Oleh :
CINDY DENTI P.
115070207113038
LAPORAN PENDAHULUAN
3. Fisiologi Payudara
Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon.
Esterogen diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron
memulai perkembangan lobulus-lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial.
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon,
antara lain :
a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak
pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga
hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8
haid, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin
dilakukan. Begitu haid dimulai, semuanya berkurang.
c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa
kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus
alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari
hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus
mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
berbenjol-benjol dan konsistensi kenyal. Tumor ini tidak melekat pada jaringan
sekitarnya dan amat mudah untuk digerakkan. Biasanya FAM tidak disertai rasa
nyeri.
Neoplasma
jinak
ini
tidak
lagi
ditemukan
pada
masa
menopause
(Sjamsuhidajat, 2010).
2. Klasifikasi Fibroadenoma Mammae
Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam:
a)
Common Fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel
fibroadenoma.33 Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara
21-25 tahun. Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan
itu biasanya berbentuk oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas.
Sekitar 80% dari seluruh kasus fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma
tunggal.
b) Giant Fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan
diameter lebih dari 5 cm. Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar
4% dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada
wanita hamil dan menyusui. Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang
besar dan pembesaran massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant
fibroadenoma dapat merusak bentuk payudara dan menyebabkan tidak simetris
karena ukurannya yang besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan
pengangkatan terhadap tumor ini.
c) Juvenile Fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan,33 dengan insiden
0,5-2% dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile
fibroadenoma memiliki lesi yang multiple atau bilateral.18 Tumor jenis ini lebih
banyak ditemukan pada orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada orang
Kaukasia. Fibroadenoma mammae juga dapat dibedakan secara histologi antara
lain
-
Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau
beberapa lapis.
Fibroadenoma intracanaliculare
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Pertumbuhannya lambat
i.
j.
4. Penggunaan Hormon
Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaan
terhadap peningkatan hormon estrogen.33 Penggunaan kontrasepsi yang
komponen utamanya adalah estrogen merupakan faktor risiko yang
5. Patofisiologi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada
masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat
sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap hormon estrogen sehingga
kelainan ini sering digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya
ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah
digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Fibroadenoma mammae biasanya tidak
menimbulkan gejala dan ditemukan secara kebetulan. Fibroadenoma biasanya
ditemukan sebagai benjolan tunggal, tetapi sekitar 10%-15% wanita yang menderita
fibroadenoma memiliki beberapa benjolan pada kedua payudara.
Penyebab munculnya beberapa fibroadenoma pada payudara belum
diketahui
secara
jelas
dan
pasti.
Hubungan
antara
munculnya
beberapa
Mendesak
jaringan
sekitar
Menekan
jaringan pada
mammae
Mammae
membengk
Berat badan
Massa tumor
mendesak ke
jaringan luar
Nutirisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Infiltrasi pleuro
Interupsi sel
Aliran darah
Necrosa
jaringan
Ukuran mammae
abnormal
Mammae
G3 body
image
Perfusi
jaringan
terganggu
G3
keb.oksigenasi
Bakteri
patogen
Kurang
pengetahu
an
Ancietas
G3 integritas
kulit dan
jaringan
Pembedah
Diskontinuit
as jaringan
hypoxia
Nyeri
Ulkus
Ekspansi paru
Mendesak pembuluh
Pengeluaran
Peningkatan
konsistensi
mammae
Suplai nutrisi
ke jaringan
lain
Mendesak sel
Infeksi
Luka
terkontaminasi
baktteri patogen
Daya tahan
tubuh
menurun
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Biopsi
b. Pembedahan
c. Hormonal
d. PET ( Positron Emision Tomografi )
e. Mammografi
f. Angiografi
g. MRI
h. CT Scan
i. Foto Rontqen ( x ray )
j. Blood Study
7. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Konsep dasar
dari pencegahan primer adalah untuk menurunkan insiden penyakit.25 Cara yang
dilakukan
adalah
dengan
menghindari
faktor-faktor
tertentu
yang
dapat
karsinogenik.
