Anda di halaman 1dari 21

BAB VI

PEMBANGUNAN AGAMA

A. UMUM
Agama mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
pembangunan nasional, terutama sebagai landasan moral dan etika
dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Pembangunan
bidang agama yang terpadu dengan pembangunan bidang-bidang lain
diharapkan dapat mendukung terwujudnya masyarakat Indonesia yang
beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran
hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.
Secara garis besar, pembangunan bidang agama ditujukan untuk
menciptakan suasana kehidupan beragama yang penuh keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mewujudkan kerukunan
umat beragama yang dinamis baik intern maupun antarumat
beragama, dan turut memajukan kesejahteraan masyarakat terutama
melalui pendidikan agama dan keagamaan serta pengembangan
lembaga sosial keagamaan.
Sesuai dengan GBHN 1999-2004 pembangunan bidang agama
diarahkan untuk: (1) Memantapkan fungsi, peran, dan kedudukan

agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika dalam


penyelenggaraan negara serta mengupayakan agar segala perundangundangan tidak bertentangan dengan moral agama-agama; (2)
Meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui penyempurnaan
sistem pendidikan agama sehingga terpadu dan integral dengan sistem
pendidikan nasional dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai; (3) Meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup
antarumat beragama sehingga tercipta suasana kehidupan yang
harmonis dan saling menghormati dalam semangat kemajemukan
melalui dialog antarumat beragama dan pelaksanaan pendidikan
agama secara deskriptif yang tidak dogmatis untuk tingkat perguruan
tinggi; (4) Meningkatkan kemudahan umat beragama dalam
menjalankan ibadahnya, termasuk penyempurnaan kualitas
pelaksanaan ibadah haji dan pengelolaan zakat, dengan memberikan
kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam
penyelenggaraannya; dan (5) Meningkatkan peran dan fungsi
lembaga-lembaga keagamaan dalam ikut mengatasi dampak
perubahan yang terjadi dalam semua aspek kehidupan untuk
memperkukuh jati diri dan kepribadian bangsa serta memperkuat
kerukunan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sampai tahun 2003 pembangunan bidang agama telah
memberikan kontribusi dalam berbagai aspek pembangunan. Untuk
meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama bagi setiap
individu, keluarga, masyarakat, dan penyelenggara negara telah
dilakukan bimbingan, penyuluhan dan penerangan keagamaan,
pelatihan bagi penyuluh, pembimbing, dan orientasi bagi pemuka
agama, serta pengembangan materi, metodologi, dan manajemen
penyuluhan. Di samping itu, telah dilakukan peningkatan baca, tulis
dan pendalaman isi kitab suci.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pemahaman dan
pengamalan ajaran agama serta pemantapan keimanan dan ketaqwaan,
pembinaan akhlak mulia dan budi pekerti luhur bagi siswa dan
mahasiswa telah dilaksanakan serangkaian upaya melalui penyediaan
bantuan sarana ibadah, penataran dan pelatihan bagi guru agama,
penyempurnaan bahan ajar, pengadaan buku pelajaran, penyetaraan DII dan D-III bagi guru agama, penyelenggaraan pesantren kilat,
VI 2

pasraman kilat, pelatihan pengelola pasraman dan penambahan jumlah


literatur baik buku teks maupun buku bacaan.
Dengan meningkatnya pemahaman dan pengamalan agama akan
dapat memperkuat dasar-dasar kerukunan hidup intern dan antarumat
beragama. Upaya pembinaan kerukunan hidup intern dan antarumat
beragama, bersama sektor terkait lainnya dilakukan berbagai upaya
pemantapan kerukunan hidup umat beragama sehingga tercipta
suasana kehidupan yang lebih harmonis dan saling menghormati.
Kegiatan yang telah dilaksanakan penanganan korban paska
kerusuhan sosial, kunjungan/silaturahmi, dialog dan temu ilmiah, serta
musyawarah intern dan antarumat beragama termasuk tokoh agama
dan tokoh masyarakat.
Kemudahan umat beragama dalam menjalankan ibadah sesuai
dengan keyakinan dan agamanya terus dilakukan melalui penyediaan
sarana dan fasilitas keagamaan seperti: pembangunan/rehabilitasi
tempat ibadah, asrama haji, gedung Balai Nikah/Kantor Urusan
Agama (KUA); peningkatan kualitas pegawai KUA melalui
pendidikan dan pelatihan; peningkatan pengelolaan (manajemen) haji,
optimalisasi pengelolaan zakat, wakaf, infak, shodaqoh, kolekte, dana
punia, dana paramita; optimalisasi peran tempat ibadah; peningkatan
peran keluarga sebagai basis pembangunan melalui pembinaan
keluarga harmonis (sakinah/bahagia/sukinah/hita sukaya); serta
pengadaan kitab suci.
Selanjutnya, guna memberdayakan dan meningkatkan kapasitas
serta kualitas lembaga sosial keagamaan dan memberikan pelayanan
pendidikan bagi masyarakat khususnya di perdesaan yang miskin,
telah dilakukan berbagai kegiatan pembinaan lembaga sosial
keagamaan dan lembaga pendidikan tradisional keagamaan. Upayaupaya yang dilakukan meliputi peningkatan sumber daya manusia
melalui pelatihan tenaga pembina pondok pesantren, pasraman,
pembina lembaga sosial keagamaan, tenaga hisab rukyat, pengelola
lembaga dana sosial keagamaan, khotib, calon dai, dan pembina
sekolah minggu. Upaya lainnya yang dilakukan adalah penguatan
kelembagaan melalui bantuan rehabilitasi gedung lembaga pendidikan

VI 3

keagamaan, pengadaan buku pelajaran dan perpustakaan yang


dilengkapi dengan bantuan peralatan serta bantuan manajemen.
Namun demikian, pembangunan bidang agama masih
menghadapi tantangan untuk meningkatkan kualitas keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa di kalangan masyarakat.
Berbagai macam penyakit sosial yang terus merebak seperti korupsi,
suap, kriminalitas, pemakaian obat terlarang, pornografi dan
pornoaksi, perilaku menyimpang yang melanggar moralitas dan etika
keagamaan, memberikan gambaran yang jelas adanya kesenjangan
antara pemahaman atas ajaran-ajaran agama secara formal dengan
perilaku sosial dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Demikian pula pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran
agama di kalangan peserta didik belum menunjukkan hasil yang
maksimal, karena belum optimalnya pelaksanaan pendidikan agama
dan pendidikan keagamaan. Kendala utama adalah kurangnya jumlah
dan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, belum sempurnanya
materi pendidikan agama, metodologi pengajaran, dan sistem evaluasi,
terbatasnya sarana dan prasarana, dan minimnya fasilitas pendukung
lainnya.
Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir muncul ketegangan
sosial yang melahirkan konflik intern dan antarumat beragama dengan
memanfaatkan sentimen agama yang diartikan secara sempit karena
pemahaman yang belum memadai, ketimpangan dan ketidakadilan
sosial ekonomi, tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah
serta penegakan hukum yang masih lemah.
Lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan
walaupun secara nyata telah memberikan kontribusi yang amat besar
dalam pelayanan pendidikan bagi masyarakat, namun sebagian besar
lembaga-lembaga tersebut belum mampu memerankan fungsi sebagai
agen perubahan sosial dalam masyarakat dan mengurangi dampak
negatif ekstrimisme yang dapat memicu terjadinya perselisihan
antarkelompok baik dalam satu agama maupun dengan agama lain.
Demikian pula lembaga keluarga sebagai salah satu pilar pendidikan
belum mampu berperan sebagaimana mestinya.
VI 4

Dengan memperhatikan berbagai tantangan yang dihadapi dalam


pembangunan bidang agama tersebut, secara umum, tindak lanjut
yang perlu dilakukan adalah peningkatan pelayanan kehidupan
beragama untuk memfasilitasi umat beragama dalam melaksanakan
ibadahnya; dan peningkatan pemahaman, pengamalan, dan
pengembangan nilai-nilai keagamaan bagi individu, keluarga,
masyarakat, dan penyelenggara negara. Selanjutnya pembangunan
agama juga diarahkan pada upaya peningkatan kerukunan intern dan
antarumat beragama dalam hidup kebersamaan yang mampu
mengantisipasi secara dini kemungkinan munculnya konflik intern
dan antarpemeluk agama; peningkatan kualitas pendidikan agama dan
keagamaan bagi peserta didik; pemberdayaan dan peningkatan
kapasitas dan kualitas lembaga sosial keagamaan dan lembaga
pendidikan keagamaan untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi
masyarakat terutama yang berada di daerah perdesaan dan berlatang
belakang sosial ekonomi lemah; serta penelitian dan pengembangan
agama.
B. PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN
1.

Program Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama


a.

Tujuan, Sasaran, dan Arah Kebijakan

Program ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan pelayanan


dan kemudahan bagi umat beragama dalam melaksanakan ibadah;
dan (2) mendorong serta meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan kehidupan beragama.
Sedangkan sasaran pembangunan program ini adalah
tertatanya sistem kelembagaan dan manajemen pelayanan serta
terpenuhinya sarana dan prasarana keagamaan guna memberi
kemudahan bagi umat beragama.
Arah kebijakan yang ditempuh sesuai dengan yang telah
diuraikan pada bagian umum.
VI 5

b.

Pelaksanaan
i.

Hasil yang dicapai

Untuk mencapai sasaran program telah dilaksanakan


peningkatan sarana dan prasarana peribadatan, pembangunan
dan rehabilitasi Balai Nikah dan Penasehatan Perkawinan
(BNPP), pembinaan pranata keagamaan, peningkatan
pelayanan ibadah haji, pembinaan keluarga harmonis, dan
pembinaan produk halal.
Pemerintah bersama-sama masyarakat secara terus
menerus berupaya untuk meningkatkan kemudahan umat
beragama dalam menjalankan ibadahnya. Pembangunan
fasilitas peribadatan terus dilakukan baik yang mendapat
bantuan dari pemerintah maupun yang dilakukan secara
mandiri oleh masyarakat. Peningkatan sarana dan prasarana
peribadatan dilakukan dengan memberikan bantuan untuk
rehabilitasi tempat peribadatan guna mendorong peran serta
aktif masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan tempat
peribadatan secara swadaya. Bantuan rehabilitasi untuk
tempat ibadah pada tahun 2000 sebanyak 667 buah. Dalam 3
tahun terakhir (2001-2003) secara kumulatif mencapai
jumlah 5.187 buah tempat ibadah.
Dalam upaya meningkatkan kadar keimanan dan
ketakwaan serta memperluas wawasan keagamaan umat
beragama, kegiatan yang telah dilaksanakan dengan
membantu memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kitab
suci berbagai agama (Islam, Kristen Protestan, Katolik,
Hindu dan Budha) termasuk terjemahan dan tafsirnya serta
buku-buku keagamaan lainnya. Kegiatan ini dapat
mendorong para ahli untuk mengembangkan penafsiran kitab
suci sesuai dengan perkembangan zaman serta tuntutan
pembangunan.
Pada tahun 2000 telah dilaksanakan pengadaan kitab
suci sebanyak 69.414 eksemplar. Pengadaan kitab suci
VI 6

termasuk terjemahan dan tafsir berbagai agama terus


dilanjutkan sampai tahun 2003, dengan jumlah rata-rata
hampir mencapai 200.000 eksemplar setiap tahunnya. (lihat
matriks pencapaian indikator kinerja). Penyediaan berbagai
buku keagamaan oleh pemerintah masih jauh dari kebutuhan
masyarakat, namun demikian diharapkan masyarakat dan
lembaga sosial keagamaan dapat memenuhi sendiri
kebutuhan akan buku-buku keagamaan tersebut.
Pembangunan dan rehabilitasi BNPP bertujuan
meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dalam
pembinaan kesejahteraan keluarga termasuk pelayanan
perkawinan. Pencatatan nikah dan rujuk merupakan salah
satu tugas pokok dari Kantor Urusan Agama (KUA) yang
berlokasi di Kecamatan. Sebagai lembaga pembinaan
kesejahteraan keluarga, kegiatan yang dilakukan meliputi
pelayanan dalam penyelenggaraan perkawinan, penyuluhan
Undang-Undang tentang Perkawinan, dan peningkatan
motivasi masyarakat untuk melaksanakan keluarga
berencana. Melalui BNPP dikembangkan juga upaya
peningkatan pelayanan keagamaan kepada masyarakat secara
lebih profesional, antara lain melalui peningkatan mutu
pegawai pencatat nikah (PPN) dan Pembantu PPN, serta
peningkatan pelayanan keagamaan bagi keluarga.
Pembangunan gedung BNPP selama kurun waktu tiga
tahun (2001-2003) sebanyak 310 buah dan rehabilitasi
gedung yang telah dilaksanakan sebanyak 314 buah. Jumlah
kantor KUA dan BNPP yang ada masih jauh dari kebutuhan.
Sesuai permintaan dari pemerintah daerah kabupaten/kota
dan propinsi masih diperlukan tambahan sekitar 1.000
gedung lebih. Meningkatnya kebutuhan kantor tersebut
terutama karena adanya pemekaran wilayah. Selain
melengkapi sarana dan prasarana upaya lainnya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di BNPP, telah dilakukan
pula pengangkatan dan pelatihan dan penataran bagi PPN dan
Pembantu PPN. Rekrutmen pegawai dalam 3 tahun terakhir
sebanyak 13.510 orang sedangkan pelatihan bagi tenaga PPN
VI 7

dan Pembantu PPN sebanyak 4.542 orang. Disamping itu


dalam rangka pembinaan dan kelengkapan administrasi nikah
telah dilakukan pengadaan buku pedoman dan akte nikah
sebanyak 4.000.000 eksemplar setiap tahunnya.
Untuk lebih menjamin pembinaan produk halal telah
dibangun laboratorium halal, serta dilakukan berbagai
pertemuan dan koordinasi dengan instansi dan lembaga
berwenang termasuk pertemuan tingkat regional (ASEAN)
pada tahun 2003 dan pertemuan tingkat internasional pada
tahun 2004.
Dalam pembinaan keluarga harmonis kegiatan yang
telah dilakukan adalah pelatihan instruktur, penyuluhan dan
orientasi keluarga harmonis, pengadaan buku, bantuan
kesejahteraan, serta sosialisasi pembangunan keluarga
harmonis melalui media cetak dan elektronik. Data yang
tersedia untuk dapat dilaporkan adalah kegiatan pembinaan
keluarga harmonis pada tahun 2000 dilaksanakan di 4
propinsi. Dalam 3 tahun terakhir (2001-2003) pembinaan
keluarga harmonis setiap tahunnya dilaksanakan di seluruh
propinsi.
Pembinaan pranata keagamaan seperti zakat, wakaf,
infaq, shodaqoh, kolekte, dana punia serta dana paramita
terus ditingkatkan untuk mendorong kegiatan sosial yang
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
mengentaskan rakyat dari kemiskinan. Upaya yang telah
dilakukan dengan mengoptimalkan potensi dana sosial
keagamaan dan pembentukan lembaga pengelolanya yang
tersebar di semua propinsi. Pemanfaatan dana tersebut
dihimpun dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kesejahteraan umat. Untuk meningkatkan pelayanan telah
dilakukan penataran dan pembinaan pengelola dana sosial
keagamaan. Pada tahun 2000 telah dilaksanakan pembinaan
terhadap pengelolaan dana sosial keagamaan sebanyak 210
orang. Selanjutnya dalam kurun waktu 3 tahun terakhir
(2001, 2002, dan 2003) telah dilaksanaan kegiatan yang sama
VI 8

masing-masing sebanyak 399 orang, 420 orang, dan 462


orang.
Dalam rangka mengamankan penggunaan tanah wakaf,
tanah gereja dan pelaba pura dan wihara telah diberikan
bantuan untuk memperoleh sertifikat tanah agar tanah
tersebut memiliki kekuatan hukum sehingga lebih mudah
untuk pengembangan kesejahteraan kehidupan masyarakat.
Pada tahun 2000, telah dilaksanakan pemberian bantuan
sertifikasi tanah wakaf, tanah gereja, pelaba pura, dan wihara
sebanyak 1.774 petak. Selanjutnya pada tahun 2001, 2002,
dan 2003 telah dilaksanakan bantuan sertifikasi tanah
tersebut masing-masing sebanyak 1.971 petak, 2.193 petak,
dan 5.930 petak. Berbagai kegiatan lainnya yang juga telah
dilaksanakan adalah pengadaan buku juklak/pedoman
pengelolaan dana sosial keagamaan 69.483 eksemplar,
pembinaan urusan wakaf kepada 1.057 orang.
Sampai saat ini dilakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan pengelolaan haji dan umrah baik dari segi
kualitas pelayanan, perlindungan, efisiensi, transparansi dan
peningkatan peran swasta. Upaya perbaikan dan
penyempunaan tersebut antara lain dengan digunakannya
sistem komputerisasi haji terpadu (siskohat) untuk
pendaftaran haji, penulisan nama dalam paspor, dan
penentuan kuota haji. Untuk peningkatan mutu pelayanan
haji juga telah dilakukan tes psikologi dalam rekruitmen
petugas haji dan penyewaan pemondokan jemaah haji yang
lebih representatif. Di samping itu, dalam rangka keadilan
mulai diberlakukan sistem pendaftaran haji melalui tabungan
haji, sehingga setiap calon jemaah haji yang telah menabung
memperoleh kesempatan yang sama dan kepastian untuk
menunaikan ibadah haji.
Dalam rangka meningkatkan tranparansi pengelolaan
haji telah dilakukan berbagai upaya dengan mengikutsertakan
DPR dalam : (a) penentuan biaya penyelenggaraan ibadah
haji (BPIH), (b) pencarian dan pemantauan pemondokan
VI 9

jemaah haji di Arab Saudi. Selanjutnya untuk meningkatkan


peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan haji telah
dibuka kesempatan dan kebebasan bagi pengelola haji swasta
untuk menentukan maskapai penerbangan sendiri, sehingga
tidak ada monopoli dalam pelayanan pengangkutan jemaah
haji.
Untuk mendukung peningkatan pengelolaan haji juga
telah dilakukan penyediaan sarana dan parasarana haji.
Kegiatan yang telah dilaksanakan berupa pembangunan,
rehabilitasi dan penyempurnaan asrama haji, pengadaan
peralatan siskohat, pengadaan buku fiqih haji, penataran bagi
pelatih calon haji dan pengelola asrama. Pada tahun 2000
telah dilaksanakan pembangunan dan rehabilitasi asrama haji
sebanyak 1.295 m2. Selanjutnya pada tahun 2001 sebanyak
4.361 m2 dan pada tahun 2002 sebanyak 1.500 m2. Untuk
mendukung peningkatan partisipasi swasta (dunia usaha) dan
masyarakat dalam pelaksanaan haji telah dilaksanakan
pembinaan terhadap kelompok bimbingan ibadah haji
(KBIH). Pada tahun 2000 telah dilaksanakan pembinaan
terhadap 70 KBIH. Selanjutnya pada tahun 2001, 2002, dan
2003 telah dilaksanaan pembinaan masing-masing 80 KBIH,
85 KBIH, dan 90 KBIH.
ii.

Permasalahan dan Tantangan

Fasilitas yang dirasakan masih belum memadai seperti


Kantor Urusan Agama (KUA) baik dari jumlah dan kualitas,
sehingga KUA belum dapat melaksanakan fungsi dan
peranannya secara efektif. KUA sesuai dengan peranannya
bertugas untuk melaksanakan sebagian tugas Kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota di bidang Urusan
Agama Islam dalam wilayah Kecamatan. KUA berfungsi
pula melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus
dan membina masjid, zakat, wakaf, baitul mal dan ibadah
sosial, dan pengembangan keluarga sakinah.

VI 10

Sampai saat ini belum seluruh kecamatan memiliki KUA


sehingga masyarakat khususnya yang tinggal di daerah
terpencil belum dapat terlayani secara baik. Kondisi tersebut
diperburuk dengan belum tercukupinya tenaga baik jumlah
maupun kualitasnya sehingga pelayanan pada KUA yang
sudah ada juga belum optimal. Selain itu terjadinya
kerusuhan dan bencana alam telah menyebabkan terjadinya
kerusakan rumah-rumah ibadah dan Kantor-kantor Urusan
Agama.
Permasalahan lain adalah berhubungan dengan
pelaksanaan ibadah haji. Meskipun masyarakat yang
menunaikan ibadah haji telah dibatasi dengan kuota nasional
namun dari waktu ke waktu jumlah calon jemaah haji
cenderung meningkat melebihi kuota tersebut. Oleh
karenanya sebagian dari calon jemaah haji tidak dapat
menunaikan ibadah haji. Di samping itu, dalam
pelaksanaannya para calon jemaah sering dihadapkan pada
permasalahan khususnya di Arab Saudi seperti kondisi
pemondokan yang belum memadai, kurangnya fasilitas
pelayanan yang dimiliki Pemerintah Indonesia di Arab Saudi.
Permasalahan dimaksud diperburuk oleh profil jemaah haji
yang sangat heterogen, kurangnya pemahaman tentang
ibadah dan profesionalisme petugas haji.
Pada saat ini, masyarakat Indonesia khususnya pemeluk
agama Islam masih menghadapi permasalahan mengenai
jaminan produk halal. Sertifikasi dan labelisasi yang selama
ini dilakukan baru menjangkau sebagian kecil produk
makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik dan produk lain
yang beredar di masyarakat. Hal tersebut disebabkan belum
tersedianya sumber daya manusia yang memadai, dan
kurangnya informasi dan pedoman tentang labelisasi dan
sertifikasi produk halal serta belum mantapnya koordinasi
lintas sektor.
Disamping itu terdapat pula permasalahan mengenai
pelaksanaan zakat, wakaf, infak, shodaqoh, kolekte, dana
VI 11

punia, dana paramita, tanah gereja, pelaba pura dan wihara


yang secara potensial akan dapat membantu penggalangan
sumber daya untuk ikut mengentaskan kemiskinan dan
pemberdayaan masyarakat secara umum. Berbagai landasan
hukum telah disempurnakan dan banyak didirikan lembaga
pengelola dana sosial keagamaan, namun dalam
pelaksanaannya belum dapat berjalan secara efektif.
iii. Tindak lanjut yang diperlukan
Dengan memperhatikan berbagai permasalahan dan
tantangan sebagaimana tersebut di atas, beberapa tindak
lanjut diperlukan yaitu (a) peningkatan pelayanan kepada
masyarakat melalui pembangunan dan rehabilitasi gedung
KUA, pemenuhan kebutuhan tenaga KUA, peningkatan
pengetahuan dan keterampilan tenaga KUA sesuai dengan
tugas dan fungsinya, peningkatan pembinaan Keluarga
Sakinah/Sukinah/Bahagia/Hita Sukaya, dan peningkatan
Penasehatan
Perkawinan;
(b)
penanggulangan
penyalahgunaan narkoba, peningkatan pembinaan kepada
pengelola dana sosial keagamaan, dan penyusunan RUU
tentang Wakaf, sertifikasi tanah wakaf, tanah gereja, pelaba
pura dan wihara; (c) peningkatan pengelolaan pelayanan
ibadah haji terutama melalui peningkatan kualitas
pemondokan, profesionalisme petugas dan kemandirian
jemaah, dan (d) peningkatan perlindungan produk halal bagi
masyarakat melalui peningkatan pembinaan jaminan produk
halal.
2.

Program Peningkatan Pemahaman dan Pengamalan Agama


serta Kerukunan Hidup Umat Beragama
a.

Tujuan, Sasaran, dan Arah Kebijakan

Program ini bertujuan untuk : (1) meningkatkan pemahaman


dan pengamalan ajaran agama bagi setiap individu, keluarga,
masyarakat, dan penyelenggara negara; (2) memperkuat dasarVI 12

dasar kerukunan hidup intern dan antarumat beragama; dan (3)


membangun harmoni sosial dan persatuan nasional.
Sasaran program yang ingin dicapai adalah terciptanya
suasana kehidupan keagamaan yang kondusif bagi upaya
pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan ajaran
agama, yang mendukung bagi pembinaan kerukunan hidup intern
dan antarumat beragama.
Arah kebijakan yang ditempuh sesuai dengan yang telah
diuraikan pada bagian umum.
b.

Pelaksanaan
i.

Hasil yang dicapai

Untuk mencapai sasaran program telah diupayakan


beberapa kegiatan pokok: penerangan, bimbingan, dan
penyuluhan keagamaan, penyempurnaan metodologi dan
peningkatan wawasan juru dakwah, pembentukan jaringan
kerjasama antarumat beragama, musyawarah dan dialog
antartokoh dan umat beragama, serta mempercepat
penyelesaian RUU tentang Kerukunan Hidup Umat
Beragama.
Kegiatan
penerangan
dan
bimbingan
agama
diselenggarakan oleh umat berbagai agama terutama berupa
penyuluhan kepada penganut agama masing-masing baik di
perkotaan maupun di perdesaan termasuk daerah transmigrasi
dan terpencil. Penerangan dan bimbingan agama selain untuk
meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama
juga untuk memantapkan kerukunan hidup beragama dan
memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa.
Pada tahun 2000 telah dilaksanakan penerangan,
bimbingan dan penyuluhan agama terhadap 7.140 kelompok.
Selanjutnya pada tahun 2001, 2002, dan 2003 telah
dilaksanakan kegiatan yang sama masing-masing sebanyak
VI 13

13.566 kelompok, 22.384 kelompok, dan 19.620 kelompok.


Kegiatan lain yang menunjang pelaksanaan penerangan,
bimbingan dan penyuluhan agama adalah pengadaan brosur
penerangan agama, dan pengadaan paket dakwah.
Selanjutnya dalam rangka mendukung peningkatan
pemahaman dan pengamalan ajaran agama telah pula
diselenggarakan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ),
Pesparawi, Utsawa Dharma Gita, dan Festival Seni Baca
Kitab Suci Agama Budha. Pada tahun 2003 telah
diselenggarakan MTQ tingkat internasional di Jakarta.
Konflik yang bernuansa SARA berpotensi untuk
menimbulkan disintegrasi bangsa. Berbagai upaya telah
dilakukan oleh tokoh berbagai agama untuk mengembalikan
pada tatanan kehidupan semula, melalui forum silaturahmi
tokoh-tokoh berbagai agama, memfasilitasi pertemuan antar
badan musyawarah umat beragama dengan menerima atau
memberikan saran, usulan serta alternatif pemecahan
terhadap permasalahan yang ada baik yang berskala lokal,
regional, nasional maupun internasional.
Hal ini ditandai dengan telah dilaksanakannya
Konferensi Internasional Islam-Kristen di Jakarta yang
diikuti para pakar 18 negara untuk mengkaji sejarah
hubungan Kristen dan Islam dan membahas 4 dimensi
hubungan agama, politik, sosial dan ekonomi. Selain itu, juga
telah dilakukan pertemuan rekonsiliasi/rujuk sosial dengan
ditandai adanya Deklarasi Malino I dan Malino II sebagai
upaya mengatasi konflik.
Pembentukan Lembaga Pengkajian Kerukunan Umat
Beragama (LPKUB) yang berpusat di Yogyakarta dan
perwakilannya di Ambon dan Medan diharapkan menjadi
wadah dialog bagi para cendekiawan antar agama untuk
bersama-sama mengkaji, meneliti sejarah masyarakat dengan
komunitas yang majemuk untuk menemukan pemecahan
masalah secara tepat dalam suasana penuh kebersamaan dan
VI 14

persaudaraan. Melaksanakan check on the spot kepada


korban kerusuhan oleh para tokoh berbagai agama juga
merupakan upaya untuk melangkah pada pembentukan
rekonsiliasi/rujuk sosial. Kegiatan yang dilaksanakan dalam
rangka pembinaan kerukunan hidup umat beragama meliputi
musyawarah antar pemuka agama, musyawarah antara
pemuka berbagai agama, musyawarah antara pemuka
berbagai agama dengan pemerintah, dan musyawarah
cendekiawan antaragama.
Berbagai kegiatan untuk menciptakan dan meningkatkan
kerukunan yang dinamis dan kerjasama aktif intern dan
antarumat
beragama
telah
dilaksanakan
kunjungan/silaturahmi, dialog dan temu ilmiah. Pada tahun
2000 telah dilaksanakan sebanyak 6 kegiatan. Selanjutnya
pada tahun 2001, 2002, dan 2003 telah dilaksanakan masingmasing 8 kegiatan, 12 kegiatan, dan 14 kegiatan. Pada tingkat
pimpinan dan tokoh agama telah dilaksanakan musyawarah
dan pertemuan sebanyak 2 angkatan pada tahun 2000.
Kegiatan yang sama pada tahun 2001, 2002, dan 2003
masing-masing 4 angkatan, 6 angkatan, dan 8 angkatan.
Dalam rangka mengurangi beban para korban paska
kerusuhan sosial telah dilakukan pembinaan dan pemberian
paket bantuan masing-masing 4 propinsi pada tahun 2000
dan 2001. Sejak tahun 2002 sampai tahun 2003 kegiatan
yang sama terus dilaksanakan dengan cakupan wilayah
masing-masing 5 propinsi.
Untuk lebih menjamin terwujudnya kerukunan hidup
umat beragama perlu disusun UU tentang Kerukunan Hidup
Umat Beragama (KHUB). Dimulai pada tahun 2000 telah
dilakukan kajian akademis draft RUU, selanjutnya pada
tahun 2001 dilakukan penyusunan draft awal RUU, pada
tahun 2002 dilakukan penyempurnaan draft RUU, dan pada
tahun 2003 dilakukan pembahasan draft RUU.

VI 15

ii.

Permasalahan dan Tantangan

Kurangnya pemahaman tentang esensi ajaran agama


menjadi salah satu faktor penghambat upaya-upaya
terciptanya kerukunan intern dan antarumat beragama.
Konflik yang bernuasa SARA di beberapa wilayah di
Indonesia sampai saat ini belum dapat diselesaikan secara
baik. Konflik-konflik yang bermula dari permasalahan sosial,
ekonomi dan politik dapat berkembang menjadi konflik
agama karena munculnya solidaritas antarkelompok yang
berbeda pandangan keagamaan. Agama yang diharapkan
menjadi pemersatu dalam masyarakat dikhawatirkan dapat
menjadi pemicu perpecahan antarkelompok masyarakat.
iii. Tindak lanjut yang diperlukan
Upaya peningkatan kerukunan dalam kehidupan
beragama akan dilakukan melalui pembinaan dengan
berbagai pihak untuk terciptanya suasana kehidupan yang
harmonis intern dan antarumat beragama dengan melibatkan
masyarakat, pemuda, tokoh masyarakat dan tokoh agama
secara berkesinambungan. Selain itu juga akan dilakukan
pula rehabilitasi mental kepada korban paska kerusuhan dan
konflik sosial
3.

Program Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama


a.

Tujuan, Sasaran, dan Arah Kebijakan

Pendidikan agama di sekolah/madrasah bertujuan untuk


meningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama
bagi siswa guna meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
pembinaan akhlak mulia dan budi pekerti luhur.
Sasaran pembangunan program ini adalah menurunnya
pelanggaran etik dan moral yang dilakukan oleh siswa dan
mahasiswa, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.
VI 16

Arah kebijakan yang ditempuh sesuai dengan yang telah


diuraikan pada bagian umum.
b.

Pelaksanaan
i.

Hasil yang dicapai

Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan agama,


mulai tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 telah dilakukan
penyempurnaan materi pendidikan agama, metodologi
pengajaran dan sistem evaluasi pendidikan agama masingmasing 5 paket. Disamping itu, dilaksanakan penataran,
lokakarya dan penyetaraan D-II dan D-III bagi guru agama
pada tahun 2000 sebanyak 1.462 orang, pada tahun 2001
sebanyak 2.706 orang. Peningkatan kapasitas dan kualitas
guru agama tersebut juga dilakukan pada tahun 2002
sebanyak 4.465 orang, dan pada tahun 2003 sebanyak 1.310
orang.
Selanjutnya untuk mendukung peningkatan kualitas
pendidikan agama di sekolah/madrasah pada tahun 2000
telah dilaksanakan: pembangunan dan rehabilitasi sarana
ibadah sebanyak 263 buah. Kegiatan ini terus ditingkatkan
menjadi 1.307 buah selama kurun waktu 3 tahun terakhir.
Pemberian bantuan sarana peribadatan telah dilaksanakan
sebanyak 413 buah pada tahun 2000, dan terus dilanjutkan
dalam 3 tahun terakhir sebanyak 2.048 buah (data secara
rinci dapat dilihat dalam matriks pencapaian indikator
kinerja).
Kegiatan lain yang dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan
kualitas
pendidikan
agama
di
sekolah/madrasah adalah meningkatkan kegiatan kesiswaan:
ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang bernafaskan
keagamaan di seluruh propinsi; meningkatkan mutu dosen
agama di perguruan tinggi melalui pelatihan sebanyak 1.560
orang pada tahun 2000, dan selama 3 tahun terakhir (20012003) pelatihan telah dilakukan terhadap sebayak 4.740
VI 17

orang; menambah jumlah SKS mata kuliah pendidikan


agama, dan menyediakan literatur keagamaan bagi
pelaksanaan pendidikan agama di perguruan tinggi, yaitu
sebanyak 620.612 eksemplar pada tahun 2000. Kegiatan
tersebut dilanjutkan pada 3 tahun terakhir 2001, 2002, dan
2003 masing-masing 433.000 eksemplar, 592.236 eksemplar,
dan 555.588 eksemplar.
ii.

Permasalahan dan Tantangan

Kualitas pendidikan agama sampai saat ini masih belum


berjalan secara maksimal. Pendidikan agama yang
seharusnya merupakan upaya dan proses mendidik siswa
untuk memahami atau mengetahui nilai-nilai agama yang
sekaligus untuk dihayati dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari, pada kenyataannya masih banyak diberikan
dalam bentuk hafalan. Hal tersebut antara lain menyebabkan
siswa belum sepenuhnya mampu memahami dan
menjalankan ibadah agamanya serta mengamalkannya dalam
kehidupan bermasyarakat. Mutu pendidikan agama yang
dilakukan di sekolah tidak hanya ditentukan oleh
kesempurnaan struktur program pembelajaran, akan tetapi
juga ditentukan oleh ketersediaan sarana pembelajaran
seperti buku pelajaran agama yang tidak hanya menekankan
pada pelaksanaan ritual keagamaan tetapi juga pada
hubungan sosial. Selanjutnya mutu dan jumlah guru mata
pelajaran agama sampai saat ini masih belum memadai.
iii. Tindak lanjut yang diperlukan
Meningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan
ajaran agama bagi siswa dan mahasiswa dengan
menyempurnakan kurikulum pendidikan agama yang lebih
menekankan kepada kenyataan kehidupan sosial sehari-hari.
Penyempurnaan kurikulum pendidikan agama pada saat yang
sama harus diimbangi dengan pengembangan bahan ajar
berupa modul dan buku-buku paket lainnya, peningkatan

VI 18

kualitas dan wawasan serta memenuhi jumlah guru-guru


agama.
4.

Program Pembinaan Lembaga Sosial Keagamaan dan


Lembaga Pendidikan Tradisional Keagamaan
a.

Tujuan, Sasaran, dan Arah Kebijakan

Program ini bertujuan: (1) memberdayakan dan


meningkatkan kapasitas serta kualitas lembaga sosial keagamaan,
dan (2) memberikan pelayanan pendidikan bagi masyarakat
khususnya di perdesaan yang berlatar sosial ekonomi lemah.
Sasaran program ini adalah meningkatnya peranan lembaga
sosial keagamaan dan lembaga pendidikan tradisional keagamaan
dalam pembangunan nasional dan memperkuat nilai-nilai
keagamaan dalam perubahan sosial.
Arah kebijakan yang ditempuh sesuai dengan yang telah
diuraikan pada bagian umum.
b.

Pelaksanaan
i.

Hasil yang dicapai

Upaya peningkatan kapasitas dan kualitas lembagalembaga sosial keagamaan (LSK) telah dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan antara lain bantuan buku pelajaran,
sosialisasi
pemberdayaan
LSK,
pelatihan
penyuluhan/penerangan
agama,
serta
orientasi
pengembangan LSK. Pengadaan buku pelajaran pada tahun
2000 telah dilaksanakan sebanyak 122.500 eksemplar, dan
pada tahun 2001 sebanyak 292.000 eksemplar. Selanjutnya
kegiatan yang sama pada tahun 2002 sebanyak 482.625
eksemplar, dan pada tahun 2003 sebanyak 542.000
eksemplar.

VI 19

Disamping itu, telah dilakukan pula sosialisasi


pemberdayaan LSK di 20 lokasi pada tahun 2000,
selanjutnya pada tahun 2001, 2002, dan 2003 masing-masing
di 30 lokasi, 50 lokasi, dan 55 lokasi. Pelatihan
penyuluh/penerangan agama pada tahun 2000 sebanyak 100
orang. Pada tahun 2001, 2002, dan 2003 masing-masing
sebanyak 200 orang, 330 orang, dan 352 orang; dan orientasi
pengembangan LSK sebanyak 100 orang pada tahun 2000,
dan pada tahun 2001, 2002, dan 2003 masing-masing
sebanyak 125 orang, 206 orang, dan 211 orang.
Dalam rangka meningkatkan peranan lembaga-lembaga
sosial keagamaan dalam pembangunan dan pengembangan
masyarakat telah dilaksanakan pelatihan pemberdayaan
ekonomi dan orientasi pengembangan kelembagaan. Pada
tahun 2000 kegiatan pelatihan pemberdayaan ekonomi diikuti
sebanyak 30 orang. Selanjutnya pada tahun 2001, 2002, dan
2003 kegiatan tersebut diikuti oleh masing-masing 60 orang,
100 orang, dan 121 orang. Sedangkan kegiatan orientasi
pembangunan kelembagaan pada tahun 2000 diikuti
sebanyak 120 orang, dan pada tahun 2001, 2002, dan 2003
masing-masing diikuti oleh 240 orang.
Dukungan lainnya kepada lembaga pendidikan
keagamaan adalah meningkatkan sarana dan prasarana
melalui pengadaan alat peraga pendidikan dan alat
keterampilan dan praktek. Pada tahun 2000 pengadaan alat
peraga pendidikan sebanyak 100 buah. Sedangkan pengadaan
alat keterampilan dan praktek pada tahun 2001 sebanyak 916
buah, pada tahun 2002 sebanyak 1.511 buah, dan pada tahun
2003 sebanyak 1.614 buah. Disamping itu, dilakukan
pembangunan bengkel kerja dan rehabilitasi gedung pada
tahun 2000 sebanyak 2.906 buah, dan pada tahun 2001, 2002,
2003 dan 2003 masing-masing sebanyak 2.906 buah, 4.795
buah, dan 4.134 buah.
Selanjutnya dalam rangka meningkatkan kualitas
manajemen lembaga pendidikan keagamaan (LPK) telah
VI 20

dilaksanakan penataran tenaga pembina/pengelola LPK


sebanyak 1.730 orang pada tahun 2000. Sedangkan pada
tahun 2001, 2002, dan 2003 masing-masing sebanyak 2.830
orang, 4.670 orang, dan 5.170 orang.
ii.

Permasalahan dan Tantangan

Upaya peningkatan peran dan fungsi lembaga-lembaga


sosial keagamaan dalam ikut serta mengatasi dampak negatif
perubahan yang terjadi di semua aspek kehidupan belum
sepenuhnya berhasil dilaksanakan. Meskipun jumlah
lembaga -lembaga sosial keagamaan terus meningkat, namun
tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas sehingga
sebagian besar lembaga tersebut belum mampu memerankan
fungsi sebagai agen perubahan sosial dalam masyarakat.
Lembaga-lembaga sosial keagamaan juga dinilai belum
mampu berperan dalam mengurangi dampak negatif
ekstrimisme yang dapat memicu terjadinya perselisihan antar
kelompok baik dalam satu agama maupun dengan agama
lain. Disamping itu, LSK belum mampu secara optimal
membantu kegiatan pelayanan keagamaan.
iii. Tindak lanjut yang diperlukan
Meningkatkan kualitas dan kapasitas lembaga sosial
keagamaan, dan lembaga pendidikan keagamaan perlu
dilakukan dengan memperbaiki manajemen kepemimpinan
yang lebih demokratis dan transformatif. Disamping itu perlu
diberikan bantuan operasional pengelolaan lembaga sosial
keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan. Dengan
demikian diharapkan pada waktu mendatang lembagalembaga tersebut menjadi agen pembangunan bagi
masyarakat di lingkungannya.

VI 21

Anda mungkin juga menyukai