BAB III
PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI
3.1 Dasar Hukum
Pelaksanaan kegiatan penyediaan air baku harus mengacu kepada dasar hukum yang
berlaku. Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, telah mengatur
penyediaan air baku. Dalam Pasal 34 UU No. 7 Tahun 2004, dinyatakan bahwa
pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai ditujukan untuk peningkatan
kemanfaatan fungsi sumber daya air guna memenuhi kebutuhan air baku untuk rumah
tangga, pertanian, industri, pariwisata, pertahanan, pertambangan, ketenagaan,
perhubungan, dan untuk berbagai keperluan lainnya. Mengenai pemenuhan kebutuhan
air baku, lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 40 UU No. 7 Tahun 2004, bahwa
pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan
pengembangan sistem penyediaan air minum. Dalam pasal 41 UU No. 7 Tahun 2004,
dinyatakan pemenuhan kebutuhan air baku untuk pertanian dilakukan dengan
pengembangan sistem irigasi, sedangkan pengembangan sumber daya air untuk
industri dan pertambangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air baku dalam
proses pengolahan dan/atau eksplorasi tercantum dalam pasal 42 UU No. 7 Tahun
2004.
Sebagai tindak lanjut pasal 40 UU No. 7 Tahun 2004, telah berlaku Peraturan
Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut, yang dimaksud dengan air baku untuk air
minum rumah tangga (selanjutnya disebut air baku) adalah air yang dapat berasal dari
sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku
mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
Dalam Pasal 5, Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tersebut, dinyatakan bahwa
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dapat dilakukan melalui sistem jaringan
perpipaan dan/ atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat
meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit
pengelolaan. Sedangkan
dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki
air instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Gambar berikut
memperlihatkan Sistem Penyediaan Air Baku.
III - 1
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Jaringan
Sumber
Air Baku Transmisi S
Unit Air Baku
WT
P
Unit Produksi
Unit Distribusi
Unit Pelayanan
Unit Pengelolaan
S = Tampungan (Storage)
WTP = Instalasi Pengolah Air (Water
Treatment Plant)
Unit Air Baku, dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem
pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit air
baku, merupakan sarana pengambilan dan/atau penyediaan air baku. Air baku wajib
memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Unit Produksi merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk
mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau biologi.
Unit produksi, dapat terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya,
perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan
penampungan air minum.
Unit Distribusi terdiri dari sistem perpompaan, jaringan distribusi, bangunan
penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan. Unit distribusi wajib memberikan
kepastian kuantitas, kualitas air, dan kontinuitas pengaliran, yang memberikan jaminan
pengaliran 24 jam per hari.
Unit Pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran kebakaran.
Untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan hidran umum harus
dipasang alat ukur berupa meter air. Untuk menjamin keakurasiannya, meter air wajib
ditera secara berkala oleh instansi yang berwenang.
Unit Pengelolaan terdiri dari pengelolaan teknis dan pengelolaan non teknis.
Pengelolaan teknis terdiri dari kegiatan operasional, pemeliharaan dan pemantauan
III - 2
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
dari unit air baku, unit produksi dan unit distribusi. Sedangkan pengelolaan non teknis
terdiri dari administrasi dan pelayanan.
Dalam rangka pelaksanaan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air maka
ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air, dalam pasal 1 dipaparkan mengenai pengembangan sumber daya air adalah
upaya peningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air guna memenuhi kebutuhan air
baku untuk berbagai keperluan misalnya, pemenuhan kebutuhan air baku untuk air
minum, dan pemenuhan kebutuhan air baku untuk pertanian.
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor:
18/PRT/M/2007
Tentang
memberikan
pedoman bagi Pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara, dan para ahli dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan SPAM. Dengan mengikuti pedoman
tersebut diharapkan:
a. Mewujudkan pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan
harga terjangkau;
b. Mencapai kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa
pelayanan;
c. Mencapai peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum; dan
d. Mendorong upaya gerakan penghematan pemakaian air.
Ruang lingkup pengaturan penyelenggaraan pengembangan SPAM dalam Peraturan
Menteri ini meliputi SPAM dengan jaringan perpipaan mencakup:
a. Perencanaan pengembangan SPAM yang terdiri dari penyusunan, meliputi (1)
Rencana Induk Pengembangan SPAM, (2) Studi Kelayakan Pengembangan
SPAM, dan (3) Perencanaan Teknis Pengembangan SPAM,
b. Pelaksanaan Konstruksi SPAM,
c. Pengelolaan SPAM,
d. Pemeliharaan dan Rehabilitasi SPAM,
e. Pemantauan dan Evaluasi SPAM.
3.2 Kebijakan Penyediaan Air Baku
III - 3
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
mengikuti sasaran Millenium Development Goal (MDG), yaitu pada tahun 2015 harus
mengurangi separuh dari proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air
minum dan sanitasi dasar. Pelayanan air minum perkotaan dan perdesaan ditargetkan
meningkat dari sebesar 41 % pada tahun 2000 menjadi 60 % pada tahun 2015, dengan
penjabaran untuk wilayah perkotaan 80 % terlayani (konsumsi 100 l/org/hari) dan
wilayah pedesaan 40 % terlayani (konsumsi 60 l/org/hari). Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2005 2009) menetapkan pelayanan penyediaan
air bersih melalui perpipaan di perkotaan 60% dan di wilayah pedesaan sebesar 30%.
Kebijakan dan strategi yang telah dan akan ditempuh untuk mencapai target Millenium
Development Goal (MDG 2015) dan
adalah :
a. Kebijakan Peningkatan Cakupan & Kualitas
bertahap
Menurunkan tingkat kehilangan air melalui perbaikan dan rehabilitasi
Memprioritaskan pembangunan untuk masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR)
b. Pendanaan
d. Air Baku
SPAM
3.3 Potensi Dan Ketersediaan Air Baku
III - 4
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Suplai air baku (raw water) di dunia hampir seluruhnya berasal dari presipitasi yang
merupakan akibat dari evaporasi air laut. Proses ini menyangkut transfer uap air dari
laut ke darat dan kemudian kembali lagi ke laut, yang dikenal sebagai siklus hidrologi.
Air mengikuti siklus hidrologi secara alamiah (tanpa campur tangan manusia)
merupakan suatu sumber daya terbarukan (renewable resource). Siklus hidrologi pada
dasarnya merupakan suatu proses yang menerus (continuous) yang dapat dianggap
sebagai suatu sistem.
Komponen-komponen daripada sistem itu adalah presipitasi, evaporasi, runoff, dan
lain-lain. Sistem hidrologi global dapat dibagi menjadi 3 subsistem, yaitu Sistem air
atmosfir, Sistem air permukaan, dan Sistem air bawah permukaan. Sistem air atmosfir
mencakup proses-proses presipitasi (hujan dan salju), evaporasi, intersepsi, dan transpirasi. Sistem air permukaan mencakup proses-proses overland flow, surface runoff,
outflow dari subsurface dan groundwater, dan runoff ke sungai dan ke laut. Sistem air
bawah permukaan mencakup proses-proses infiltrasi, groundwater recharge,
subsurface flow, dan groundwater flow.
3.3.1
Air Permukaan
Dengan mencermati sistem hidrologi, sumber air baku yang dapat dikelola oleh
manusia adalah berupa surface runoff (aliran sungai) dan groundwater flow (sumur
dan mata air). Untuk mengetahui berapa besarnya ketersediaan air dari sumbersumber tersebut, maka perlu dilakukan suatu studi dan inventarisasi di wilayah
yang bersangkutan baik mengenai kuantitas, kualitas, dan lokasinya. Air hujan pada
umumnya hanya berkontribusi untuk mengurangi kebutuhan air irigasi yaitu dalam
bentuk hujan efektif, meskipun pada beberapa daerah air hujan yang ditampung
dengan baik juga menjadi sumber air yang cukup berarti untuk keperluan rumah
tangga. Sumber air yang berpotensi besar untuk dimanfaatkan adalah sumber air
permukaan dalam bentuk air di sungai, saluran, danau dan lainnya. Pengambilan air
permukaan yang tersedia di sepanjang sungai dalam prakteknya hanya dapat
dilakukan pada tempat-tempat tertentu yang memungkinkan dibuat bendung atau
free intake.
III - 5
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
III - 6
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
3.3.2
Mata Air
Penggunaan air tanah sangat membantu pemenuhan kebutuhan air baku maupun air
irigasi pada daerah yang sulit mendapatkan air permukaan harus dijaga agar
pengambilannya tetap berada di bawah debit aman (safe yield). Disamping kedua
sumber air tersebut terdapat mata air, berupa sumber air bawah tanah yang muncul
di permukaan. Secara umum mata air dapat dikelompokkan kedalam 4 (empat)
jenis, yaitu (1) gravity spring, (2) surface spring, (3) artesian spring dan (4) spring
from solution channel .
III - 7
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
a. Gravity Spring
b. Surface Spring
c. Artesian Spring
III - 8
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
mengakibatkan air keluar menuju permukaan tanah (Gambar c). Spring from
solution channel merupakan mata air yang dari aliran air dalam batuan atau gua
(Gambar d).
Mata air dapat dimanfaatkan dengan berbagai alternatif, yang paling sederhana
adalah dengan membutuhkan beberapa perlengkapan untuk akses dan perlindungan
sumber dari polusi. Berikutnya dapat dipasang sistem pengumpul (collector system)
dan jaringan pipa yang dapat mengalirkan air secara gravitasi menuju bak
pengumpul dan titik-titik distribusi. Pengembangan mata air apabila dilakukan
secara tidak benar akan mengakibatkan mata air tersebut mati atau berpindah
lokasinya. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan mata air
adalah dengan (1) peningkatan debit mata air dengan membuat bangku (bench), dan
(2) memperdalam penampung dengan penggalian. Pada tebing dengan batuan yang
keras, peningkatan debit mata air dapat dilakukan dengan penggalian lubang
horisontal. Beberapa tipe pengembangan mata air dapat dilihat pada Gambar
berikut.
I.1.1.1.1.1.1.1.1
I.1.1.1.1.1.1.1.2
I.1.1.1.1.1.1.1.3
I.1.1.1.1.1.1.1.4
III - 9
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
3.3.3
Air Tanah
Air bawah tanah merupakan salah satu sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga. Kuantitas dan kualitas air bawah tanah tergantung pada wadah dan
isi air tanah tersebut, berupa lapisan tanah (batuan) yang disebut sebagai akuifer. Isi
dari akuifer berupa air yang banyak sedikitnya tergantung pada sifat-sifat hidrolika
dan besarnya imbuhan. Kedua hal tersebut dikendalikan oleh kondisi hidrogeologi,
morfologi dan hidraulikanya yang menjadikan kesatuan wilayah air bawah tanah
atau yang dikenal sebagai cekungan air bawah tanah.
Pemanfaatan air bawah tanah dapat dilakukan dengan membuat sumur gali, sumur
pantek ataupun sumur bor. Sumur gali dan sumur pantek bagi kebutuhan yang kecil
sampai sedang. Kebutuhan yang relatif besar baik untuk air baku, irigasi, industri,
jasa dilakukan dengan sumur bor. Gambar berikut memperlihatkan beberapa bentuk
tipikal konstruksi sumur dangkal.
a. Sumur Dangkal
Standar
III - 10
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Sumur dalam dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu, cavity tubewell dan
screen tubewell. Untuk tipe yang kedua, masih dibagi lagi menjadi strainer
tubewell dan slotted tubewell. Cavity tubewell hanya mendapatkan aliran air dari
bawah sumur dan tidak mengambil dari sisi-sisinya. Sedangkan screen tubewell
disamping mengambil air dari bawah juga mendapatkan dari sisi-sisinya dengan
adanya pipa porus/ berlubang. Gambar
sumur dalam.
screen/strainer
a. cavity tubewell
b. strainer tubewell
III - 11
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
3. Sustained yield (serahan berkelanjutan), yaitu besarnya eksploitasi air bawah
tanah dengan memperhitungkan laju pembentukan (imbuhan) air maupun laju
keluaran air alami sehingga pemanfaatannya dapat berkelanjutan.
3.4 Sistem Penyediaan Air Baku
Sistem penyediaan air baku dapat dikaji menurut sumber air baku, sistem transmisi
dan distribusi, sistem pengelolaan kualitas air. Berdasarkan sumber air baku, sistem
penyediaan air dapat bersumber pada 3 (tiga) jenis sumber air baku, yaitu (1) Air
Permukaan, (2) Mata Air, dan (3) Air bawah permukaan. Berdasarkan sistem transmisi
dan distribusinya, sistem penyediaan air bersih dapat dilakukan secara (1) Gravitasi,
(2) Pemompaan, maupun (3) Kombinasi. Berdasarkan kualitas sumber air baku dan
standar kualitas air baku yang dibutuhkan, sistem penyediaan air baku dapat dilakukan
dengan (1) Menggunakan instalasi pengolah air, (2) Tanpa menggunakan instalasi
pengolahan air. Ilustrasi pembagian sistem penyediaan air baku diperlihatkan pada
Gambar 3.7, sedangkan beberapa alternatif skema penyediaan air baku dapat dilihat
pada Gambar 3.8.