Menggunakan
atau
mengkonsumsi
zat
dan
bahan
yang
dapat
terjadinya FAM.
Pemeriksaan Payudara
Sendiri
(SADARI).
Pemeriksaan
terhadap
8. Diagnosa
Fibroadenoma dapat didiagnosa dengan tiga cara, yaitu dengan pemeriksaan
fisik (phisycal examination), pemeriksaan radiologi (dengan foto thorax dan
mammografi atau ultrasonografi), dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC).
a.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik penderita diperiksa dengan sikap tubuh duduk tegak
atau berbaring atau kedua-duanya. Kemudian diperhatikan bentuk kedua
payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan, adanya kulit berbintik, seperti kulit jeruk,
ulkus, dan benjolan. Kemudian dilakukan palpasi dengan telapak jari tangan
yang
digerakkan
perlahan-lahan
tanpa
tekanan
pada
setiap
kuadran
Mammografi
Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai
jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglanduler yang relatif sedikit.
Pada mammografi, keganasan dapat memberikan tanda-tanda primer dan
sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign (Stelata), adanya
perbedaan
yang
nyata
antara
ukuran
klinis
dan
radiologis,
adanya
Ultrasonografi (USG)
Untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat payudara usia muda karena
fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik jika
menggunakan mammografi. Pemeriksaan ini hanya membedakan antara lesi
atau tumor yang solid dan kistik. Pemeriksaan gabungan antara USG dan
mammografi memberikan ketepatan diagnosa yang tinggi.
9. Penatalaksanaan Medis
Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai berikut:3
a.
Ukuran
b.
c.
d.
C.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.
Sistem Integumen.
1) Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus.
2) Inspeksi kemerahan & gatal, eritema.
3) Perhatikan pigmentasi kulit.
4) Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah
b.
Sistem Gastrointestinalis
1) Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah
pemberian kemotherapi.
2) Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3) Kaji diare & konstipasi
4) Kaji anoreksia
5) Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
c.
Sistem Hematopoetik.
1) Kaji Netropenia
Kaji tanda infeksi
Auskultasi paru
Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
Kaji suhu
2) Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 menengah, < 20.000/m3 berat
3) Kaji Anemia
e.
Sistem Neuromuskular
1) Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
2) Perhatikan adanya parestesia
3) Evaluasi refleks
4) Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
5) Kaji gangguan pendengaran
6) Diskusikan ADL
f.
Sistem genitourinari
1) Kaji frekwensi BAK
2) Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
3) Kaji : hematuria, oliguria, anuria
4) Monitor BUN, kreatinin
2. Rencana Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay vaskularisasi
atau efek samping therapy/tindakan, ditandai dengan :
DS :
DO :
Gangguan prilaku
Respon autonomic
Independent :
1)
Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1 10)
dan upaya untuk mengurangi nyeri.
2)
3)
4)
Kolaborasi :
1)
2)
Mengungkapkan keputusasaan.
Mengungkapkan kelemahan
DO :
Independent :
1)
Diskusi dengan klien tentang diagnosa dan tindakan guna membantu klien
agar dapat aktif kembali sesuai ADLs.
2)
3)
Dorong untuk melakukan diskusi dan menerima pemecahan masalah dari efek
yang terjadi.
4)
5)
6)
Kolaborasi :
1)
2)
Independent :
1)
2)
3)
Sarankan klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, salep dan powder
jika bukan order/ijin dari dokter atau perawatnya.
4)
Kolaborasi :
1)
2)
DO :
Klien mengenal dan mengetahui informasi penyakit, prognosa, dan tindakan yang
perlu dilakukan dengan kriteria :
Independent :
1)
2)
Jelaskan, beri gambaran dan kaji persepsi klien tentang neoplasma dan
penanganannya. Kaitkan dengan pengalaman dari klien yang sama.
3)
Jelaskan dan tanya klien untuk komunikasi (umpan balik) dan mengkoreksi
konsepsi yang keliru tentang penyakit yang dideritanya.
4)
5)
6)
7)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,
(terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius.