Analisis Belanja Modal (2008-2013)
Analisis Belanja Modal (2008-2013)
Uraian
Belanj
a
Pegaw
ai
Belanj
a
Barang
Belanj
a
Modal
Pemba
yaran
bunga
utang
2009
Real
%
thd
tot
al
112,
8
2010
Real
%
thd
tot
al
Real
%
thd
tot
al
16,
3
127,
7
20,
3
148,
1
56,0
8,1
80,7
12,
8
72,8
10,
5
75,9
88,4
12,
8
2011
2013
%
thd
APBNP
tot
al
%
thd
tota
l
241,
6
20,
9
233,0
19,
5
13,
9
200,
7
17,
4
206,5
17,
3
145,
1
14,
4
184,
4
16,
0
192,6
16,
1
10,
6
100,
5
9,9
113,
2
9,8
112,5
9,4
Real
%
thd
tot
al
21,
2
175,
7
97,6
14,
0
12,
1
80,3
93,8
14,
9
2012
Real
%
thd
tot
al
APB
N
19,
9
197,
4
19,
6
124,
6
14,
1
140,
9
11,
5
117,
9
13,
3
88,4
12,
7
93,3
Subsidi
275,
3
39,
7
138,
1
22,
0
192,
7
27,
6
295,
4
33,
4
346,
4
34,
3
317,
2
27,
5
348,1
29,
1
Belanj
a
Hibah
0,1
0,0
0,3
0,0
0,1
0,0
3,6
0,3
2,3
0,2
Bansos
57,7
8,3
73,8
11,
7
68,6
9,8
71,7
8,0
75,6
7,5
73,6
6,4
82,5
6,9
Belanj
a lainlain
30,3
4,4
38,9
38,
9
21,7
3,1
5,5
0,6
4,1
0,4
20,0
1,7
19,3
1,6
693,
4
100
,0
628,
8
100
,0
697,
4
100
,0
883,
7
100
,0
1.01
0,6
100
,0
1.15
4,6
100
,0
1.196,
8
100
,0
TOTAL
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tetapi hal ini tentu saja tidak hanya
bergantung pada besarnya volume belanja modal saja, seberapa tepat Belanja
Modal itu dialokasikan juga ikut menentukan. Belanja modal yang besar dan selalu
meningkat dari tahun ke tahun, jika dialokasikan dengan tidak tepat, tidak akan
efektif untuk menunjang pembangunan nasional.
Pada kenyataannya, meskipun trend belanja modal selama 5 tahun selalu
meningkat dan pemerintah telah focus mengalokasikannya ke pembangunan
infrastruktur, efek atau dampaknya terhadap pembangunan nasional masih belum
maksimal. Apalagi ditambah dengan penerimaan Negara yang sebagian besar
berasal dari sector pajak yang beberapa tahun terakhir tidak mencapai targetnya,
membuat pemerintah tidak leluasa untuk untuk mengalokasikan belanja modal
tersebut ke sector yang lebih produktif dan menunjang pembangunan nasional
yaitu sector infrastruktur. Untuk itu diperlukan pengelolaan yang berperan dalam
menjaga agar belanja-belanja modal pemerintah dilakukan secara efisien dan tepat
sasaran, yaitu pengelolaan BMN.
Pada pengelolaan BMN terdapat siklus hidup asset dari planning hingga disposal.
Dari semua tahapan siklus tersebut, tahapan yang secara langsung menunjang
APBN dalam hal ini belanja modal antara lain perencanaan kebutuhan dan
penganggaran dan pengadaan.
Pada tahap perencanaan kebutuhan dan penganggaran, kontrol pengelola barang
terhadap tahapan ini masih belum bisa dilakukan secara optimal. Masih banyak K/L
dalam menentukan rencana kebutuhan barang tanpa melihat apakah K/L tersebut
benar-benar membutuhkan aset atau tidak dan langsung mengajukan anggarannya
kepada Kementerian Keuangan.
Terkait dengan perencanaan kebutuhan masing-masing K/L, Pengelola barang
seharusnya mengetahui aset apa saja yang dimiliki serta lokasi keberadaannya
secara detail dan akurat serta sesuai dengan kondisi aset yang sesungguhnya. Hal
ini penting karena tahap perencanaan kebutuhan dan penganggaran pada siklus
pengelolaan aset harus berpedoman pada aset-aset yang sudah ada (existing
asset).
Namun pada kenyataanya, tidak mudah untuk mengidentifikasi kebutuhan yang
sesungguhnya dari masing-masing K/L. Database BMN yang digunakan sebagai
dasar menentukan existing asset bisa saja belum mencerminkan kondisi aset yang
sesungguhnya. Sebagai akibatnya, proses perencanaan kebutuhan dan
penganggaran bisa saja dilakukan dengan tidak matang. Perencanaan yang tidak
matang akan berimbas pada tidak efisien, optimal, dan efektifnya pengelolaan
asset. perencanaan kebutuhan dan penganggaran yang tidak tepat juga akan
mengakibatkan pengurangan pada alokasi belanja modal lain, seperti belanja
infrastruktur. Padahal, belanja aset-aset infrastruktur seperti jalan, irigasi, dan
jaringan adalah belanja yang paling menunjang bagi pertumbuhan ekonomi
nasional.
Walaupun outcome yang dihasilkan dari realisasi belanja modal dalam kurun waktu
2008-2013 untuk aset-aset infrastruktur, tren nya memang terus meningkat dari
tahun ke tahun, tentu saja hal ini belum cukup. Dari segi infrastruktur, Indonesia
menempati peringkat 61, masih tertinggal jauh dari Negara-negara tetangga seperti
Singapura yang menempati peringkat 2, Malaysia peringkat 29 dan Thailand
peringkat 27. (The Global Competitive Index 2013-2014)
Pada tahap pengadaan, membeli (mengadakan aset baru) masih menjadi cara
utama K/L untuk memenuhi kebutuhan asetnya. Mekanisme pengadaan yang lain
seperti menyewa atau alih status belum dijadikan prioritas. Hal ini berdampak
pengalokasian belanja modal yang kurang tepat. Karena, daripada harus membeli
yang baru kenapa tidak memilih alternative lainnya yang lebih menguntungkan dan
mengefisienkan anggaran belanja modal. Dengan memilih alternative lain yang
lebih menguntungkan dan efisien, akan mengurangi pembengkakan belanja modal
di sector yang kurang produktif dan sebaliknya malah dapat mengalokasikan
belanja modal ke sector yang lebih produktif seperti pengembangan infrastruktur
nasional.
Ke depan, tahapan pengadaan aset perlu memprioritaskan alternatif nonpembelian
sehingga pembelian aset baru tidak lagi menjadi pilihan utama K/L. Prinsipnya,
pembelian atas aset-aset baru dilakukan jika pemerintah memang benar-benar
membutuhkannya. Alternatif pengadaan lain seperti alih status atau menyewa
harus menjadi prioritas utama K/L dalam memenuhi kebutuhan asetnya. Pembelian
merupakan solusi akhir jika memang upaya alih status atau menyewa aset sulit
untuk dilakukan dan pembelian memang lebih menguntungkan. Sehingga belanja
modal dapat dialokasikan ke belanja infrastruktur yang paling menunjang
pertumbuhan ekonomi nasional.
Jadi, Pengelolaan BMN yang terkait dengan siklus hidup asset, memiliki peranan
penting dalam menunjang pengalokasian belanja modal yang lebih tepat sasaran.
Pengelolaan BMN yang optimal akan menyokong APBN dengan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas belanja modal. Peranan ini membutuhkan perhatian
pengelola barang lebih dalam pada tahap perencanaan kebutuhan BMN serta
meningkatkan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sehingga aset-aset yang
ada dapat digunakan secara optimal, dan membantu mengalokasikan belanja
modal ke sector yang lebih produktif sehingga dapat mengembangkan
pertumbuhan ekonomi nasional.
Sumber :
Nota Keuangan dan APBN Tahun Anggaran 2014
//teguhalkhawarizmi.wordpress.com/2014/11/25/optimalisasi-peran-strategispengelolaan-bmn-bagi-apbn/
LKPP tahun 2008-2013