Air Permukaan
Menurut
Sumber Air Baku
Mata Air
Air Tanah (Sumur Bor)
Gravitasi
Sistem
Penyediaa
n
Air Baku
Menurut
Sistem
Transmisi dan
Distribusi
Menurut
Standar
Kualitas
Pelayanan Air
Baku
Menurut
Sistem
Pelayanan
Pemompaan
Kombinasi Instalasi
Memerlukan
Pengolahan Air
Tidak Memerlukan
Instalasi
Jaringan
Perpipaan
Pengolahan
Air
Hidran Umum
III - 12
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Skema sistem penyediaan air dengan sumber air berupa sungai/waduk :
Sungai /
Waduk
Pemompaan
Gravitasi
Bak /
Reservoir
Konsume Konsume
n
n
Konsume
Konsume
n
n
Jaringan Transmisi :
dipengaruhi oleh
topografi/elevasi sumber
air dan daerah
pelayanan
Jaringan Pelayanan
Skema sistem penyediaan air dengan sumber air berupa air tanah/ sumur dalam :
Air tanah / sumur
dalam
Pemompaan
Instalasi pengolah
air
Bak/Reservoir
Konsume Konsume
n
n
Konsume
Konsume
n
n
III - 13
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Berdasarkan praktek penyediaan air baku yang ada selama ini menggunakan
pendekatan penyediaan air bersih perkotaan dan pedesaan. Penyediaan air bersih
perkotaan dengan sistem perpipaan yang umumnya dilakukan oleh PDAM dan
penyediaan air bersih yang dilakukan oleh masyarakat secara mandiri dari sumur
dangkal, sumur dalam, maupun sumber air baku lainnya. Penyediaan air baku
pedesaan dilakukan dengan perpipaan, non perpipaan maupun secara mandiri.
Penyediaan air baku perpipaan maupun non perpipaan mengambil sumber air dari
mata air, sumur dangkal dan sumber yang dikelola oleh kelompok masyarakat
pengguna air bersih atas bantuan dan fasilitas dari pemerintah maupun pihak-pihak
lain. Penyediaan air bersih secara mandiri dilakukan oleh masyarakat dari sumur
dangkal, sumur dalam, maupun sumber air baku lainnya.
SISTEM PERPIPAAN
Dikelola oleh
PDAM
SISTEM PERPIPAAN
Dikelola oleh
Masyarakat
Dikelola oleh
PDAM
Dikelola oleh
Masyarakat
SISTEM PERPIPAAN /
NON PERPIPAAN
Dikelola oleh
Kelompok
Masyarakat
Dikelola oleh
Masyarakat
III - 14
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
3.5 Isu-Isu Strategis Penyediaan Air Baku
Pembangunan prasarana dan sarana air baku menghadapi berbagai masalah, tantangan
dan peluang. Secara umum salah satu permasalahan utama dalam penyediaan air baku
adalah semakin terbatasnya sumber air baku yang dapat diandalkan, baik kuantitas
maupun kualitasnya sepanjang tahun. Pada sisi yang lain kebutuhan air baku untuk
berbagai keperluan seperti untuk rumah tangga, industri, sarana umum dan berbagai
keperluan lainnya selalu terus meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan laju
pembangunan di berbagai sektor, serta jumlah penduduk yang terus bertambah.
Berbagai upaya penyediaan prasarana dan sarana penyediaan air baku telah banyak
dilakukan, namun masih belum dapat memenuhi semua kebutuhan terutama pada saat
musim kemarau.
Pada daerah-daerah sulit air, masalah kekurangan air ini hampir terjadi setiap tahun
sehingga masyarakatnya terpaksa membeli air baku dari para pedagang air dengan
harga yang tinggi, sedangkan bagi masyarakat yang tidak mampu terpaksa
menggunakan air yang kualitasnya tidak layak untuk keperluan sehari-hari. Apabila
hal ini dibiarkan berlarut-larut akan menimbulkan dampak negatif bagi kesejahteraan
dan kesehatan masyarakat serta lingkungannya.
Penyediaan air baku juga sangat terkait dengan Millenium Development Goals dimana
Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut mendeklarasikan. Salah satu target
yang dicanangkan Millenium Development Goals adalah pada tahun 2015 harus
mengurangi separuh dari proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air
minum dan sanitasi dasar.
Pengembangan penyediaan air baku harus memperhatikan terhadap isu-isu straegis
yang berkembang dalam penyediaan air baku. Beberapa permasalahan utama dan isusu strategis dalam penyediaan air baku, antara lain:
(1) Air merupakan karunia Tuhan YME yang sangat penting dan diperlukan bagi
kehidupan dan penghidupan di muka bumi.
(2) Akses terhadap air adalah hak asasi manusia (hak tertinggi dalam hukum), karena
air merupakan kebutuhan penting bagi hidup manusia sehingga perlu
perlindungan kepada setiap orang atas akses untuk mendapat air.
(3) Sebagian besar masyarakat miskin belum memperoleh kesempatan mengakses air
baku, dan jutaan warga lain hidup di bawah garis kemiskinan. Kondisi ini
kadangkala menyebabkan masyarakat miskin membayar lebih mahal bahkan
III - 15
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
terpaksa mengkonsumsi air baku yang kualitasnya jauh di bawah ambang sehat,
dan menurunkan derajat kesehatan masyarakat.
(4) Masyarakat pedesaan dan adat memiliki kearifan lokal yang positif dalam
pengelolaan air baku sehingga perlu diberi kepercayaan dalam berpartisipasi
dengan bantuan pendampingan.
(5) Penurunan kuantitas dan kualitas air baku akibat kerusakan daerah tangkapan air
(catchment area) perubahan tata guna lahan, pencemaran, perubahan siklus air
global dan anomali cuaca, ditambah pengelolaan air tanah yang tidak baik serta
pencemaran sumber air baik air permukaan maupun air tanah.
(6) Masalah alokasi air yang mengalami kelangkaan lokal (local scarcity) akibat
peningkatan laju populasi dan kebutuhan air non-irigasi, serta tekanan terhadap
lingkungan dari eksploitasi sumber air yang tidak berkelanjutan,
(7) Semakin meningkatnya pertambahan penduduk yang berkembang secara
eksponensial,
(8) Perubahan pola hidup masyarakat pedesaan dan perkotaan yang berakibat pada
kebutuhan air baku,
(9) Semakin meningkatnya kebutuhan air untuk industri dan masyarakat.
(10) Rendahnya tingkat pelayanan air baku dan belum optimalnya kinerja penyedia
(provider) air baku,
(11) Cakupan Pelayanan masih rendah: hanya 20% penduduk perkotaan yang
terlayani (secara nasional)
(12) Tingkat kehilangan air dalam distribusi air yang tinggi, rata-rata 35% (secara
nasional)
(13) Pelayanan air baku memerlukan penanganan terpadu lintas sektor, lintas instansi
dan lintas wilayah administratif.
