I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penyuntikan hormon pada kegiatan budidaya sangat penting untuk dilakukan karena
berfungsi untuk merangsang terjadinya peningkatan proses fisiologis reproduksi akibat
adanya peningkatan jumlah hormon dalam tubuh. Secara prinsip, penambahan hormon dapat
dilakukan baik melalui
menunggu waktu atau musim ikan memijah tidak efektif dalam memprodukssi ikan/individu
baru secara maksimal. Sebetulnya,dengan menggunakan rangsangan hormon dalam tubuh
ikan, pemijahan dapat dilakukan kapan saja asalkan gonad dalam tubuh ikan sudah
mengalami pematangan. Meskipun keberhasilan pemijahan ditentukan oleh keberhasilan
proses pematangan akhir gonad yang sejalan dengan penambahan hormonal, namun teknik
penyuntikan sendiri bukanlah merupakan suatu penentu keberhasilan tersebut.
1.2 Tujuan
Demonstrasi cara ini bertujuan mengetahui teknik penyuntikan pada ikan dan mengetahui
dosis ovaprim yang digunakan pada saat penyeragaman dan pematangan akhir gonad ikan
serta mengetahui organ target penyuntikan.
II. METODOLOGI
2.1. Waktu dan Tempat
2.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang dipakai pada saat demonstrasi cara: syring, baki tempat ikan, akuades
dan serbet atau tissu sedangkan bahan yang digunakan adalah 2 ekor ikan lele jantan dan
betina serta ovaprim.
2.3. Prosedur Kerja
Pertama sekali ikan yang akan disuntik diperiksa ciri kelamin sekundernya. Jumlah
ikan yang didemonstrasi-carakan sebanyak 2ekor. Induk lele ditangkap dan dipegang,
kemudian digunakan kain untuk menutup dan memegang kepala ikan dan memegang pangkal
ekornya. Hormon disedot dengan alat injeksi spuit sebanyak hormon yang diperlukan,
misalnya 0,5 ml untuk ikan yang berjenis kelamin jantan dan 0,3ml untuk yang berjenis
kelamin betina. Setelah ovaprim berada dalam jarum suntik kemudian dilakukan
mengenceran dengan menyedot kembali akuades dengan perbandingan yang sama. Kemudian
hormon disuntikkan padaikan ke dalam daging lele di bagian intavena, intar muscular dan
intra cranial. Pada saat penyuntikan ovaprim diusahakan posisi jarum suntik berada
antarasudut 40 45. Kedalaman jarum suntik 1 cm dan disesuaikan dengan besar kecilnya
tubuh ikan. Penyuntikan dilakukan perlahan dan hati-hati. Setelah obat didorong masuk,
jarum dicabut kemudian bekas suntikkan diurut perlahan-lahandangan dengan jari telunjuk
atau jempol beberapa saat agar obat tidak keluar.
lebih dari satu orang, yakni orang pertama memegang ekor dan kepala, sedangkan orang yang
lainnya menyuntikkan hormon ovaprim. Santoso(1997) menambahkan penyuntikan
disarankan mengarah ke bagian depan(arah kepala) ikan, agar tidak mengenai organ bagian
pencernaan dan tulang ikan. Apabila mengenai organ tersebut maka proses penyuntikkan
tidak akan memacu kelenjar hipofisa untuk mengeluarkan hormon GnRH dalam proses
pemijahan (tidakterjadinya proses pemijahan). Banyak halyang harus diperhatikan ada saat
melakukan penyuntikan, diantaranya: menggunakan jarum suntik yang tajam (bila
memungkinkan gunakan single use syringe), lakukan penyuntikan pada daerah yang memiliki
daging tebal untuk menghindari penyuntikan terkena tulang, jarum suntik diposisikan
menghadap mata untk menghindari kesalahan pembacaan jumlah hormon yang dimasukkan,
masukkan hormon dengan menekan spuit secara perlahan hindari adanya stress berlebihan
pada
ikandan cabut
jarum
suntik
secara
perlahan
guna
menghindari
adanya
Ovaprim digunakan sebagai agen perangsang bagi ikan untuk memijah, kandungan
GnRH akan menstimulus pituatari untuk mensekresikan GtH I dan GtH II. Sedangkan anti
dopamin menghambat hipotalamus dalam mensekresi dopamin yang memerintahkan pituatari
menghentikan sekresi GtH I dan GtH II. Ovaprim pada ikan berfungsi untuk menekan musim
pemijahan, mengatur kematangan gonad selama musim pemijahan normal, merangsang
produksi sperma pada jantan untuk periode waktu yang lama dan volume yang lebih banyak,
merangsang pematangan gonad sebelum musim pemijahan, maksimalkan potensi reproduksi,
mempertahankan materi genetik pada beberapa ikan yang terancam punah dan
mempersingkat periode pemijahan lebih efektif bila dibandingkan dengan menggunakan
hormon hipofisa.
Dosis yang diberikan pada ikan memengaruhi waktu memijah dari ikan yang
bersangkutan. Sebagai perbandingan, dibawah ini terdapat data hasil penelitian Zudin
Assubukin (2001), Dept. Of Animal Husbandry mengenai waktu latensi pemijahan yang
tercepat sampai terlama adalah sebagai berikut: dosis 0,3 ml/kg/bw (507 menit; 8.27 jam),
diikuti dengan dosis 0,4 ml/kg/bw (573 menit; 9.33 jam), 0,2 ml/kg/bw (576 menit; 9.36 jam)
dosis 0,5 ml/kg/bw (607 menit; 10.17 jam), dan dosis 0,1 ml/kg/bw (691 menit; 11.31jam),
sedangkan kontrol tidak mengalami ovulasi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa penggunaan hormon ovaprim dengan dosis yang berbeda terhadap waktu
latensi pemijahan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah sebagai berikut: waktu latensi
pemijahan pada dosis 0,3 ml/kg/bw, hatching rate (HR) pada dosis 0,4 ml/kg/bw dan survival
rate (SR) pada dosis 0,3 ml/kg/bw. Berdasarkan penelitian ini dapat disarankan penggunaan
hormon ovaprim yang optimum untuk pemijahan ikan lele dumbo adalah 0,3 ml/kg/bw.
IV. KESIMPULAN
Dari demonstrasi yang dilakukan diharapkan pembenih ikan lele dapat mengetahui cara
dan melakukan penyuntikan hormon yang baik dan benar serta mengetahui dosis yang
digunakan pada saat penyuntikan yang dibutuhkan dan organ yang menjadi target
penyuntikan ovaprim.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso,1997. Teknik penyuntikan sperma pada ikan. http://www.teknik penyntikan
sperma (13Noovember 2009)
Sumantadinata, 1995. Pemijahan lele dumbo. http://ikanmania.wordpress.
(13Noovember 2009)
Khairumandan Amri K, 2008. Buku pintarbudidaya 15 ikan konsumsi.
Agromedia:Jakarta