Anda di halaman 1dari 4

Tugas: Analisis Belanja modal lima tahun terakhir (2008-2013)

Belanja Modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan


modal yang sifatnya menambah asset tetap atau asset lainnya yang memberi
manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah
pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau
menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas asset. Aset Tetap
mempunyai ciri-ciri berwujud, akan menambah asset pemerintah, mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun, dan nilainya relative material. Sedangkan ciri-ciri
asset lainnya adalah tidak berwujud, akan menambah asset pemerintah,
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, dan nilainya relative material.
Dalam periode 20082013, secara nominal belanja pemerintah pusat menunjukkan
pertumbuhan rata-rata 11,5 persen, yaitu dari Rp693,4 triliun (14,0 persen terhadap
PDB) dalam tahun 2008 menjadi Rp1.196,8 triliun (12,7 persen terhadap PDB)
dalam APBNP tahun 2013. Begitu juga dengan proporsi belanja modal terhadap
total belanja pemerintah pusat mengalami peningkatan dari 10,5 persen dalam
tahun 2008, menjadi 16,1 persen dalam APBNP tahun 2013.
2008
No

Uraian

Belanj
a
Pegaw
ai
Belanj
a
Barang
Belanj
a
Modal
Pemba
yaran
bunga
utang

2009

Real

%
thd
tot
al

112,
8

2010

Real

%
thd
tot
al

Real

%
thd
tot
al

16,
3

127,
7

20,
3

148,
1

56,0

8,1

80,7

12,
8

72,8

10,
5

75,9

88,4

12,
8

2011

2013
%
thd
APBNP
tot
al

%
thd
tota
l

241,
6

20,
9

233,0

19,
5

13,
9

200,
7

17,
4

206,5

17,
3

145,
1

14,
4

184,
4

16,
0

192,6

16,
1

10,
6

100,
5

9,9

113,
2

9,8

112,5

9,4

Real

%
thd
tot
al

21,
2

175,
7

97,6

14,
0

12,
1

80,3

93,8

14,
9

2012
Real

%
thd
tot
al

APB
N

19,
9

197,
4

19,
6

124,
6

14,
1

140,
9

11,
5

117,
9

13,
3

88,4

12,
7

93,3

Subsidi

275,
3

39,
7

138,
1

22,
0

192,
7

27,
6

295,
4

33,
4

346,
4

34,
3

317,
2

27,
5

348,1

29,
1

Belanj
a
Hibah

0,1

0,0

0,3

0,0

0,1

0,0

3,6

0,3

2,3

0,2

Bansos

57,7

8,3

73,8

11,
7

68,6

9,8

71,7

8,0

75,6

7,5

73,6

6,4

82,5

6,9

Belanj
a lainlain

30,3

4,4

38,9

38,
9

21,7

3,1

5,5

0,6

4,1

0,4

20,0

1,7

19,3

1,6

693,
4

100
,0

628,
8

100
,0

697,
4

100
,0

883,
7

100
,0

1.01
0,6

100
,0

1.15
4,6

100
,0

1.196,
8

100
,0

TOTAL

(sumber : nota keuangan APBN 2014)


Dalam rentang waktu tahun 2008-2013, realisasi anggaran belanja modal secara
nominal mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 21,5 persen per tahun, yaitu
dari Rp72,8 triliun (1,5 persen terhadap PDB) dalam tahun 2008 dan menjadi
Rp192,6 triliun (2,0 persen terhadap PDB) dalam APBNP tahun 2013. Pada

umumnya Kenaikan realisasi


anggaran
belanja
modal
yang cukup signifikan dalam
rentang waktu
tersebut merupakan dampak
dari kebijakan pergeseran
belanja barang ke belanja
modal.
Melalui
kebijakan
pergeseran alokasi anggaran
dari
belanja
barang
ke
belanja modal yang memiliki
dampak
langsung
yang
diperkirakan
relatif
lebih
besar bagi perekonomian nasional, diharapkan pertumbuhan ekonomi dapat lebih
ditingkatkan. Sedangkan meningkatnya belanja modal pada tahun 2013 merupakan
salah satu dampak darikebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi yang dilakukan
: Notamemberikan
Keuangan APBN ruang fiscal untuk peningkatan belanja
pada tahun 2013 (Sumber
sehingga
2014)
modal dan infrastruktur
Peningkatan alokasi belanja modal dalam periode tersebut lebih difokuskan pada
pembangunan infrastruktur yang mempunyai daya dorong kuat terhadap
pertumbuhan ekonomi seperti listrik, jalan, pelabuhan, serta pengembangan
infrastruktur pada 6 (enam) koridor ekonomi untuk mendukung program-program
penyediaan infrastruktur, berupa pembangunan infrastruktur dasar untuk
mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi, dan perbaikan kesejahteraan
rakyat; pembangunan infrastruktur pertanian untuk mendukung pencapaian
program ketahanan pangan, serta pembangunan infrastruktur energi dan
komunikasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan alokasi belanja modal
dalam periode tersebut juga merupakan cermin dari besarnya perhatian Pemerintah
terhadap pembangunan infrastruktur
Dilihat dari gambar perkembangan belanja modal diatas, belanja modal dari tahun
2008 hingga 2013 lebih banyak dialokasikan untuk Jalan, Irigasi dan jaringan.
Sedangkan belanja modal yang dialokasikan untuk K/L dalam periode 2008-2013,
dialokasikan cukup besar untuk 5 K/L antara lain, yaitu: Kementerian Pekerjaan
Umum, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Pertahanan, Kementerian
Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Realisasi anggaran belanja modal
pada 5 K/L tersebut dalam kurun waktu 2008-2013 digunakan untuk melaksanakan
berbagai program antara lain, yaitu: (1) program pengelolaan sumber daya air; (2)
program peningkatan dan pembangunan sarana dan prasarana kereta api; (3)
program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi darat, udara, dan laut; (4)
program pengembangan pertahanan; (5) program pendidikan tinggi; (6) program
pengelolaan jalan; dan (7) program pendidikan agama Islam
Dari penjelasan di atas, Volume Belanja modal memang terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Dengan begitu diharapkan ekonomi nasional akan
tumbuh seiring dengan peningkatan Belanja modal tersebut sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tetapi hal ini tentu saja tidak hanya
bergantung pada besarnya volume belanja modal saja, seberapa tepat Belanja
Modal itu dialokasikan juga ikut menentukan. Belanja modal yang besar dan selalu
meningkat dari tahun ke tahun, jika dialokasikan dengan tidak tepat, tidak akan
efektif untuk menunjang pembangunan nasional.
Pada kenyataannya, meskipun trend belanja modal selama 5 tahun selalu
meningkat dan pemerintah telah focus mengalokasikannya ke pembangunan
infrastruktur, efek atau dampaknya terhadap pembangunan nasional masih belum
maksimal. Apalagi ditambah dengan penerimaan Negara yang sebagian besar
berasal dari sector pajak yang beberapa tahun terakhir tidak mencapai targetnya,
membuat pemerintah tidak leluasa untuk untuk mengalokasikan belanja modal
tersebut ke sector yang lebih produktif dan menunjang pembangunan nasional
yaitu sector infrastruktur. Untuk itu diperlukan pengelolaan yang berperan dalam
menjaga agar belanja-belanja modal pemerintah dilakukan secara efisien dan tepat
sasaran, yaitu pengelolaan BMN.
Pada pengelolaan BMN terdapat siklus hidup asset dari planning hingga disposal.
Dari semua tahapan siklus tersebut, tahapan yang secara langsung menunjang
APBN dalam hal ini belanja modal antara lain perencanaan kebutuhan dan
penganggaran dan pengadaan.
Pada tahap perencanaan kebutuhan dan penganggaran, kontrol pengelola barang
terhadap tahapan ini masih belum bisa dilakukan secara optimal. Masih banyak K/L
dalam menentukan rencana kebutuhan barang tanpa melihat apakah K/L tersebut
benar-benar membutuhkan aset atau tidak dan langsung mengajukan anggarannya
kepada Kementerian Keuangan.
Terkait dengan perencanaan kebutuhan masing-masing K/L, Pengelola barang
seharusnya mengetahui aset apa saja yang dimiliki serta lokasi keberadaannya
secara detail dan akurat serta sesuai dengan kondisi aset yang sesungguhnya. Hal
ini penting karena tahap perencanaan kebutuhan dan penganggaran pada siklus
pengelolaan aset harus berpedoman pada aset-aset yang sudah ada (existing
asset).
Namun pada kenyataanya, tidak mudah untuk mengidentifikasi kebutuhan yang
sesungguhnya dari masing-masing K/L. Database BMN yang digunakan sebagai
dasar menentukan existing asset bisa saja belum mencerminkan kondisi aset yang
sesungguhnya. Sebagai akibatnya, proses perencanaan kebutuhan dan
penganggaran bisa saja dilakukan dengan tidak matang. Perencanaan yang tidak
matang akan berimbas pada tidak efisien, optimal, dan efektifnya pengelolaan
asset. perencanaan kebutuhan dan penganggaran yang tidak tepat juga akan
mengakibatkan pengurangan pada alokasi belanja modal lain, seperti belanja
infrastruktur. Padahal, belanja aset-aset infrastruktur seperti jalan, irigasi, dan
jaringan adalah belanja yang paling menunjang bagi pertumbuhan ekonomi
nasional.
Walaupun outcome yang dihasilkan dari realisasi belanja modal dalam kurun waktu
2008-2013 untuk aset-aset infrastruktur, tren nya memang terus meningkat dari

