PIGMEN
Oleh:
Dian Azalia
FTP / ITP / G
135100100111027
Gambar 1. Produk Granini Tomato Juice dalam kemasan botol kaca, kemasan 700
ml.
Pada produk pangan Granini Tomato Juice, pada komposisi tertulis produk ini
mengandung sari tomat, acidifier, konsentrat sari lemon dan garam (Lampiran 1).
Pada sari tomat sendiri, terkandung pigmen bioflavonoid yakni likopen
(dominan), -karoten dan -karoten.
Likopen
Likopen merupakan pigmen alami yang disintesis oleh tanaman dan
mikroorganisme, merupakan senyawa karotenoid, berbentuk isomer asiklik dari karoten dan tidak memiliki aktivitas sebagai vitamin A (Febriansah dkk, 2008).
Likopen menimbulkan warna merah di dalam tomat. Sedangkan pada tomat yang
berwarna kekuningan, keberadaan likopen bersamaan dengan -karoten.
Kandungan likopen pada tomat akan meningkat tajam saat tomat dalam kondisi
masak (Belitz dkk, 2009). Likopen merupakan karotenoid yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh dan merupakan salah satu antioksidan yang sangat kuat.
Kemampuannya mengendalikan radikal bebas 100 kali lebih efisien daripada
vitamin E atau 12500 kali daripada gluthation. Selain sebagai anti skin aging,
likopen juga memiliki manfaat untuk mencegah penyakir cardiovascular, kencing
manis, osteoporosis, infertility dan kanker, terutama kanker prostat (Maulida dan
Zulkarnaen, 2010).
Kulit tomat merupakan bagian dari tomat yang mengandung likopen dalam
jumlah terbanyak jika dibandingkan dengan bagian buah lainnya. Kulit tomat
mengandung likopen lema kali lebih banyak dibandingkan dengan daging tomat.
Dalam basis kering, kulit tomat mengandung sekitar 280-540 mg/100 g tergantung
tingkat kematangannya (Seafast Center, 2012)
Likopen memiliki struktur kimia rantai tak jenuh dengan rantai lurus hidrokarbon
terdiri dari tiga belas ikatan rangkap. Sebelas diantaranya merupakan ikatan
rangkap terkonjugasi, sementara dua ikatan rangkap sisanya tidak terkonjugasi
(Febriansah dkk, 2008).
Secara strukturan, likopen terbentuk dari delapan unit isoprena. Banyaknya ikatan
ganda pada likopen menyebabkan elektron untuk menuju ke transisi yang lebih
tinggi membutuhkan banyak energi sehingga likopen dapat menyerap sinar yang
memiliki panjang gelombang tinggi (sinar tampak) dan mengakibatkan warnanya
menjadi merah terang. Jika likopen dioksidasi, ikatan ganda antarkarbon akan
patah dan membentuk molekul yang lebih kecil yang ujungnya berupa C=O.
Molekul ini tidak dapat menyerap cahaya dengan panjang gelombang yang tinggi
sehingga likopen yang teroksidasi akan menghasilkan zat berwarna pucat atau
tidak berwarna (Maulida dan Zulkarnaen, 2010).
Likopen merupakan anggota dari kelompok karoten (tidak memiliki molekul
oksigen) sehingga bersifat tidak polar. Di dalam bahan pangan biasanya likopen
berada dalam bentuk trans. Likopen yang terdapat di tomat 94-96% berada dalam
bentuk trans, 3-5% 5-cis, 0.1% 9-cis, 1% 13-cis dan kurang dari 1% dalam bentuk
isomer cis lainnya (Seafast Center, 2012).
Pada banyak penelitian disebutkan bahwa cis-likopen lebih bioavailable daripada
trans-likopen. Hal ini dikarenakan konformasi dari struktur hidrokarbon dari
likopen itu sendiri. Trans-likopen merupakan rantai panjang hidrokarbon yang
memiliki kelarutan dalam air sangat rendah. Sedangkan cis-likopen akan
memperpendek panjang rantai hidrokarbon yang efektif sehingga lebih soluble.
Selain itu, isomer cis dari likopen mudah menembus membran plasma sehingga
cenderung tidak membentuk kristal daripada trans-likopen. Dengan demikian, cislikopen lebih bioavailable daripada trans-likopen (Pradhana, 2008).
Sifat likopen adalah bentuk kristalnya seperti jarum, panjang, dalam bentuk
tepung berwarna kecokelatan. Likopen bersifat hidrofobik kuat dan lebih mudah
larut dalam kloroform, benzena, heksana, dan pelarut organik lainnya. Degradasi
likopen dapat melalui proses isomerisasi dan oksidasi karena cahaya, oksigen,
suhu tinggi, teknik pengeringan, proses pengelupasan, penyimpangan dan asam.
Bioavaibilitas likopen dipengaruhi oleh dosis konsumsi dan adanya karotenoid
lain seperti misalnya -karoten (Febriansah, 2008).
Produk Pangan 2
ST. DALFOUR THICK APRICOT
Gambar 5. St. Dalfour Thick Apricot (Apricot Jam) dalam kemasan kaca 284
gram (10 oz)
Pada produk pangan St. Dalfour Thick Apricot, komposisi yang terkandung dalam
produk adalah buah aprikot, konsentrat sari buah anggur, sari buah lemon dan
pektin buah (Lampiran 2). Karena kandungan utamanya adalah buah aprikot dan
pigmen utama aprikot adalah beta karoten (-karoten), maka yang selanjutnya
dibahas adalah pigmen beta karoten.
dengan udara dan akan terbentuk formaldehid. Pencampuran beta karoten dalam
karbon tetraklorida dengan oksigen menghasilkan sedikit glioksal (Belitz dkk,
2009).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan karoten. Astawan (2008),
menyebutkan bahwa karoten stabil pada pH netral, alkali namun tidak stabil pada
kondisi asam, adanya udara atau oksigen, cahaya dan panas. Karotenoid tidak
stabil karena mudah teroksidasi oleh adanya oksigen dan peroksida. Selain itu,
dapat mengalami isomerisasi bila terkena panas, cahaya dan asam. Isomerisasi
dapat menyebabkan penurunan intensitas warna dan titik cair.
Beta karoten merupakan provitamin A yang sangat mudah rusak akibat pengaruh
lingkungan sekitar. Proses pemasakan yang tepat tidak akan mengurangi
kandungan beta karoten di dalam makanan. Proses pencucian dan blansing tidak
mengurangi kandungan beta karoten dalam makanan, tetapi dalam proses
pengalengan sekitar 5-30% kandungan beta karoten dapat rusak (Belitz dkk,
2009).
Beberapa laporan mengatakan bahwa proses pemasakan dengan menggunakan
microwave selama 5 menit tidak akan merusak komponen beta karoten pada
sayuran. Laporan Moscha pada tahun 1997 menunjukkan bahwa proses
simmering selama 15-60 menit tidak akan berpengaruh terhadap kandungan beta
karoten pada sayuran (Astawan, 2008).
Berikut hal yang dapat mempengaruhi menurunnya kandungan beta karoten:
a. Penyimpanan
b. Pencahayaan
Beta karoten akan menyusut selama pengolahan bahan mentah menjadi
tepung karena sifat beta karoten yang sensitif terutama terhadap oksigen dan
cahaya. Banyaknya ikatan rangkap pada struktur kimia beta karoten
menyebabkan bahan ini menjadi sangat sensitif terhadap reaksi oksidasi
ketika terkena udara (O2), cahaya, metal, peroksida, dan panas baik selama
proses produksi maupun aplikasinya (Belitz dkk, 2009).
Fungsi utama pada vitamin A antara lain adalah mempunyai peranan utama dalam
pemeliharaan
penglihatan
manusia,
pemeliharaan
fungsi-fungsi
epitel,
Produk Pangan 3
TAO KAE NOI JAPANESE CRISPY SEAWEED
Gambar 7. Produk Tao Kae Noi Japanese Crispy Seaweed dalam kemasan plastik
50 gram
Produk pangan Tao Kae Noi Japanese Crispy Seaweed memiliki komposisi
rumput laut, minyak kelapa, gula, bubuk tomat, protein kedelai yang telah
dihidrolisis, penambah rasa, garam dan bubuk bawang putih, tetapi yang paling
dominan adalah rumput laut yakni sebanyak 85% (Lampiran 3). Karena memiliki
komposisi utama rumput laut, pigmen yang terkandung dalam rumput laut sangat
beragam dan kompleks, sering kali juga tergantung jenis dan spesies dari rumput
laut. Pigmen tersebut antara lain klorofil, karotenoid, dan fikobilin atau biliprotein
yang terdiri dari fikoeritrin dan fikosianin (Abfa dkk, 2013).
Klorofil
Klorofil merupakan pigmen utama yang berperan dalam proses fotosintesis
dengan menyerap dan menggunakan energi cahaya matahari untuk mensintesis
oksigen dan karbohidrat yang dibutuhkan sebagai nutrisi alga. Klorofil merupakan
pigmen pembawa warna hijau. Struktur dasar klorofil adalah porpirin, di mana
atom nitrogen pada keempat cincin pirol dalam makrosiklik membentuk ikatan
kovalen dengan ion Mg2+ yang merupakan pusat dari molekul klorofil.
Klorofil a merupakan pigmen utama yang terdapat pada hampir semua organisme
fotosintetik oksigenik, terletak pada pusat reaksi dan bagian tengah antena.
Klorofil a merupakan pigmen utama yang bertanggung jawab terhadap proses
fotosintesis. Oleh karena itu, pigmen ini menjadi penting bagi pertahanan hidup
rumput laut atau untuk berkompetisi dengan organisme lain dalam sebuah habitat
tertentu. Keberadaan klorofil a pada rumput laut dilengkapi dengan pigmen
pendukung (aksesori) yaitu klorofil b, c, atau d dan karotenoid yang berfungsi
melindungi klorofil a dari foto-oksidasi atau oksidasi akibat terpapar cahaya
matahari (Suparmi dan Sahri, 2009).
Gambar 9. Struktur kimia karotenoid pada alga merah Gracilaria sp.: (a) karoten; (b) zeaxanthin; (c) lutein; dan (d) violaxanthin
Karotenoid merupakan pigmen yang larut lemak, yang memiliki selang warna dari
kuning sampai merah. Karotenoid merupakan golongan tetraterpenoid, yang
dibagi dalam dua kelompok besar yakni karoten dan ksantofil. Karotenoid dapat
menetralkan radikal bebas dengan tiga mekanisme yakni (1) melalui elektron
transfer, (2) abstraksi hidrogen, dan (3) penambahan spesies radikal. Proses ini
akan menghasilkan molekul karotenoid yang bersifat radikal yang dapat meluruh
menjadi produk yang stabil dalam waktu singkat dengan melepaskan panas
(Nawaly dkk, 2009).
Setiap kelas rumput laut memiliki perbedaan rasio akumulasi jenis karotenoid.
Contohnya fukosantin yang merupakan salah satu jenis karotenoid memiliki
akumulasi yang tinggi pada rumput laut coklat, sedangkan -karoten
akumulasinya cukup tinggi pada beberapa jenis rumput laut merah. Akumulasi
karotenoid dalam rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai sebagai antioksidan.
Kemampuan antioksidan dari rumput laut menunjukkan peran dalam mencegah
penyakit yang berhubungan dengan stres oksidatif (Nawaly dkk, 2009).
Karotenoid dari rumput laut berpotensi memiliki bioaktifitas yang bermanfaat
bagi manusia seperti yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Potensi Bioaktifitas Beberapa Jenis Pigmen Karotenoid dalam Beberapa
Bidang Aplikasi
Jenis Karotenoid
---karoten
Bidang Aplikasi
Kesehatan
Potensi Bioaktifitas
Prekursor vitamin A, meningkatkan
sistem kekebalan tubuh, antioksidan
penurunan
risiko
penyakit
penyakit
yang
berhubungan
farmasi,
dan
Fucoxanthin
industri makanan
Farmakologi
Obat
dan
suplemen,
antioksidan,
Gambar 10. Struktur kimia dari pigmen: (a) Fikosianin; (b) Fikobilin
Keberadaan pigmen fikroetrin dan fikosianin dalam rumput laut menyebabkan
rumput laut mampu bertahan hidup pada kondisi dengan cahaya rendah, seperti di
laut dalam (intensitas cahaya 0,1% lebih rendah dibandingkan dipermukaan).
Fikoerritrin merupakan prekursor dalam biosintesis klorofil pada rumput laut
merah. Selain itu, bioaktifitas kedua pigmen tersebut telah dimanfaatkan oleh
manusia baik dalam bidang kesehatan maupun industri, bahkan harga kedua
pigmen tersebut mencapai 8 ribu - 40 ribu dolar AS per gramnya (Suparmi dan
Sahri, 2009).
Fikobilin merupakan protein, mempunyai cincin tetrapirol dan termasuk dalam
gugus kromofor. Semua kromofor fikobilin mengikat sistein spesifik pada rantai
polipetida oleh ikatan-ikatan tioeter. Secara visual, ekstrak pigmen fikoeritrin
tampak berwarna merah dan fikosian berwarna biru (Abfa dkk, 2013).
