
pasien dan ditanggapi pasien sebagai berikut (Disarikan dari
observasi penulis, tgl 13-28 Nopember 2009).:
1) Ruang anak
(a) Ibu dari An Kimo
Sebelum masuk RS, saya masih bisa sabar. Namun saat
anak saya harus masuk ICU, saya bingung seperti teririsiris hati saya dan tidak tahu harus berbuat apa
(b) Ibu dari An. Wahyu K
Sebelum anak saya sakit, saya sih senang. Tapi setelah
anak saya diberi ujian sakit berupa kejang-kejang oleh
Allah, saya langsung kaget dan bingung, apalagi suami saya
kerjanya di luar Jawa. Jadi saya bingung dan kayak orang
linglung menghadapi ujian ini sendirian.
(c) Ibu dari An Naila
Saya sedih mbak, karena anak saya diberikan penyakit.
Kalau boleh minta, saya akan minta penyakit anak saya
dipindahkan kepada saya saja.
(d) Ibu dari An. Khoirul Amin
52
53
(e) Wiwin
Sempat kaget dan bingung mbak saat saya didiagnosa kena
tipes.
Bagaimana
nggak
bingung,
suami
saya
(f) Rumini
Sedih lah mbak. Namun mau bagaimana lagi. Saya tetap
berusaha bersabar dengan ujian ini.
(g) Siti R
Ujian sakit bagi saya tidak enak soalnya badan terasa
lemas, mau makan tidak enak, dan mau apa saja juga tidak
enak. Pokoknya sakit membuat segala sesuatu kegiatan jadi
tidak enak.
54
(h) Sunarti
Saya mulanya yakin mbak kalau setiap penyakit pasti dapat
disembuhkan. Namun lama kelamaan setelah tidak sembuhsembuh, saya mulai bingung dan lemas.
(i) Junarti
Terus terang saya setiap malam ketakutan dengan adanya
penyakit yang saya derita. Anak saya banyak dan masih
kecil-kecil. Ketakutan-ketakutan itu membuat saya bingung
dan putus asa mbak.
(j) Siti W
Sesak nafas yang saya derita membuat hidup saya tidak
tenang mbak. Kadang rasanya aku tidak pernah diberikan
kebahagiaan oleh Allah, tidak jarang diri saya jengkel dan
emosi melihat keadaan yang harus saya terima. Kayaknya
Allah tidak pernah kasihan pada saya, nyatanya hidup saya
selalu susah.
(k) Sustiyanti
Keyakinan untuk sembuh sih ada mbak, namun saya juga
sedih dengan kondisi yang harus saya jalani. Apalagi
penyakit ini tidak sembuh-sembuh, jadi saya semakin putus
asa mbak.
(l) Semi
Ga tahu mbak, saya bingung. Kok Allah selalu memberikan
saya ujian terus. Padahal perasaanku, saya selalu beribadah,
tapi kok ya masih diberikan cobaan terus ya, sedangkan
yang jarang ibadah malah jarang diberikan cobaan. Jadi
saya malah bingung dengan hidup ini mbak.
55
Isi dari materi ini terkait dengan hakekat sakit sebagai ujian
sekaligus sebagai media untuk meningkatkan keimanan seseorang.
Syarat untuk menuju meningkatnya keimanan tidak lain adalah
dengan menerima ujian sakit dengan penuh keikhlasan dan
kesabaran (Disarikan dari materi petugas Bimrohis; observasi
penulis dari tanggal 13-28 Nopember 2009).
f) Mengajak berdoa bersama dengan doa sayyidul istighfar dan
memohon kesembuhan
g) Memberikan panduan dzikir bagi pasien, doa sebelum dan
sesudah minum obat
h) Mengingatkan untuk tetap bersabar dan menjaga shalat
i) Berpamitan dengan memohon maaf jika telah mengganggu waktu
istirahat serta mengucap salam
56
2) Pertemuan kedua
a) Mengucap salam saat masuk ruangan
b) Menanyakan kabar
c) Menanyakan tentang shalat, upaya sabar, upaya doa dan dzikir
d) Menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam tentang sabar dan shalat
sebagai usaha meminta pertolongan kepada Allah saat diberikan
cobaan dan nilai-nilai ajaran Islam tentang adanya kemudahan di
balik kesukaran.
Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya dalam kesulitan. Setiap
kesulitan yang diberikan oleh Allah tentu terkandung hikmah dan
barakah yang baik dan berguna bagi kehidupan kita. Janji Allah
kepada hamba-Nya tentang cobaan atau kesulitan yang
diterimanya telah jelas sekali tertulis dalam surat al-Isyra ayat 56, yakni
5
Maka sesungguhnya di balik kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya di balik kesulitan pasti ada kemudahan
Allah tidak akan pernah mengingkari janji-janji yang telah
difirmankan dalam Kalamullah. Oleh sebab itu, disaat kita sedang
diuji oleh Allah, kita harus tetap meyakini akan kebenaran janji
Allah tersebut. Yakinlah bahwa setelah kesulitan-kesulitan yang
ada dalam ujian sakit, akan terbuka kemudahan-kemudahan yang
banyak berguna dalam kehidupan kita.
Ibu-ibu ingin tahu apa yang dapat menjadi alat penyembuh sakit?
Alat yang menjadi penyembuh sakit itu tidak lain adalah shalat
dan sabar. Hal itu seperti dijelaskan oleh Allah bahwasanya
dengan shalat dan bersabar akan dapat menjadi media untuk
menyembuhkan penyakit. Oleh sebab itu mari senantiasa menjaga
shalat dan meningkatkan kesabaran. Dengan demikian kita tidak
hanya tetap menjaga tugas dan kewajiban kita sebagai umat Islam
saja namun juga untuk dapat memberikan kemudahan dalam
proses kesembuhan. Shalat selain sebagai penyembuh sakit juga
merupakan wujud perilaku kecintaan kita kepada Allah. Jadi shalat
yang kita lakukan haruslah penuh keikhlasan. Shalat yang
dilakukan dengan penuh keikhlasan, maka shalat akan benar-benar
bermanfaat untuk mendekatkan diri kita kepada Allah sekaligus
57
Dan tiada Allah memberikan cobaan kepada manusia melainkan
sesuai dengan batas kemampuannya
Akhir dari semua pembahasan tadi adalah marilah senantiasa
memupuk keyakinan bahwasanya Allah akan mempersiapkan
kemudahan-kemudahan dalam setiap kesulitan-kesulitan yang
dihadapi hamba-Nya dan berkeyakinan bahwa kita mampu
melewati setiap ujian karena Allah tidak akan memberikan ujian
atau cobaan kepada manusia yang melebihi batas kemampuan
manusia.
58
59
60
61
2) Badriyah
Alhamdulillah saya jadi lebih bisa menerima kenyataan ini sebagai
suatu cobaan dan pasti ada anugerah di balik cobaan ini karena ada
kemudahan di balik kesempitan. Saya juga semakin yakin bahwa
penyakit saya pasti ada obatnya karena dari Allah penyakit ini datang
dan pastinya kepada Allah saya harus meminta pertolongan.
3) Sulastri
Saya lebih bisa ikhlas karena setelah saya mendapat bimrohis saya
yakin bahwa melalui sakit saya dapat meningkatkan keimanan saya.
4) Lisnawati
Ya saya semakin yakin kalau ujian harus dijalani dengan ikhlas dan
sabar.
5) Wiwin
Saya jadi tahu bahwa janji Allah itu benar kalau di balik kesukaran
pasti ada kemudahan, buktinya suami saya alhamdulillah dapat
menutup biaya perawatan saya. Saya jadi lebih tahu bahwa saya
seharusnya bersyukur kepada Allah atas setiap ujian dan kebahagiaan
dalam hidup saya.
6) Rumini
Saya lebih bersabar dan berharap Allah meridlai saya untuk
meningkatkan keimanan saya melalui ujian sakit ini.
7) Siti R
Saya jadi tahu kalau sakit ternyata mengandung berkah dan peluang
untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Dengan adanya sakit ini,
saya merasa lebih dekat kepada Allah dibandingkan saat saya sehat.
62
8) Sunarti
Setelah mengetahui seluk beluk sakit dalam Islam, saya jadi yakin
kembali bahwa sakit tidak harus membuat putus asa melainkan harus
membuat kita semakin sabar, ikhlas, dan optimis bahwa pertolongan
Allah pasti tiba.
9) Junarti
Saya jadi sadar bahwa selama ini ketakutan-ketakutan saya malah
menjadikan saya jauh dari Allah. Setelah mendengarkan bimrohis,
saya jadi tidak khawatir karena Allah pasti akan memberikan yang
terbaik bagi saya dalam menghadapi ujian dari-Nya selama saya ikhlas
dan bersabar.
