I.
Pendahuluan
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah kelainan struktural yang kemungkinanan terjadi sejak lahir dan
beberapa waktu setelah bayi dilahirkan. Salah satu jenis penyakit jantung yang tergolong penyakit
jantung bawaan adalah Ventricular Septal Defect (VSD) yang paling sering ditemukan, terdapat 30%
VSD dari total jenis penyakit jantung bawaan yang ada. 1
Ventricular Septal Defect (VSD) merupakan kelainan jantung karena adanya lubang disekat antar
ventrikel pada berbagai lokasi dimana terjadi aliran darah dari ventrikel kiri menuju ventrikel kanan
serta terjadi percampuran darah arteri dan vena tanpa menyebabkan sianosis. Dinding pemisah antara
kedua ventrikel tidak tertutup sempurna pada VSD, akibatnya darah dari ventrikel kiri langsung
mengalir ke ventrikel kanan dan sebaliknya. Kelainan ini umunya koagenital, tetapi dapat pula terjadi
akibat trauma. Besarnya defek bervariasi dari diameter berapa milimeter atau sentimeter. Pada defek
besar atau pada Pulmonary Vascular Resistance (PVR) yang meninggi maka tekanan pada ventrikel
kanan akan sama dengan tekanan pada ventrikel kiri, sehingga hampir tidak terjadi pirau kiri ke
kanan, yang pada umumnya terjadi pirau dari kiri ke kanan. Berdasarkan kasus yang dikerjakan bayi
datang dengan serangkaian manisfentasi yang mengarah terhadap kelainan koagenital yaitu
Ventricular Septal Defect. Beberapa penjelasan singkat diatas akan lebih dirincikan pada pembahasan
di bawah yang meliputi prosedur medis yang akan di lakukan serta tinjauan seputar kelainan
koagenital jantung bawaan yang berkaitan dan VSD. 1
II.
ginekologi (khusus wanita), riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis berdasarkan sistem organ
dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan dan
lingkungan.
Anamnesis dapat dilakukan secara langsung (auto-anamnesis) maupun secara tidak langsung (alloanamnesis), berdasarkan kasus kali ini di lakukan secara tidak langsung kepada pasien (alloanamnesis). Berikut merupakan tahap-tahap anamnesis yaitu :
Identitas. Pada kasus ini mengenai identitas pasien dapat di tanyakan kepada orang tuanya
secara alloanamnesis di karenakan keadaan pasien yang masih bayi, dapat ditanyakan nama
dan umur.
Keluhan Utama merupakan keluhan yang
membuat pasien datang ke dokter, pada tahap inilah merupakan center yang dapat
menghantarkan kita pada diagnosa yang di tuju, umumnya pada keluhan utama ini. Keluhan
RPS
dapat
dsb.
Apakah sudah melakukan pengobatan sebelumnya
Apakah pernah menderita hal yang sama sebelumnya
Selain itu juga penting ditanyakan mengenai Riwayat Penyakit Dahulu. Riwayat penyakit
dahulu pada bayi umumnya ditanyakan seputar kelainan yang di dapat saat pemeriksaan fisik
maupun penunjang pada saat kelahiran sampai umur bayi saat ini. Dalam hal ini biasanya
merupakan riwayat kelainan/penyakit koagenital. Selain itu juga dapat di tambahkan riwayat
menderita penyakit saat kehamilannya, kecukupan gizi, perilaku saat hamil dan sebagainya.