tahun ke tahun, tentu saja hal ini belum cukup. Dari segi infrastruktur, Indonesia
menempati peringkat 61, masih tertinggal jauh dari Negara-negara tetangga seperti
Singapura yang menempati peringkat 2, Malaysia peringkat 29 dan Thailand
peringkat 27. (The Global Competitive Index 2013-2014)
Pada tahap pengadaan, membeli (mengadakan aset baru) masih menjadi cara
utama K/L untuk memenuhi kebutuhan asetnya. Mekanisme pengadaan yang lain
seperti menyewa atau alih status belum dijadikan prioritas. Hal ini berdampak
pengalokasian belanja modal yang kurang tepat. Karena, daripada harus membeli
yang baru kenapa tidak memilih alternative lainnya yang lebih menguntungkan dan
mengefisienkan anggaran belanja modal. Dengan memilih alternative lain yang
lebih menguntungkan dan efisien, akan mengurangi pembengkakan belanja modal
di sector yang kurang produktif dan sebaliknya malah dapat mengalokasikan
belanja modal ke sector yang lebih produktif seperti pengembangan infrastruktur
nasional.
Ke depan, tahapan pengadaan aset perlu memprioritaskan alternatif nonpembelian
sehingga pembelian aset baru tidak lagi menjadi pilihan utama K/L. Prinsipnya,
pembelian atas aset-aset baru dilakukan jika pemerintah memang benar-benar
membutuhkannya. Alternatif pengadaan lain seperti alih status atau menyewa
harus menjadi prioritas utama K/L dalam memenuhi kebutuhan asetnya. Pembelian
merupakan solusi akhir jika memang upaya alih status atau menyewa aset sulit
untuk dilakukan dan pembelian memang lebih menguntungkan. Sehingga belanja
modal dapat dialokasikan ke belanja infrastruktur yang paling menunjang
pertumbuhan ekonomi nasional.
Jadi, Pengelolaan BMN yang terkait dengan siklus hidup asset, memiliki peranan
penting dalam menunjang pengalokasian belanja modal yang lebih tepat sasaran.
Pengelolaan BMN yang optimal akan menyokong APBN dengan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas belanja modal. Peranan ini membutuhkan perhatian
pengelola barang lebih dalam pada tahap perencanaan kebutuhan BMN serta
meningkatkan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sehingga aset-aset yang
ada dapat digunakan secara optimal, dan membantu mengalokasikan belanja
modal ke sector yang lebih produktif sehingga dapat mengembangkan
pertumbuhan ekonomi nasional.

Sumber :
Nota Keuangan dan APBN Tahun Anggaran 2014
//teguhalkhawarizmi.wordpress.com/2014/11/25/optimalisasi-peran-strategispengelolaan-bmn-bagi-apbn/
LKPP tahun 2008-2013

Anda mungkin juga menyukai