10) Siti W
Setelah mendengarkan ceramah bimrohis, saya sadar bahwa perbuatan
saya salah dan sudah mendekati syirik. Saya lantas memperbanyak
istighfar dan berlatih untuk sabar. Karena dengan kesabaran dan
ibadah yang baik, penyakit dapat disembuhkan. Dan alhamdulillah
memang saya merasa lebih baik dan lebih ikhlas dalam menerima ujian
ini.
11) Susniyanti
Ternyata keputusasaan malah akan menjauhkan diri saya dengan
Allah. Oleh sebab itu setelah mendengar bimbingan dari bimrohis,
saya jadi optimis untuk dapat sembuh dengan semakin mendekatkan
diri kepada Allah.
12) Semi
Saya jadi sadar bahwa ujian merupakan bagian dari ibadah yang dapat
meningkatkan keimanan. Jadi, dalam menghadapi sakit ini, saya
berusaha untuk lebih bisa sabar agar dapat ridla Allah untuk menjadi
hamba yang meningkat keimanannya.
63
BAB IV
PERANAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM MENUMBUHKAN
KESADARAN PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL
AKAN HIKMAH SAKIT
setelah
menerima
materi
bimbingan
rohani
Islam,
rohani Islam. Menurut penulis, kesadaran tersebut tidak dapat dilepaskan dari
peranan pemberian bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh rohaniawan
Rumah Sakit Islam (RSI) Kendal. Lebih khususnya terkait dengan pemilihan
materi bimbingan rohani Islam yang secara lebih jelas dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Materi aqidah
Aqidah secara etimologi adalah ikatan, sangkutan. Disebut
demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan
segala sesuatu. Dalam pengertian teknisnya adalah iman atau keyakinan.
Karena itu aqidah Islam ditautkan dengan rukun iman yang menjadi azas
seluruh ajaran Islam. Jadi materi aqidah identik dengan materi keimanan
yang terangkum dalam enam rukun yang disebut dengan rukun iman
(Aziz, 2004: 195; lihat juga dalam Syukir, 1983: 60).
Materi aqidah yang diberikan kepada pasien dan keluarganya
terkait dengan hubungan antara sakit dengan ujian dan takdir Allah serta
sakit sebagai media untuk meningkatkan keimanan. Selain terkait dengan
ketentuan Allah tentang sakit, materi aqidah juga menjelaskan tentang
ketentuan-ketentuan Allah tentang hikmah dari adanya kesulitan yang
dihadapi oleh umat Islam. Materi-materi dakwah tentang aqidah yang
disampaikan dama bimrohis adalah sebagai berikut:
Pertemuan pertama:
Sakit hakekatnya adalah ujian bagi keimanan seorang manusia.
Ujian keimanan ini sekaligus menjadi sarana bagi umat Islam
untuk meningkatkan keimanan mereka. Umat Islam yang sabar
dan tetap menjalankan ibadah-ibadah yang telah ditetapkan Allahlah yang akan meningkat keimanannya dengan ujian sakit ini. Jika
5
Maka sesungguhnya di balik kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya di balik kesulitan pasti ada kemudahan
Allah tidak akan pernah mengingkari janji-janji yang telah
difirmankan dalam Kalamullah. Oleh sebab itu, disaat kita sedang
diuji oleh Allah, kita harus tetap meyakini akan kebenaran janji
Allah tersebut. Yakinlah bahwa setelah kesulitan-kesulitan yang
ada dalam ujian sakit, akan terbuka kemudahan-kemudahan yang
banyak berguna dalam kehidupan kita. Yang terpenting kita harus
tetap sabar dan berkeyakinan bahwa kita mampu melewati setiap
ujian yang diberikan oleh Allah karena Allah tidak akan pernah
memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan hamba-Nya.
Dan tiada Allah memberikan cobaan kepada manusia melainkan
sesuai dengan batas kemampuannya
Akhir dari semua pembahasan tadi adalah marilah senantiasa
memupuk keyakinan bahwasanya Allah akan mempersiapkan
kemudahan-kemudahan dalam setiap kesulitan-kesulitan yang
dihadapi hamba-Nya dan berkeyakinan bahwa kita mampu
melewati setiap ujian karena Allah tidak akan memberikan ujian
atau cobaan kepada manusia yang melebihi batas kemampuan
manusia.