Pada riwayat perinatal dapat di tanyakan seperti proses persalinan yang di lakukan apakah
terjamin sterilisasinya, APGAR score bayi, riwayat pemeriksaan fisik yang di lakukan saat
-
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting dalam memperkuat temuan-temuan dalam
anamnesis. 2
Pada tahap pertama dilakukan pemeriksaan sebagai berikut : 2
- Keadaan Umum. Keadaan umum pasien dapat dibagi menjadi tampak sakit ringan,
-
( normal ictus cordis teraba tidak lebih lebar dari 2-3 cm), amplitudo
(biasanya berupa denyutan), durasi (biasanya teraba selama bunyi jantung pertama)
Aktivitas ventrikel kanan hanya teraba normal pada bulan-bulan pertama kehidupan saja,
terutama pada fase inspirasi, di daerah bawah kiri sternum. Aktivitas ventrikel yang teraba
pada anak yang lebih tua menunjukan aktivitas yang abnormal. Aktivitas ventrikel kanan
dapat di raba pada sela iga 2 atau 3 tepi kiri sternum dan bunyi jantjng II juga dapat
diraba pada tempat ini misalanya pada hipertensi pulmonal. Hipereaktivitas ventrikel kiri
akan memberikan gejala heaving yang difuse di daerah medioklavikular kiri, kadangkadang melebar hingga linea axilaris anterior dan medius sela iga ke 6.
Dilatasi ventrikel kanan yang hebat dapat menyebabkan rotasi septum ventrikel ke
posterior sehingga ventrikel kanan menempati seluruh permukaan depan jantung.
Getaran bising jantung dapat diraba dengan meletakan telapak tangan secara ringan pada
dinding dada, perhatikan waktu terjadinya bising dan lokasi penjalaran.
Perkusi
Perkusi dinding dada pada bayi dan anak kecil biasanya tidak memberikan informasi apaapa akibatnya tipisnya dinding dada.
Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi jantung sangat penting di klinik, terutama untuk menentukkan
berbagai diagnosis dari kelainan jantung. Sebaiknya pemeriksaan auskultasi jantung
dilakukan di dalam ruangan yang sunyi, sehingga bunyi jantung terdengar dengan jelas.
Dengan menggunakan stetoskop dengarlah bunyi jantung 1 (BJ 1) dan bunyi jantung 2
(BJ 2).
Bunyi jantung dapat didengar pada tempat tempat berikut :
- Katup mitral : lokasi di apex cordis, yaitu linea mid clavicularis sinistra sela iga
-
daripada BJ 2.
Katup aorta : lokasi linea sternalis dextra sela iga 2. BJ 2 lebih terdengar daripada BJ
1.
4
Katup pulmonal : lokasi linea sternalis kiri sela iga 2. BJ 2 lebih terdengar daripada
BJ 1.
Bunyi jantung normal timbul akibat getaran volume darah dan bilik bilik jantung pada
penutupan katup. Bunyi jantung pertama perkaitan dengan penutupan katup
arterioventrikularis (AV), sedangkan Bunyi jantung kedua berkaitan dengan penutupan
katup semilunaris. Oleh karena itu BJ I lebih terdengar pada permukaan sistole ventrikel,
pada saat ini tekanan ventrikel meningkat melebihi tekanan atrium dan menutup katup
mitralis dan trikuspidalis. Pada kasus stenosis mitralis terdengar BJ I yang abnormal dan
lebih keras akibat kekakuan daun daun katup.
BJ II terdengar pada permulaan relaksasi ventrikel karena tekanan ventrikel turun sampai
dibawah tekanan arteri pulmonalis dan aorta, sehingga katup pulmonalis dan aorta
menutup.
Terdapat dua bunyi jantung yang lain yang kadang kadang dapat terdengar selama
diastolik ventrikel. BJ III dan BJ IV dapat menjadi manifestasi fisiologis tetapi biasanya
berkaitan dengan penyakit jantung tertentu; tampilan patologis BJ III dan BJ IV disebut
sebagai irama gallop. Istilah ini digunakan karena bunyi jantung lain merangsang
timbulnya irama seperti derap lari kuda.
BJ III terjadi selama periode pengisian ventrikel cepat sehingga disebut gallop
ventrikuler apabila abnormal. Bunyi ini biasanya temuan patologis yang dihasilkan oleh
disfungsi jantung, terutama kegagalan ventrikel. BJ IV timbul pada sistolik atrium dan
disebut sebagai gallop atrium. BJ IV biasanya sangat pelan atau tidak terdengar sama
sekali, bunyi ini timbul sesaat sebelum BJ I. Gallop atrium terdengar bila resistensi
ventrikel terhadap pengisian atrium meningkat akibat berkurangnya peregangan dinding
ventrikel atau peningkatan volume ventrikel.
Bising jantung timbul akibat aliran turbulen dalam bilik dan pembuluh darah jantung.
Aliran turbulen ini terjadi bila melalui struktur yang abnormal (penyempitan lubang
katup, insufisiensi katup, atau dilatasi segmen arteri), atau akibat aliran darah yang cepat
sekali melalui struktur yang normal.
Bising jantung digambarkan menurut :
1. waktu relatifnya terhadap siklus jantung
2. intensitasnya
3. lokasi atau daerah tempat bunyi itu terdengar paling keras
4. sifat sifatnya
Bising diastolik terjadi sesudah BJ II saat relaksasi ventrikel. Bising stenosis mitralis dan
infuesiensi aorta terjadi selama diastolik. Bising sistolik dianggap sebagai bising ejeksi,
yaitu bising yang terjadi selama mid diastolik sesudah fase awal kontraksi
isovolusimetrik, atau bisa juga dianggap sebagai bising insufisiensi yang terjadi pada
seluruh sistolik. Bising yang terjadi pada seluruh sistolik disebut sebagai pansistolik atau
holosistolik. Bising stenosis aorta merupakan bising ejeksi yang khas; sedangkan
insufisiensi mitralis akan menghasilkan bising pansistolik.
5
oleh bising dan bising bersifat dekresendo, jika pirau kiri ke kanan pada VSD lebih dari
50% QP maka sering terdengar bising mid-diastolik pada apeks kordis; bising ini
disebabkan oleh stenosis mitral (MS) relatif terdapat sejumlahdarah yang diberikan
jantung bagian kiri.
Hasil pemeriksaan penunjang
C. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen Toraks
Pemeriksaan foto dada pasien dengan DSV kecil biasanya memperlihatkan bentuk dan ukuran
jantung yang normal dengan vaskularisasi paru normal atau hanya sedikit meningkat. Pada
defek sedang, tampak kardiomegali sedang dengan konus pulmonalis yang menonjol,
peningkatan vaskularisasi paru, serta pembesaran pembuluh darah di sekitar hilus. Pada defek
besar tampak kelainan yang lebih berat, dan pada defek besar dengan hipertensi pulmonal
atau sindrom Eisenmenger gambaran vaskularisasi paru meningkat di daerah hilus namun
berkurang di perifer.3
Bila VSD besar dengan shunt dari kiri ke kanan yang besar, gambarannya:
1.
2.
3.
4.
Hipertrofi biventricular
Hipertrofi atrium kiri
Pembesaran batang arteri ulmonalis
Corakan pulmonal bertambah
Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal, arteri pulmonalis akan membesar, tetapi
corakan pulmonal bagian tepi kurang menonjol. 3
Elektrokardiografi (EKG)3,4
Penilaian EKG pada bayi dan anak pada penyakit apa pun harus dilakukan dengan hati -hati
karena nilai normal sangat bergantung pada umur pasien. Pada bayi dan anak dengan defek
kecil gambaran EKG sama sekali normal atau sedikit terdapat peningkatan aktivitas vertrikel
kiri. Gambaran EKG pada neonatus dengan defek sedang dan besar juga normal, namun pada
bayi yang lebih besar serta anak pada umumnya menunjukkan kelainan.
EKG berguna untuk mengevaluasi volume overload ventricular dan hipertrofi pada VSD
sedang dan besar. EKG pada VSD menunjukan adanya gambaran hiopertrofi ventrikel kiri
tipe volume, yaitu R meninggi di V5, dan V6, S memanjang di V1 V2, dan Q yang dalam di
V5 atau V6, T yang runcing dan simetris. Hipertrofi ventrikel kiri disertai nhipertrofi atrium
kanan, atau hipertrofi biventricular dengan hipertrofi atrium kiri. Pada VSD besar dengan
hiopertnsi pulmonal permanen, gambaran EKG menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan
murni.