Potensi fikoeritrin dan fikosianin dalam berbagai bidang industri dan kesehatan
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Potensi bioaktifitas pigmen fikoeritrin dan fikosianin rumput laut merah
dalam beberapa bidang aplikasi
Jenis Pigmen
Fikoeritrin
Fikosianin
Bidang Aplikasi
Kesehatan
Farmasi, kosmetik, dan
Potensi Bioaktifitas
Mencegah kanker dan HIV
Bahan pewarna alami
industri makanan
Kesehatan
Prekursor hemoglobin,
meningkatkan kekebalan tubuh,
antikanker, antioksidan, anti
radang, antiimflamantori,
Farmasi, kosmetik, dan
antiobesitas, neuroprotekti
Bahan pewarna alami
industri makanan
Fikoeritrin
Fikoeritrin (PE) adalah fikobiliprotein, merupakan pigmen yang paling
dominan pada algae merah dibandingkan dengan pigmen yang lain,
pigmen yang dapat menutupi warna hijau dari klorofil dan warna biru dari
fikosianin, hal tersebut yang menyebabkan warna thallus pada algae
berwana merah. Semakin bertambahnya kedalaman laut, kandungan
pigmen fikoeritrin semakin bertambah. Hal tersebut karena rendahnya
kandungan klorofil a, sehingga memicu pembentukan fikoeritrin yang
lebih banyak untuk membantu penyerapan cahaya yang digunakan untuk
fotosintesis.
Fikoeritrin ini salah satu pigmen yang paling stabil dari semua yang
termasuk dalam fikobiliprotein karaena mempunyai sebuah subunit yang
berada di pusat rongga molekul. Struktur subunit fikoeritrin adalah ()6
dan mempunyai berat molekul 250 103 dengan nilai absorbansi
maksimal sekitar 580 nm mempunyai dua tipe kromofor s (sensitizing)
dan f (fluorescing).
Fikoeritrin merupakan sebuah protein globular dan larutannya merupakan
larutan multikomponen. Fikoeritrin mempunyai kestabilan yang tinggi
dibandingkan dengan pigmen yang lain, dengan rentang pH antara 5.4-6.8,
sedangkan menurut hasil penelitian Kawsar, R-PE dapat stabil pada pH
antara 3.5 sampai 9.5, dan apabila pH melebihi nilai tersebut maka pigmen
fikoeritrin tidak menampakan warna merahnya. Fikoeritrin telah
ditemukan di beberapa jenis rumput laut merah seperti Gracillaria sp.,
Eucheuma sp., dan Porphyra yezoensis.
Fikoeritrin merupakan protein yang bekerja sebagai pigmen pelengkap
pada algae merah dan alga biru-hijau seperti halnya fikobilin, berfungsi
dalam sel alga untuk membantu klorofil-a dalam menyerap cahaya pada
proses fotosintesis. Cahaya yang diserap oleh fikoeritrin secara efisiensi
dipindahkan ke fikosianin, kemudian ke allofikosianin, diteruskan ke
allofikosianin B dan terakhir ke klorofil.
Berdasarkan serapan spektranya fikoertitrin dibagi menjadi : B-fikoeritrin
(B-PE), R-fikoeritrin (R-PE) dan C-fikoeritrin (C-PE), R-PE jenis
fikobiliproteoin yang mendominasi algae merah. Pigmen tersebut
merupakan jenis pigmen yang larut air dan protein stabil. R-PE bisa
digunakan dalam produksi makanan dan kosmetik, dan berperan penting
dalam
beberapa
teknik
biokimia
yang
berkaitan
dengan
sifat
metode untuk melepaskan polisakarida dari sel algae, dimana algae laut
merupakan organisme yang mengandung banyak polisakarida.
(Abfa dkk, 2013)
DAFTAR PUSTAKA
dan Madu Kelengkeng (Nephelium longata L.). Jurnal. Jurnal Kimia 4(1):
54-62.
Pradhana, Harya. 2008. Pengaruh Temperatur, Lama Pemanasan dan
penambahan Minyak Zaitun Terhadap Kadar Likopen Dalam Sampel
Buah Tomat. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
Rodriguez-Amaya, Delia B. 2001. A Guide to Carotenoid Analysis in Foods.
Washington, D. C.: International Life Science Institude Press.
Seafast Center. 2012. Pewarna Alami untuk Pangan Kuning-Merah Karotenoid.
http://seafast.ipb.ac.id/. Diakses pada 10 Juni 2014 pukul 13.46.
Suparmi dan Achmad Sahri. 2009. Kajian Pemanfaatan Sumber Daya Rumput
Laut dari Aspek Industri dan Kesehatan. Jurnal Sultan Agung Vol. XLIV
No. 118: 95-116.
Vainio, H. 1996. Beta carotene and Cancer: Risk or Protection? Jurnal.
Scandinavian Journal of Work, Enviroment and Health; 22(3): 161-163.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3