(14) Pembangunan penyediaan air baku memerlukan biaya yang besar namun sulit
untuk mencapai cost recovery sehingga sulit menarik partisipasi pihak swasta,
sedangkan masyarakat hanya mampu untuk membayar biaya operasi dan
pemeliharaan.
(15) Penyediaan air baku masih dilihat sebagai komoditas sosial,
(16) Masih rendahnya kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap keberadaan air
baku dan upaya konservasinya.
III - 16
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
3.6 Permasalahan Umum Air Baku
Permasalahan yang muncul dalam penyediaan air baku tidak dapat dilepaskan dari
sumber daya manusia yang ada, kelembagaan, dan infrastruktur penunjang. Adapun
permasalahan yang terkait dengan penyediaan air baku diantaranya:
1. Kerusakan catchment area, terutama untuk tiap wilayah sungai, akibat dari
perubahan tata guna lahan,
2. Penurunan kinerja infrastruktur,
3. Eksploitasi air tanah berlebihan,
4. Rendahnya kualitas air permukaan dan air tanah,
5. Kesenjangan antara kebutuhan & ketersediaan DMI,
6. Kekeringan, defisit air di musim kemarau,
7. Lemahnya koordinasi, dan
8. Meningkatnya potensi konflik.
3.7 Metodologi Pekerjaan
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Penyediaan
Air Baku akan disusun dengan mengacu pada lingkup pekerjaan yang tertuang pada
Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan didasarkan pada pengalaman melaksanakan studi
sejenis.
III - 17
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
III - 18
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Start
Start
Ya
Penyusunan Program Kerja
Penyusunan Program Kerja
Survai Lapangan Pendahuluan
Survai Lapangan Pendahuluan
Inventarisasi data:
Inventarisasi data:
Studi Terdahulu
Studi
Terdahulu
Peraturan
perundangan yang terkait
Peraturan
perundangan
yang terkait
Survey Harga
Satuan material
di Lokasi Pekerjaan
Survey
Harga
Satuan
material
di Lokasi Pekerjaan
Data Wilayah Pemerintahan,Penduduk,
Kegiatan Ekonomi dll.
Data
Wilayah Pemerintahan,Penduduk,
Kegiatan Ekonomi dll.
Inventarisasi
Permasalahan.
Inventarisasi Permasalahan.
Penyusunan Konsep
Penyusunan
Konsep
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Tidak
Diskusi/Presentas
Gambar
3. 11 Bagan Alir Pekerjaan (1)
Diskusi/Presentas
Ya
Final Laporan
Final Laporan
Pendahuluan
Pendahuluan
III - 19
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
2
Inventarisasi Penyediaan Air Baku
Inventarisasi Penyediaan Air Baku
Tidak
Diskusi
Diskusi
Ya
Survei Topografi
Survei Topografi
Tidak
Diskusi
Diskusi
Ya
Referensi Ketinggian
Referensi Ketinggian
Referensi
Referensi
Koordinat
Koordinat
Pemasangan
Pemasangan
Patok
Patok
Diskusi
Diskusi
Analisis Kondisi
Analisis
Kondisi
Eksisting
Eksisting
Penyusunan AKNOP
Penyusunan AKNOP
Tidak
Diskusi/Present
Diskusi/Present
asi
asi
Ya
Diskusi/Present
Diskusi/Present
asi
asi
Selesai
Selesai
3.7.1
Kegiatan Persiapan
PT. Supraharmonia Consultindo
III - 20
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Kegiatan persiapan merupakan tahapan awal dalam pekerjaan ini dimulai setelah
diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Dalam tahapan ini dilakukan
persiapan pekerjaan baik yang menyangkut persiapan administratif maupun
persiapan teknis. Dalam persiapan teknis tercakup kegiatan penyusunan Usulan
Teknis/Laporan Pendahuluan, pembentukan organisasi pelaksanaan dan mobilisasi
tenaga ahli yang akan dilibatkan dalam keseluruhan pekerjaan.
3.7.2
Pengurusan Administrasi
Pelaksanaan pengurusan administrasi dimaksudkan untuk memudahkan kelancaran
pekerjaan, terutama berkaitan dengan pengumpulan data dan pekerjaan di lapangan
Kegiatan ini meliputi pengurusan Surat pengantar untuk pelaksanaan pekerjaan
survey lapangan dan mendapatkan data-data yang berhubungan dengan pekerjaan
ini pada instansi yang terkait.
3.7.3
3.7.4
3.7.5
Persiapan Survey
o Program kerja (jadwal kerja dan personil).
o Pembuatan peta kerja untuk survey lapangan
o Pemeriksaan alat-alat survey
PT. Supraharmonia Consultindo
III - 21
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
o Menyiapkan perlengkapan survey.
o Dan lain-lain.
3.7.6
III - 22
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Tabel 3. 1 Peralatan Dan Bahan Yang Digunakan Dalam Survey
Topografi
No
Nama Alat
Jumlah
1.
Theodolite T0
2
2.
3.
4.
5.
6.
Theodolite T2/EDM
Waterpass
Pita Ukur
GPS
III - 23
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Survey ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi daerah yang akan
dipetakan/direncanakan, adapun hasil-hasil dari orientasi daerah pengukuran
adalah :
o Menyiapkan base camp, tenaga lokal dan sarana transportasi lapangan
o Bersama-sama dengan Pengawas/Direksi lapangan menentukan titik awal
pengukuran dan batas pengukuran.
o Menentukan titik referensi (BM) pengukuran yang sudah diketahui
koordinatnya (X,Y,Z) atau titik-titik yang telah dipasang pada studi
terdahulu, atau titik-titik lainnya yang disetujui Direksi).
o Menentukan metode pengukuran yang akan digunakan berdasarkan
kondisi daerah yang akan dipetakan.
o Menentukan alat-alat pengukuran yang akan digunakan berdasarkan
kondisi daerah yang akan dipetakan (Theodolith - DT2, Waterpass)
o Menentukan posisi pemasangan BM (Bench Mark), diawal pengukuran
dan akhir pengukuran khususnya di lokasi yang akan di bangun
kontruksi/disekitar muara sungai.
o Menentukan pemasangan CP (Control Point) dan patok kayu sebagai
patok bantu dalam pengukuran
o Menentukan interval pemasangan patok pengukuran (50 meter)
o Melakukan pemotretan lokasi pengukuran, khususnya lokasi yang akan
dibangun kontruksi sebagai dokumentasi.
o Menentukan lama proses pengukuran topografi
c) Pemasangan Patok Pengukuran
Pemasangan patok dipasang ditempat yang stabil, aman dari gangguan dan
mudah dicari. Setiap patok akan difoto, dibuat deskripsinya, diberi nomor dan
kode. Penentuan koordinat (X, Y, Z) pada patok BM (Bench Mark) dilakukan
dengan menggunakan pengukuran poligon dan levelling. Tata cara
pengukuran, peralatan dan ketelitian pengukuran sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Bentuk, ukuran dan konstruksi Control Point dari pipa paralon
berukuran (3x50 cm), Bench Mark dari beton berukuran (30x30x100 cm)
dan patok kayu (3x3x50 cm) dengan ketentuan pemasangan sebagai berikut :
o Bench Mark dan Control Point harus dipasang pada lokasi yang aman
dan dekat lokasi yang akan dibangun kontruksi. Patok beton tersebut
PT. Supraharmonia Consultindo
III - 24
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
harus ditanam ke dalam tanah sepanjang kurang lebih 30 cm (yang
kelihatan di atas tanah kurang lebih 70 cm) ditempatkan pada daerah
yang lebih aman dan mudah dicari. Pengecoran BM dan CP dilakukan
dilokasi pemasangan. Pembuatan skets lokasi BM dan CP untuk
deskripsi. Pemotretan BM dan CP dalam posisi "Close Up", untuk lembar
deskripsi BM dan CP.
o Patok beton maupun patok-patok poligon diberi tanda dan nomor urut,
ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah pencariannya.
o Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pemasangan di dekat
pohon-pohon disekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda
tertentu.
o Patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat ditanam sedalam 30 cm,
dicat biru dan dipasang paku diatasnya serta diberi kode dan nomor yang
teratur.
III - 25
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
2.
3.
4.
5.
6.
7.
III - 26
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Dalam pengukuran Kerangka Dasar Horizontal yang perlu diukur adalah
Jarak dan Sudut Jurusan.
A. Ketelitian Yang Harus Dicapai
o
B. Pengukuran Jarak
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100
meter.
Tingkat
ketelitian
hasil
pengukuran
jarak
dengan
III - 27
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
FS n 2 180 0
Ketelitian Jarak :
D DBM D1 D2 Dn
D DBM D1 D2 Dn
D D D, 0
X P1 X BM D12 Sin 12
YP1 YBM D12 Cos 12
Dalam hal ini :
BM,P1,P2 : Titik-titik poligon/pengukuran
D
<B
<LB
III - 28
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
XP2
YP2
Ti
Tp
Tt
III - 29
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Ba
Bb
Dpn
Blk
3) Pengukuran Situasi/Detail
Pengukuran situasi/detail merupakan pengukuran posisi titik detail baik
unsur alam maupun buatan manusia. Pengukuran dilakukan dengan metode
trigonometri/tachimetri dimana ujung dan pangkal jalur pengukuran
terikat /terkontrol terhadap kerangka dasar
pengukuran/pemetaan. Dari
pengukuran
akan
dilakukan
oleh
beberapa
team
III - 30
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
o Jalur pengukuran akan disesuaikan dengan rencana trase sungai yang
ada maupun obyek-obyek yang ada disekitar sungai baik obyek alam
maupun buatan manusia sesuai dengan pengukuran yang telah pernah
dilakukan.
o Alat yang akan digunakan adalah Theodolit - DT2 dan Prisma, atau
sejenis dan sederajat dengan ketelitian detail pengukuran 10 cm di atas
kontrol kerangka pemetaan yang diratakan kesetiap titik-titik detail.
o Menetapkan dan memasang patok bantu dari kayu/paku apabila jarak
antara
kerangka
utama
dengan
posisi
detail
rincikan
terlalu
jauh/tertutup.
o Membuat daftar (register) BM lama/baru dan CP yang menunjukan letak
dan koordinat (X,Y,Z) pada lokasi.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi dengan alat
Theodolith DT2, yaitu :
o Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri
o Ketelitian sudut alat yang dipakai adalah 10 dan ketelitian jarak optis
EDM 3 cm .
o Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan Metode Ray dan
Vorstraal.
o Ketelitian poligon Ray untuk sudut 10 n, dimana n = banyaknya titik
sudut dan ketelitian linier poligon Ray yaitu 1 : 1000
o Kerapatan titik detail harus dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk
topografi dan obyek-obyek disekitar sungai dapat digambarkan sesuai
dengan keadaan lapangan.
o Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga
memudahkan penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta.
o Pengukuran sungai di sekitar lokasi/muara harus diambil detail
selengkap mungkin, misalnya : elevasi as, tepi, lebar sungai, dan
bangunan di sekitar lokasi rencana tersebut.
Dengan metode pengukuran situai/detail diatas diperoleh data-data sebagai
berikut:
o Azimuth magnetis
o Jarak miring
III - 31
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
o Sudut horisontal dan sudut vertikal
o Tinggi alat dan Tinggi prisma
: Titik-titik situasi/detail
III - 32
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
III - 33
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Bt1,Bt2,Bt3,Bt4
b) Profil Melintang
Pengukuran profil melintang adalah profil yang tegak lurus dengan
kerangka utama pengukuran (Poligon) dan tegak lurus terhadap as
sungai. Tujuan pengukuran profil, untuk mengetahui kondisi eksisting
sungai, volume sungai, volume galian dan timbunan tanah. Kerapatan
jarak titik-titik profil antara 10-20 m untuk lokasi datar (persawahan,
lapangan) dan 1-2 m untuk lokasi terjal (sungai,saluran), karena dengan
interval jarak tersebut beda tinggi antara titik-titik profil melintang bisa
di ketahui, alat yang digunakan Theodolith - DT2 dengan bantuan
rambu ukur, dengan tahapan pengukuran sebagai berikut :
o Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan oleh beberapa tim
pengukuran yang dilakukan secara simultan sesuai dengan jangka
waktu yang tersedia.
o Alat ukur yang akan digunakan adalah Theodolith - DT2 digunakan
untuk mengukur profil melintang sungai apabila keadaan medannya
curam.
III - 34
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
o Pengukuran profil melintang harus tegak lurus dengan as sungai dan
jarak pengambilan detail profil 100 m dari as sungai.
o Pengambilan titik detail untuk profil melintang setiap interval 100 m
pada sungai yang lurus dan 25-50 m pada sungai menikung (akan
dikoordinasikan dilapangan).
o Pengukuran profil melintang dilakukan dengan kerapatan titik
maksimum 2 m untuk kondisi daerah terjal dan maksimum 20 m
untuk kondisi daerah datar dengan metode tachimetri/trigonometri
dengan ketelitian 10 cm.
o Jika terdapat patahan, kerusakan lain ataupun penyadapan/bobolan
yang di legalkan maka harus ditambah profil khusus untuk
kepentingan volume pekerjaan.
Dengan metode pengukuran profil melintang diatas diperoleh data-data
sebagai berikut:
o Pembacaan sudut vertikal ()
o Jarak optis/miring (Dm)
o Pembacaan skala rambu benang tengah (Bt)
o Tinggi alat (Ta) dan Tinggi patok (Tp)
III - 35
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Bt
Tp
III - 36
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Pada Lokasi Pengambilan air dari danau atau saluran irigasi
1. Pengukuran duga air di danau atau sejenisnya yang mempunyai sifat
penggenangan air alami atau rekayasa manusia
2. Pengukuran dimensi tempat outlet danau tersebut
Sedangkan survei hidrometri dilakukan dengan cara sebagai berikut:
A. Penelusuran Saluran
Penulusuran dilakukan dengan menelusuri saluran atau sungai yang ada dan
kemudian dilakukan pengukuran hidrometri. Penelusuran dihentikan pada
cabang saluran/sungai.
B. Penentuan Lokasi Pengukuran Kecepatan
Lokasi pengukuran kecepatan harus bebas dari olakan air, arus yang tidak
teratur (tidak simetris),erosi pada sisi saluran, interupsi dari inlet atau out-let
anak saluran, atau adanya pengendapan didasarnya. Gambar 3 - memberikan
rambu-rambu lokasi pengukuran kecepatan.
III - 37
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
C. Pengukuran Kecepatan Aliran
Sebelum mulai mengukur aliran sungai terlebih dahulu harus dipilih lokasi
sekitar pos duga yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Palung saluran harus sedapat mungkin lurus dengan arah arus kecepatan
sejajar satu dengan yang lain.
b. Dasar saluran sedapat mungkin tidak berubah-ubah, bebas dari batu besar,
tumbuhan air dan bangunan air yang menyebabkan jalur kecepatan tidak
sejajar satu dengan yang lainnya.
c. Dasar penampang saluran sedapat mungkin rata supaya pada waktu
menghitung penampang basah hasilnya mendekati sebenarnya.
Tahap Kegiatan Pengukuran :
o Mengukur pada kedalaman garis vertikal yang akan diukur kecepatannya
kemudian menentukan titik kedalaman pengukuran.
o Mengukur jarak dari tepi permukaan sungai ke setiap garis pengukuran
vertikal.
o Mencatat jumlah putaran yang terjadi pada setiap titik pengukuran.
o Menghitung kecepatan daripada setiap titik pengukuran berdasarkan jumlah
putaran yang diperoleh dan selanjutnya merata-ratakan.
o Menghitung luas bagian penampang melintang untuk setiap jalur.
o Menghitung besar aliran untuk setiap bagian jalur penampang melintang
dengan menggunakan rumus Q = A . V.
o Kegiatan ini terus berulang untuk setiap jalur garis vertikal pada seluruh
penampang melintang.
o Besar aliran untuk seluruh penampang basah adalah jumlah kumulatif
seluruh besar aliran bagian dari seluruh vertikal. Kecepatan rata-rata aliran
penampang basah diperoleh dengan membagi besar aliran seluruh
penampang dengan luas seluruh penampang melintang.
Dalam pengukuran kecepatan ini dilakukan dengan current meter tipe balingbaling.
III - 38
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
III - 39
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Dimana:
T.P = Tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal
BT.1
BT.1
Gambar 3.24 Pengamatan Dan Pengikatan Level Pasang Surut Terhadap Level Topografi
fs n 2 180 0
PT. Supraharmonia Consultindo
III - 40
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Sudut luar (Poligon Terbuka)
S1 S 2 S 3 S 4 S 5 S 6 n 2 180 0
fs n 2180 0
Perataan poligon:
Koreksi kesalahan sudut :
S fs AKHIR AWAL 180 0
T
n
Koreksi Sumbu :
d
f x
d
d
f y
d
d arctg
Kesalahan Linier :
Cd
X 2 Y 2
BM 1 U S1 360 0
BM 1 U 180 0
X 2 X 1 d12 Sin 12
Y2 Y1 d12 Cos 12
Dalam hal ini :
f (x)
f (y)
III - 41
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
d
PT
Cd
: Kesalahan Linier
(fs)
: Besarnya Koreksi
KP
= HPg
= HPl
H Pl h BM P1 h P1 P 2 h P 2 P 3 hPn
H Pg Pl H Pg H Pl , 5mm
III - 42
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Bt
Bb
Elevasi (Elv) :
Elv Elv BM hBM 1
Koordinat (X,Y) :
X 1 X BM Dd BM 1 Sin BM 1
Y1 YBM Dd BM 1Cos BM 1
Dalam hal ini :
Dd
Dm
Ti
Tp
Tt
III - 43
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Elv
: Elevasi (titik 1)
Elevasi (Elv)
Elv1 Elv BM hBM 1
2) Profil Melintang
Perhitungan profil/crossection melintang bertujuan mengetahui bentuk eksisting
sungai/lokasi yang akan di dirikan bangunan sehingga dengan mudah untuk
penghitungan volume galian/timbunan dan penghitungan debit air yang dapat di
tampung dalam sungai tersebut.
Berdasarkan besaran-besaran tersebut diatas selanjutnya melalui proses
hitungan, diperoleh : jarak datar, beda tinggi, dan elevasi (Z) antara titik-titik
profil, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Jarak datar (Dd) :
Dd DmSin 2
III - 44
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
hBM 1 Ti T p DmSin Bt
Elevasi (Elv) :
Elv Elv BM hBM 1
Ti
Bt
Dd
: Jarak datar
Dm
: Elevasi (titik 1)
hBM-1
III - 45
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
berkelanjutan sehingga air dapat dimanfaatkan secara optimal serta dapat
meningkatkan kinerja jaringan air baku.
Guna keseragaman pola pikir dalam pedoman ini, maka perlu kesamaan persepsi
tentang pengertian sebagai berikut :
a. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air
laut yang berada di darat.
b. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat
pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
c. Sistem Air Baku meliputi prasarana air baku, air air baku, manajemen air baku,
kelembagaan pengelolaan air baku dan sumber daya manusia.
d. Penyediaan air minum adalah kegiatan penyediaan air minum untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih dan
produktif.
e. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu
kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air
minum.
f. Penyelenggaraan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluan dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non teknik
(kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat dan hukum) dalam
kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
g. Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau
dan/atau mengevaluasi sitem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum.
h. Pengembangan air baku adalah pembangunan air baku baru dan/atau
peningkatan air baku yang sudah ada.
i. Pengelolaan air baku adalah kegiatan yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan
rehabilitasi air baku.
j. Operasi jaringan air baku adalah upaya pengaturan air air baku termasuk
kegiatan membuka-menutup pintu bangunan air baku, melaksanakan kalibrasi
pintu/ bangunan, mengumpulkan data, memantau dan, mengevaluasi.
III - 46
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
k. Pemeliharaan jaringan air baku adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan air baku agar dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar
pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.
l. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup Prosedur Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Air Baku adalah :
1. Pelaksanaan Operasi Jaringan Air Baku, meliputi perencanaan operasi
jaringan air baku, pelaksanaan operasi jaringan air baku, monitoring dan
evaluasi jaringan air baku, pengoperasian bangunan air baku, pemanfaatan
sumber air lain serta kegiatan pendukung operasi dan pemeliharaan jaringan
air baku.
2. Pelaksanaan
Pemeliharaan
Jaringan
Air
Baku,
meliputi
kegiatan
III - 47
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
2. Data Pendukung kegiatan operasi jaringan Air Baku.
Dalam rangka membantu kegiatan operasi jaringan air baku dapat dilaksanakan,
diperlukan data pendukung antara lain :
1. Peta lokasi Sumber Air Baku.
Peta lokasi Sumber Air Baku adalah Peta Wilayah Kerja Balai PSDA
dengan diploting peta lokasi air baku
2. Peta Air Baku.
Peta Wilayah Air Baku (Skala 1 : 5.000 atau disesuaikan) dengan
batas air baku, plotting saluran pembawa dan bangunan air baku.
3. Skema Jaringan Air Baku.
Skema jaringan Air Baku menggambarkan saluran pembawa,
bangunan air dan bangunan lainnya yang masing-masing dilengkapi
dengan nomenklatur.
4. Gambar Purna Konstruksi (as built drawing).
Gambar Purna Konstruksi (as built drawing) berupa gambar kerja
purna konstruksi untuk saluran maupun bangunan.
5. Dokumen dan data lain.
Dokumen dan data lain, berupa :
a.
b.
c.
III - 48
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
2. Balai PSDA melaksanakan operasi jaringan air baku atau dapat
dilakukan
dengan
melibatkan
peran
masyarakat
untuk
melaksanakannya.
4. Ruang Lingkup Kegiatan Operasi Jaringan Air Baku.
Ruang Lingkup Kegiatan Operasi Jaringan Air Baku meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
III - 49
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Apabila terjadi kekurangan air baku dalam kegiatan pembagian air
baku dapat diupayakan pemanfaatan sumber-sumber air lainnya seperti
pemanfaatan air dari saluran suplesi, air tanah dan lain-lain.
a.
b.
b.
III - 50
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Kalibrasi harus dilakukan setiap ada perubahan/perbaikan dari alat
ukur atau minimal lima tahun sekali.
Apabila terjadi kerusakan alat ukur pada jaringan Air Baku teknis
maka sambil menunggu perbaikan, pengukuran debit pada alat ukur
yang rusak dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
a) Pengukuran debit dengan metode pelampung.
b) Dibuat lubang pintu ukur yang proporsional dengan pintu ukur
yang masih berfungsi
c.
: kinerja baik
3) 55-69
4) < 55
3.8.4
III - 51
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Pelaksanaan pemeliharaan jaringan air baku melalui kegiatan perawatan,
perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus
menerus
Ruang lingkup kegiatan pemeliharaan jaringan air baku, meliputi :
1. Inventarisasi kondisi jaringan air baku
2. Perencanaan pemeliharaan jaringan air baku.
3. Pelaksanaan pemeliharaan jaringan air baku.
4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
2. Data Pendukung Kegiatan Pemeliharaan Jaringan Air Baku.
Dalam penyelenggaraan pemeliharaan jaringan air baku diperlukan data-data
pendukung sebagai berikut :
a.
b.
III - 52
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
2) Tindakan Pengamanan
a.
Membuat
bangunan
pengamanan
ditempat-tempat
yang
c.
Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan perawatan dalam rangka
mempertahankan kondisi jaringan air baku yang dilaksanakan
secara terus menerus tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau
diganti.
Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi :
1) Pemeliharaan Rutin yang bersifat Perawatan :
a) Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu.
b) Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan
semak-semak.
c) Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan
kotoran.
d) Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur.
III - 53
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
e) Memelihara tanaman lindung di sekitar bangunan dan di tepi
luar tanggul saluran.
2) Pemeliharaan Rutin yang bersifat Perbaikan ringan.
a) Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan.
b) Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran
yang retak atau beberapa batu muka yang lepas.
d.
Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan
yang
dilaksanakan
secara
berkala
yang
direncanakan
dan
Penggantian Pintu.
b)
III - 54
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
c)
e.
Penanggulangan/Perbaikan Darurat
Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau
kerusakan berat akibat terjadinya kejadian luar biasa (seperti
Pengrusakan/penjebolan tanggul, Longsoran tebing yang menutup
jaringan air baku, tanggul putus dll) dan penanggulangan segera
dengan konstruksi tidak permanen, agar jaringan air baku tetap
berfungsi.
Kejadian Luar Biasa/Bencana Alam harus segera dilaporkan oleh
Petugas lapangan, ditindak lanjuti Perwakilan Balai dan dilaporkan
kepala Balai PSDA secara berjenjang dan selanjutnya oleh kepala
Balai PSDA dilaporkan kepada Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah
dengan tembusan Instansi terkait termasuk Bupati/Walikota dan
Gubernur. Lokasi, tanggal/waktu, dan kerusakan akibat kejadian
bencana dimasukkan dalam Blangko 03-OAB dan lampirannya.
Perbaikan darurat ini dapat dilakukan secara gotong-royong,
swakelola atau kontraktual, dengan menggunakan bahan yang
tersedia di Balai PSDA atau yang disediakan masyarakat seperti
(bronjong, karung plastik, batu, pasir, bambu, batang kelapa, dan
lain-lain).
Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi
yang permanen dan dianggarkan secepatnya melalui program
rehabilitasi.
awal,
pengambilan
keputusan,
dan
pelaksanaan
kegiatan
Masyarakat
bersama
Perwakilan
Bali
III - 55
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
b.
c.
d.
e.
f.
III - 56
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
2) Perencanaan Pemeliharaan Jaringan Air Baku.
Perencanaan pemeliharaan jaringan air baku dibuat oleh Balai PSDA dan
jajarannnya bersama masyarakat berdasarkan penelusuran jaringan air
baku dan rencana prioritas pemeliharaan jaringan air baku. Dalam rencana
pemeliharaan jaringan air baku terdapat pembagian tugas, antara
masyarakat dengan pemerintah diantaranya bagian mana dapat ditangani
masyarakat dan bagian mana yang ditangani pemerintah melalui Nota
Kesepakatan kerjasama Operasi dan Pemeliharaan jaringan air baku.
a. Penelusuran Jaringan Air Baku.
Berdasarkan
penelusuran
jaringan
air
baku
dicatat
semua
hasil
inventarisasi
dilakukan
survei
identifikasi
III - 57
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
1)
2)
3)
4)
40 % dari
III - 58
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
setempat. Sumber-sumber pembiayaan pemeliharaan jaringan air baku
berasal dari :
1) Alokasi biaya pemeliharaan dari sumber APBN, APBD, atau DAK.
2) Kontribusi biaya pemeliharaan jaringan air baku oleh perkumpulan
petani pemakai air.
3) Alokasi biaya dari badan usaha atau sumber lainnya.
e. Penyusunan Program/Rencana Kerja
Rencana Program/Rencana kerja dibuat oleh Balai PSDA bersama
perkumpulan masyarakat pemakai air baku. Untuk lebih teratur dan
terarah dalam mencapai tujuan kegiatan pemeliharaan Jaringan air
baku perlu adanya suatu program atau rencana kerja sebagai berikut :
1)
b) Pemeliharaan Berkala :
-
c) Penanggulangan
-
III - 59
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
-
Pelaksanaan
oleh
Balai
masyarakat/perkumpulan
petani
PSDA
bersama
pemakai
air
baku
bersifat
rehabilitasi,
rehabilitasi
berat,
dan
penggantian.
-
berkala
dilaksanakan
oleh
Perwakilan
Balai
/UPTD/Cabang Dinas.
III - 60
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
2). Daftar Kebutuhan Bahan dan Tenaga Kerja Untuk Pemeliharaan
Berkala.
Perwakilan Balai /UPTD/Cabang Dinas melakukan perhitungan
kebutuhan bahan pemeliharaan berkala seperti : semen, pasir, batu
belash, kerikil, tanah urug dan lain-lain.
Pelaksanaan kegiatan tersebut diisikan pada Blanko 07-PAB
(Daftar Kebutuhan Bahan Operasi dan Tenaga Kerja Untuk
Pemeliharaan Berkala).
3) Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan Air Baku.
a. Persiapan Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan Air Baku
1) Masyarakat dan atau kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan
pemeliharaan wajib memahami dan menerapkan persyaratan teknis
yang telah ditetapkan oleh Balai PSDA.
2) Pelaksanaan pemeliharaan jaringan air baku tidak mengganggu
kelancaran pembagian air untuk tanaman, artinya pelaksanaannya
disesuaikan dengan jadwal pengeringan dan giliran air.
3) Balai PSDA wajib menyampaikan kepada masyarakat pemakai air
mengenai rencana pengeringan paling lambat tiga puluh hari
sebelum pelaksanaan pengeringan.
4) Untuk pekerjaaan yang dilaksanakan oleh masyarakat agar sesuai
dengan kuantitas dan kualitas yang dipersyaratkan, perlu adanya
bimbingan dari tenaga pendamping lapangan/Balai PSDA.
5) Untuk pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor, sebagai kontrol
sosial masyarakat dapat berperan serta secara swadaya mengawasi
pekerjaan.
6) Setelah pekerjaan rehabilitasi selesai dikerjakan harus dibuat berita
acara bahwa pekerjaan rehabilitasi telah selesai dilaksanakan dan
berfungsi baik.
b. Pelaksanaan Pemeliharaan Jaringan Air Baku
Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan sendiri secara
swakelola ataupun dikontrakkan, baik untuk jenis pengamanan jaringan
air
baku,
pemeliharaan
rutin,
pemeliharaan
berkala
dan
penanggulangan/reahbilitasi darurat.
PT. Supraharmonia Consultindo
III - 61
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
c. Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekrjaan Pemeliharaan.
1) Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan swakelola
dan kontraktual dibuat oleh Balai PSDA setiap akhir bulan dengan
menggunakan Blangko RFK 1S dan RFK 2S.
2) Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dibuat oleh
Kepala Balai PSDA pada Blanko 08-PAB ( Laporan Tahunan
Realisasi Pekerjaan Pemeliharaan).
4) Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan
Dalam mengetahui keberhasilan pelaksanaan pemeliharaan jaringan air
baku dilaukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan indikator keberhasilan
kegiatan pemeliharaan jaringan air baku.
Indikator untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan pemeliharaan jaringan
air baku dapat diukur :
1) Terpenuhinya kapasitas saluran sesuai dengan kapasitas rencana.
2) Terjaganya kondisi bangunan dan saluran :
Kondisi baik jika tingkat kerusakan < 10 % dari kondisi awal
bangunan dan saluran, diperlukan pemeliharaan rutin.
Kondisi rusak ringan jika tingkat kerusakan 10 20 % dari
kondisi awal bangunan dan saluran, diperlukan pemeliharaan
berkala.
Kondisi rusak sedang jika tingkat kerusakan 21 40 % dari
kondisi awal bangunan dan saluran, diperlukan perbaikan.
Kondisi rusak berat jika tingkat kerusakan > 40 % dari kondisi
awal bangunan dan saluran, diperlukan perbaikan berat atau
penggantian.
3.9 Penyusunan AKNOP
Berdasarkan AKNOP dibedakan menjadi beberapa kegiatan, seperti Angka Kebutuhan
Nyata OP Irigasi, Waduk, Sararana dan Prasarana Banjir, dan Penyediaan Air Baku.
Dalam rangka memberi kemudahan adalam melakukan analisis kebutuhan biaya,
unsur AKNOP dikelompokkan sebagai berikut ;
1. Perhitungan Kebutuhan Biaya Operasi Jaringan Air Baku
2. Perhitungan Kebutuhan Biaya Pemeliharaan Rutin
3. Perhitungan Kebutuhan Bahan Pelumas Pintu Air dan Cat
PT. Supraharmonia Consultindo
III - 62
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
4. Perhitungan Kebutuhan Bahan Pekerjaan Pemeliharaan Rutin
5. Perhitungan Biaya Pemeliharaan Berkala
6. Daftar Usulan Pekerjaan Pemeliharaan Berkala
7. Perhitungan Kebutuhan Biaya Rehabilitasi
8. Daftar Usulan Pekerjaan Rehabilitasi
9. Rekapitulasi Kebutuhan Anggaran Biaya Operasi Jaringan Air Baku
Form isian AKNOP ditunjukkan tabel berikut.
III - 63
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
III - 64
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Tabel 3. 3. Form AKNOP Pemeliharaan Rutin
III - 65
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
III - 66
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Tabel 3. 3 Form AKNOP Kebutuhan Bahan Pelumas Dan Cat
III - 67
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Tabel 3. 4 Form AKNOP Kebutuhan Bahan Pekerjaan Pemeliharaan Rutin
III - 68
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Tabel 3. 5 Form AKNOP Kebutuhan Pemeliharaan Berkala
III - 69
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Tabel 3. 6 Form AKNOP Kebutuhan Rehabilitasi
III - 70
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
Tabel 3. 7 Form Rekapitulasi AKNOP
III - 71
Audit Teknis dan Penyusunan AKNOP Sarana Prasarana Penyediaan Air Baku
III - 72