Gambar 2. There is voltage criteria for LVH and as the RVH forces appear normal there is
biventricular hypertrophy. This is typical of a significant infant VSD with moderate sized
defect and a large left to right shunt.5
Pada pasien Ventricular Septal Defect temuan EKG normal. Pada pasein dengan VSD
berukuran sedang dan dengan shunt kiri ke kanan moderat atau besar dengan volume overload
di LV, LV hipertrofi adalah aturan. Hipertrofi ventrikel adalah umum. Ini dapat
bermanisfentasi sebagi kompleks equifasik kompleks midprecordial dengan voltage yang
besar ( > 50 mm) pada sadapan midprecordial, suatu peristiwa yang dikenal sebagai fenomena
Katz-Wachtel. Defek inlet mungkin berhubugan dengan deviasi kiri sumbu frontal pesawat
ORS dengan gelombang Q di Lead I dan aVL.
Pada pasien dengan VSD besar dan tekanan ventrikel yang sama, akan muncul RV hipertrofi.
Pada pasien dengan aliran darah paru yang banyak, LA hipertrofi dibuktikan dengan
gelombang P bifaksik di sadapan I, aVR, dan V6 dengan defleksi negatif di VI
Ekokardiogram1,4
Ekokardiogram dua demensi dengan Doppler echocardiography dan warna pencitraan aliran
dapat digunakan untk menentukan ukuran dan lokasi hampir semua VSD.
Oengukuran diameter LA dan LV menyediakan informasi semikuantitatif tentang volume
shunt. Ukuran defek sering dinyatakan dalam ukuran akar aorta. Defek yang mendekati
ukuran akar aorta diklasifikasikan sebagian besar, mereka yang sepertiga samapai duapertiga
dati diameter aorta diklasifikasikan sebagai moderta, dan yang kurang dari sepertiga
diklasifikasikan kecil. Lokasi yang tepat dan ukuran VSD
menggabungkan pandangan subkostal dan apikal dilihat 4 ruang dengan pendek dan panjang
sumbu-sumbu pandangan parasternal
9
Pemeriksaan ekokardiografi, yang pada saat ini hanya dapat dilakukan di tempat-tempat
tertentu dengan tenaga ahli yang masih sangat terbatas, perlu untuk menentukan letak serta
ukuran defek septum ventrikel di samping untuk menentukan kelainan penyerta.
Gambar 3. Transesophageal echocardiographic (TEE) A and B, Left ventricular long axis view without
(A) and with color Doppler (B) showing the muscular VSD (arrow); C, TEE image in the long-axis
view demonstrating passage of the delivery sheath from the right to the left ventricle through the VSD.
D, TEE image in the 4-chamber view during deployment of the LV disk (arrow). E and F, TEE images
without (E) and with color Doppler (F) after a 6-mm Amplatzer MVSD device (arrow) has been
deployed demonstrating good device position and no residual shunt. AO, aorta, LA, left atrium; LV, left
ventricle; RV, right ventricle.
Sebagian besar pasien dengan defek septum atrium sekunder asimtomatik. Kecurigaan
biasanya timbul pada pemerikasaan rutin ditemukan bising jantung. Infeksi saluran napas
berulang tidak begitu berat dibandingkan dengan defek septum ventrikel. Gagal jantung
biasanya tidak terjadi pada masa bayi dan anak, sekalipun demikian, akhir-akhir ini makan
banyak dilaporkan bayi dengan ASD mengalami gagal jantung kongestif.
Pertumbuhan fisik umumnya normal. Hanya pada defek yang sangat besar di dapatkan
deformitas dada. Pada palpasi tidak ditemukan getaran bising. Kadang dapat diraba aktivitas
ventrikel kanan yang meningkat. Pada auskultasi didapatkan bunyi jantung 1 normal,
sedangkan bunyi jantung II terdengar dengan split yang lebar dan menetap. Split yang
menetap terjadi karena jumlah darah dalam jantung kanan yang relative tetap, karenafluktuasi
derajat pirau yang seimbang dengan fluktuasi alir balik dengan respirasi. Dalam keadaan
normal, pada waktu inspirasi alir balik darah ke jantung akan bertambah, sehingga waktu
ejeksi ventrikel kanan juga bertambah lama.
Pada defek septum atrium penambahan alir balik ke jantung kanan akan menyebabkan
tekanan di atrium kanan bertambah sehingga pirau kiri ke kanan melintasi defek akan
11
bayi premature berat badan lahir rendah dengan kejadian sebanyak 7,06 per 1000 kelahiran
prematur hidup, serta memiliki insiden tertinggi dengan kejadian 2-3 kali lebih sering
dibandingkan dengan kelahiran bayi cukup bulan.9
Angka kejadian ini rendah pada dewasa karena defek seprtum ini menutp secara spontan
pada 25-40% saat umur pasien 2 tahun, 90% pada saat umr 10 tahun.
Di RSCM Jakarta selama sepuluh tahun di temukan VSD sebanyak 33% dari semua PJB.
Meskipun VSD yang di temukan sebgai defek tersendiri namun tidak jarang merupakan
bagian dari Tetralogi Fallot, transposisi arteri besar (TAB) atau PJB kompleks lainnya. 10
Etiologi11
Lebih dari 90% kasus penyakit jantung bawaan penyebabnya adalah multifakto. Faktor yang
mempengaruhi adalah faktor eksogen (obat-obatan, penyakit ibu, ibu hamil dengan alkoholik
dsb) dan faktor endogen (penyakit genetik). Penyebab terjadinya jantung bawaan belum dapat
diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang di dunga mempunyai pengruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak yaitu sekitar 25% dari seluru kelianan jantung.
Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutup sempurna. Kelianan ini umunya
coagenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma. Kelainan VSD ini sering bersama-sama
dengan kelianan lain misalnya trunkus arteriosus, Tetralogi Fallot.
Patofisiologi7
VSD ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah mengalir langsung
antara ventrikel biasanya dari kiri ke kanan. Diameter defek bervariasi dari 0,5-3,0 cm. Kirakira 20% dari defek ini pada anak sederhana, banyak diantaranya menutuo secara spontan.
Kira-kira 50-60% anak-anak menderita defek ini memiliki defek sedang dan menunjukan
gejalanya pada masa kanak-kanak. Defek ini sering terjadi bersama dengan defek jantung
lainnya. Perubahan fisiologi yang terjafdi sebagi berikut :
13
1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah kaya oksigen
melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.
2. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya dipenuhi darah dan
dapat menyebabkan naiknya tahanan vaskular pulmonar
3. Jika tahanan pulmonar ini lebih besar, tekanan ventrikel kanan meningkat menyebabkan
pirau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel kanan ke kiri
menyebabkan sianosis (sindrom eisenmenger).
Darah arterial mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan melalui defek pada septum
intraventrikular. Perbedaan tekanan yag besar membuat darahmengalir dengan deras dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan menimbulkan bising. Darah dari ventrikel kanan didorong
masuk ke arteri pulmonalis. Makin besar defek, makin banyak darah yang masuk ke arteri
pulmonalis tekanan yang terus menerus meninggi pada arteri pulmonalis akan menaikan
tekanan pada kapilerparu. Mula-mula naiknya tekanan bersifat reversibel, belum ada
perubahan pada endotel dan tunika muskularis arteri-arteri kecil paru. Akan tetapi, lama-lama
pembuluh darah paru menjadi sklerosis dan akan menyebabkan baiknya tahanan yang
permanen. Bila tahanan [ada arteri pulmonalis sudah tinggi dan permanenen, tekanan pada
ventrikel kanan juga jadi tinggi dan permanen. Bila ditinjau dari segi patofisiologi maupun
klinis, ada 4 tipe VSD :
-
Pada waktu lahir, tahanan pembuluh darah paru dan tahanan pembuluh darah sistemik
sama. Sudah 4-6 minggu, tahanan pembuluh darah paru menurun perlahan-lahan. Dengan
demikian, tekanan pada arteri pulmonalis dan tekanan pada ventrikel kanan
menurun.akibatnya, darahdari ventrikel kiri akan mengalir ke ventrikel kanan karena
defek.
Manisfentasi Klinis1,4
1. Ventricular Septal Defect Kecil
o Biasanya asimptomatik
o Defek kecil 1-5 mm
o Tidak ada gangguan tumbuh kembang
o Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising peristaltic yang menjalar
keseluruh tubuh pericardium dan berakhir pada waktu diastolik karena terjadi
penutupan VSD.
14
Pada EKG dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan aktivitas
ventrikel kiri
Pada radiologi ukuran jantung normal, vaskularisasi paru normal atau sedikit
meningkat.
o Menutup secara spontan pada umur 3 tahun
o Tidak diperlukan kateterisasi jantung
2. Ventricular Septal Defect sedang
o Sering terjadi simptom pada masa bayi
o Sesak napas pada waktu aktivitas terutama waktu minum, memerlukan waktu
o
o
o
o
o
o
o
hilus.
3. Ventricular Septal Defect besar
o Seing menimbulkan gejala pada masa neonatus
o Dispnea meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam
o
o
o
o
Penatalaksanaan11-13
Penatalaksanaan Medikamendtosa
Pada VSD kecil, ditunggu saja, kadang-kadang dapat menutup secara spontan. Diperlukan
operasi untuk mencegah endokarditis. VSD sedang, tanpa gejala-gejala gagal jantung, dpat
ditunggu samapai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat mengecil. Bila
15
terjadi gagal jantung diobati dengan digitalis. Bila pertumbuhan normal, operasi dapat
dilakukan pada umur 4-6 tahun atau sampai berat badan 12kg. Sedangkan pada VSD besar
dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen, biasanya pada keadaan menderita gagal
jantung sehingga dalam pengobatannya menggunakan digitalus. Biasanya ada anemia diberi
transfusi eritrosit terpampat selanjutnya diteruskan terpai besi. Operasi dapat ditunda sambil
menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat dilakukan setelah berumur 6
bulan. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen : operasi paliatif atau operasi
koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri pulmonalis mengalami arteriosklerosis. Bila
defek tidak ditutuo, kelebihan tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan ke ventrikel kiri
melalui defek.
Beberapa sifat alamiah VSD perlu dipertimbangkan dalam penanganan penyakit ini :
-
Sebagian besar defek kecil akan menutup spontan, sedangkan defek sedang dan besar
Terapi yang digunakan untuk mengelola gejala CHF pada anak dengan VSD sedang atau
besar mungkin termasuk yang berikut :
gangguan elektrolit.
Angiotensin coverting enzim (ACE) inhibitor (misalnya Kaptopril dan Enalapril)obat-obat ini dapat mengurangi tekanan sistemik dan paru, sehingga mengurangi
shunt kiri-kanan.
Digoxin (mg/kg/d 5-10) ini dapat di indikasikan jika diuresis dan pengurangan
afterload tidak meringankan gejala.
Pembedahan
Saat ini pembedahan menggunakan Cardiopulmonary Bypass adalah terapi bedah yang
paling di kuai disebagian besar. Kebanyakan VSD perimembranous dan inlet diperbaiki
16
melalui pendekatan bedah transatrial. Defek pada septum outlet didekati melalui katub
pulmonal. Defek otot multiple, terutama di dekat apex, menimbulkan masalah yang sulit.
Terapi transkateter tetap merupakan ekperimental. Sebuah operasi hibrida adalah
prosedure bersama yang melibatkan ahli jantung intervensi dan ahli bedah jantung, yang
bersamaan mengoptimalkan pengelolaan bedah penyakit jantung bawaan yang kompleks.
Pendekatan ini dapat digunakan untuk beberapa VSD mana VSD perimembranous
diperbaiki melalui pembedahan dan VSD otot ditutup dengan perangkat transkateter.
Ventricular Septal Defect kecil
Penderita dengan VSD kecil tidak memerlukan penanganan medik atau bedah karena
tidak menybabkan gangguan hemodinamik. Anak dengan VDS kecil mempunyai
prognosis baik dan hidup normal, kecuali observasi kemungkinan infeksi oaru dan
mencegah/mengobati endokarditis bila terjadi. Penderita harus diobservasi hingga
defeknya menutup.
Ventricular Septal Defect sedang
1. Terapi medik. Apabila gagal jantung telah diatasi, diperlukan digitalis dosis rumat
( digoxin dan diuretik misalnya lasix). Sebagian tidak dapat diatasi dengan digitalis
saja, anak tetap dalam keadaan gagal jantung kronik atau failure to thrive dan
memerlukan koreksi bedah segera.
2. Terapi bedah. Penderita VSD sedang dengan tahanan vaskuler paru normal dengan
arteri pulmonal kurang dari setengah tekanan sistemik, kecil kemungkinan untuk
menderita obstruksi paru. Mereka hanya memerlukan terapi medik dan sebagian akan
menjadi simptomatik. Terapi bedah dipertimbangkan setelah umur 4-5 tahun apabila
defek tidak mengecil.
Ventricular Septal Defect besar
VSD besar dengan hipertensi pulmonal hiperkinetik terapi medik yang diberikan sama
seperti VSD sedang dengan tahanan vaskular paru normal. Bila dengan terapi medik
dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernapasan dan
pertambahan berat badan maka operasi dapat ditunda hingga usaia 2-3 tahun. Bila gagal
jantung dapat diatasi maka penderita harus diawasi ketat untuk menilai terjadinya
perburukan/ penyakit vaskuler paru. Bila terjadi perburukan maka diperlukan koreksi
bedah.
Pada penderita VSD dengan hipertensi pulmonal dilakukan uji oksigen atau tolazolin
pada saat kateterisasi jantung. Bila tahanan vaskular paru masih dapat menurun dengan
17
bermakna (ditandai dengan kenaikan saturasi dan penurunan tekanan arteri pulmonalis),
maka diperlukan operasi dengan segara. Bila uji tersebut tidak menurunkan tahanan
vaskuler paru atau telah terjadi sindrom Eisenmenger, maka penderita tidak dapat di
operasi dan terapi yang diberikan bersifat suportif simptomatik.
Jenis tindakan bedah pada Ventricular Septal Defect (VSD) :
Operasi Paliatif
Berupa binding/penyempitan arteri pulmonalis untuk mengurangu aliran darah ke paruparu.
dilakukan tindakan ini harus diikuti dengan operasi penutupan defek sekaligus dengan
membuka penyempitan arteri pulmonalis. Tindakan ini hendak jangan dilakukan terlalu
lama karena penyempitan arteri pulmonalis dapat menyebabkan kontriksi arteri
pulmonalis yang mungkin memerlukan koreksi bedah tersendiri.
Operasi Korektif
Operasi dilakukan dengan sternotomi median dengan bantuan mesin jantung-paru.
Keputusan untuk melakukan operasi korektif sangat bergantung pada kemampuan tim
bedah. Di negara maju kecenderungan segara melakukan operasi pada bayi kecil dengan
mortalitas keseluruhan operasi dilaporkan sekitar 5-15%. Prognosa operasi makin baik
apabila tahanan paru-paru rendah dan penderita dalam kondisi baik dengan berat badan
diatas 15 kg.
Penatalaksanaan Non-Medikamentosa
Syarat-syarat pemberian diet Ventricular Septal Defect yaitu :
1. Energi sesui dengan kebutuhan, dibutuhkan 175-180 kkal/kgbb/hr. Bila dimasukan
kalori kurang dari 120 kkal/kgBB sehari akan terjadi defisiensi vitamin D, asam folat,
vitamin B12, zat tembaga dan zeng
2. Protein 3-4 gr/kgBB yang diperlukan untuk pembentukan otot jantung. Pada gagal
jantung protein yang dianjurkan 1-2 gr/kgBB sehingga dapat meringankan beban
ginjal.
