Anda di halaman 1dari 26

mi

KEBANGKITAN EKONOMI EROPA KRISTEN


Secara teologis. ada perbedaan antan Kristen dan Islam dalam
memandang kegiatan perdagangan dan komersial pada umumnya.
lAemuutRkonne, sejak awal gereja telah memandang sinis atau bahkan
memusuhi kegiatan perdagangan dan komersial pada umumnya. IlMNttfiganhauntungan yang diperoleh dari kegiatan perdagangan dan hamersial
dipandang gereja sebagai sesuatu yang akan membahayakan hMhMMtart umat
Ohh karena Ita perkembangan yang terjadi di dunia Kristen dalam hidang
perdagangan dan komersial tidak diragukan lagi ialah mewahkan pPiafc gereja
Apebla
agama Kristen
bersiap
menghalang-halangl'kegiatan
perdagangan dan komersial maka tidak demikian halnya dengan talam. Iplafc
awai agama Idam lelah memberikan dukungan terhadap kegiatan
perdagangan dan komersial pada umumnya- Kaiaupun ada larangan dan
PliiMMepmlutiMn maka larangan dan pembatasan tersebut (Bmafcsudken
untuk margaga kesucian kegiatan perdagangan itu sendiri. Contoh larangan
yang terkait dengan bidang ini adalah larangan terhadap ptakuk riba dan
ptaktfk-ptafcrik penipuan lainnya.* Dalam al- Ouran surat sllegatah |2t. ZIS
dftatakan yang artinya sebagai berikut Orang orang sang makan (mengambil)
riba
tidak
dapat
berdiri,
mahhdau
ninuilwitntwi
arang
wmgi>njhrmanitrnfftfrirtinrr pohanaig penyakit g*b Keadaan mereka
yang demlian ku disebabkan maraki bertara IbarpandaprO sesungguhnya
juri briiku sama dengan ribo padahal Alah tdah menghaWkan juai bel dan
mengharamkan
'M Mm, dnmm aw sww mm/u mmw 6mpr fm km Hmwt bnw *
term. t. mn m.
m
* Hnam menwa. M m UM a* M HM pama* km
*s

117

riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dariTuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang-orang yang mengulangi (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.3

Terlepas dari pandangan teologis di atas, Eropa Kristen telah mengalami perkembangan yang pesat
dan mengagumkan dalam bidang perdagangan dan komersial pada umumnya selama berlangsungnya Perang
Salib. Antara abad ke-11 sampai 13 Eropa Kristen telah memperlihatkan kemajuan yang luar biasa dalam
kehidupan ekonominya. Fenomena perkembangan yang pesat di bidang ini telah mendorong Lopez dan Irving
menyebutnya sebagai suatu revolusi komersial (commercial revolution),4 sedangkan Pirenne menyebutnya
sebagai kebangkitan kembali ekonomi Eropa (revival of commerce).5 Menurut Lewis, perkembangan dalam
bidang perdagangan ini merupakan satu-satunya pengaruh yang paling kuat dan membekas dari peristiwa
Perang Salib.6 Hal senada dikemukakan pula oleh Hillenbrand yang menyatakan bahwa Perang Salib telah
menimbulkan efek utama, yaitu terbukanya atau meningkatnya perdagangan antara Timur dan Barat. 7
Perang Salib dengan demikian telah melahirkan rute perdagangan sendiri antara Timur dan Barat yang bisa
disebut sebagai rute salib.
A. Perdagangan di Dunia Islam dan Eropa Kristen
Kehidupan perekonomian Abad Pertengahan, demikian dikatakan Atiya, tidak bisa dilepaskan dari
perkembangan ekonomi dan pertukaran barang secara internasional yang terjadi antara Timur dan Barat
atau dunia Islam dan Eropa Kristen.8 Di Eropa Kristen, perdagangan
internasional ini berawal dan berpusat d kota-kota maritim Italia. 9 Kegiatan di bidang ini telah
memberikan kekayaan dan kemakmuran yang mengagumkan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kota-kota Italia, seperti: Genoa, Pisa, Florence, dan Venesia, telah mengalami perkembangan yang sangat
sensasional.10 Terjadinya peningkatan ekonomi yang pesat ini tentu tidak dilatarbelakangi oleh sistem

3AhOuran dan Terjemahnya (Jakarta: Departeman Agama Republik Indonesia, 1989), hlnfc 69.
4Robert S. Lopez dan Irving W. Rayrnod, Medieval Trade in The Meditteranean World (New York and London:
Columbia University Press, 1961), hlm. 49.
5Henri Pirenne, Economic, hlm. 25. Lihat juga Will Ourant, The Age of Faith (New York: Simon and Schuster,
1950), hlm. 614*649.
6Bernard Lewis, Muslim Menemukan Eropa, terj. Ahmad NiamuHah Muiz (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1988), hlm.
11.
71 Carole Hillenbrand, Perang Salib: Sudut Pandang Islam, terj. Heryadi (Jakarta: Serambi, 2005), hlm. 486.
8 Aziz S. Atiya, Crusade, Commerce and Culture (Gloucester: fndiana University Press, 1969), hlm. 162.
9Francois L. Ganshof, The Middle Ages: A History of International Relations (London and New York: Harper & Row Publisher,
1968), him. 104.
10Christopher Brooke, Europe in The Middle Ages (London and New York: tongman, 1987),hkn. 86.

pertanian feodal11 masyarakat Eropa Kristen ketika itu, melainkan karena dinamika perdagangan dan
industri yang terjadi di wilayah-wilayah Mediterania Timur.12
Seperti diketahui, setelah abad ke-8 M dan seterusnya, Islam telah berkembang dan menjadi
agama yang dominan di banyak wilayah Afrika, Asia, dan Spanyol. Dunia Islam yang terbentang sejak dari
wilayah Maroko sampai ke Indonesia telah berkembang sesuai dengan kondisi geografisnya. Wilayahwilayah ini telah dipersatukan tidak hanya oleh agama yang sama, melainkan juga karena hubungan
perdagangan internasional di antara mereka.13
v' Dominasi rute-rute perdagangan internasional oleh kaum Muslimin yang terbentang dari Sahara
sampai ke Spanyol dan Laut Cina Selatan telah membantu perkembangan Islam dan perekonomian kaum
Muslimin. Meningkatnya perdagangan maritim sepanjang Lautan India ini telah menghubungkan Cina,
Jepang, Vietnam, dan Kamboja di Timur melalui selat Malaka dan kepulauan Indonesia. Dari wilayah-wilayah
ini, dengan melewati India dan Sri Lanka, produk-produk perdagangan dibawa ke arah barat menuju Persia,
Arabia, pantai Timur Afrika sampai ke Mozambiq, Mesir, Mediterania bagian selatan, dan akhirnya sampai ke
tangan para pedagang Venesia dan Genoa.14 ^
Selat Malaka di Asia Tenggara dan Selat Hormuz di Teluk Persia merupakan pilar pokok dalam sistem
perdagangan di dunia Islam. Melalui

11Kehidupan ekonomi di Eropa Kristen bersifat manoral (tanah bangsawan) dan berbasis pada ekonomi
agraris. Manor dan rumah tuan manor, budak, dan bangsawan adalah representasi aktivitas ekonomi Abad Pertengahan.
Lihat Henry S. Lucas, Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), hlm. 147.
12Aziz S. Atiya, Crusade, hlm. 162.
13n Craig A. Lockard, Seeds of Globalization" dalam Microsoft Encarta Reference Library2005.
14I I

14

Ibid.

jalur perdagangan ini, rempah-rempah dari Indonesia dan Afrika Timur; emas
dan timah dari Malaka; tekstil dari India; emas dari Zimbabwe; dan sutera,
porselin, serta teh dari Cina, yang dicari oleh para pedagang terus mengalir.
Ketika produk-produk ini sampai ke wilayah Eropa, mereka tertarik dan
berusaha untuk menemukan sendiri sumber produk-produk tersebut di Timur.
Eksplorasi maritim bangsa-bangsa Eropa ini mulai membuahkan hasilnya
pada abad ke-14 dan 15 M. Melalui jalur laut dengan melewati Afrika
Selatan, akhirnya mereka dapat mencapai India dan kepulauan Nusantara.15
v
Dilihat dari sudut perkembangan ekonomi, Abad Pertengahan secara
garis besar dapat dibagi menjadi tiga fase, demikian dikatakan oleh Atiya.
Fase pertama berlangsung dari abad ke-5 sampai abad ke-7. Pada fase ini,
pusaran dan pusat-pusat perdagangan terjadi di wilayah- wilayah Kekaisaran
Bizantium. Fase kedua berlangsung sejak abad ke-8 sampai akhir abad ke-11.
Fase ini memperlihatkan dominasi perdagangan yang dilakukan oleh orangorang Arab atau kaum Muslimin. Pada fase ini, seperti dikemukakan Watt,
perdagangan antara dunia Islam dan Eropa Kristen masih rendah dan kontak
perdagangan di antara keduanya berjalan lamban.16 Fase ketiga diasosiasikan
dengan bangkitnya kembali denyut nadi perdagangan dan perkembangan
ekonomi di wilayah- wilayah Eropa Selatan dan Utara.17 w
1. Dominasi Perdagangan Kaum Muslimin
Sampai akhir abad ke-7 atau permulaan abad ke-8, Afrika Utara
dan sebagian Spanyol serta Italia masih berada dalam kekuasaan Bizantium.
Pada masa ini, terjadi perang ekonomi-politikyang dilancarkan oleh
Kekaisaran Bizantium terhadap kaum Muslimin. Di lautan, meskipun terjadi
fluktuasi, armada-armada Bizantium tetap lebih unggul dan dominan.
Mereka dapat memaksa setiap kapal dagang untuk singgah di pelabuhanpelabuhan yang berada dalam kekuasaan mereka, seperti di pantai-pantai
Italia Selatan dan Adriatik. Di pihak lain, tentara kaum Muslimin juga
berusaha keras untuk melakukan penetrasi terhadap wilayah-wilayah yang
berada di bawah kontrol Bizantium. Akibat dari persaingan tersebut, wilayah
Mediterania terbagi menjadi dua bagian,
yang kurang lebih dipisahkan oleh garis yang melintang kira-kira dari
Rhodes ke Sisiiia.1*
Penyerangan kaum Muslimin ke wilayah Mediterania pada
akhir abad ke-7 ternyata telah menyebabkan terjadinya kemunduran
terhadap perdagangan di Eropa Kristen. Meskipun demikian, laut
15| Ibid.
16W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad
Pertengahan, terj. Hendro Prasetyo (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 25.
17Aziz S. Atiya, Crusade, hlm. 163.

tersebut masih tetap terbuka bagi orang-orang Kristen dari wilayah


lain, seperti dari Italia Selatan, Adriatik, dan Laut Aegean. 18 19 Sejak
masa itu secara praktis Laut Mediterania menjadi danaunya kaum
Muslimin. Wilayah ini selanjutnya menjadi wilayah yang terbuka bagi
perdagangan dari semua negeri yang berada di bawah kekuasaan kaum
Muslimin. Salah satu akibat dari penguasaan wilayah ini adalah
terjadinya perkembangan yang mengejutkan dalam bidang perdagangan
dan ekonomi di dunia Islam. Terjadinya peningkatan atas potensipotensi perdagangan ini sungguh di luar perkiraan.20
Meskipun Laut Mediterania berada dalam kekuasaan kaum
Muslimin, tidak benar jika dikatakan perdagangan di wilayah tersebut
berhenti sama sekali, demikian dikatakan Pirenne. Perdagangan di
wilayah itu justru semakin ramai, termasuk kegiatan perdagangan yang
dilakukan oleh orang-orang Italia. Perdagangan rempah-rempah dari
Timur tetap berjalan dan pelabuhan-pelabuhan pun tetap ramai.
Perdagangan terus berlangsung tetapi arahnya yang berubah. Meskipun
kebanyakan para pedagang Muslim membawa barang-barang
dagangannya ke wilayah- wilayah yang berada dalam kekuasaan
pemerintahan Islam, mereka tetap menjalin perdagangan dengan Eropa
Kristen. Rute perdagangan baru pun muncul. Sungai Volga telah
dijadikan sebagai rute perdagangan yang menghubungkan Laut Kaspia
dengan Laut Timur, dan orang-orang Skandinavia yang mengunjungi
Laut Utara mempergunakan jalur baru tersebut. Bukti telah terjalinnya
interaksi perdagangan ini adalah adanya mata uang Timur (Islam) yang
ditemukan di daerah Gotland.21
Mengiringi perkembangan di atas, secara perlahan kota-kota,
seperti Baghdad, Kairo, dan Cordova, menjelma menjadi pusat-pusat
perdagangan dan perekonomian yang, mengalahkan Konstantinopel.

18Ciaude Cahen, Commercial Relations Between the Near East and Western Europe
from VII* to Ihe XI Century dalam Khaiil i. Siemaan (ed.), Islam and the Medieval West
(Albany: State UnNersity of New York Press, 1980), him. 4-5.
19Henri Pirenne, Economic, htm. 15.
20Aziz S. Atiya, Crusade, him. 167.
21M J. van den Berg, dkk., Pengaruh Agama Islam dan Karel Agung (Djakarta:
Kementerian Pendidikan, Pengadjaran, dan Kebudajaan, 1956), him. 32.

Seperti pada kebanyakan kota-kota Abad Pertengahan, demikian juga yang


terjadi pada kota-kota di dunia Islam, kegiatan perdagangan dan
perekonomian pada umumnya mengelompok di suatu ruas jalan atau
beberapa ruas jalan. Perdagangan dengan suatu jenis barang yang sama
biasanya berada dalam satu blok atau kelompok. Dalam hai ini kegiatan
perdagangan dalam suatu jenis barang biasanya diikat dalam suatu
organisasi. Namun, masih sulit untuk mengatakan apakah organisasi
perdagangan yang demikian ini berada di bawah kontrol pemerintah atau
bersifat spontan seperti yang terjadi pada pengalaman gilda-gilda di Eropa
Kristen, demikian dikatakan Cahen.22
Pada periode Abbasiyyah, Baghdad selain berkedudukan sebagai
ibukota pemerintahan, juga berperan sebagai pusat kehidupan perdagangan
dan perekonomian. Di kota inilah antara lain perdagangan dari wilayah
timur dan barat bertemu. Di kota ini terdapat pula industri- industri
manufaktur, seperti kain, sutera, permadani, perhiasan-perhiasan, senjata
dari logam, serta berbagai barang dari emas dan perak. Pada awal abad ke12, seiring dengan ekspansi perdagangan para pedagang Eropa Kristen dan
terbukanya kembali jalur perdagangan akibat Perang Salib dengan wilayahwilayah yang dikuasai oleh kaum Muslimin, pusat gravitasi komersial
bergeser dan beralih dari Baghdad ke Mesir.23
Selain kota-kota di atas, kota-kota lain di dunia Islam pun telah
berkembang menjadi pusat perdagangan dan perekonomian. Basrah
misalnya, berkedudukan sebagai ujung dari rute perdagangan laut di Teluk
Persia yang menuju ke India, Sri Lanka, dan Hindia Timur. Al- Manshurah
menempati posisi penting dalam rute perdagangan darat ke India.
Samarkand dan Bukhara telah menghubungkan perdagangan dengan negerinegeri di Cina. Damaskus berada tepat dalam rute perdagangan antara
Baghdad dan Mediterania. Kairo dan Iskandariah menjadi pusat
perdagangan dan ekonomi di Mesir. Sedangkan Kairwan di Tunisia
merupakan pusat perdagangan dan ekonomi untuk wilayah Afrika Utara.
Rute perdagangan utama dari timur, baik melalui darat maupun
laut pada umumnya berhenti atau melintasi wilayah-wilayah yang berada

22P.M. Holt, Ann K.S. Lambton, dan Bemard Lewis (ed.), The Cambrtdge History of
Islam, Vof. 2 (Cambridge: Cambridge University Press, 1970), hlm. 528.
23lt>id., hlm. 523. Lihat juga Caroie Hillenbrand, Perang, hlm, 491. Istilah karavan
mengacu kepada iring-iringan kelompok atau rombongan yang mengadakan suatu
perjalanan, khususnya di daerah padang pasir, (ed.)

122

dalam kekuasaan kaum Muslimin. Kapal-kapal yang mengangkut bahan makanan


atau produk-produk lainnya dari India berlabuh di pantai-pantai Arab, seperti
Teluk Persia dan Laut Merah. Sedangkan rombongan dan iring-iringan para
pedagang dengan karavan24 25 untanya menyeberang dari Cina menuju ke seluruh
pasar-pasar yang ada di kota-kota dalam wilayah kekuasaan kaum Muslimin.
Kota-kota seperti yang telah disebutkan di atas, yang berada di bawah
kekuasaan pemerintahan Islam, memang menduduki posisi geografis yang sangat
cocok bagi kegiatan perdagangan dan ekonomi pada masa Itu. Produk-produk
pilihan dari Asia Timur dibawa melewati lembah Eufrat-Tigris menuju Bizantium
dan selanjutnya memasuki kawasan Eropa Kristen. Laut Kaspia merupakan daerah
dengan kegiatan perdagangan yang sibuk, karena di daerah ini terdapat pusatpusat perdagangan yang makmur, seperti Samarkand dan Bukhara. Perluasan
perdagangan ini meluas sampai ke daerah-daerah sekitar sungai Volga dan
Dnieper. Perkembangan ini antara lain dibuktikan dengan ditemukannya mata
uang Arab-lslam di Skandinavia, Jerman, dan Rusia.24
Selain komoditas yang berupa produk-produk manufaktur, terdapat juga
jenis tanaman Timur yang masuk ke Eropa. Jenis tanaman ini antara lain dibawa oleh
para pedagang Muslim yang mengadakan perjalanan ke Sisilia, Italia, dan Spanyol.
Pohon palm misalnya, telah diperkenalkan ke Spanyol dan Portugal. Jeruk, lemon,
aprikot, persik, serta berbagai jenis tanaman bunga, masuk ke Eropa melalui
perantaraan para pedagang Muslim. Bersamaan dengan itu diperkenalkan pula
metode pertaniannya.25
Dengan posisi yang strategis karena berada dalam jalur perdagangan
antara Asia Timur, Eropa dan Rusia, para pedagang Muslim dapat menjual aneka
tekstil yang berkualitas tinggi ke berbagai kawasan. Wilayah-wilayah perbatasan,
seperti Laut Kaspia dan Laut Hitam, memiliki akses dengan rute perdagangan
utara dan barat yang menuju ke Rusia dan Eropa Timur. Selain berperan menjadi
broker, para pedagang Muslim juga memproduksi kain sutera yang halus dan indah
dengan bahan dari Cina yang kemudian dipasarkan ke kawasan Eropa Kristen.
Selain itu, kaum Muslimin juga memproduksi kain wol, brokat, serta permadani.
Untuk produk yang disebut terakhir kebanyakan diproduksi di Persia.26

24

24

Henry S. Lucas, Sejarah, hlm. 65./M, hlm, 66.

25lbid.t hlm. 67.

Komoditas lain yang juga diproduksi di dunia Islam adalah kertas.


Diperkirakan orang-orang Arab belajar membuat kertas dari Cina. Kertas
telah diproduksi di Baghdad pada tahun 800 M. Secara bertahap kertas
juga diproduksi di Mesir (900 M), Maroko (1100 M), dan Spanyol (1150 M),
dan akhirnya di Sisilia. Selain kertas, berkembang pula industri kaca.
Suriah merupakan pusat industri ini, yang merupakan warisan sejak
zaman Phoenicia. Ubin berlapiskan kaca, vas logam, piring kaca, kristal
dan mosaik-mosaik juga telah diproduksi.
Selain memproduksi barang-barang di atas, kaum Muslimin Juga
telah mencetak uang sebagai alat tukar. Sebelum berakhirnya abad ke-7,
pemerintahan Islam telah mencetak uang logam sendiri, yaitu dinar emas
dan dirham perak.26 27 Kedua jenis mata uang logam ini menjadi rival bagi
nomisma Bizantium dalam transaksi internasional. Para khalifah pun
memiliki perhatian yang besar terhadap perdagangan dan mereka sangat
memperhatikan keamanan rute-rute perdagangan tersebut, sehingga
sirkulasi perdagangan dapat berlangsung dengan aman.
Sejak abad ke-9 dan abad-abad berikutnya, perdagangan di dunia
Islam mengarah pada perdagangan besar (emporium). Akibat dari
meningkatnya kehidupan di bidang perdagangan ini adalah melimpahnya
kekayaan yang dimiliki oleh para saudagar maupun pemerintah.
Diperkirakan pendapatan pajak perdagangan di kota-kota, seperti Aleppo,
Damaskus, dan Jerusalem di Suriah selama tahun 908 M dapat mencapai
2.000.000 dinar emas. Perkembangan yang terjadi di Spanyol jauh lebih
mencengangkan. Dalam laporan yang disampaikan oleh Hauqa! (975 M),
disebutkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari pajak pada masa
Khalifah Abd ar-Rahman III mencapai 20.000.000 dinar emas. Pendapatan
itu hanya atau baru dari perdagangan emas Sudan yang dibawa oleh
karavan ke Sijilmasa dan Maroko antara tahun 912 dan 951 M. Sebagai
akibat dari ekspansi perdagangan kaum Muslimin, mata uang dinar pun
kemudian berlaku sebagai mata uang yang digunakan secara luas di luar
wilayah kekuasaan kaum Muslimin.21

26Kata dinar berasal dari bahasa Romawi danarius, sedangkan kata dirham berasal dari
kata Yunani drachma. Lihat pada catatan kaki Aziz S. Atiya, Cruaada, hlm. 167.
27m, hlm. 168.

124

2. Kebangkitan Kembali Perdagangan Eropa Kristen


Menurut Watt, pola perdagangan antara dunia Islam dan Eropa Kristen
berkembang ke arah yang lebih pasti baru terjadi pada abad ke 28 29 10 atau fase
kedua dari sejarah perdagangan Abad Pertengahan, dan volumenya pun semakin
bertambah. Ciri terpenting dari kontak perdagangan pada masa ini adalah
pengangkutan barang-barang perdagangan yang dilakukan dengan menyeberangi
Laut Tengah tidak dilakukan langsung oleh para pedagang Arab, melainkan oleh
para pedagang Italia. Para pedagang Italia yang berasal dari Amalfl dan Venesla
adalah orang-orang pertama yang menemukan rute perdagangan ke Laut Tengah.
Mereka tidak hanya sampai ke Tunisia tetapi juga Mesir dan Suriah.29
Perjalanan dagang mereka ke wilayah-wilayah Muslim kemudian
diikuti oleh para pedagang Genoa dan Pisa. Selanjutnya dua bangsa yang disebut
terakhir ini mengalahkan posisi para pedagang Amalfi. Hal ini terjadi karena
Genoa dan Pisa merupakan kota pelabuhan yang sangat baik dan strategis untuk
menjadi tempat transit barang-barang perdagangan dari utara. Selain dilakukan
oleh para pedagang Italia, pengangkutan barang perdagangan dari Maroko atau
wilayah barat Islam, seperti Spanyol dan Afrika Utara ke wilayah timurnya,
ternyata dilakukan oleh para pedagang Yahudi Maroko.30
Menurut Cahen, seperti juga dikatakan oleh Watt, ada keengganan
para pedagang Muslim untuk melakukan kontak langsung dengan Eropa Kristen.
Keengganan tersebut bukanlah disebabkan karena mereka tidak mau melakukan
pengembaraan ke wilayah-wilayah non- Muslim atau karena merasa khawatir
dengan pengucilan yang mungkin dilakukan oleh para penguasa Eropa Kristen
terhadap mereka. Kurang berminatnya para pedagang Muslim melakukan kontak
langsung dengan Eropa Kristen, selain Italia dan Bizantium, terutama adalah
berkaitan dengan volume perdagangan yang dianggap masih relatif kecil. Selain
itu, mereka juga merasa akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak
apabila pengangkutan barang-barang Itu dilakukan oleh pedagang Italia sendiri. 31

2829 W. Montgomery Watt, Islam, hlm. 26. Lihat juga Carlton J.H. Hayas, dkk Hbtory ot
Europe (New York: The Macmillan Company, 1956), hlm. 245.
29 Ibid.| Ibid., hlm. 26*27.

Namun, berbeda dengan alasan Cahen dan Wi 30t, Uwl jMMfd menyebut
faktor agama sebagai faktor y H n y milatarb#l#k#rg| keengganan para pedagang
Muslim untuk datang langsung k# fropi Kristen, Menurut Lewis, keengganan tersebut
disebabkan adanya sikap tidak toleran dari para penguasa Eropa Kristen terhadap
para pendatang Muslim. Untuk menghadapi situasi seperti itu, tidaklah
mengherankan apabila para penguasa atau para pedagang Muslim yang m#mpony#j
kepentingan dengan Eropa Kristen cenderung mengirim utusan orang orang yang
beragama Kristen. Dengan demikian, para utusan ini #kan dapat melakukan
perjalanan dan berkomunikasi dengan mudah seria dapat menjalankan tugasnya
dengan baik.52
Secara prinsip, perjalanan yang dilakukan oleh seorang Muslin ke negerinegeri musuh (dar al-harbi) dianggap membahayakan jiwa dan agama. Gambaran
mengenai keengganan itu tercermin dalam ktitipan mengenai pembicaraan dua
orang bersahabat antara seorang Muslim yang bernama Usamah ibn Munqidh dengan
seorang Frank yang tinggal di Suriah.
Dalam pasukan Raja Fulk, anak Fulk, terdapat seorang kesatria pendeta
Frank yang datang dari negerinya untuk melakukan ziarah dan kemudian
bermaksud untuk kembali, la memiliki hubungan persahabatan yang sangat baik
dengan saya dan hubungan Itu tatap terjalin sampai-sampai ia memanggil saya
dengan sebutan "saudaraku*, Di antara kami terjalin ikatan yang baik dan
bersahabat. Ketika la memutuskan berlayar untuk kembali ke negerinya, la
berkata kepad saya:
'Saudaraku, saya akan kembali ke negeriku dan saya ingin anakmu ikut
bersamaku (anakku yang berumur 14 tahun, yang pada waktu itu bersamaku) ke
negeriku, di mana la akan melihat para kesatria dan belajar mengenai kearifan
dan kesopanan. Ketika ia kembali, ia akan menjadi seorang yang bijaksana".
Mendengar hal ini, telinga saya merasakan kata-kata yang menusuk, yang
rasanya mustahil keluar dari pikiran orang yang bijaksana; bagaimana jika anak
saya dijadikan tawanan, bagi seorang tawanan tidak ada lagi yang lebih malang
selain diambil dan dibawa ke negeri Franka, Namun, kemudian saya berkata
kepadanya:
'Dengar melihat kehidupanmu, demikian pula yang saya pikirkan. Namun
ada yang menahan saya untuk menyetujui gagasan itu. Nenek anak ini sangat
mencintainya dan tidak akan membolehkan anak ini meninggalkannya pergi bersama
saya kecuali saya berjanji membawanya pulang kepadanya'31
30 BemardLewis, Muslim Menemukan Eropa, ter|. Ahmad Niamullah Mu& (Jakarta
Firdaus, 1988). Mm. 77-78,180.
31Paut Halsall, Medieval Sourcebook: Usmah Ibn Munqidh (1095*1188):
Authobiography excerpt on the Franksdalam
http://www.fordham.edu/haisall/source/usamah2.html, Internet, diakses 2 Desember
2005. Lihat juga Bernard Lewis, Muslim, hlm. 75*78.

126

Penolakan atas permintaan untuk dibawa ke Eropa di atas dengan jelas


memperlihatkan adanya kekhawatiran terhadap sikap para penguasa Eropa Kristen.
Pada waktu itu, penduduk yang berada dalam wilayah kekuasaan mereka, demikian
juga dengan penduduk di wilayah taklukkan atau pendudukan, harus beralih menjadi
pemeluk Kristen. Oleh karena itu, kaum Muslimin merasa khawatir apabila
kunjungannya ke Eropa Kristen akan berakibat pada pemaksaan agama. 32 Meskipun
demikian, tidak ada halangan bagi kaum Muslimin untuk tetap berkunjung ke negerinegeri Kristen dan membangun koloni di sana selama mereka memperoleh jaminan
keamanan dan perlindungan dari para penguasanya.33
a. Bangkitnya Perdagangan Italia
Sejak abad ke-11 sampai abad ke-13, Eropa Kristen kelihatan mulai dan
telah membangun kembali dunia ekonominya.34 Kebangunan Eropa Kristen ini tidak
bisa dilepaskan dari perkembangan di bidang perdagangan. Menurut Lopez, pada
masa-masa inilah terjadinya revolusi komersial (commercialrevolution) di Eropa
Kristen. Alasannya adalah karena pada masa ini telah terjadi perkembangan ekonomi
yang spektakuler pada kota-kota dagang Italia, seperti Venesia, Genoa, dan
Florence.35 Venesia dan Genoa telah berkembang menjadi kota-kota yang sangat
kaya, kemudian juga beberapa kota di Eropa bagian dalam.36

32Bernard Lewis, Muslim, hlm. 77. Lihat juga Harun Nasution, Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya, Jilid I (Jakarta: UI Press, 1979), hlm. 60.
33Dalam sejarah, hal mi dapat disaksikan pada kasus sekelompok kaum Muslimin yang
mendapat perlindungan dari Negus (Raja Ethopia) ketika hijrah ke Abyssinia. Negus, yang
beragama Kristen, dengan tangan terbuka menerima dan memberikan perlindungan kepada
kaum Muslimin. Lihat Alwi Shihab, Membedah Islam di Barat: Menepis Tudingan
Meluruskan Kesalahpahaman (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 43.
34Barbara H. Rosenwein, Middle Age" dalam Microsoft Encarta Reference Library 2005.
35Robert S. Lopez, "Of Towns and Trade" dalam Robert S. Hoyyt (ed.), Life and Thought
ki Earty Middle Ages (Minneapolis: The University of Minnesota Press, 1968), hlm.
45*46.
36Christopher Brooke, Europe, hlm. 86.

127

Kebangkitan kembali perdagangan Eropa Kristen dimulai dari Italia,


Hal ini disebabkan karena Italia berhasil mempertahankan hubungan
perdagangannya dengan dunia Timur, yaitu dengan Kekaisaran Konstantinopel
dan dunia Islam. Sedangkan perdagangan di Eropa bagian dalam benar-benar
telah mengalami kemunduran.37 Sejak abad ke-9, para pedagang Italia, yaitu
bangsa ArrrSTfiT telah mengembangkan jaringan perdagangan dan politiknya
dengan kaum Muslimin Afrika Utara. Pada akhir abad ke-10, mereka
membangun hubungan perdagangannya dengan Mesir, yang ketika itu menjadi
ibukota Dinasti Fathimiyyah.38
Ekspansi perdagangan orang-orang Italia dengan menyeberangi
Mediterania telah membawa peningkatan ekonomi yang signifikan.
Perkembangan ini selanjutnya telah menyebabkan terbentuknya pasar- pasar
baru di Eropa, yang sekaligus mendukung dilakukannya kegiatan ^iromersiaipSda tingkat yang lebih luas. Kota-kota Italia yang berada di tepi pantai
menempati posisi yang strategis dalam kaitannya dengan lalu lintas
perdagangan, karena perdagangan Eropa dengan wilayah- wilayah yang ada di
sebelah timur dapat dipastikan akan melewati kota- kota dagang Italia ini. 39
Selain mengimpor barang-barang dari dunia Islam, kota-kota Italia
pun mengembangkan produk-produk manufaktur yang dapat dijual dj
sepanjang daratan Eropa. Venesia misalnya, telah mengembangkan
^roduit'prodOkTeperti sutera dan bahan-bahan dari kaca. Milan juga telah
mengembangkan produk yang sama, berupa produk-produk dari sutera.
Demikian juga Florence yang menghasilkan kain-kain wol dan sutera dengan
kualitas tinggi. Oleh karena itu, kota-kota Italia dengan cepat berkembang
menjadi kota-kota yang makmur dan menjadi pusat perekonomian melalui
kegiatan komersial dan manufakturnya. Karena itu, wajar apabila dikatakan
bahwa ekonomi Eropa Abad Pertengahan sangat bergantung pada
perkembangan ekonomi yang terjadi di Italia.40
Ketika Dinasti Fathimiyyah berhasil mengambil alih kekuasaan atas
Mesir dari Dinasti Ikhsyidiyyah pada pertengahan abad ke-10 (969

37 Catriona Macperon, Medieaval Merchants and Artisan dalam


http://www.florilegium. org/files/COMMRCE/Med-Merchants*CA.htm!, Internet, diakses 2
Desember 2005.
38Carlton J.H. Hayes, dkk., History, hlm. 245.
39Paul Farmer, The European World: A Historical Introduction (New York: Alfred A Knopf, 1951),
hlm. 254.
40 m, hlm. 254-255.

M),41 untuk kepentingan kekuasaannya, mereka pun merasa perlu untuk menjalin hubungan perdagangan
dengan orang-orang Italia. Dinasti Fathimiyyah memerlukan barang-barang yang dapat diperoleh dari para
pedagang Italia, terutama kayu. Para pedagang Italia yang telah menjalin kontak perdagangan dengan
mereka di Tunisia diperintahkan untuk terus menuju Mesir. Dari Mesir para pedagang Italia ini dapat
membawa produk berupajawas, suatu jenis bahan yang sangat diperlukan untuk industri ' tekstil, rempahrempah dan produk-produk lainnya.42
------
Pada abad ke-11, orang-orang Norman berhasil menaklukkan Italia bagian selatan dan Sisilia.
Secara perlahan mereka pun mulai melakukan ekspansi dan sedikit demi sedikit kekuatan di Mediterania
beralih tangan dari kaum Muslimin kepada orang-orang Kristen. Keadaan ini dimanfaatkan oleh para
pedagang Italia untuk lebih ekspansif dalam mengembangkan perdagangan. Kehadiran orang-orang Norman
di kawasan Mediterania telah menandai dimulainya fase ketiga dari sejarah perdagangan Abad Pertengahan
dan dimulainya rekristenisasi perairan Mediterania.43
Dua bersaudara orang Norman yang berkuasa dan berjasa bagi Eropa dalam membuka isolasi
perdagangan mereka adalah Robert Guiscard (1057-1085 M), Pangeran atau Adipati Apulia dan Roger I dari
Sisilia (1061-1101 M). Panaklukan yang dilakukan Robert atas kota Bari pada tahun 1071 M semakin
menegaskan kekuasaannya atas seluruh pemerintahan di Apulia. Pada tahun berikutnya, dengan dibantu oleh
saudaranya, Robert pun menyerang dan menguasai Palermo di Sisilia. Penaklukan atas pulau itu secara
penuh dan sempurna baru terjadi pada tahun 1091 M.44
Meskipun dua orang beraudara ini dalam beberapa hal bisa bekerja sama, tetapi ketika
menghadapi kaum Muslimin, keduanya memiliki sikap yang berbeda. Robert berusaha keras untuk mengusir
orang-orang Bizantium dan kaum Muslimin dari Italia Selatan, tetapi Roger justru melakukan kerja sama
dengan penguasa Muslim di Sisilia. Karena itu, untuk beberapa lama Sisilia tetap menjadi persimpangan
jalan bagi

41C.E. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, terj. Ilyas Masan (Bandung: Mizan, 1963), Mm. 70.
42Claude Cahen, "Commertiai Relatfon between the Near East and Western Europe from the VH to fte XI *
Century dalam KhaKi I. Semaan (ed.), Islam, him. 16. Lihat juga, W. Montgomery Watt, Islam, him. 27.
43| m., him. 15.
44* Aziz S. Atiya, Crusade, him. 169.

perdagangan orang-orang Kristen maupun kaum Muslimin. Pada periode ini tanpa
ada larangan para pedagang Maghribi pun dapat pergi ke Italia.
Perkembangan hubungan langsung para pedagang Italia dengan Mesir,
seperti telah disebutkan di atas, ternyata berakibat pada berkurangnya peran
Afrika Utara. Meskipun demikian, peran Maghribi bagi Eropa tetap besar. Hal ini
disebabkan karena para pedagang Maghribi memiliki komoditas andalan, yaitu
berupa emas dari Sudan. Pada saat yang bersamaan, Tunisia, Spanyol, dan Maghribi
menggunakan mata uang emas, yaitu koin emas yang dipakai oleh pemerintahan
Murabbithun. Seperti dikatakan Cahen, koin yang ditemukan di Eropa antara lain
juga merupakan koin yang berasal dari masa ini.45
Ketika Perang Salib diserukan pada tahun 1095 M, orang-orang Norman
merupakan bagian dari orang-orang yang memberikan sumbangan sekaligus
dukungan bagi pembukaan gerakan perang suci ini. Bohemond, saudara dari Robert
Guiscard, dan saudaranya Roger, bersama-sama dengan Tancred dan lainnya,
merupakan kelompok pertama dari gerakan ini. Dengan demikian, Perang Salib
Pertama telah membuka kembali secara lebar-lebar rute perjalanan dan
perdagangan menuju ke Timur.46
Meskipun para pedagang Italia diuntungkan dengan Perang Salib, pada
mulanya kota-kota dagang Italia agak ketakutan untuk mendukung gerakan perang
ini. Persoalannya berpangkal pada adanya dua pilihan yang harus mereka
pertimbangkan, yakni tugas kekristenan yang mengharuskan mereka membantu
tentara salib melawan kaum Muslimin dan mempertahankan hubungan baik mereka
dengan dunia Islam, karena selama ini semua keuntungan mereka sangat
bergantung kepada hubungan baik mereka dengan kaum Muslimin tersebut. Sebagai
orang Kristen mereka tentu tidak punya pilihan lain kecuali harus membantu
gerakan Perang Salib ini, sekalipun risikonya adalah kehilangan hak-hak
perdagangan mereka di wilayah-wilayah Muslim, seperti di pelabuhan Alexandria
misalnya.47 48
Selanjutnya, para pedagang Italia pun mulai menyadari posisi Perang Salib dan
keberadaan tentara salib di Timur. Jumlah pasukan salib
yang besar, yang terdiri dari para tentara, diplomat, dan juga para
peziarah, ternyata telah memberikan keuntungan yang tidak terbayangkan
sebelumnya. Melalui Perang Salib para pedagang Italia pun mulai merasakan
keuntungan lain, yaitu ditaklukkannya pelabuhan- pelabuhan baru.
45Claude Cahen, Commercial Relation between the Near East and Western Europe
from the VII81 to the XI * Century dalam Khalil I. Semaan (ed.), Islam, hlm. 17.
46Aziz S. Atiya, Crusade, hlm. 170.
47Steven Runclman, A History of the Crusades, Vol. III (England: Penguin Books,
1965),hlm. 356.
48n

Meskipun volume perdagangan yang mereka kendalikan melalui pelabuhan


Kapal-kapal dagang Italia dapat mengangkut tentara salib atau
uang yang mereka peroleh dari biaya perjalanan dapat dibelanjakan" untuk
membeli barang-barang di pelabuhan-pelabuhan Suriah dan selanjutnya
dibawa ke Timur. Perdagangan mereka pun akhirnya berkembang dengan
cepat. Meskipun mereka tidak sepenuhnya mengabaikan keberatankeberatan keagamaan, dengan sedikit agak keras kepala mereka pun tetap
melakukan perdagangannya dengan kaum Muslimin. Meskipun ada kebijakan
gereja yang mencela dan tidak menyetujui perdagangan mereka dengan
kaum Muslimin, tetapi mereka tetap melakukannya.
Kristen Suriah berkurang dibanding melalui Konstantinopel dan Atexandria,
mereka tetap dapat melangsungkan perdagangannya dengan dunia Islam.50
para peziarah Eropa Kristen yang ikut dalam Perang Salib. Selanjutnya,
Sebenarnya pihak gereja secara resmi telah melarang para
pedagang Kristen untuk melakukan kerja sama dalam bentuk apa pun
dengan kaum Muslimin. Salah satu alasannya adalah karena kaum Muslimin
telah merampas tanah suci Jerusalem dari tangan mereka. Oleh karena itu,
mereka yang melakukan perdagangan atau memberi bantuan dalam bentuk
apa pun kepada orang-orang Saracen (sebutan untuk kaum Muslimin) akan
mendapatkan hukuman berupa pengucilan dari pihak gereja. Meskipun ada
larangan dan hukuman yang akan mereka terima, para pedagang Italia
tetap membandel dan terus menjalin hubungan perdagangan mereka
dengan dunia Islam. Para pedagang ini antara lain menjual besi dan kayu
(bahan baku untuk membuat kapal) serta budak (direkrut untuk menjadi
tentara) kepada kaum Muslimin.49
Larangan untuk berdagang dengan kaum Muslimin ternyata tidak
sepenuhnya dipatuhi meskipun dihadapkan pada ancaman hukuman
pengucilan. Para pedagang ini tetap melakukan perdagangan

49 Chapter Seven: Medieval Sitver and Gold" dalam


http://www.geology.ucdavis.edu/- cowen/-Gei115/ 115CH7.html, internet, diakses 3
Desemberi 2005.

mereka dengan dunia Islam. Anehnya, meskipun ada larangan, tetapi ada juga lisensi yang diberikan oleh
pihak gereja yang memberikan hak istimewa kepada para pedagang Italia untuk melakukan perdagangan
dengan dunia Islam. Lisensi itu antara lain dikeluarkan pada tahun 1198 oleh Paus Innocent III kepada para
pedagang Venesia. Dia mengatakan: "Kita, oleh karena itu... memberikan izin sampai kita membicarakannya
lebih jauh, untuk mendapatkan barang-barang, selain yang disebutkan, ke Mesir dan Babilon, kapan saja
diperlukan".50 Pada tahun 1297, Uskup Tartosa dan Barcelona dengan izin dari Paus Boniface secara rutin
meminta bagian 20-25% keuntungan dari para pedagang Catalan karena perdagangan mereka dengan kaum
Muslimin.51
Para pedagang Italia menyadari betul kalau keberadaan dan bantuan mereka sangat dibutuhkan
oleh pasukan salib. Para pedagang Genoa misalnya, telah mengirimkan bantuan pada saat Perang Salib
Pertama terjadi di Antiokia. Pasukan yang berasal dari orang-orang Pisa pun telah lebih dulu dikirim sebelum
berita tentang penaklukan Jerusalem sampai ke Eropa. Sementara itu, para pedagang Venesia yang memiliki
hubungan sangat dekat dengan Mesir harus memberikan bantuan mereka kepada Godfrey dari Lorraine
sampai meninggalnya. Kebijakan gereja yang melarang dilakukannya perdagangan dengan dunia Islam
ternyata tidak sebahaya seperti yang mereka perkirakan sebelumnya. Perdagangan mereka pun ternyata
tidak terpengaruh oleh ketegangan yang terjadi antara Mesir dan tentara salib.52
Larangan seperti yang dikeluarkan pihak gereja ternyata tidak dialami oleh para pedagang di
dunia islam. Meskipun sedang berhadapan dengan tentara salib, para penguasa Muslim di Mesir tidak
mengeluarkan larangan untuk menghentikan perdagangan mereka dengan para pedagang Kristen. Para
penguasa Muslim sebenarnya memiliki kewenangan untuk menutup Alexandria dari kapal-kapal dagang Italia
yang Kristen, tetapi itu tidak dilakukannya. Bersamaan dengan itu, juga tidak terdapat fatwa yang melarang
kaum Muslimin untuk berdagang dengan orang-orang Kristen.
Melalui Perang Salib, keuntungan paling besar yang dirasakan kota-kota dagang Italia adalah
dikuasainya kembali Laut Mediterania.
Kontrol perdagangan dari Bosporus dan Suriah ke Selat Gibraltar kembali berada di tangan mereka. Karena
alasan tersebut, sejak akhir abad ke-11, gerakan ekonomi yang berada di wilayah ini dengan cepat
menyebar ke wilayah utara atau ke Eropa bagian dalam. 53 Kebangkitan kembali perdagangan laut dengan
cepat telah menggerakkan perdagangan di wilayah daratan. Permintaan yang meningkat pada komoditas
hasil pertambangan, linen, dan pakaian wol, serta biji-bijian, telah pula merangsang pesatnya bidang
pertanian di Eropa bagian dalam.54
Perang Salib dengan demikian telah membangkitkan kembali aktivitas perdagangan dan komersial
pada umumnya di Eropa Kristen. Bahkan, dapat dikatakan bahwa meningkatnya perdagangan ini merupakan
50Paul Haisali, Medieval Sourbook: Pope Innocent III: Ucence to Venice to Trade with the Saracens, 1198" dalam
halsall@murra.fordham.edu. Internet, diakses 2 Desember 2005.
51Chapter Seven: Medieval Silver and Gold" dalam http://www.geoiogy.ucdavis.edu/* cowen/Gel115/115CH7.html, Internet, diakses 3 Desember 2005.
52Steven Runciman, A History, hlm. 356.
53Henri Pirenne, Economic, hlm. 32.
54Catriona Macperon, Medieaval Merchants and Artisan dalam http://www.florilegium
org/files/COMMERCE/Med-Merchants-CA.html, Internet, diakses 2 Desember 2005.

pengaruh terpenting dari Perang Salib, dan kebangkitan kembali Eropa berawal dari perang ini. 55 Para ahli
sejarah pun berpendapat bahwa Perang Salib sepenuhnya bertanggungjawab terhadap kebangkitan kembali
perdagangan Barat dan Timur ini.56

b. Peran Kota-Kota Dagang Italia.


Sejak dimulainya Perang Salib, supremasi kaum Muslimin di kawasan Mediterania mulai berkurang
dan berakhir. Dengan cepat perdagangan di wilayah itu bergeser dan berada di bawah pengaruh kota-kota
maritim Italia. Mereka pun kemudian memonopoli perdagangan, baik ekspor maupun impor. Para pedagang
dari Pisa dan Genoa pun berhasil menggeser posisi para pedagang Muslim dari Laut Tyrenia dan mengambil
alih monopoli dalam perdagangan di Mediterania.57
Seiring dengan kemajuan yang dialami oleh tentara salib, para pedagang Genoa, Pisa, dan Venesia
dapat mendirikan pusat-pusat perdagangan di semua wilayah Latin Timur. Sejak masa ini, mereka memiliki
peran besar dalam perdagangan langsung dari Asia ke Eropa melalui tangan mereka sendiri. 58 Para pedagang
Italia dapat memperoleh

55'Global Trade II dalam http://reaentsprep.orq/ReQents/qlobai/themesfinterde-pendenee/ alob2


cfm.lntemet. diakses 2 Desember 2005.
56Catriona Macperon, Medieaval Merchants and Artisan dalam http://www.floritegium. org/files/COMMERCE/MedMerchants*CA.html, Internet, diakses 2 Desember 2005.
57Henri Pirenne, Economic, hlm. 32.
58Francois L. Ganshof, The Middle Ages: A History oi International Relations (London and New York: Harper & Row
Publisher, 1968), hlm. 104.

rempah-rempah di Suriah, kemudian dengan kapalnya barangH&arang itu mereka


angkut ke Eropa.
Laut Mediterania pun menjadi wilayah pelayaran terbuka bagi Eropa
yang menghubungkan Barat dan Timur Mediterania menjadi tempat pertukaran
barang-barang mewah dan berbagai komoditas, seperti ikan, pakaian yang terbuat
dari bulu binatang, dan logam yang didatangkan dari Laut Utara dan Baltik. Hal
ini, seperti telah disebutkan di atas, telah mendorong bangkitnya kembali
perdagangan internal Eropa.59
Perkembangan komersial Abad Pertengahan dengan demikian berasal
dari perdagangan ekspor dan impor Barang-barang yang mereka bawa, yang
umumnya berasal dari produk luar negeri, ternyata telah menyebabkan
kebangkitan ekonomi Italia dan Eropa pada umumnya. Perdagangan rempahrempah misalnya, telah menyebabkan Venesia dan pelabuhan-pelabuhan
Mediterania Barat sebagai kota-kota yang kaya dan makmur Rempah-rempah dari
Arabia, Cina, dan India dibawa ke Suriah kemudian dibawa kapal menuju Italia.
Dari pelabuhan-pelabuhan Italia barang-barang tersebut selanjutnya diangkut ke
negeri-negeri Eropa bagian dalam.60 61
Venesia berhasil menguasai pelabuhan-pelabuhan utama dari Laut
Adriatik sampai ke pantai Suriah. Kapal-kapal mereka membmm bahan-bahan
mineral, kayu, tekstil, dan bahan-bahan mentah dari Eropa ke Afrika Utara, Mesir,
Anatoiia, dan Laut Hitam. Kemudian mereka kembali lagi dengan membawa
sutera, katun, gading, batu mulia, rempah- rempah, dan barang-barang mewah
lainnya. Setelah bongkar-muat di Venesia, barang-barang tersebut kemudian
dikirim melalui jalan darat ke pasar-pasar utara. Pada saat yang sama, Venesia
sendiri memproduksi pakaian woi, barang-barang yang terbuat dari emas, besi,
dan kuningan.4*
Venesia telah membangun hubungan perdagangan dengan Suriah dan
Afrika Utara yang merupakan wilayah-wilayah Muslim. Dorongan untuk mencari
keuntungan ternyata jauh lebih kuat dibandingkan dengan prinsip-prinsip
keagamaan. Mereka siap berdagang dengan siapa saja tanpa memperhatikan
keyakinan keagamaannya. Para pedagang Venesia pun menjual budak-budak
Kristen, yang kebanyakan berasal dari Rusia dan Hungaria, kepada orang* orang
Mesir dan Suriah, meskipun pihak gereja telah melarang dan mengutuk jenis
perdagangan ini. Pedagang Venesia juga mengirim kayu dan besi ke negeri-negeri
Muslim yang menjadi bahan pembuatan kapal. Sekali lagi, kapal-kapal ini akhirnya
59Catriona Macperon, "Medieaval Merchant and Artisan* dalam
org/files/COMMERCE/Med-Merchants-CA.html, Internet, diakses 2 Desember 2005.
60Ibid., hlm. 24.
61ibid, hlm. 13*14.

18

dijadikan sarana oleh pasukan Muslim untuk berperang dengan tentara salib atau
bahkan dengan mereka sendiri.62
Karena kecerdikan yang dimilikinya, orang-orang Venesia pun berhasil
membujuk dan memanfaatkan tentara salib. Tentara salib telah dimanfaatkan oleh
orang Venesia untuk menaklukkan Pelabuhan Zara, rivalnya yang berada di Pantai
Dalmatia. Akhirnya Pelabuhan Zara dapat dikuasai pada tahun 1202 M. Lebih dari
itu, dengan bantuan tentara salib, Venesia pun dapat menguasai dan merampok
Konstantinopel pada tahun 1204 M. Orang Venesia berhasil menguasai ibukota dan
memperoleh lebih setengah dari wilayah Bizantium. Mereka mampu bertahan
menguasai wilayah ini kira-kira selama dua generasi dan mereka pun mendominasi
perdagangan di Mediterania Timur.63
c. Bangkitnya Perdagangan di Eropa Bagian Dalam
Bersamaan dengan kemajuan yang pesat kota-kota Italia di Mediterania,
terjadi penetrasi ke Eropa bagian dalam. Kegiatan komersial yang semula berpusat
di Italia dengan cepat menyebar ke wilayah Eropa bagian dalam, dan memberikan
kemakmuran baru terhadap penduduk- penduduk kota yang menjadi jalur utama
perdagangan. Meningkatnya lalu lintas di sepanjang jalur-jalur perdagangan
tersebut telah pula mendorong munculnya tempat-tempat tinggal yang baru.64
Karena ekspansi perdagangan para pedagang Italia, beberapa kota
penting di luar Italia mulai berkembang dengan cepat. Telah terjadi pertumbuhan
dan perkembangan kota-kota di sepanjang sungai Danube, Rhine, dan Rhone; di
sekitar Laut Utara dan Baltik; dan juga di negara-negara, seperti Belgia,
Luxemburg, dan Nederland. Di kota-kota inilah jalur perdagangan utara dan
selatan bertemu. Pertumbuhan dan perkembangan kota-kota ini tidak hanya telah
merangsang produksi di bidang pertanian, tetapi bahkan telah melahirkan industri
ekspor.

62Ibid.
63Ibid.
64Claude Cahen, Commercial Relation between the Near East and Western Europe
from the VII * to the XI * Century dalam Khalil I. Semaan (ed.), Islam, hlm. 16.

19

Tuscany, Sienna, dan Florence, yang memiliki hubungan dagang 1 dengan


Pisa, dengan melewati Lembah Arno, juga menikmati kemakmuran. Para pedagang
Pisa, pun melakukan ekspansi ke Teluk Lyons sampai ke Rhone. Pelabuhanpelabuhan seperti Merseilles,
Montpeller, dan Norbone, juga melakukan hubungan perdagangan
i
Narb<
dengan Provence, seperti juga Barcelona di Catalonia. Negeri-negeri dan
1
batm
kota-kota ini secara bersama-sama telah berusaha meningkatkan produksinya, baik berupa
produksi pertanian maupun pertambangan. 1 perd Pada awal abad ke-12 misalnya, Lucca
telah memproduksi kain sutera
1
teruJ
yang bahan-bahannya diperoleh dari hasil perdagangan laut.68
1
jggJ
Sejak abad ke-11, semangat perdagangan dari kota-kota maritim
!
||||
Italia memang telah menjalar ke bagian utara. Para pedagang Venesia f telah melakukan
ekspansi dagang sampai ke Jerman melalui Brennen ! sampai ke Saone dan lembah Rhine
melalui Septimer; dan sampai ke St J ^ Bemard serta lembah Rhone melalui Mont Cenis.
Disebutkan juga bahwa pada paruh kedua abad ke-11, para pedagang Italia ini sudah sampai ke
Perancis. Oleh karena itu, sangat dimungkinkan kalau mereka sudah mengunjungi pasar-pasar
Champagne melalui Pantai Flander. Adapun f tujuan para pedagang dari Italia datang ke
Flander adalah untuk membeli
|
fces
pakaian serta menjual rempah-rempah, sutera, dan kerajinan emas.69
|
telj
Sejak awal abad ke-13, aprikot, buah ara, kismis, jeruk, beras,
1
Fat
bahan-bahan parfum, obat-obatan, dan tawas telah diekspor ke Eropa,
j
ke
Bahan dasar sutera dan katun yang dibawa ke Italia selanjutnya masuk
J
ata
ke wilayah Eropa bagian dalam. Damas (kimcha) dari Damaskus, kain kasa
f
Pe
dari Mosul, kanopi dari Baghdad, dan kain kasa dari Gaza, mengiringi
J
tei
kain katun dan sutera masuk ke Italia. Beberapa istilah Eropa modem
j
pe
dalam bidang perdagangan yang diperkirakan berasal dari dunia Timur
t
ba
antara lain bazaar, tarrif, dan cheque.70
Keuntungan luar biasa yang didapat oleh kota-kota dagang ini
I
M
telah menyebabkan bangkitnya kelompok-kelompok dagang di Eropa
|
Gl
bagian dalam. Kelompok-kelompok dagang tersebut berperan besar
|

dalam mendistribusikan berbagai komoditas dari Timur ke seluruh


1
C
wilayah Eropa. Kota dagang seperti Venesia, Genoa, dan Pisa, menjadi
J
k
ujung tombak di Italia Selatan. Demikian juga dengan liga dagang kota
]
P

___________________ ,

Henri Pirenne, Economic, Mm. 33.


* Ibid, hlm. 34.
.
70
Catriona Macperon, Medieaval Merchants and Artisan dalam http://www.florilegium.
drg^fes/COMMERCE/Med-Merchants-CA.html, Internet, diakses 2 Desember 2005.

Milan yang telah menggabungkan beberapa kota, seperti Bergamo, Brescia,


dan Crema. Kota Palermo di kepulauan Sisilia kemudian juga menempati
posisi yang sangat penting dalam penyebaran ini. Tidak ketinggalan adalah
kota-kota seperti Marseilles, Montpeilier, dan Narbonne di Perancis.
Demikian juga dengan Barcelona di Catalonia yang bangkit dalam beberapa
waktu kemudian.
Keuntungan yang terkumpul sebagai hasil dari kegiatan
perdagangan digunakan pula untuk membuka usaha-usaha lain, terutama
usaha di bidang perbankan dan industri. Kekayaan Florence, kota yang
dikenal sebagai pelopor lahirnya kebudayaan renaisans di Eropa, adalah
berasal dari usaha ini. Pada masa kejayaannya, industri- industri tekstil di
Florence dapat mempekerjakan buruh yang jumlahnya mencapai 30.000
orang. Pada saat bersamaan, usaha perbankan juga menyebabkan
munculnya keluarga-keluarga kaya di Florence.65
d. Perjanjian Dagang dengan Penguasa Muslim
Kelangsungan hubungan di bidang perdagangan yang pesat antara
dunia Islam dan Eropa Kristen tidak bisa dilepaskan dari adanya
kesepakatan dagang di antara mereka. Pada tahun 1154 M misalnya, telah
disepakati perjanjian dagang antara Pisa dengan Dinasti Fathimiyyah di
Mesir. Perjanjian tersebut berisi jaminan perlindungan dan keamanan serta
otorisasi para pedagang Pisa untuk membangun funduk atau fondaco (pusat
perdagangan) di Alexandria (Iskandariah) dan Kairo. Perjanjian itu juga
memberikan fasilitas impor atas barang-barang tertentu, memberikan
jaminan kebebasan dalam melakukan perdagangan, dan hak-hak untuk
melakukan ekspor kembali barang- barang yang mereka impor.66
Kesaksian adanya kesepakatan dagang antara para penguasa
Muslim dengan para pedagang Italia antara lain disampaikan oleh Notaris
Giovanni Seriba. Akta-akta yang ada memperlihatkan bahwa ratusan
sejawatnya terikat dengan kesepakatan dagang dengan kota Aiexandria.
Catatan yang diberikan oleh para ahli sejarah mengenai perdagangan di
Levant menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan Dinasti Fathimiyyah dan
para penggantinya sepenuhnya mendukung keberadaan para pedagang
Eropa Kristen demi untuk meningkatkan impor barang-barang mereka.

65''Renaisans'* dalam Microsoft Encarta Reference Library 2005.


66Francois L. Ganshof, The Middle Ages, hlm. 143.

Ratusan dokumen, kebanyakan dari abad ke-11, menunjukkan dengan jelas


tentang rempah-rempah sebagai barang utama dalam perdagangan
mereka.67
Setelah Dinasti Fathimiyyah, periode Ayyubiyyah merupakan
periode yang makmur bagi para pedagang. Kemakmuran yang terjadi
terutama disebabkan karena pesatnya perdagangan domestik dan
internasional di Suriah dan Mesir. Dinasti Ayyubiyyah telah banyak
melakukan perbaikan baik di wilayah Suriah maupun di Mesopotamia Atas.
Di bagian luar pintu gerbang Mosul, Damaskus, dan kota-kota lainnya, telah
dibangun tempat-tempat pemukiman baru. Para pangeran juga telah
mendirikan pasar-pasar, kompleks peristirahatan karavan, sekolah-sekolah,
dan masjid. Pendeknya, kehidupan ekonomi memperoleh rangsangan baru
dan aktivitas komersial berkembang dengan pesat.68
Volume perdagangan internasional pada masa ini semakin
meningkat dengan terjadinya pertukaran barang dengan para pedagang
Italia. Aktivitas para pedagang Italia di kota-kota sepanjang SuriahPalestina, yang dikuasai oleh tentara salib, semakin memperkuat dan
memperluas hubungan perdagangan antara dunia Islam dan Eropa Kristen.
Para sultan dari Dinasti Ayyubiyyah yang membutuhkan kayu, besi, dan
bahan-bahan lain untuk keperluan perang, memberikan hak- hak istimewa
kepada para pedagang Italia. Dari wilayah Suriah Utara mereka
mengekspor kain katun dalam jumlah yang besar.69
Hak-hak istimewa yang diberikan oleh para penguasa Ayyubiyah
kepada para pedagang Italia tertuang dalam kesepakatan-kesepakatan
dagang di antara mereka. Hak-hak istimewa itu antara lain terlihat dalam
bentuk jaminan kebebasan dalam melakukan aktivitas perdagangan,
pengurangan kewajiban dan pajak (bea cukai), hak-hak untuk mendirikan
fondago (semacam pusat perdagangan), dan fasilitas-fasilitas lainnya. Pisa
menandatangani kesepakatan dengan Shalahuddin pada tahun 1172 M

67E. Ashtor, A Social and Economic History of The Near East in The Middle
Ages (Berketey: University of California Press, 1976), hlm. 196-197.
68Ibid., hlm. 240.
69Ibid.

untuk mengimpor besi, kayu, dan ter ke Mesir. Padahal barang-barang ini
merupakan bagian dari barang yang diembargo gereja untuk dunia Islam.70

70Ibid. Lihat juga Norman Daniel, The Arabs and Medieval Europe (London:
Longman, 1979), hlm. 211-212.

Pada tahun 1174 M, Shalahuddin telah menulis surat kepada khalifah di


Baghdad, yang isinya menyampaikan pertimbangan tentang kebijaksanaannya
untuk memperkuat hubungan dagang dengan para ( pedagang Kristen, la telah
mengadakan kesepakatan dengan kaum Kristen dan dengan demikian mengubah
kondisi perdagangan untuk keuntungan kaum Muslimin. Hasil yang diharapkannya
adalah terjalinnya komunikasi dan kesepakatan dengan mereka atas "'sesuatu
yang kita inginkan tetapi mereka sesalkan, dan sesuatu yang kita kehendaki
namun tidak bagi mereka" demikian kata Shalahuddin. 77 Kesepekatankesepakatan dagang yang baru terus dibuat dan berlangsung pada generasigenerasi selanjutnya.
------,
Para pedagang Venesia misalnya, telah mengirim sejumlah utusan j %
kepada sultan-sultan Mesir pada tahun 1208, 1217, 1238, dan 1224 M, serta
memperoleh berbagai keistimewaan. Mereka juga menandatangani perjanjian dengan
sultan-sultan di Aleppo pada tahun 1208,1225,1229, dan 1254 M. Semua kesepakatan
dagang tersebut telah meningkatkan jumlah para pedagang Eropa yang mengunjungi
pelabuhan-pelabuhan, seperti Alexandria, Damietta, dan Mesir. Mereka juga
melakukan ekspansi dan penetrasi dagangnya dari kota-kota pantai di Suriah, yang
pada waktu itu masih dikuasai oleh tentara salib, ke wilayah-wilyah pedalaman yang
dihuni oleh kaum Muslimin.78
Setelah para penerus Shalahuddin menormalisasi hubungan J dagangnya
dengan negara-negara salib, perdagangan menjadi hal yang / lebih utama
ketimbang perang. Fenomena ini dikemukakan dengan baik oleh seorang
pengkhotbah yang bernama James dari Vitry dan pernah menjadi uskup Acre. la
merasa kecewa dengan apa yang ia temukan di tanah suci. Kaum Frank tidak lagi
menginginkan Perang Salib dan mereka telah jemu dengan perang yang
membahayakan keamanan negerinya. Mereka kini merasa takut bahwa Perang
Salib akan menghancurkan kesepakatan-kesepakatan dagang yang telah mereka
jalin secara baik dengan kaum Muslimin.79
Sementara bagi kaum Muslimin, perdagangan dengan EropaT) Kristen
juga menjadi jauh lebih penting daripada berperang melawani/ tentara salib.
Kaum Muslimin juga sedang menikmati perdagangan baru , dengan Eropa. Para
pedagang dan saudagar bisa berdagang secara langsung dengan kota-kota dagang
Eropa yang mulai berkembang saat

Itu. Para pedagang Muslim pun dapat memperoleh barang-barang dari


Eropa dan membawanya ke Timur atau sebaliknya. Gairah mereka
terhadap jihad sebagaimana yang telah dikobarkan oleh Shalahuddin
telah redup.71
AI-'Adil (w. 1218 M) misalnya, tidak lagi mempunyai hasrat yang
membara untuk berjihad seperti yang dimiliki oleh Shalahuddin,
meskipun sering dipanas-panasi oleh para panglimanya. AI-'Adil yang
berhasil menguasai Mesir dan sebagian besar Suriah dari keponakankeponakannya, seperti disebutkan oleh Hitti, hanya menghasilkan satu
kebijakan umum, yaitu menjalin perdamaian dan perdagangan dengan
orang-orang Eropa Kristen. Pada masa kekuasaannya, para pedagang
Venesia telah memperoleh izin untuk mendirikan pasar khusus yang
lengkap dengan penginapannya di Alexandria dan mengizinkan para
pedagang Pisa untuk mendirikan perwakilan dagang di sana.72
Puteranya, al-Kamil (1218-1238 M) juga memiliki pandangan yang
sama. Al-Kamil disebutkan memiliki hubungan yang amat baik dengan
3.000 orang pedagang asal Pisa, Venesia, dan Genoa, yang hidup dan
bekerja di Mesir. Tampaknya, kontak perdagangan ini telah memberikan
peluang bagi kaum Kristen dan kaum Muslimin untuk hidup bersama
dalam kedamaian dan keuntungan bersama. 73 Pada masanya, tentara
salib juga telah berusaha merebut Mesir, dengan alasan bahwa kekuasaan
Islam telah beralih dari Suriah ke Mesir. Selain itu, penaklukan atas Mesir
juga tidak lepas dari tujuan-tujuan ekonomi, yaitu membuka jalan untuk
menuju Laut Merah yang akhirnya dapat menembus ke perairan
Samudera India. Dengan langkah tersebut, mereka berharap akan terlibat
secara langsung dengan perdagangan yang lebih besar dan dengan
keutungan yang lebih besar pula.
Bagaimanapun juga pada masa itu wilayah Asia Barat memang
menempati posisi yang sangat strategis karena berada di jalur utama
yang menjadi mata rantai perdagangan Timur dan Barat. Wilayah Asia
Barat pada masa itu menjadi satu-satunya akses yang menyediakan jalan
ke India dan bergantung kepada kontak-kontak dengan dunia luar seperti
yang dituntut oleh kegiatan perdagangan. Salah satu alasan Perang Salib
Kelima dengan menjadikan Mesir sebagai sasaran utama antara lain
karena posisinya yang strategis ini.

71 m, hlm. 288.
7291 Philip K. Hitti. Htsfory, hlm. 833*834.
7393 Karen Armsirong, Holy, hlm. 303.

Seorang propagandis, Marino Sanudo, pernah mengusulkan agar


membuat blokade laut atas pantai-pantai Mesir dan Suriah untuk memotong
jalur perdagangan antara kaum Mamluk Mesir dengan para pedagang Eropa.
Namun, usaha tersebut mengalami kegagalan, sebaliknya pihak kepausan
memberikan pengecualian kepada orang- orang Venesia untuk tetap dapat
berdagang dengan Mesir.83
Walaupun Kerajaan Latin atau Salib telah hilang pada tahun 1291 1292 M dan secara berturut-turut berada dalam kekuasaan kaum Muslimin,
perdagangan Eropa dengan Timur tetap berlangsung sampai sepanjang abad
ke-14 dan ke-15.74 Meskipun wilayah-wilayah yang berhasil dikuasai selama
Perang Salib secara perlahan hilang, revitalisasi atas kontak-kontak
perdagangan ini telah memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan ekonomi selama masa renaisans yang terjadi kemudian.75
B. Rute dan Transportasi Perdagangan
Pada umumnya, rute-rute perdagangan dan jalur transportasi yang
ada pada masa Abad Pertengahan bukanlah merupakan rute baru, tetapi
merupakan rute-rute dan jalur lama yang sudah ada sebelumnya. Berikut ini
diuraikan rute-rute perdagangan dan jalur transportasi yang menghubungkan
Barat dan Timur, baik yang sudah ada maupun yang baru.
1. Koneksi Mediterania
Jauh sebelum kehadiran Islam di Saudi Arabia, sudah ada rute- rute
perdagangan yang selama beberapa abad menjadi lalu lintas para pedagang.
Menurut kalangan arkeolog, ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa di Timur
telah terjadi perdagangan internasional sejak 2700 SM. Pada kira-kira 5.000
tahun yang lalu, telah terjadi pengangkutan timah dari pegunungan Afghanistan
melalui Iran ke Eshnunna (Tel Asmar, Irak) di Sungai Ttgris Mesopotamia. Dari
tempat ini kargo-kargo itu diangkut melalui Mari di t?pi Sungai Euphrat ke
Pelabuhan Ugarit (Ras Shamra) di utara Suriah dan akhirnya diangkut menuju
wilayah barat.76
71

Bernard Lewis, Musim, Mm. 10* *11.


* Asbtor, A Somi, Mm. 241.
n
Karen Armstrong, Holy War (London: Macmiilan, 1988), hlm. 303.

7483 Aziz S. Atiya, Crusade, hlm. 173.


75Joel T Rosenthal, Crusade dalam Microsoft Encarta Reference Library 2005.
76Katharine Branning, Trade" dalam http://www.turkishhan.orgitrade.htm. Internet
diakses 17 Desember 2005

141

Anda mungkin juga menyukai