Anda di halaman 1dari 3

KENALI SEJARAH IBADAH HAJI

YANG DICANANGKAN OLEH NABI IBRAHIM A.S


Edited by Arya Leonhart

(dikutip dari https://hello-pet.com/kenali-sejarah-ibadah-haji-yang-dicanangkan-oleh-nabi-ibrahim-a-s-103071)

Sejarah haji bermula dari ribuan tahun lalu. Bersama dengan Nabi Muhammad SAW,
ribuan muslim berkunjung ke Tanah Suci untuk menunaikan segala perintah yang
diwajibkan dan pernah dijalankan oleh Nabi Ibrahim a.s. Tujuannya tidak lain adalah
untuk beribadah sekaligus napak tilas sejarah agung yang selalu dilakukan umat muslim
tiap tahun.
Di dalam literatur-literatur sejarah yang ada, bahkan di dalam Al Quran pun
disebutkan bahwa Nabi Ibrahim adalah rasul Allah SWT yang hingga usia senjanya
belum memiliki anak. Sang istri yang bernama Sitti Sarah, saat itu merasa sedih
dengan keadaan mereka, lalu meminta Nabi Ibrahim untuk menikahi Sitti Hajar. Dari
Siti Hajar, Nabi Ibrahim dikaruniai anak bernama Ismail. Sarah turut gembira ketika
mengetahui kabar kelahiran Nabi Ismail a.s, tetapi tak urung menahan pilu karena tidak
bisa memberi Nabi Ibrahim keturunan.
Nabi Ibrahim pun mengadukan permasalahan ini pada Allah SWT. Saat itu, Allah
memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membawa Ismail bersama Siti Hajar untuk pergi ke
tempat yang jauh, yang letaknya berada di Tanah Haram atau yang kita kenal sebagai
cikal bakal kota Mekkah nantinya.
Saat itulah Malaikat Jibril turun dari langit untuk mengantar kepergian mereka.
Sampailah mereka di tanah Mekkah, dimana Jibril meninggalkan keluarga tersebut di
posisi berdirinya Kabah, di bawah sebuah pohon yang cukup melindungi Siti Hajar dan

anaknya Ismail dari terik matahari. Saat Nabi Ibrahim telah pergi, Siti Hajar
kebingungan ketika bayi Ismail menangis karena kehausan. Siti Hajar kebingungan
mencari air, karena mereka ditinggalkan di tempat yang tidak ada manusia, air,
maupun tumbuh-tumbuhan. Awalnya Siti Hajar naik ke bukit Shafa, kemudian ke bukit
Marwa. Siti Hajar bolak-balik mencari air sebanyak tujuh kali antara bukit Shafa dan
Marwa, yang kita kenal sekarang sebagai sai.
Ketika Siti Hajar kembali, dia heran melihat bayinya berhenti menangis. Saat itulah dia
melihat air mengalir dari bawah kaki Ismail. Saat menggali pasir, air tersebut
memancar keluar yang kita kenal sebagai air Zam Zam. Beberapa waktu kemudian,
lewatlah kabilah Jurhum di sekitar tempat itu. Mereka berkemah di bukit Arafah, dan
ketika itu mereka melihat kerumunan burung terbang di udara. Mereka yakin bahwa
ada sumber air di tempat itu. Ketika sampai, mereka terkesima menemukan Siti Hajar
dan Ismail berada di sana. Kepala suku Jurhum kemudian meminta izin pada Siti Hajar
untuk tinggal berseberangan agar memudahkan anggota sukunya mengambil air. Siti
Hajar memberi syarat terlebih dulu dengan meminta izin pada Nabi Ibrahim.
Lalu ketika Nabi Ibrahim datang berkunjung ke Mekkah, Siti Hajar meminta izin
suaminya. Nabi Ibrahim memberi izin, dan sejak saat itu keturunan bangsa Jurhum dan
Nabi Ibrahim membangun kehidupan di kota Mekkah.
Beberapa tahun lamanya hidup dalam keadaan cukup, Nabi Ibrahim mendapat wahyu
untuk menyembelih anaknya. Di saat itu, Nabi Ibrahim merasa sedih namun tetap
bertekad menjalani perintah Allah. Saat Nabi Ibrahim menyampaikan hal itu pada
anaknya, Ismail dengan lapang hati mengatakan bahwa dia bersedia untuk dikorbankan
jika itu memang perintah Tuhannya. Setan sempat mengganggu proses
penyembelihan itu, tetapi Nabi Ibrahim bersikukuh dan melempar batu pada setan
yang menggoda, yang kita kenal sebagai lempar jumrah. Saat Nabi Ibrahim hendak
menyembelih leher anaknya, Allah kembali memberi wahyu dan memberikan domba
sebagai ganti Ismail. Inilah yang merupakan sejarah di balik hari raya Idul Adha.
Saat anaknya sudah beranjak remaja, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk
membangun Kabah bersama Nabi Ismail. Kabah dibangun sampai ketinggian 7 hasta.
Malaikat Jibril juga menunjukkan posisi peletakan Hajar Aswad yang kita kenal sebagai
posisi Hajar Aswad yang sekarang. Setelah membangun Kabah, Nabi Ibrahim dan
Ismail melakukan ibadah haji.
Pada tanggal 8 Dzulhijjah, Jibril turun dan menyampaikan pesan untuk
mendistribusikan zam zam ke beberapa tempat seperti Mina dan Arafah. Hari itu pun
dikenal sebagai hari Tarwiyyah atau hari pendistribusian air. Selesai melakukan dua hal
tersebut, Nabi Ibrahim berdoa pada Allah, seperti yang tercantum di Al Baqarah ayat
126 : Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri
yang aman, dan berikanlah rezki kepada penduduknya dari (berbagai macam) buahbuahan, (yaitu penduduknya) yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari

kemudian. Allah berfirman: Dan siapa yang kafir maka Aku beri kesenangan
sementara, kemudian Aku memaksanya menjalani siksa neraka dan itulah seburukburuk tempat kembali.
Demikian kisah di balik sejarah haji. Kini umat Islam berbondong-bondong pergi ke
Tanah Suci untuk menunaikan salah satu dari rukun Islam. Tua-muda, kaya-miskin,
cacat-sehat dianggap sama di mata Tuhan Semesta Alam, karena kita semua adalah
makhluk ciptaannya. Maka saat berhaji, ada baiknya kita tetap menjaga perbuatan
dan sikap, karena kita bukanlah apa-apa di hadapan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai