Anda di halaman 1dari 5

Membedah Hukum Progresif

Reta Riayu Putri

1. Mengutamakan perilaku (manusia) daripada peraturan perundangundangan sebagai titik tolak paradigma penegakan hukum, akan
membawa kita untuk memahami hukum sebagai proses dan proyek
kemanusiaan
2. Hukum progresif tidak memahami hukum sebagai institusi yang mutlak
secara final, melainkan sangat ditentukan oleh kemampuannya untuk
mengabdi kepada manusia.
3. Hukum adalah institusi yang secara terus menerus membangun dan
mengubah dirinya menuju kepada tingkat kesempurnaan yang lebih
baik. Kualitas kesempurnaan disini bisa diverifikasi ke dalam faktorfaktor keadilan, kesejahteraan, kepedulian kepada rakyat dan lain-lain.
Inilah hakikat hukum yang selalu dalam proses menjadi (law as a
process, law in the making).
4. Dalam sistem hukum di manapun di dunia, keadilan selalu menjadi
objek perburuan, khususnya melalui lembaga pengadilannya. Keadilan
adalah hal yang mendasar bagi bekerjanya suatu sistem hukum.
Sistem hukum tersebut sesungguhnya merupakan suatu struktur atau
kelengkapan untuk mencapai konsep keadilan yang telah disepakati
bersama.
5. Penegakan hukum tidak hanya kecerdasan intelektual, melainkan
dengan kecerdasan spiritual. Dengan kata lain, penegakan hukum
yang dilakukan dengan penuh determinasi, empati, dedikasi, komitmen
terhadap penderitaan bangsa dan disertai keberanian untuk mencari
jalan lain daripada yang biasa dilakukan
6. Proses pengadilan yang disebut fair trial di negeri ini hendaknya berani
ditafsirkan sebagai pengadilan di mana hakim memegang kendali aktif
untuk mencari kebenaran
7. Hukum hendaknya mampu mengikuti perkembangan zaman, mampu
menjawab perubahan zaman dengan segala dasar di dalamnya, serta
mampu melayani kepentingan masyarakat dengan menyandarkan

pada aspek moralitas dari sumber daya manusia penegak hukum itu
sendiri.
8. Menjalankan hukum di Indonesia kini terancam kedangkalan berpikir
karena orang lebih banyak membaca huruf undang-undang daripada
berusaha menjangkau makna dan nilai yang lebih dalam.
9. Upaya menjalankan supremasi hukum, menangani koruptor-koruptor
kelas kakap seperti terbebas dari jangkauan hukum, belum lagi pelaku
pelanggaran berat hak asasi manusia menikmati kebebasan dari
hukuman dan pemandangan kelam parodi lainnya. Alih-alih memberi
kesejahteraan dan kebahagiaan kepada rakyat, supremasi hukum
malah kehilangan pesonanya sebagai institusi keadilan
10.
Perkembangan kebutuhan dan pemikiran hukum merupakan
bagian dari pemahaman sejarah masyarakatnya sehingga hukum yang
baik adalah hukum yang sesuai dengan kebutuhan dan basis hukum
sosial pada masyarakat yang bersangkutan.

1. Teori 3 Nilai Dasar Hukum


Pro: Pelaksanaan Hukuman Mati Bagi Terpidana Narkoba
Alasan utama adalah hukuman mati memberi efek cegah terhadap penjahat potensial
kejahatan narkoba. Bila menyadari akan dihukum mati, penjahat demikian setidaknya akan
berpikir seribu kali sebelum melakukan kejahatan narkoba. Juga, sebagai pelaksanaan dari
3 nilai dasar hukum yakni menjamin adanya kepastian hukum. Sehingga, Pelaksanaan

Hukuman Mati Bagi Terpidana Narkoba sudah tepat dan sesuai dengan
nilai dasar hukum yang tidak hanya menjamin kepastian hukum,
namun juga keadilan bagi masyarakat, dan kemanfaatan untuk
memberi efek jera.
Kontra: Revisi UU KPK
Alasan utama tidak setuju terhadap Revisi UU KPK sendiri adalah akan terjadinya
pertentangan di antara ke-3 nilai dasar hukum tersebut. Di mana semakin direvisi semakin
tidak terjaminnya kepastian hukum itu dikarenakan berbagai kepentingan politik yang
menyertainya. Juga tidak dapat memberikan keadilan terhadap pelaksanaan supremasi
hukum di masyarakat dan tidak memberikan kemanfaatan. Di mana, suatu kebijakan hukum
haruslah memuat 3 nilai dasar itu sehingga, untuk itu hal ini mendasari alasan utama tidak
setuju terhadap revisi UU KPK.

2. Teori Cermin
Pro: Persetujuan DPR dalam Rekruitmen Hakim Agung
Alasan utama setuju terhadap persetujuan DPR adalah bahwa sejatinya
hal ini sesuai dengan yang dicita-citakan masyarakat yang aspirasinya
kemudian diwakilkan oleh DPR dalam hal memberikan persetujuan
untuk calon hakim agung. Sejalan dengan teori ini yang mengatakan
bahwa hukum adalah cermin masyarakat. Bahwa DPR kemudian
memberikan persetujuannya untuk rekruitmen hakim agung dalam hal
mewakili aspirasi cerminan masyarakat.
Kontra: Pelaksanaan Sistem Noken di Papua. Alasan utama tidak setuju
sejatinya

adalah

karena

pelaksanaan

sistem

noken

itu

sendiri

akan

menciderai hak-hak suara dari masyarakat di Papua pada umumnya dan


tidak menutup kemungkinan adanya kepentingan politik dari kepala adat
atau suku yang memimpin pelaksanaan sistem noken itu sendiri. Hal ini tentu

saja tidak mencerminkan seperti yang masyarakat inginkan. Sesuai dengan


teori cermin.

3. Teori Deep Ecology


Pro: Pemberian Izin Usaha dan Penetapan Wilayah Pertambangan oleh
Pemerintah Pusat. Alasan utama setuju adalah agar adanya payung hukum
yang jelas yang kewenangannya diatur oleh pemerintah pusat sehingga
terjadi penetapan yang merata yang pemanfaatan pertambangan itu
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sejalan dengan teori deep ecology poin ke-3.
Kontra: Penyerahan Wewenang Pengelolaan Kelautan & Perikanan kepada
Pemerintahan Daerah. Alasan utama tidak setuju adalah dengan memberikan
kewenangan kepada pemerintah daerah sangat dimungkinkan akan terjadi
politik kekuasaan di dalamnya sehingga timbullah kesewenang-wenangan. Di
mana maka seharusnya hal ini diatur oleh pemerintah pusat. Karena
pengelolaan kelautan dan perikanan itu tidak dapat sewenang-wenang hanya
jika diperuntukkan kebutuhan manusia yang vital. Hal ini sejalan dengan teori
Deep Ecology poin ke-3.

4. Teori sibernetik

Pro: penghapusan partai politik lokal


Alasan utama setuju adalah dikarenakan hal ini dapat meminimalisir
kepentingan-kepentingan golongan dan memperkecil kemungkinan adanya
politik transaksional. Sejalan dengan teori Sibernetik.
Kontra: pemindahan ibukota negara. Alasan utama tidak setuju dengan
pemindahan ibukota negara adalah seperti yang kita ketahui pemindahan
ibukota memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar. Hal ini memiliki
kemungkinan besar timbulnya politik transaksional terhadap pihak-pihak di
dalamnya.

5. Teori Legal Pluralism

Pro: penerapan hukuman mati bagi para koruptor. Alasan utama setuju
dengan penerapan hukuman mati bagi koruptor adalah bahwa memandang
perbuatan korupsi itu sendiri sebagai suatu perbuatan yang tidak bermoral,
maka sejalan dengan teori legal pluralism.
Kontra: legalisasi aborsi di Indonesia. Alaan utama tidaksetuju karena hal ini
sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama. Di mana sesuai dengan teori

legal pluralism, sebuah hukum juga harus mengandung nilai agama, etika,
dsb. Sehingga sangat tidak setuju dengan legalisasi aborsi di Indonesia.
6. Teori responsive law
Pro: penerapan small claim courts di Indonesia. Alasan utama setuju dengan
sistem SCC adalah bahwa sistem SCC ini mengedepankan tujuan untuk
menyelesaikan perkara bisnis dalam waktu singkat, efisien, dan berbiaya
murah. Sejalan dengan teori responsive law yang mengedpankan tujuan
bukan procedural. Maka sistem SCC ini juga sejatinya mengedepankan tujuan
yang ingin dicapai yakni mencapai keadilan dengan penyelesaian sengketa
yang cepat.
Kontra: Rekruitmen Hakim oleh MA tanpa disertai Komisi Yudisial. Alasan
utama tidak setuju adalah hal ini akan menghilangkan tujuan utama yang
ingin dicapai yakni keterlibatan KY sendiri yang bertujuan untuk adanya
kontribusi KY.
7. Teori Lawrence M. Friedman
8. Teori of legal culture
9. Hukum itu jiwa rakyat
Kontra: mosi kumpul kebo. Alasan utama tidak setuju adalah hal in tidak
sesuai dengan karakter bangsa Indonesia sendiri. Sejalan dengan teori ini
yang mana mengharuskan hukum sebagai jiwa rakyat.
10.Multidisipliner
Pro:

Anda mungkin juga menyukai