Pertemuan ketiga
Dalam menghadapi setiap cobaan, manusia harus senantiasa
menyandingkan antara usaha dengan kepasrahan. Maksudnya
adalah setiap usaha yang dilakukan oleh manusia pada akhirnya
terhadap dorongan hawa nafsu. Barang siapa yang tetap tegak bertahan
sehingga dapat menundukkan dorangan hawa nafsu secara terus menerus
maka ia termasuk golongan orang yang sabar. Dengan adanya kesabaran,
seseorang akan dapat meningkatkan kekuatan melangkah untuk hal-hal
yang
bermanfaat
dan
kekuatan
menahan
untuk
hal-hal
yang
Tuhan. Dilihat dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah dapat dibagi ke dalam
lima kategori yaitu (1) ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan, seperti
berdzikir, berdoa dan membaca al-Quran (2) ibadah dalam bentuk
perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti membantu atau
menolong orang lain, mengurus jenazah (3) ibadah dalam bentuk
pekerjaan yang telah ditentukan wujudnya seperi shalat, puasa, zakat dan
haji (4) ibadah yang cara dan pelaksanaannya berbentuk menahan diri
seperti puasa dan iktikaf (5) ibadah yang sifatnya menggugurkan hak,
misalnya memaafkan orang lain dan membebaskan orang yang berhutang
dari kewajiban membayar (Daud Ali, 1998: 245-246). Sedangkan
muamalah adalah ketetapan Allah yang berlangsung dengan kehidupan
sosial manusia. Seperti hukum warisan, rumah tangga, jual beli,
kepemimpinan dan amal-amal lainnya (Aziz, 2004: 196; lihat juga dalam
Syukir, 1983: 61).
Materi syariat yang diberikan kepada pasien dan keluarga pasien
yang berhubungan dengan materi ketentuan-ketentuan masalah hak dan
kewajiban orang yang sedang sakit sedikit banyak juga berperan dalam
pembentukan sikap pasca bimrohis dalam diri pasien. Dalam materi
syariat, pasien diberikan pengertian tentang kewajiban-kewajiban yang
tetap menjadi tanggungan mereka. Untuk lebih jelasnya, berikut penulis
akan memaparkan materi-materi syariah yang disampaikan dalam
bimrohis sebagai berikut:
Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama, materi syariah yang diberikan kepada
pasien adalah berupa panduan dalam mengerjakan ibadah shalat,
panduan doa, dan beberapa contoh dzikir yang dapat diamalkan
oleh orang yang sakit.
Pertemuan kedua
Ibu-ibu ingin tahu apa yang dapat menjadi alat penyembuh sakit?
Alat yang menjadi penyembuh sakit itu tidak lain adalah shalat
dan sabar. Hal itu seperti dijelaskan oleh Allah bahwasanya
dengan shalat dan bersabar akan dapat menjadi media untuk
menyembuhkan penyakit. Oleh sebab itu mari senantiasa menjaga
shalat dan meningkatkan kesabaran. Dengan demikian kita tidak
hanya tetap menjaga tugas dan kewajiban kita sebagai umat Islam
saja namun juga untuk dapat memberikan kemudahan dalam
proses kesembuhan.
Pertemuan ketiga
Jika kita sedang ditimpa masalah, maka tidak ada tempat lain
untuk meminta pertolongan melainkan Allah SWT. Cara meminta
tolong kepada Allah adalah dengan memanjatkan doa kepadaNya. Jangan memohon kepada selain Allah karena itu akan
menjadikan kita sebagai orang yang musyrik karena ingkar kepada
Allah. Kenapa harus berdoa? Allah telah menjanjikan sendiri
kepada hamba-hamba agar berdoa kepada-Nya, doa-doa itu
akan dikabulkan oleh-Nya. Hal ini sebagaimana dijanjikan Allah
dalam salah satu firman-Nya yakni
Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Aku kabulkan
Lantas, bagaimana doa yang baik? Doa yang baik adalah doa
yang diikuti dengan pertaubatan, harapan, dan jangan lupa untuk
menyertakan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Karena
shalawat merupakan sarana pengantar doa dari hamba kepada
Rabbnya.
Dari materi-materi di atas jelas sekali bahwasanya materi
ditekankan pada penjabaran tentang syariat-syariat ibadah yang menjadi
pokok dalam kehidupan terutama pada saat sedang dilanda cobaan.
Shalat, doa, dan kesabaran merupakan tiga hal yang utama yang perlu
mendapat perhatian dan tempat dalam diri manusia yang sedang dilanda
musibah.
Materi shalat akan dapat memahamkan pasien tentang tidak
adanya halangan yang dapat menjauhkan manusia dari proses
berkomunikasi dengan Allah melalui ibadah shalat. Pasien akan
mengetahui bagaimana cara shalat pada saat sakit sehingga pasien tetap
dapat menjaga tugas dan kewajibannya walaupun dalam keadaan sakit.
Hal ini menjadi penting karena shalat merupakan salah satu ibadah wajib
yang harus dilaksanakan oleh pasien dan merupakan sarana komunikasi
yang paling sering dilakukan oleh umat Islam kepada Allah dibandingkan
dengan ibadah-ibadah wajib lainnya seperti puasa, zakat, bahkan haji.
Dengan demikian, pemahaman pasien akan syariat shalat akan dapat
menguatkan pemahaman mereka akan syariat shalat.
Materi tentang shalat penting karena shalat merupakan sebuah titik
tolak yang sangat baik untuk pendidikan keagamaan. Pertama, shalat itu
mengandung
arti
pengakuan
ketaqwaan
kepada
Allah
SWT,
dilambangkan dalam taslim atau ucapan salam pada akhir shalat dengan
anjuran kuat menengok ke kanan dan kiri (Madjid, 2000: 96).
Dengan demikian dapat dimengerti bahwasanya penyampaian
pesan tentang syariat shalat secara tidak langsung adalah untuk
mempererat hubungan antara manusia dengan Allah. Selain itu shalat juga
dapat menjadi tolok ukur ketakwaan seseorang melalui penanaman sebuah
rasa takluk yang dalam sebuah kepercayaan yang diekspresikan dengan
gerakan tubuh yaitu ruku dan sujud (Khanam, 2000: 19). Jadi secara tidak
langsung, materi shalat akan menjadikan media pasien untuk lebih dapat
memperbaiki kualitas shalat mereka sehingga mereka tetap terjaga dan
berpeluang meningkat kualitas keimanan mereka.
Secara tidak langsung, pemahaman akan manfaat shalat sebagai
media penyembuh akan menjadikan pasien semakin sering dalam
melaksanakan shalat. Apabila hal ini terjadi, maka rutinitas shalat itu
sendiri pada akhirnya akan menjadikan manusia terjaga maupun
meningkat kualitas ketakwaannya.
3. Akhlak
Akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang secara etimologi
berati budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak bisa berarti
positif dan bisa pula negatif. Yang termasuk positif adalah akhlak yang
sifatnya benar, amanah, sabar, dan sifat baik lainnya. Sedangkan yang
negatif adalah akhlak yang sifatnya buruk, seperti sombong, dendam,
dengki dan khianat (Aziz, 2004: 195-196; lihat juga dalam Syukir, 1983:
62-63).
Materi akhlak yang diberikan tidak dapat dilepaskan dari materimateri syariat dan aqidah. Hal ini tidak lain karena akhlak merupakan
perwujudan dari adanya aqidah dan pemahaman terhadap syariat agama.
Akhlak yang ditekankan adalah tentang bagaimana bersikap kepada Allah
SWT terhadap ujian yang diterima pasien. Beberapa contoh materi akhlak
yang disampaikan dalam bimrohis RSI Kendal adalah sebagai berikut:
Pertemuan Kedua
Shalat selain sebagai penyembuh sakit juga merupakan wujud
perilaku kecintaan kita kepada Allah. Jadi shalat yang kita lakukan
haruslah penuh keikhlasan. Shalat yang dilakukan dengan penuh
keikhlasan, maka shalat akan benar-benar bermanfaat untuk
mendekatkan diri kita kepada Allah sekaligus untuk menambah
kecintaan Allah kepada kita.
Pertemuan ketiga
Lantas, bagaimana doa yang baik? Doa yang baik adalah doa
yang diikuti dengan pertaubatan, harapan, dan jangan lupa untuk
menyertakan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Karena
shalawat merupakan sarana pengantar doa dari hamba kepada
Rabbnya.
