117
riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dariTuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang-orang yang mengulangi (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.3
Terlepas dari pandangan teologis di atas, Eropa Kristen telah mengalami perkembangan yang pesat
dan mengagumkan dalam bidang perdagangan dan komersial pada umumnya selama berlangsungnya Perang
Salib. Antara abad ke-11 sampai 13 Eropa Kristen telah memperlihatkan kemajuan yang luar biasa dalam
kehidupan ekonominya. Fenomena perkembangan yang pesat di bidang ini telah mendorong Lopez dan Irving
menyebutnya sebagai suatu revolusi komersial (commercial revolution),4 sedangkan Pirenne menyebutnya
sebagai kebangkitan kembali ekonomi Eropa (revival of commerce).5 Menurut Lewis, perkembangan dalam
bidang perdagangan ini merupakan satu-satunya pengaruh yang paling kuat dan membekas dari peristiwa
Perang Salib.6 Hal senada dikemukakan pula oleh Hillenbrand yang menyatakan bahwa Perang Salib telah
menimbulkan efek utama, yaitu terbukanya atau meningkatnya perdagangan antara Timur dan Barat. 7
Perang Salib dengan demikian telah melahirkan rute perdagangan sendiri antara Timur dan Barat yang bisa
disebut sebagai rute salib.
A. Perdagangan di Dunia Islam dan Eropa Kristen
Kehidupan perekonomian Abad Pertengahan, demikian dikatakan Atiya, tidak bisa dilepaskan dari
perkembangan ekonomi dan pertukaran barang secara internasional yang terjadi antara Timur dan Barat
atau dunia Islam dan Eropa Kristen.8 Di Eropa Kristen, perdagangan
internasional ini berawal dan berpusat d kota-kota maritim Italia. 9 Kegiatan di bidang ini telah
memberikan kekayaan dan kemakmuran yang mengagumkan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kota-kota Italia, seperti: Genoa, Pisa, Florence, dan Venesia, telah mengalami perkembangan yang sangat
sensasional.10 Terjadinya peningkatan ekonomi yang pesat ini tentu tidak dilatarbelakangi oleh sistem
3AhOuran dan Terjemahnya (Jakarta: Departeman Agama Republik Indonesia, 1989), hlnfc 69.
4Robert S. Lopez dan Irving W. Rayrnod, Medieval Trade in The Meditteranean World (New York and London:
Columbia University Press, 1961), hlm. 49.
5Henri Pirenne, Economic, hlm. 25. Lihat juga Will Ourant, The Age of Faith (New York: Simon and Schuster,
1950), hlm. 614*649.
6Bernard Lewis, Muslim Menemukan Eropa, terj. Ahmad NiamuHah Muiz (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1988), hlm.
11.
71 Carole Hillenbrand, Perang Salib: Sudut Pandang Islam, terj. Heryadi (Jakarta: Serambi, 2005), hlm. 486.
8 Aziz S. Atiya, Crusade, Commerce and Culture (Gloucester: fndiana University Press, 1969), hlm. 162.
9Francois L. Ganshof, The Middle Ages: A History of International Relations (London and New York: Harper & Row Publisher,
1968), him. 104.
10Christopher Brooke, Europe in The Middle Ages (London and New York: tongman, 1987),hkn. 86.