3. Lemak sedang; formula dengan presentase lemak tidak jenuh ganda (polyunsaturated
fat) atau zat besi dapat meningkatkan kebutuhan akan vitamin E; vitamin E
hendaknya diberikan diantara waktu makan bila diperlukan.
4. Pastikan cukup vitamin dan mineral. Bila ada sembab pada wajag atau hipertensi,
kurang cairan dan natrium. Formula yang dianjurkan adalah yang kadar natriumnya
7-8 meq sehari dan susu dengan protein dengan susunan whei/kasein: 60-40
5. Makanan yang mudah diserap, cukup mengandung serat sehingga mudah dibuang.
18
III.
Kesimpulan
Defek septum ventrikel ini merupakan penyakit jantung non-sianotik yang sering terjadi. Kelainan
jantung bawaan (koagenital) ini karena terbukannyalubang pada septum intraventrikuler yang
menyebabkan adanya hubungan aliran antara ventrikel kanan dan kiri. Penyebab pasti dari kelainan
ini masih idiopatik. Faktor etilogi yang berperan adalah faktor endogen (genetik dan eksogen
(prenatal). Sementara itu untuk memastikan diagnosis diperlukan anamnesis yang tepat, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang kardiologi pada bayi yang sesuai dan dapat di lakukan ada bayi.
Pengobatan untuk jenis defek tergantung pada ukuran lubang dan masalah-masalah yang mungkin
menyebabkan. Banyak defek septum ventrikel adalah kecil dan dapat menutup sendiri, jika lubang
keci dan tidak menyebabkan gejala apapun, dokter akan memeriksa bayi secara teratur untuk
memastikan tidak ada tanda-tanda gagal jantung. Jika lubang tidak menutup dengan sendirinya atau
jika besar tindakan lebih lanjut mungkin oerlu diambil. Tergantung pada ukuran lubang, gejala dan
kesehatan. Umumnya dokter mungkin akan merekomendasikan kateter jantung atau operasi jantung
19
terbuka untuk menutup lubang dan memulihkan aliran darah. Setelah itu dapat terus dikontrol secara
rutin hingga defek septum ventrikel menutup dengan sempurna.
Daftar Pustaka
1. Hassan R, Alatas H. Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran indonesia.
Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 2007.h.661-715.
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo Aw, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jld 1 dan 3. Ed 6. Jakarta :
Interna Publising, 2014.h.125-8.
3. Wahab AS. Kardiologi anak : penyakit jantung congenital yang tidak sianotik. Jakarta: EGC;
2009.
4. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Bonita FS, editors. Nelson textbook of pediatrics.
USA: Saunders Elsevier; 2007.h.1578-80.
5. EKG
pada
VSD.
Diunduh
dari
http://www.med.nus.edu.sg/paed/resources/cardiac_thumbnail/common/vsd/ECG_vsd.htm,
23 September 2011.
6. Echocardiography. Diunduh dari http://www.fac.org.ar/scvc/llave/pediat/hijazi/hijazii.htm, 23
September 2011.
7. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Buku ajar pediatri Rudolph. Ed 20. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007.h.1603-18
8. Rilanto LI. Penyakit Kardiovaskular. Jakarta : Badan Penerbit FK UI; 2013.h.509-42
9. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HL, Behrman RE, editors. Nelson essential of
pediatrics. 6th edition. USA : Saunders Elsevier; 2011.
10. Madiyanto B, Rahayuningsih SE, Sukardi R. Penanganan Penyakit Jantung pada Bayi dan
Anak. UKK Kardiologi IDAI. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia; 2005.h.1-8
11. Crawford MH, Srivathson K, McGlothlin DP. Current consult cardiology. USA: Mc Graw
Hill; 2006.
Jakarta: bagian
20