Secara tidak langsung, materi akhlak terpusat pada akhlak
dzikrullah dalam bentuk shalat dan doa. Akhlak merupakan perwujudan
sikap dari keimanan dalam bentuk perilaku setelah adanya pengakuan
dalam hati dan pengikraran dengan ucapan. Materi akhlak shalat dan doa
yang dimodifikasikan sebagai penyembuh sakit akan membuat pasien
lebih terdorong untuk melaksanakan atau menambah rutinitas shalat dan
doa. Rutinitas dzikir inilah yang menurut penulis memiliki peranan
utama bagi pasien sebagai aplikasi materi aqidah dan syariat untuk
mampu memperbaiki akhlak mereka kepada Allah yang nantinya juga
berdampak pada akhlak mereka kepada seluruh alam semesta.
Hal tersebut tidak berlebihan karena akhlak kepada Allah yang
semakin baik dan berkualitas akan membentuk hati yang bersih dan
terhindar dari penyakit hati. Bersihnya hati akan membuat manusia jauh
dari sikap buruk. Bastaman (2001: 136) mengklasifikasikan sifat-sifat
mazmumah (sifat buruk) sebagai bagian dari penyakit hati. Sifat-sifat
tercela secara langsung atau tak langsung dapat menimbulkan gangguan
dan penyakit ruhani. Dengan demikian, dzikrullah sebagai akhlak
manusia kepada Allah secara tidak langsung akan memberikan dampak
terhadap kebersihan hati dan berimbas pada jauhnya perilaku buruk
manusia.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwasanya
materi bimbingan rohani Islam yang diberikan di RSI Kendal merupakan
rangkaian materi yang memiliki hubungan timbal balik dan saling
mempengaruhi. Hal ini dapat dijelaskan melalui bagan berikut ini:
Bagan
Hubungan antar materi dalam Bimrohis RSI Kendal
Aqidah
Syariat
Akhlak
perilaku. Dengan demikian, materi tentang ketentuan Allah terkait shalat dan
doa sebagai media penyembuh akan semakin menjadikan pasien mencoba
untuk tetap menjaga shalat dan doa mereka. Terlebih lagi, dengan
pelaksanaan shalat tersebut mereka juga telah mendapatkan hikmah dengan
semakin membaiknya kondisi kesehatan mereka.
Selain karena efek shalat sebagai penyembuh sakit, perilaku atau
akhlak yang diwujudkan melalui pelaksanaan shalat dan pemanjatan doa
akan menjadikan pasien lebih sering mengingat Allah. Proses pengingatan
Allah inilah yang kemudian akan memunculkan ketenangan hati yang hakiki.
Hal ini seperti telah dijelaskan dan dijanjikan oleh Allah dalam firman-Nya
surat ar-Radu ayat 28 berikut ini:
28
Artinya
.
... :
( )
Artinya
Ketentuan Allah
tentang hakekat sakit
bagi umat Islam
Ketentuan Allah
tentang kemudahan
dibalik kesulitan
Ketenangan mendasar
karena adanya jaminan
dari Allah
Ketentuan Allah
tentang penyembuh
sakit
Pelaksanaan shalat,
doa, dan dzikir
Pelaksanaan shalat,
doa, dan dzikir
Tumbuhnya kesadaran
akan hikmah sakit
Sumber: dikembangkan oleh penulis, 2009
kesadaran
dalam
diri
pasien.
Penegasan
tentang
Ketetapan Allah
perihal shalat dan
doa sebagai media
penyembuh sakit
Ketetapan Allah
perihal kemudahan
di balik kesulitan
Sugesti tentang
kekuasaan Allah
Pemahaman akan
aqidah (keimanan)
Stimulus shalat
sebagai media
penyembuh
Akhlak atau
psikomotorik
Pembiasaan shalat
dan doa
Terkait dengan tujuan akhir dari bimbingan rohani Islam RSI Kendal,
dapat diketahui bahwa ada upaya untuk mengajak pasien untuk memperbaiki
kondisi kehidupannya terkait dengan perilaku pada saat menerima cobaan
dari Allah SWT. Sebab tanpa adanya bimbingan, seseorang akan dapat
terjerumus dalam kesesatan. Indikasi sederhana dari kekhawatiran tersebut
adalah sikap-sikap pasien dan keluarganya yang cenderung berpeluang
menimbulkan dampak negatif pada aspek keimanan.
Dalam konteks dakwah, fenomena yang dialami oleh para pasien dan
keluarganya merupakan sebuah keadaan yang membahayakan bagi kadar
keimanan umat Islam. Oleh sebab itu, menurut penulis perlu adanya langkahlangkah dakwah untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Langkah-langkah dakwah tersebut tidak lain adalah dengan memberikan
bimbingan yang berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan Islam. Jika ditelaah
secara mendalam dalam konteks dakwah, proses bimrohis RSI Kendal
merupakan wujud dakwah. Disebut wujud dakwah karena proses bimrohis
meliputi pemberian wacana tentang sikap pasien dalam menghadapi ujian
sakit. Dengan demikian, perubahan tingkah laku dalam menghadapi ujian
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Peranan bimbingan rohani Islam di RSI Kendal cenderung pada pembentukan
kesadaran awal melalui penanaman pemahaman yang kemudian berkembang
pada tujuan tengah dengan timbulnya perilaku positif berupa pelaksanaan shalat
dan doa untuk mencapai ketenangan jiwa. Hasil akhir dari proses pemberian
bimrohis tersebut adalah timbulnya kesadaran akan hikmah sakit dalam diri
pasien. Jadi pada dasarnya, pemberian bimrohis adalah untuk menimbulkan
perilaku positif dengan menumbuhkan ketenangan jiwa atau hati sebelumnya
dan didasari dengan pemahaman terhadap aqidah sebagai materi awal.
2. Ditinjau dari bimbingan rohani Islam, proses pemberian bimbingan rohani Islam
di RSI Kendal memiliki kesesuaian dengan kaidah bimbingan rohani Islam
karena memiliki dua tujuan utama yang vital yakni lingkup rohani dan perilaku
fisik. Dalam lingkup rohani terwujudkan dengan adanya pemahaman terhadap
ketetapan Allah tentang hakekat sakit bagi umat Islam serta proses
memunculkan ketenangan jiwa atau hati. Sedangkan pada lingkup perilaku,
terwujudkan pada pembiasaan pelaksanaan shalat dan doa sebagai stimulus
penyembuh sehingga akan terbentuk pembiasaan ibadah yang akan berakhir
pada terbentuknya perilaku yang positif.
5.2. Saran-saran
Dari proses penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan terkait dengan proses bimrohis di RSI Kendal sebagai
berikut:
1. Dalam ranah pengetahuan perlu adanya penelitian untuk mengetahui bagaimana
hubungan tingkat efektifitas dari pemisahan tersebut dengan proses pemahaman
pasien akan nilai ajaran Islam. Hal ini karena RSI Muhammadiyah Kendal
menerapkan system pemisahan antara laki-laki dengan perempuan. Dengan
demikian, akan dapat diketahui efektifitas dari pemisahan tersebut.
2. Dalam bidang sarana, perlu adanya pertimbangan untuk menambahkan sarana
penunjang bimrohis dengan memberikan media audio pada setiap ruangan
pasien.
5.3. Penutup
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan dengan selesainya proses penyusunan
skripsi ini. Berkaca pada ungkapan bijak bahwa tak ada gading yang tak retak, maka
penulis dengan kerendahan hati memohon kritik dan saran yang bersifat membangun
sebagai bahan evaluasi hasil karya ini. Di balik kekurangan dan kesalahan karya ini,
penulis berharap semoga karya ini mampu menjadi setitik air dalam lautan ilmu
pengetahuan. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Praktinya, Ahmad Watih, Abdul Salam M Sofro, Islam Etika dan Kesehatan,
Rajawali, 1986
Priyatno dan Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Rineke Cipta,
Jakarta, 1999
Umary, Barmawy, Azas-Azas Ilmu Dakwah, Ramadhani, Solo, 1984
Wahidin, H. Khaerul dan Taqiyudin Masyhuri, Metode Penelitian, STAIN Press,
Cirebon, 2003.
Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset, 2004.
Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta, 1991
Wirawan Sarwono, Sarlito. Pengatar Psikologi Umum. Jakarta: Bulan Bintang,
1982.
Nama
: Khusnul Fatiah
NIM
: 1104043
TTL
Alamat
: Weleri Gg Pasar RT 03 RW 03
No. Telp
: 08995966959
Pendidikan
:
TK An-Nisa
SD N I Weleri
MTs N Weleri
MAN Kendal
IAIN Walisongo Semarang