pertanian feodal11 masyarakat Eropa Kristen ketika itu, melainkan karena dinamika perdagangan dan
industri yang terjadi di wilayah-wilayah Mediterania Timur.12
Seperti diketahui, setelah abad ke-8 M dan seterusnya, Islam telah berkembang dan menjadi
agama yang dominan di banyak wilayah Afrika, Asia, dan Spanyol. Dunia Islam yang terbentang sejak dari
wilayah Maroko sampai ke Indonesia telah berkembang sesuai dengan kondisi geografisnya. Wilayahwilayah ini telah dipersatukan tidak hanya oleh agama yang sama, melainkan juga karena hubungan
perdagangan internasional di antara mereka.13
v' Dominasi rute-rute perdagangan internasional oleh kaum Muslimin yang terbentang dari Sahara
sampai ke Spanyol dan Laut Cina Selatan telah membantu perkembangan Islam dan perekonomian kaum
Muslimin. Meningkatnya perdagangan maritim sepanjang Lautan India ini telah menghubungkan Cina,
Jepang, Vietnam, dan Kamboja di Timur melalui selat Malaka dan kepulauan Indonesia. Dari wilayah-wilayah
ini, dengan melewati India dan Sri Lanka, produk-produk perdagangan dibawa ke arah barat menuju Persia,
Arabia, pantai Timur Afrika sampai ke Mozambiq, Mesir, Mediterania bagian selatan, dan akhirnya sampai ke
tangan para pedagang Venesia dan Genoa.14 ^
Selat Malaka di Asia Tenggara dan Selat Hormuz di Teluk Persia merupakan pilar pokok dalam sistem
perdagangan di dunia Islam. Melalui
11Kehidupan ekonomi di Eropa Kristen bersifat manoral (tanah bangsawan) dan berbasis pada ekonomi
agraris. Manor dan rumah tuan manor, budak, dan bangsawan adalah representasi aktivitas ekonomi Abad Pertengahan.
Lihat Henry S. Lucas, Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), hlm. 147.
12Aziz S. Atiya, Crusade, hlm. 162.
13n Craig A. Lockard, Seeds of Globalization" dalam Microsoft Encarta Reference Library2005.
14I I
14
Ibid.
jalur perdagangan ini, rempah-rempah dari Indonesia dan Afrika Timur; emas
dan timah dari Malaka; tekstil dari India; emas dari Zimbabwe; dan sutera,
porselin, serta teh dari Cina, yang dicari oleh para pedagang terus mengalir.
Ketika produk-produk ini sampai ke wilayah Eropa, mereka tertarik dan
berusaha untuk menemukan sendiri sumber produk-produk tersebut di Timur.
Eksplorasi maritim bangsa-bangsa Eropa ini mulai membuahkan hasilnya
pada abad ke-14 dan 15 M. Melalui jalur laut dengan melewati Afrika
Selatan, akhirnya mereka dapat mencapai India dan kepulauan Nusantara.15
v
Dilihat dari sudut perkembangan ekonomi, Abad Pertengahan secara
garis besar dapat dibagi menjadi tiga fase, demikian dikatakan oleh Atiya.
Fase pertama berlangsung dari abad ke-5 sampai abad ke-7. Pada fase ini,
pusaran dan pusat-pusat perdagangan terjadi di wilayah- wilayah Kekaisaran
Bizantium. Fase kedua berlangsung sejak abad ke-8 sampai akhir abad ke-11.
Fase ini memperlihatkan dominasi perdagangan yang dilakukan oleh orangorang Arab atau kaum Muslimin. Pada fase ini, seperti dikemukakan Watt,
perdagangan antara dunia Islam dan Eropa Kristen masih rendah dan kontak
perdagangan di antara keduanya berjalan lamban.16 Fase ketiga diasosiasikan
dengan bangkitnya kembali denyut nadi perdagangan dan perkembangan
ekonomi di wilayah- wilayah Eropa Selatan dan Utara.17 w
1. Dominasi Perdagangan Kaum Muslimin
Sampai akhir abad ke-7 atau permulaan abad ke-8, Afrika Utara
dan sebagian Spanyol serta Italia masih berada dalam kekuasaan Bizantium.
Pada masa ini, terjadi perang ekonomi-politikyang dilancarkan oleh
Kekaisaran Bizantium terhadap kaum Muslimin. Di lautan, meskipun terjadi
fluktuasi, armada-armada Bizantium tetap lebih unggul dan dominan.
Mereka dapat memaksa setiap kapal dagang untuk singgah di pelabuhanpelabuhan yang berada dalam kekuasaan mereka, seperti di pantai-pantai
Italia Selatan dan Adriatik. Di pihak lain, tentara kaum Muslimin juga
berusaha keras untuk melakukan penetrasi terhadap wilayah-wilayah yang
berada di bawah kontrol Bizantium. Akibat dari persaingan tersebut, wilayah
Mediterania terbagi menjadi dua bagian,
yang kurang lebih dipisahkan oleh garis yang melintang kira-kira dari
Rhodes ke Sisiiia.1*
Penyerangan kaum Muslimin ke wilayah Mediterania pada
akhir abad ke-7 ternyata telah menyebabkan terjadinya kemunduran
terhadap perdagangan di Eropa Kristen. Meskipun demikian, laut
15| Ibid.
16W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad
Pertengahan, terj. Hendro Prasetyo (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 25.
17Aziz S. Atiya, Crusade, hlm. 163.
18Ciaude Cahen, Commercial Relations Between the Near East and Western Europe
from VII* to Ihe XI Century dalam Khaiil i. Siemaan (ed.), Islam and the Medieval West
(Albany: State UnNersity of New York Press, 1980), him. 4-5.
19Henri Pirenne, Economic, htm. 15.
20Aziz S. Atiya, Crusade, him. 167.
21M J. van den Berg, dkk., Pengaruh Agama Islam dan Karel Agung (Djakarta:
Kementerian Pendidikan, Pengadjaran, dan Kebudajaan, 1956), him. 32.
22P.M. Holt, Ann K.S. Lambton, dan Bemard Lewis (ed.), The Cambrtdge History of
Islam, Vof. 2 (Cambridge: Cambridge University Press, 1970), hlm. 528.
23lt>id., hlm. 523. Lihat juga Caroie Hillenbrand, Perang, hlm, 491. Istilah karavan
mengacu kepada iring-iringan kelompok atau rombongan yang mengadakan suatu
perjalanan, khususnya di daerah padang pasir, (ed.)
122
24
24
26Kata dinar berasal dari bahasa Romawi danarius, sedangkan kata dirham berasal dari
kata Yunani drachma. Lihat pada catatan kaki Aziz S. Atiya, Cruaada, hlm. 167.
27m, hlm. 168.
124
2829 W. Montgomery Watt, Islam, hlm. 26. Lihat juga Carlton J.H. Hayas, dkk Hbtory ot
Europe (New York: The Macmillan Company, 1956), hlm. 245.
29 Ibid.| Ibid., hlm. 26*27.
Namun, berbeda dengan alasan Cahen dan Wi 30t, Uwl jMMfd menyebut
faktor agama sebagai faktor y H n y milatarb#l#k#rg| keengganan para pedagang
Muslim untuk datang langsung k# fropi Kristen, Menurut Lewis, keengganan tersebut
disebabkan adanya sikap tidak toleran dari para penguasa Eropa Kristen terhadap
para pendatang Muslim. Untuk menghadapi situasi seperti itu, tidaklah
mengherankan apabila para penguasa atau para pedagang Muslim yang m#mpony#j
kepentingan dengan Eropa Kristen cenderung mengirim utusan orang orang yang
beragama Kristen. Dengan demikian, para utusan ini #kan dapat melakukan
perjalanan dan berkomunikasi dengan mudah seria dapat menjalankan tugasnya
dengan baik.52
Secara prinsip, perjalanan yang dilakukan oleh seorang Muslin ke negerinegeri musuh (dar al-harbi) dianggap membahayakan jiwa dan agama. Gambaran
mengenai keengganan itu tercermin dalam ktitipan mengenai pembicaraan dua
orang bersahabat antara seorang Muslim yang bernama Usamah ibn Munqidh dengan
seorang Frank yang tinggal di Suriah.
Dalam pasukan Raja Fulk, anak Fulk, terdapat seorang kesatria pendeta
Frank yang datang dari negerinya untuk melakukan ziarah dan kemudian
bermaksud untuk kembali, la memiliki hubungan persahabatan yang sangat baik
dengan saya dan hubungan Itu tatap terjalin sampai-sampai ia memanggil saya
dengan sebutan "saudaraku*, Di antara kami terjalin ikatan yang baik dan
bersahabat. Ketika la memutuskan berlayar untuk kembali ke negerinya, la
berkata kepad saya:
'Saudaraku, saya akan kembali ke negeriku dan saya ingin anakmu ikut
bersamaku (anakku yang berumur 14 tahun, yang pada waktu itu bersamaku) ke
negeriku, di mana la akan melihat para kesatria dan belajar mengenai kearifan
dan kesopanan. Ketika ia kembali, ia akan menjadi seorang yang bijaksana".
Mendengar hal ini, telinga saya merasakan kata-kata yang menusuk, yang
rasanya mustahil keluar dari pikiran orang yang bijaksana; bagaimana jika anak
saya dijadikan tawanan, bagi seorang tawanan tidak ada lagi yang lebih malang
selain diambil dan dibawa ke negeri Franka, Namun, kemudian saya berkata
kepadanya:
'Dengar melihat kehidupanmu, demikian pula yang saya pikirkan. Namun
ada yang menahan saya untuk menyetujui gagasan itu. Nenek anak ini sangat
mencintainya dan tidak akan membolehkan anak ini meninggalkannya pergi bersama
saya kecuali saya berjanji membawanya pulang kepadanya'31
30 BemardLewis, Muslim Menemukan Eropa, ter|. Ahmad Niamullah Mu& (Jakarta
Firdaus, 1988). Mm. 77-78,180.
31Paut Halsall, Medieval Sourcebook: Usmah Ibn Munqidh (1095*1188):
Authobiography excerpt on the Franksdalam
http://www.fordham.edu/haisall/source/usamah2.html, Internet, diakses 2 Desember
2005. Lihat juga Bernard Lewis, Muslim, hlm. 75*78.
126
32Bernard Lewis, Muslim, hlm. 77. Lihat juga Harun Nasution, Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya, Jilid I (Jakarta: UI Press, 1979), hlm. 60.
33Dalam sejarah, hal mi dapat disaksikan pada kasus sekelompok kaum Muslimin yang
mendapat perlindungan dari Negus (Raja Ethopia) ketika hijrah ke Abyssinia. Negus, yang
beragama Kristen, dengan tangan terbuka menerima dan memberikan perlindungan kepada
kaum Muslimin. Lihat Alwi Shihab, Membedah Islam di Barat: Menepis Tudingan
Meluruskan Kesalahpahaman (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 43.
34Barbara H. Rosenwein, Middle Age" dalam Microsoft Encarta Reference Library 2005.
35Robert S. Lopez, "Of Towns and Trade" dalam Robert S. Hoyyt (ed.), Life and Thought
ki Earty Middle Ages (Minneapolis: The University of Minnesota Press, 1968), hlm.
45*46.
36Christopher Brooke, Europe, hlm. 86.
127
M),41 untuk kepentingan kekuasaannya, mereka pun merasa perlu untuk menjalin hubungan perdagangan
dengan orang-orang Italia. Dinasti Fathimiyyah memerlukan barang-barang yang dapat diperoleh dari para
pedagang Italia, terutama kayu. Para pedagang Italia yang telah menjalin kontak perdagangan dengan
mereka di Tunisia diperintahkan untuk terus menuju Mesir. Dari Mesir para pedagang Italia ini dapat
membawa produk berupajawas, suatu jenis bahan yang sangat diperlukan untuk industri ' tekstil, rempahrempah dan produk-produk lainnya.42
------
Pada abad ke-11, orang-orang Norman berhasil menaklukkan Italia bagian selatan dan Sisilia.
Secara perlahan mereka pun mulai melakukan ekspansi dan sedikit demi sedikit kekuatan di Mediterania
beralih tangan dari kaum Muslimin kepada orang-orang Kristen. Keadaan ini dimanfaatkan oleh para
pedagang Italia untuk lebih ekspansif dalam mengembangkan perdagangan. Kehadiran orang-orang Norman
di kawasan Mediterania telah menandai dimulainya fase ketiga dari sejarah perdagangan Abad Pertengahan
dan dimulainya rekristenisasi perairan Mediterania.43
Dua bersaudara orang Norman yang berkuasa dan berjasa bagi Eropa dalam membuka isolasi
perdagangan mereka adalah Robert Guiscard (1057-1085 M), Pangeran atau Adipati Apulia dan Roger I dari
Sisilia (1061-1101 M). Panaklukan yang dilakukan Robert atas kota Bari pada tahun 1071 M semakin
menegaskan kekuasaannya atas seluruh pemerintahan di Apulia. Pada tahun berikutnya, dengan dibantu oleh
saudaranya, Robert pun menyerang dan menguasai Palermo di Sisilia. Penaklukan atas pulau itu secara
penuh dan sempurna baru terjadi pada tahun 1091 M.44
Meskipun dua orang beraudara ini dalam beberapa hal bisa bekerja sama, tetapi ketika
menghadapi kaum Muslimin, keduanya memiliki sikap yang berbeda. Robert berusaha keras untuk mengusir
orang-orang Bizantium dan kaum Muslimin dari Italia Selatan, tetapi Roger justru melakukan kerja sama
dengan penguasa Muslim di Sisilia. Karena itu, untuk beberapa lama Sisilia tetap menjadi persimpangan
jalan bagi
41C.E. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, terj. Ilyas Masan (Bandung: Mizan, 1963), Mm. 70.
42Claude Cahen, "Commertiai Relatfon between the Near East and Western Europe from the VH to fte XI *
Century dalam KhaKi I. Semaan (ed.), Islam, him. 16. Lihat juga, W. Montgomery Watt, Islam, him. 27.
43| m., him. 15.
44* Aziz S. Atiya, Crusade, him. 169.
perdagangan orang-orang Kristen maupun kaum Muslimin. Pada periode ini tanpa
ada larangan para pedagang Maghribi pun dapat pergi ke Italia.
Perkembangan hubungan langsung para pedagang Italia dengan Mesir,
seperti telah disebutkan di atas, ternyata berakibat pada berkurangnya peran
Afrika Utara. Meskipun demikian, peran Maghribi bagi Eropa tetap besar. Hal ini
disebabkan karena para pedagang Maghribi memiliki komoditas andalan, yaitu
berupa emas dari Sudan. Pada saat yang bersamaan, Tunisia, Spanyol, dan Maghribi
menggunakan mata uang emas, yaitu koin emas yang dipakai oleh pemerintahan
Murabbithun. Seperti dikatakan Cahen, koin yang ditemukan di Eropa antara lain
juga merupakan koin yang berasal dari masa ini.45
Ketika Perang Salib diserukan pada tahun 1095 M, orang-orang Norman
merupakan bagian dari orang-orang yang memberikan sumbangan sekaligus
dukungan bagi pembukaan gerakan perang suci ini. Bohemond, saudara dari Robert
Guiscard, dan saudaranya Roger, bersama-sama dengan Tancred dan lainnya,
merupakan kelompok pertama dari gerakan ini. Dengan demikian, Perang Salib
Pertama telah membuka kembali secara lebar-lebar rute perjalanan dan
perdagangan menuju ke Timur.46
Meskipun para pedagang Italia diuntungkan dengan Perang Salib, pada
mulanya kota-kota dagang Italia agak ketakutan untuk mendukung gerakan perang
ini. Persoalannya berpangkal pada adanya dua pilihan yang harus mereka
pertimbangkan, yakni tugas kekristenan yang mengharuskan mereka membantu
tentara salib melawan kaum Muslimin dan mempertahankan hubungan baik mereka
dengan dunia Islam, karena selama ini semua keuntungan mereka sangat
bergantung kepada hubungan baik mereka dengan kaum Muslimin tersebut. Sebagai
orang Kristen mereka tentu tidak punya pilihan lain kecuali harus membantu
gerakan Perang Salib ini, sekalipun risikonya adalah kehilangan hak-hak
perdagangan mereka di wilayah-wilayah Muslim, seperti di pelabuhan Alexandria
misalnya.47 48
Selanjutnya, para pedagang Italia pun mulai menyadari posisi Perang Salib dan
keberadaan tentara salib di Timur. Jumlah pasukan salib
yang besar, yang terdiri dari para tentara, diplomat, dan juga para
peziarah, ternyata telah memberikan keuntungan yang tidak terbayangkan
sebelumnya. Melalui Perang Salib para pedagang Italia pun mulai merasakan
keuntungan lain, yaitu ditaklukkannya pelabuhan- pelabuhan baru.
45Claude Cahen, Commercial Relation between the Near East and Western Europe
from the VII81 to the XI * Century dalam Khalil I. Semaan (ed.), Islam, hlm. 17.
46Aziz S. Atiya, Crusade, hlm. 170.
47Steven Runclman, A History of the Crusades, Vol. III (England: Penguin Books,
1965),hlm. 356.
48n
mereka dengan dunia Islam. Anehnya, meskipun ada larangan, tetapi ada juga lisensi yang diberikan oleh
pihak gereja yang memberikan hak istimewa kepada para pedagang Italia untuk melakukan perdagangan
dengan dunia Islam. Lisensi itu antara lain dikeluarkan pada tahun 1198 oleh Paus Innocent III kepada para
pedagang Venesia. Dia mengatakan: "Kita, oleh karena itu... memberikan izin sampai kita membicarakannya
lebih jauh, untuk mendapatkan barang-barang, selain yang disebutkan, ke Mesir dan Babilon, kapan saja
diperlukan".50 Pada tahun 1297, Uskup Tartosa dan Barcelona dengan izin dari Paus Boniface secara rutin
meminta bagian 20-25% keuntungan dari para pedagang Catalan karena perdagangan mereka dengan kaum
Muslimin.51
Para pedagang Italia menyadari betul kalau keberadaan dan bantuan mereka sangat dibutuhkan
oleh pasukan salib. Para pedagang Genoa misalnya, telah mengirimkan bantuan pada saat Perang Salib
Pertama terjadi di Antiokia. Pasukan yang berasal dari orang-orang Pisa pun telah lebih dulu dikirim sebelum
berita tentang penaklukan Jerusalem sampai ke Eropa. Sementara itu, para pedagang Venesia yang memiliki
hubungan sangat dekat dengan Mesir harus memberikan bantuan mereka kepada Godfrey dari Lorraine
sampai meninggalnya. Kebijakan gereja yang melarang dilakukannya perdagangan dengan dunia Islam
ternyata tidak sebahaya seperti yang mereka perkirakan sebelumnya. Perdagangan mereka pun ternyata
tidak terpengaruh oleh ketegangan yang terjadi antara Mesir dan tentara salib.52
Larangan seperti yang dikeluarkan pihak gereja ternyata tidak dialami oleh para pedagang di
dunia islam. Meskipun sedang berhadapan dengan tentara salib, para penguasa Muslim di Mesir tidak
mengeluarkan larangan untuk menghentikan perdagangan mereka dengan para pedagang Kristen. Para
penguasa Muslim sebenarnya memiliki kewenangan untuk menutup Alexandria dari kapal-kapal dagang Italia
yang Kristen, tetapi itu tidak dilakukannya. Bersamaan dengan itu, juga tidak terdapat fatwa yang melarang
kaum Muslimin untuk berdagang dengan orang-orang Kristen.
Melalui Perang Salib, keuntungan paling besar yang dirasakan kota-kota dagang Italia adalah
dikuasainya kembali Laut Mediterania.
Kontrol perdagangan dari Bosporus dan Suriah ke Selat Gibraltar kembali berada di tangan mereka. Karena
alasan tersebut, sejak akhir abad ke-11, gerakan ekonomi yang berada di wilayah ini dengan cepat
menyebar ke wilayah utara atau ke Eropa bagian dalam. 53 Kebangkitan kembali perdagangan laut dengan
cepat telah menggerakkan perdagangan di wilayah daratan. Permintaan yang meningkat pada komoditas
hasil pertambangan, linen, dan pakaian wol, serta biji-bijian, telah pula merangsang pesatnya bidang
pertanian di Eropa bagian dalam.54
Perang Salib dengan demikian telah membangkitkan kembali aktivitas perdagangan dan komersial
pada umumnya di Eropa Kristen. Bahkan, dapat dikatakan bahwa meningkatnya perdagangan ini merupakan
50Paul Haisali, Medieval Sourbook: Pope Innocent III: Ucence to Venice to Trade with the Saracens, 1198" dalam
halsall@murra.fordham.edu. Internet, diakses 2 Desember 2005.
51Chapter Seven: Medieval Silver and Gold" dalam http://www.geoiogy.ucdavis.edu/* cowen/Gel115/115CH7.html, Internet, diakses 3 Desember 2005.
52Steven Runciman, A History, hlm. 356.
53Henri Pirenne, Economic, hlm. 32.
54Catriona Macperon, Medieaval Merchants and Artisan dalam http://www.florilegium
org/files/COMMERCE/Med-Merchants-CA.html, Internet, diakses 2 Desember 2005.
pengaruh terpenting dari Perang Salib, dan kebangkitan kembali Eropa berawal dari perang ini. 55 Para ahli
sejarah pun berpendapat bahwa Perang Salib sepenuhnya bertanggungjawab terhadap kebangkitan kembali
perdagangan Barat dan Timur ini.56
18
dijadikan sarana oleh pasukan Muslim untuk berperang dengan tentara salib atau
bahkan dengan mereka sendiri.62
Karena kecerdikan yang dimilikinya, orang-orang Venesia pun berhasil
membujuk dan memanfaatkan tentara salib. Tentara salib telah dimanfaatkan oleh
orang Venesia untuk menaklukkan Pelabuhan Zara, rivalnya yang berada di Pantai
Dalmatia. Akhirnya Pelabuhan Zara dapat dikuasai pada tahun 1202 M. Lebih dari
itu, dengan bantuan tentara salib, Venesia pun dapat menguasai dan merampok
Konstantinopel pada tahun 1204 M. Orang Venesia berhasil menguasai ibukota dan
memperoleh lebih setengah dari wilayah Bizantium. Mereka mampu bertahan
menguasai wilayah ini kira-kira selama dua generasi dan mereka pun mendominasi
perdagangan di Mediterania Timur.63
c. Bangkitnya Perdagangan di Eropa Bagian Dalam
Bersamaan dengan kemajuan yang pesat kota-kota Italia di Mediterania,
terjadi penetrasi ke Eropa bagian dalam. Kegiatan komersial yang semula berpusat
di Italia dengan cepat menyebar ke wilayah Eropa bagian dalam, dan memberikan
kemakmuran baru terhadap penduduk- penduduk kota yang menjadi jalur utama
perdagangan. Meningkatnya lalu lintas di sepanjang jalur-jalur perdagangan
tersebut telah pula mendorong munculnya tempat-tempat tinggal yang baru.64
Karena ekspansi perdagangan para pedagang Italia, beberapa kota
penting di luar Italia mulai berkembang dengan cepat. Telah terjadi pertumbuhan
dan perkembangan kota-kota di sepanjang sungai Danube, Rhine, dan Rhone; di
sekitar Laut Utara dan Baltik; dan juga di negara-negara, seperti Belgia,
Luxemburg, dan Nederland. Di kota-kota inilah jalur perdagangan utara dan
selatan bertemu. Pertumbuhan dan perkembangan kota-kota ini tidak hanya telah
merangsang produksi di bidang pertanian, tetapi bahkan telah melahirkan industri
ekspor.
62Ibid.
63Ibid.
64Claude Cahen, Commercial Relation between the Near East and Western Europe
from the VII * to the XI * Century dalam Khalil I. Semaan (ed.), Islam, hlm. 16.
19
___________________ ,
67E. Ashtor, A Social and Economic History of The Near East in The Middle
Ages (Berketey: University of California Press, 1976), hlm. 196-197.
68Ibid., hlm. 240.
69Ibid.
untuk mengimpor besi, kayu, dan ter ke Mesir. Padahal barang-barang ini
merupakan bagian dari barang yang diembargo gereja untuk dunia Islam.70
70Ibid. Lihat juga Norman Daniel, The Arabs and Medieval Europe (London:
Longman, 1979), hlm. 211-212.
71 m, hlm. 288.
7291 Philip K. Hitti. Htsfory, hlm. 833*834.
7393 Karen Armsirong, Holy, hlm. 303.
141