Anda di halaman 1dari 34

I.

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Laporan keuangan memiliki banyak fungsi, diantaranya sebagai acuan investor
dalam melakukan pengambilan keputusan. Hal ini dikarenakan, laporan keuangan
mengandung banyak informasi yang bermanfaat untuk para penggunanya. Ada beberapa
pihak lain yang menjadi pengguna laporan keuangan., seperti pemerintah, suppliers dan
konsumen. Oleh karena itu, perusahaan akan mengeluarkan laporan keuangan bersifat
wajib (mandatory) maupun sukarela (voluntary).
Semakin cepat perusahaan dalam menyampaikan laporan keuangannya, maka
akan menjadikan nilai tambah bagi perusahaan. Agar informasi keuangan menjadi
berharga bagi para penggunanya, maka laporan keuangan harus memiliki sifat tepat
waktu dan disampaikan sesegera mungkin untuk tetap menjaga relevansi kandungan
informasinya. Kecepatan dalam melakukan penyerahan laporan keuangan merupakan
karakteristik yang penting bagi informasi akuntansi. Hal ini dikarenakan informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan akan digunakan oleh publik dalam untuk berbagai
pengambilan keputusan. Dengan demikian maka dapat dikatakan keterlambatan
penyampaian laporan keuangan akan menyebabkan distorsi nilai dan manfaat dari
keberadaan laporan keuangan bersangkutan. Unsur kecepatan adalah tersedianya
informasi bagi pembuatan keputusan pada saat dibutuhkan sebelum informasi tersebut
kehilangan kekuatan untuk mempengaruhi keputusan. Keterlambatan informasi
menyebabkan tanggapan atau keputusan yang berlaku akan menjadikan informasi tidak
memiliki nilai tambah lagi.

Menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang peraturan pasar modal dan
diperbaharui oleh BAPEPAM pada tahun 1996 disebutkan bahwa semua perusahaan yang
terdaftar di pasar modal wajib meyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit secara
berkala kepada BAPEPAM selambat-lambatnya 90 hari terhitung sejak tanggal
berakhirnya tahun buku dan kemudian laporan keuangan tersebut diumumkan kepada
masyarakat. Apabila perusahaan tersebut terlambat menyampaikan laporan keuangan
maka dikenakan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
sanksi dan denda yang dikenakan pada perusahaan yang terlambat menyampaikan
laporan keuangan cukup berat, akan tetapi masih ada perusahaan yang menyampaiakan
laporan keuangan dengan tidak tepat waktu. Dalam merdeka online tanggal 13 Agustus
2012, BEI mencatatkan ada sekitar 54 emiten yang terlambat melaporkan laporan
keuangan tahun 2011 yang telah diaudit yang dilaporkan tahun 2012 ini. Sebelumnya
pada tahun 2011 terdapat 62 emiten yang terlambat melaporkan laporan keuangan tahun
2010. Lalu pada tahun 2010 tercatat 68 emiten yang melaporkan laporan keuangan tahun
2009. Selain laporan keuangan tahunan, sepanjang triwulan I 2012 sebanyak 74 emiten
juga tercatat terlambat melaporkan laporan keuangan triwulanan, sedangkan triwulan II
ada 29 emiten yang telat melaporkan laporan keuangan.
Ada banyak hal yang melatarbelakangi keterlambatan perusahaan dalam
melakukan penyampaian laporan keuangan kepada BAPEPAM. Berdasarkan beberapa
penelitian yang telah ada, para peneliti- peneliti terdahulu mencoba mengungkapkan
faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan dalam penyampaian laporan keuangan.
Faktor-faktor tersebut antara lain profitabilitas, leverage, size perusahaan, opini audit,
jenis kantor akuntan, return saham, dan lain sebagainya.

Penelitian ini merupakan generalisasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ishak
dan Rashid (2010), dimana penelitian yang dilakukan di Malaysia tersebut menggunakan
company ownership sebagai variabel independennya. Pada penelitian ini, peneliti
mencoba mengembangkan faktor lain yang diduga mempengaruhi kecepatan dalam
penyampaian laporan keuangan sebagai variabel independen yaitu gearing ratio,
comprehensive income dan earning management untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap kecepatan dalam penyampaian laporan keuangan di Indonesia.
Rasio gearing memberikan ketidakpastian terhadap ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan, karena semakin tinggi tingkat gearing, maka perusahaan akan semakin
mendapatkan tekanan dalam penyajian laporan keuangan yang tepat waktu.
Selanjutnya mengenai keberadaan pos laba komperhensif, keberadaan pos ini
menyebabkan pihak manajemen harus berkomunikasi lebih lanjut dengan pihak auditor
sebelum menyajikannya dalam laporan keuangan. Sehingga, perusahaan memerlukan
waktu untuk menyajikan laporan keuangan.
Selain gearing ratio dan comprehensive income, peneliti juga mengangkat
variabel lain yaitu earning managemet. Earning management merupakan kebijakan yang
dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan untuk menurunkan ataupun menaikkan laba
karena hal tertentu. Aktivitas ini akan mengganggu penyampaian laporan keuangan
karena perusahaan harus memodifikasi laporan keuangannya.

1.2.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang

akan dibahas dalam penelitian ini adalah Apakah Gearing Ratio, Comprehensive
Income

dan

Earning

Management

berpengaruh

terhadap

kecepatan

penyampaian laporan keuangan di perusaaan yang terdaftar di BEI?.

1.3.

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengungkap, memperoleh dan menguji bukti empiris tentang :
1. Besarnya pengaruh gearing ratio terhadap terhadap kecepatan penyampaian
laporan keuangan di perusaaan yang terdaftar di BEI.
2. Besarnya pengaruh comprehensive income terhadap kecepatan penyampaian
laporan keuangan di perusaaan yang terdaftar di BEI.
3. Besarnya pengaruh earning management terhadap kecepatan penyampaian
laporan keuangan di perusaaan yang terdaftar di BEI.

1.4.

Manfaat Penelitian
1.

Manfaat Teoritis
a.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

referensi dan

memberikan sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis maupun


civitas

akademika lainnya dalam

rangka mengembangkan ilmu

pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.


b.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan


pemahaman lebih mendalam kepada manajemen, analisis laporan
4

keuangan, investor dan kreditur mengenai pengaruh gearing ratio,


comprehensive income dan earning management pada kecepatan
perusahaan dalam penyampaian laporan keuangan di Bursa Efek
Indonesia.
c.

Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai referensi


bagi penelitan-penelitian selanjutnya.

2.

Manfaat Praktis
a.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan evaluasi


bagi manajemen atau para pembuat laporan keuangan sehingga
dapat

meningkatkan

kualitas

laporan

keuangannya

dan

menyampaikannya tepat waktu.


b.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak pembuat


keputusan untuk menentukan kebijakan atau mengevaluasi
keefektifan regulasi yang sudah ada mengenai aturan penyerahan
laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI.

II. DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1.

Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan digunakan untuk memahami hubungan antara manajemen dan


pemilik perusahaan. Dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak yang mana satu
orang atau lebih (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa
atas nama prinsipal dan memberikan wewenang kepada agen untuk membuat keputusan
yang terbaik bagi prinsipal (Jensen dan Meckling., 1976). Konflik kepentingan itu dapat
mendorong timbulnya biaya keagenan. Jensen dan Meckling (1976) merumuskan tiga
jenis biaya keagenan, yaitu biaya monitoring, biaya bonding dan biaya kerugian residual.
Prinsipal dapat membatasi divergensi dari kepentingannya dengan menetapkan insentif
yang layak dan dengan mengeluarkan biaya monitoring. Biaya monitoring ditujukkan
untuk memantau agar agen tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang menyimpang.
Disamping itu, agen dimungkinkan untuk membelanjakan sumber daya perusahaan, hal
itu yang disebut dengan (biaya bonding). Hal ini agar agen tidak melakukan hal yang
dapat merugikan prinsipal. Untuk biaya kerugian residual (residual loss), nilai uang yang
ekuivalen dengan pengurangan kesejahteraan yang dialami oleh prinsipal juga merupakan
biaya yang timbul dari hubungan keagenan.
Laporan keuangan menjadi sarana yang menjembatani komunikasi antara pihak
agen dan prinsipal. Sehingga dibutuhkan kelengkapan (comprehensivenesss) sebagi
bentuk kualitas dalam penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan yang disajikan
dengan andal sekaligus relevan merupakan ukuran yang diharapkan oleh pihak prinsipal
dari pihak agen pelaksana perusahaan mereka.

2.2.

Teori Pensinyalan (Signalling Theory)

Teori Persinyalan yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2001)


merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk
bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Teori ini
memaparkan berbagai macam alasan dari perusahaan memiliki insentif untuk melaporkan
informasi dalam bentuk laporan keuangan baik secara secara sukarela maupun wajib.
Hal ini bertujuan untuk mencari, mengikat, atau bahkan mempertahankan investor yang
tertarik pada perusahaan.
Selain itu, informasi dalam laporan keuangan yang disampaikan perusahaan
bertujuan untuk mengurangi information asymmetry antara perusahaan dengan pihak
eksternal perusahaan (Wolk., 2001).

2.3.

Teori Kepatuhan (Compliance Theory)

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kepatuhan berasal dari kata patuh,
yang berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin.
Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian laporan
keuangan tahunan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dan selanjutnya diatur dalam Peraturan
BAPEPAM Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: KEP36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Secara
hukum, peraturan tersebut menimbulkan adanya kepatuhan bagi setiap individu maupun
organisasi terutama perusahaan publik yang terlibat di pasar modal Indonesia untuk

menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan secara tepat waktu kepada


BAPEPAM.
Teori kepatuhan telah diteliti dalam ilmu-ilmu sosial khususnya di bidang
psikologi dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam
mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Menurut Tyler dalam Aditya ( 2005)
terdapat dua perspektif dasar mengenai kepatuhan hukum yaitu instrumental dan
normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh
kepentingan pribadi dan tanggapan-tanggapan terhadap perubahan insentif, dan penalti
yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang
orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka.
Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten
dengan norma-norma internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal
(normative commitment through morality) berarti mematuhi hukum karena hukum
tersebut dianggap sebagai keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi
(normative commitment through legitimacy) berarti mematuhi peraturan karena otoritas
penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk mendikte perilaku (Sudaryanti, 2008).
Teori kepatuhan dapat mendorong seseorang untuk lebih mematuhi peraturan yang
berlaku, sama halnya dengan perusahaan yang berusaha untuk menyampaikan laporan
keuangan secara tepat waktu karena selain merupakan suatu kewajiban perusahaan untuk
menyampaikan laporan keuangan tepat waktu, juga akan sangat bermanfaat bagi para
pengguna laporan keuangan.

2.4.

Gearing Ratio

Gearing ratio merupakan salah satu rasio financial leverage ratio. Financial
leverage menunjukkan resiko suatu perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian
suatu harga saham. Wild (2003) menyatakan bahwa financial leverage ratio mengukur
hubungan antara total aktiva dengan modal ekuitas biasa yang digunakan untuk mendanai
aktiva. Semakin besar proporsi aktiva yang dibiayai oleh modal ekuitas saham biasa,
semakin rendah rasio leverage keuangan. Untuk perusahaan yang berhasil menggunakan
leverage, rasio leverage keuangan yang tinggi meningkatkan pengembalian ekuitas.
Sejalan dengan hal tersebut, risiko terkait dengan perubahan dalam profitabilitas lebih
tinggi, jika rasio leverage keuangan lebih tinggi. Apabila tingkat gearing tinggi
menunjukan resiko finansial atau resiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan
pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya apabila financial leverage rendah maka
resiko financial atau resiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan
semakin rendah (Watt dan Zimm., 2004).
Gearing merupakan alat ukur untuk menilai seberapa jauh perusahaan bergantung
kepada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Gearing mengacu pada jumlah
pendanaan yang berasal dari utang perusahaan kepada kreditur. Semakin tinggi tingkat
gearing suatu perusahaan, maka menunjukkan bahwa tingkat utang perusahaan tersebut
tinggi. Selain itu semakin besar tingkat gearing suatu perusahaan, maka perusahaan
tersebut akan cenderung mendapatkan tekanan untuk menyediakan laporan keuangan
secepatnya bagi pihak kreditur dan bagi para semua pihak yang membutuhkannya.
2.5.

Comprehensive Income
SFAC Nomor 130 menyatakan bahwa comprehensive income adalah pelaporan
yang dipergunakan untuk menyajikan secara total keseluruhan komponen dalam

pelaporan ekuitas. Pelaporan ini digunakan untuk melaporkan item -item seperti
pendapatan, biaya, keuntungan ataupun kerugian yang secara tersendiri dalam prinsip
akuntansi berterima umum dimasukan dalam jenis pelaporan pos laba komprehensif
tetapi dalam penyajian dipihak lain tidak termasuk dalam pos pelaporan net income. Pos
laba komprehensif merupakan item yang secara tersendiri langsung ditandingkan dalam
laporan perubahan modal tanpa melalui penandingan lebih dahulu dalam pelaporan laba
rugi.
Tanggal 23 Desember 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah
mengesahkan PSAK 1 revisi 2009 (Penyajian Laporan Keuangan) yang mengacu pada
Internasional Accounting Standar (IAS) 1 tentang Presentation of Financial Statement.
PSAK tersebut berlaku sejak 1 Januari 2011. Salah satu perubahan yang signifikan dari
PSAK tersebut adalah

perubahan format laba rugi komprehensif atau statement of

comprehensive income yang sebelumnya biasa disebut laporan laba rugi (income
statement) dalam format tersebut terdapat pos laba komprehensif (other comprehensive
income).
Pos laba komprehensif berisi berbagai item yang berkaiatan dengan pendapatan
atau distribusi bagi pemegang saham yang dapat diakui langsung pada pelaporan ekuitas.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gine (2011), contoh item yang termasuk dalam pos
laba komprehensif adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi atas tersedia untuk
dijual efek dari kegiatan investasi PSAK 50/IAS 39/ SFAS 115.
2.

Keuntungan atau kerugian derevatif yang dimiliki sebagai lindung


batas (hedging) (nilai arus kas hanya porsi efektif) (PSAK 55/IAS

10

39/SFAS 133). Akuntansi Instrumen derevatif dan akuntansi lindung


nilai.
3. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan
keuangan anak perusahaan asing (translasi kurs). (PSAK 11/IAS
21/SFAS52). Kurs karena penjabaran.
4. Keuntungan dan kerugian aktuarial atas imbalan pasti diakui
(minimum pensiun penyesuian kewajiban) (PSAK 24 /IAS 19 / SFAS
158). Imbalan Kerja.
5. Surplus penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap dan asset tidak
berwujud (PSAK 16 dan PSAK 19) IAS 16 dan IAS 38). Penilaian
Aktiva Tetap.

2.5.1. Tujuan Pelaporan Comprehensive Income

Tujuan pelaporan pos laba komprehensif adalah untuk melaporkan pengukuran


dari perubahan ekuitas dalam suatu perusahaan yang terjadi karena transaksi atau
kejadian ekonomi dalam suatu periode pelaporan selain transaksi yang melibatkan
pemilik. Transaksi yang dimaksud juga termasuk perubahan dalam ekuitas dalam periode
akuntansi kecuali transaksi yang melibatkan penanaman modal dari pemilik ataupun
distribusi atau pemberian deviden kepada pemilik. Pos laba komprehensif adalah jumlah

11

dari net income dan item lain yang mengalami perlakuan bypass (pos laba komprehensif)
dari laporan keuangan karena item-item ini belum diakui pada laporan keuangan,
termasuk item seperti keuntungan atau kerugiaan holding karena penjualan penjualan
sekuritas dan keuntungan atau kerugian karena transaksi mata uang asing atau
keuntungan atau kerugian karena revaluasi nilai aktiva tetap. Item-item kejadian diatas
memang bukan merupakan bagian dari pelaporan net income, tetapi karena cukup penting
maka akan dimasukan kedalam pelaporan pos laba komprehensif sehingga mampu
memberikan gambaran yang lebih mendetail dan lebih terstruktur tentang keadaan
perusahaan secara keseluruhan Akun yang temasuk dalam pos laba komprehensif tetapi
tidak termasuk dalam net income akan dilaporkan dalam pelaporan ekuitas.

2.5.2.

Klasifikasi Comprehensive Income

Pos yang termasuk dalam pelaporan comprehensive income akan diklasifikasikan


berdasarkan sifat alamiahnya sebagai contoh dalam pelaporan comprehensive income
akan diklasifikasikan secara terpisah antara item transaksi mata uang asing, keuntungan
ataupun kerugian karena dana pensiun ataupun transaksi asset atau obligasi yang
berkaitan dengan pensiun, laba atau rugi yang belum terealisasi atas investasi atau ekuitas
yang masih dalam bentuk sekuritas. Ataupun keuntungan maupun kerugian karena
revaluasi nilai aktiva tetap.
2.6.

Earning Management

12

Scott (2000) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut Given that


managers can choose accounting policies from a set (for example, GAAP), it is natural to
expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market
value of the firm. Dari definisi tersebut manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan
akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat
memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan.

2.6.1.

Motivasi Earning Management

Scott (2000) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba, yaitu:


1. Bonus Purposes
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak
secara oportunistik untuk melakukan manajemen labadengan memaksimalkan
laba saat ini.

2. Political Motivation
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkanpada
perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi labayang dilaporkan
karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan
peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation Motivation

13

Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling


nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan untuk
penghematan pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan
untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerjap erusahaan buruk,
mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
5. Initial Public Offering ( IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan
menyebabkan

manajer perusahaan yang akan go public melakukan

manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.


6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor
sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa
perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.

2.6.2. Model- Model Earning Management

Scoot (2000) menyatakan ada beberapa bentuk manajemen laba yaitu:

1. Taking a bath

14

Dalam bentuk jika manajemen harus melaporkan kerugian, maka


manajemen akan melaporkan dalam jumlah besar. Dengan tindakan ini
manajemen berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan
kesalahan kerugian piutang perusahaan dapat dilimpahkan ke
manajemen lama, jika terjadi pergantian manajer.

2. Income Minimization (menurunkan laba)


Dalam bentuk ini manajer akan menurunkan laba untuk tujuan
tertentu, misalnya: untuk tujuan penghematan kewajiban pajak yang
harus dibayar perusahaan kepada pemerintah. Karena semakin rendah
laba yang dilaporkan perusahaan semakin rendah pula pajak yang
harus dibayarkan.

3. Income Maximization (meningkatkan laba)


Dalam bentuk ini manajer akan berusaha menaikkan laba untuk tujuan
tertentu, misalnya: menjelang IPO manajer akan meningkatkan laba
dengan harapan mendapatkan reaksi yang positif dari pasar.

4. Income Smoothing (perataan laba)


Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan,
dengan tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor, karena
umumnya investor menyukai laba yang relatif stabil.

15

2.7.

Laporan Keuangan
Laporan keuanggan merupakan media komunikasi antara pihak agen dan prinsipal
dan diketahui bahwa kelengkapan (comprehensiveness) adalah suatu bentuk kualitas
dalam penyajian laporan keuangan. Penyajian keuangan yang andal sekaligus relevan
merupakan ukuran yang diharapkan oleh pihak prinsipal dari pihak agen pelaksana
perusahaan mereka. Pihak agen pastinya menghendaki respon yang baik dari pihak
prinsipal, pihak agen akan menyajikan laporan yang lebih komprehensif agar terdapat
respon yang baik dari pihak prinsipal.

2.7.1. Pengguna Laporan Keuangan


Laporan Keuangan memberikan manfaat ke banyak pihak yang terbagi dalam
dua kelompok menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002 ),
pemakai laporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Internal
a. Pengelola (direksi & manajemen)
Laporan keuangan memberikan informasi yang digunakan dalam
pengambilan keputusan, evaluasi usaha yang sedang berjalan, melakukan
budgeting dan kontrol internal. Jika informasi keuangan yang diberikan

16

akurat, maka pengelola bisa mengambil keputusan dengan jernih


berdasarkan data-data yang dimiliki.
b. Karyawan
Karyawan Anda akan tertarik dengan informasi keuangan yang terkait
dengan stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Hal ini dapat memberikan
gambaran apakah perusahaan mampu

memberikan balas jasa dan

menyediakan kesempatan bekerja dan berkarir untuk jangka waktu yang


lama
2. Eksternal
a. Investor atau owner
Investor atau owner berkepentingan dengan informasi yang berhubungan
dengan resiko yang terkait dengan investasi modal. Informasi tersebut
akan membantu mengambil keputusan apakah harus menambah modal,
mengurangi atau menjual sahamnya. Selain itu investor juga perlu menilai
kemampuan perusahaan membayarkan dividen atau bagi hasil.
b. Pemberi Pinjaman
Pihak yang memberi pinjaman berkepentingan dengan informasi yang
menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutang beserta bunganya
dengan tepat waktu. Laporan keuangan dapat membantu mereka untuk
menentukan besar plafon, bunga dan jangka waktu yang diberikan.

17

c. Suppliers
Pihak

suppliers

dan

pemberi

hutang

jangka

pendek

lainnya

berkepentingan dengan informasi yang menunjukkan kemampuan


perusahaan membayar hutang jangka pendeknya. Informasi tersebut akan
membantu suppliers untuk menentukan jumlah piutang yang diberikan dan
jangka waktunya.
d. Pelanggan
Pelanggan

memerlukan

informasi

yang

berhubungan

dengan

kelangsungan perusahaan, terutama pelanggan yang melakukan kerjasama


jangka panjang. Pelanggan yang loyal membutuhkan hubungan jangka
panjang dan langgeng.
e. Pemerintah
Bagi pemerintah, mereka dapat menilai kemampuan perusahaan dalam
membayar pajak.
2.7.2. Peraturan Pelaporan Keuangan di Indonesia

Laporan keuangan adalah proses terakhir yang berupa informasi dari suatu proses
akuntansi dalam suatu perusahaan. Informasi keuangan yang sesegera mungkin kepada
publik dapat mempengaruhi aktivitas pasar dan harga sekuritas perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di BEI. Pada undang-undang (UU) No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal

18

dinyatakan secara jelas bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan
secara berkala kepada BAPEPAM.
Pada tahun 1996, BAPEPAM mengeluarkan lampiran keputusan ketua
BAPEPAM Nomor: KEP-80/PM/1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan
perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan dan
laporan auditor independennya kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan
keempat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan. Lebih spesifik
lagi mengenai pelaporan perusahaan publik diatur dalam Peraturan BAPEPAM Nomor
VIII.G.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-38/PM/2003 tentang
Laporan Tahunan yang berlaku sejak tanggal 17 Januari 1996. Pada tanggal 7 Desember
2006,

untuk

meningkatkan

kualitas

keterbukaan

informasi

kepada

publik,

diberlakukanlah Peraturan BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor X.K.6, Lampiran


Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-134/BL/2006 tentang Kewajiban
Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik.
Sejak tanggal 30 September 2003, BAPEPAM semakin memperketat peraturan
dengan dikeluarkannya peraturan BAPEPAM Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua
Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan
Berkala. Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 ini menyatakan bahwa laporan keuangan
tahunan harus disertai dengan laporan Akuntan dengan pendapat yang lazim dan
disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari)
setelah tanggal laporan keuangan tahunan dan dalam Peraturan BAPEPAM dan LK
Nomor X.K.6 dinyatakan bahwa dalam hal penyampaian laporan tahunan dimaksud
melewati batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan sebagaimana diatur dalam

19

Peraturan BAPEPAM Nomor X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan


Berkala, maka hal tersebut diperhitungkan sebagai keterlambatan penyampaian laporan
keuangan tahunan.

2.8.

Perusahaan Swasta

Suatu perusahaan swasta atau perusahaan tertutup adalah sebuah perusahaan


bisnis yang dimiliki oleh organisasi non-pemerintah atau sekelompok kecil pemegang
saham atau anggota-anggota perusahaan yang tidak menawarkan atau memperdagangkan
stock (saham) perusahaannya kepada masyarakat umum melalui pasar saham, namun
saham perusahaan ditawarkan, dimiliki dan diperdagangkan atau dibursakan secara
swasta. Modal perusahaan swasta seluruhnya dimiliki oleh swasta dan tidak ada campur
tangan Pemerintah. Perusahaan swasta ini ada tiga macam, yaitu :
1. Perusahaan swasta nasional, yaitu perusahaan swasta milik warga negara
Indonesia.
2. Perusahaan swasta-asing, yaitu perusahaan swasta milik warga negara
asing .
3. Perusahaan swasta campuran (joint-venture), yaitu perusahaan swasta
milik warga negara Indonesia dan warga negara.
2.9.

Hasil- hasil Penelitian Terdahulu


Penelitian-penelitian

terdahulu tentang

faktor-faktor yang

mempengaruhi

kecepatan penyampaian laporan keuangan perusahaan diringkas dalam tabel dibawah ini :

20

Judul Penelitian

Variabel

Metode

Hasil Penelitian

Peneliti
Analisis
(Tahun)
Ishak dan

The Effect of

Kepemilkan perusahaan

Analisis

Kepemilikan

Rashid

Company Ownership

sebagai variabel independen

Regresi

Perusahaan

(2011)

On The Timeliness

dan ketepatan waktu

Berganda

berpengaruh terhadap

Of Financial

penyampaian laporan

ketepatan waktu

Reporting: Empirical

keuangan sebagai variabel

penyampaian laporan

Evidence From

dependen.

keuangan.

Malysia.
Gine

Pengaruh Pos Laba

Pos Laba Komprehensif

(2008)

Komprehensif Pada

sebagai Variabel Independen

Analisis
Regresi
Sederhana

Pos laba komprehensif


berpengaruh pada

Kecepatan

dan Kecepatan

Penyampaian

Penyampaian Laporan

penyampaian laporan

Laporan Keuangan

Keuangan sebagai variabel

keuangan.

Yang Terdaftar Di

Dependen.

BEI.
Analisis Faktor-faktor

Profitabilitas, Ukuran

Analisis

Semua variabel

Yang Berpengaruh

Perusahaan, Reputasi

Regresi

independen yang

Terhadap Ketepatan

Kantor KAP, dan Pergantian

Logistik

diteliti berpengaruh

Waktu Penyampaian

Auditor sebagai Variabel

terhadap Ketepatan

Laporan Keuangan

Independen. Ketepatan

Waktu Penyampaian

Perusahaan

waktu penyampaian laporan

Laporan Keuangan,

Pariwisata.

keuangan sebagai variabel

kecuali ukuran

Michelle

Timeliness Laporan

dependen.
Profitabilitas, Size

dan Sofyan

Keuangan Di

Perusahaan, Return Saham,

Rio (2012)

(2008)

Indonesia.

dan Kantor Akuntan Besar

Analisis
Regresi
Logistik

kecepatan

perusahaan.
Hanya ada dua variabel
dependen yang
berpengaruh signifikan

sebagai variabel

terhadap ketepatan

independen. Sedangkan

waktu laporan

ketepatan waktu sebagai

keuangan, yaitu

variabel dependen.

Profitabilitas dan
Kantor Akuntan Besar.

2.10.

Pengembangan Hipotesis

2.10.1. Pengaruh Gearing Ratio Terhadap Kecepatan penyampaian Laporan Keuangan


21

Semakin tinggi tingkat gearing suatu perusahaan, maka menunjukkan bahwa


tingkat utang perusahaan tersebut tinggi. Selain itu semakin besar tingkat gearing suatu
perusahaan, maka perusahaan tersebut akan cenderung mendapatkan tekanan untuk
menyediakan laporan keuangan secepatnya bagi pihak kreditur dan bagi para semua
pihak yang membutuhkannya. Hal ini yang menjadi dasar perkiraan yang tertuang dalam
hipotesis sebagai berikut :
H1 : Gearing Ratio berpengaruh negatif terhadap kecepatan penyampaian
laporan keuangan.

2.10.2. Pengaruh Comprehensive Income Terhadap Kecepatan penyampaian Laporan


Keuangan

Pelaporan comprehensive income diduga akan menunjukan suatu bentuk


pelaporan yang lebih mendetail jika dibandingkan bentuk pelaporan net income yang
tidak mencantumkan keberadaan pos comprehensive income. Dengan demikian dapat
dipastikan bahwa dengan pelaporan keuangan yang mencantumkan pos comprehensive
income

perusahaan

memungkinkan

untuk

menyajikan

lebih

detail

bentuk

pertanggungjawaban pelaporan keuangan. Walau secara penyajian pelaporan keuangan


dengan mencantumkan pos comprehensive income lebih mendetail dibandingkan dengan
pelaporan net income diduga pula bahwa pelaporan pos comprehensive income akan
memerlukan sejumlah waktu yang lebih jika dibandingkan dengan pelaporan net income.
Hal ini dakarenakan dalam penyajian pos comprehensive income mengharuskan pihak

22

manajemen berkoordinasi lebih mendetail dengan pihak auditor. Hal ini yang menjadi
dasar perkiraan yang tertuang dalam hipotesis sebagai berikut :
H2 : Comprehensive Income berpengaruh negatif terhadap kecepatan
penyampaian laporan keuangan.

2.10.3.Pengaruh Earning Management Terhadap Kecepatan Penyampaian Laporan


Keuangan

Berdasarkan motivasi dilakukannya earning management yang dikemukakan oleh


Scoot (2000), seperti bonus purposes, political motivation, taxation motivation, initial
public offering ( IPO), dan informasi kepada investor. Hal ini yang mendasari mengapa
earning management berpengaruh terhadap kecepatan penyampaian laporan keuangan.
Dimana ada konflik kepentingan dari dalam internal perusahaan yang ingin menaikkan
laba untuk beberapa kepentingan. Sehingga, pihak perusahaan membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk menyesuaikan laba dalam laporan keuangan sesuai harapan perusahaan.
Hal ini yang menjadi dasar perkiraan yang tertuang dalam hipotesis sebagai berikut :
H3 : Earning Management berpengaruh negatif terhadap kecepatan
penyampaian laporan keuangan.

23

III. METODE PENELITIAN


3.1.

Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan swasta yang ada di
Indonesia. Sampel yang akan digunakan adalah perusahaan-perusahaan swasta yang telah
terdaftar di BEI.

3.1.1. Metode Pengambilan Sampel


Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu
salah satu metode non random sampling yang memilih sampel berdasarkan kriteriakriteria yang ditetapkan untuk mencapai tujuan penelitian (Cooper dan Schindler dalam
Rio., 2012). Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh dengan tujuan penelitian dan
relatif dapat dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan metode
tersebut maka yang menjadi kriteria penentuan sampel yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Perusahaan yang terdaftar di BEJ antara tahun 2007-2011.
2. Perusahaan yang masuk kategori Perusahaan swasta.
3. Perusahaan telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan
yang telah diaudit oleh auditor independen untuk tahun buku 2007-2011.
4. Menampilkan data tanggal penyampaian laporan keuangan tahunan ke
BAPEPAM untuk tahun 2007-2011.
5. Perusahaan yang menampilkan data dan informasi yang digunakan untuk
menganalisis

variabel

independen

yang

mempengaruhi

kecepatan

penyampaian laporan keuangan tahun 2007-2011.


24

6. Perusahaan yang tetap aktif beroperasi dan tidak menghentikan


aktivitasnya di pasar modal sampai dengan bulan Desember 2011.
7. Perusahaan memiliki periode laporan keuangan berakhir pada tanggal 31
Desember .
3.2.
3.2.1.

Data Penelitian
Sumber Data
Data yang digunakan yang digunakan adalah data sekunder, yaitu laporan
keuangan perusahaan swasta yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011. Untuk semua
periode penelitian dibutuhkan data yang berasal dari laporan keuangan yaitu neraca dan
laporan laba rugi. Data berupa laporan keuangan tersebut diperoleh melalui Pojok Bursa
& Galery Valbury Asian Securities (VAST) Universitas Atma Jaya Yogyakarta, situs
keuangan di internet seperti www.idx.co.id, situs Bapepam (www.bapepam.go.id), dan
Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
strategi arsip. Oleh karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka teknik
pengumpulan data yang dapat digunakan adalah teknik pengumpulan data dari basis data
yang sudaah ada .
3.3. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independen merupakan variabel yang dapat menyebabkan perubahan
pada variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah gearing ratio,

25

comprehensive income dan earning management. Sedangkan, variabel dependen


merupakan variabel yang terikat oleh variabel independen, artinya jika variabel
independen mengalami perubahan, maka variabel dependennya juga akan berubah.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecepatan penyampaian laporan keuangan.
3.4 . Operasionalisasi Variabel
3.4.1. Variabel independen
1.

Gearing Ratio
Rasio Gearing merupakan salah rasio yang dapat menunjukkan
dan mengukur seberapa jauh kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban keuangan perusahaan melalui pengelolaan modal atau aktiva
perusahaan. Rasio Gearing dalam penelitian ini diukur berdasarkan
perbandingan antara total kewajiban jangka panjang dengan modal sendiri
yang dirumuskan sebagai berikut (Tauringana and Clark., 2000 ) :
Gearing = Kewajiban Jangka Panjang / Modal Sendiri

2.

Comprehensive Income
Comprehensive income diukur dengan jumlah item pos laba
komprehensif

yang

disajikan

dalam

pelaporan

perubahan

ekuitas.

Comprehensive income menunjukkan keberadaan item-item khusus yang


tidak dapat digolongkan dalam akun-akun yang terdapat di dalam laporan
keuangan perusahaan. Hal ini diukur dari ada atau tidaknya laporan
mengenai comprehensive income di dalam laporan keuangan perusahaan.
Dalam penelitian ini, comprehensive income diukur menggunakan variabel
dummy, dimana nilai 0 untuk perusahaan yang tidak melaporkan
comprehensive income, sedangkan nilai 1 untuk perusahaan yang
melaporkannya dalam laporan keuangan.

26

3.

Earning Management
Earnings management sebagai variabel independen diproksi
dengan discretionary accruals dan dihitung dengan The Modified Jones
Model. Alasan pemilihan model Jones yang dimodifikasi ini karena model
ini dianggap sebagai model yang paling baik dalam mendeteksi
manajemen laba dibandingkan dengan model lain serta memberikan hasil
yang paling kuat (Dechow et al., 1995 dalam Ginanjar, 2011). Langkahlangkah dalam menghitung discretionary accruals sebagai berikut:
a.

TA (total accrual) = Net income Cash flow from operation

b.

Tat/At-1=1 (1/At-1) + 2 (REVt/At-1) + 3 (PPEt/At-1) +


Keterangan :

c.

At-1

= Total aset pada periode t-1

REVt

= Perubahan pendapatan dalam periode t

PPEt

= Property, Plan, and Equipment

1, 2, 3

= koefisien regresi

NDA = 1 (1/At-1) + 2 (REVt-RECt)/At-1) + 3 (PPEt/At-1)

Keterangan:
RECt

= Perubahan piutang bersih dalam


periode t

Selanjutnya dapat dihitung nilai discretionary accruals sebagai berikut:


d.

DACit = TAt /At-1-NDA


Keterangan:
DACit

= Discretionary accruals pada periode t

NDA

= Non discretionary accruals

3.4.2. Variabel dependen


1. Kecepatan penyampaian laporan keuangan

27

Variabel dependen dalam penelitian ini merupakan variabel


dummy dan Ghozali (2005) menyatakan bahwa variabel dummy atau
kualitatif

menunjukkan keberadaan (presence) atau ketidakberadaan

(obsence) dari kualitas atau suatu atribut. Cara mengkuantifikasi variabel


kualitatif adalah dengan membentuk variabel artificial dengan nilai 0
untuk perusahaan yang tepat waktu dan nilai 1 untuk perusahaan yang
melaporkan dengan tidak tepat waktu.

Operasionalisasi dari masing- masing variabel adalah sebagai berikut:

Variabel
Gearing Ratio

Simbol
GEAR

Skala
Rasio

Pengukuran
Kewajiban Jangka
Panjang / Ekuitas

Comprehensive

COMPIN

Nominal

Melaporkan = 1

Income
Tidak Melaporkan = 0
Earning

EARN

Rasio

DACit = TAt /At-1-NDA

TIME

Nominal

Tepat waktu = 0

Management
Ketepatan
Penyampaian

Tidak tepat waktu = 1

Laporan
Keuangan

3.5.

Model Empiris

28

Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh
gearing ratio, comprehensive income dan earning management berpengaruh terhadap
kecepatan penyampaian laporan keuangan di perusaaan yang terdaftar di BEI adalah
analisis regresi logistik (logistic regression). Hal ini dilakukan karena variabel dependen
merupakan data kualitatif yang menggunakan variabel dummy. Regresi logistik adalah
regresi yang digunakan sejauh mana kemungkinan terjadinya variabel dependen dapat
diprediksi dengan variabel independen. Regresi logistik merupakan suatu bagian dari
analisis regresi yang digunakan ketika variabel dependen merupakan variabel dikotomi.
Dalam hal ini dapat dianalisis dengan Logistic Regression karena tidak perlu asumsi
normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali., 2005). Model regresi logistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
TIME = + 1 GEAR+ 2 COMPIN + 3 EARN + e
Keterangan :
TIME

= Ketepatan Penyampaian Laporan Keuangan

GEAR

= Gearing Ratio

COMPIN

= Comprehensive Income

EARN

= Earning Management

1, 2, 3, 4

3.6.

= Eror
= Konstanta
= Koefisien variabel

Analisis Data

3.6.1. Uji Hipotesis


29

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan menggunakan regresi


logistik (logistic regression). Menurut (Ghozali., 2005) metode ini cocok digunakan
untuk penelitian yang variabel dependennya bersifat kategorikal (nominal atau non
metrik) dan variabel independennya kombinasi antara metrik dan non metrik seperti
halnya dalam penelitian ini.
Logistic regression digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel Gearing
Ratio, Comprehensive Income dan Earning Management berpengaruh terhadap kecepatan
penyampaian laporan keuangan. Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji
normalitas data karena menurut (Ghozali., 2005) logistic regression tidak memerlukan
asumsi normalitas pada variabel bebasnya. Asumsi multivariate normal disini tidak dapat
dipenuhi karena variabel bebasnya merupakan campuran antara kontinyu (metric) dan
kategorikal (non metric). Selanjutnya menurut Kuncoro (2001) logistic regression tidak
memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model. Artinya,
variabel penjelas tidak harus memiliki distribusi normal, linear maupun memiliki varian
yang sama dalam setiap group. Gujarati (1995) menyatakan bahwa logistic regression
juga mengabaikan

masalah heteroscedacity, artinya disini variabel dependen tidak

memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel independennya. Namun


demikian analisis pengujian dengan logistic regression menurut Santoso (2004) perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Menilai Kelayakan Model Regresi


Perhatikan output dari Hosmer and Lemeshow dengan hipotesis:

30

H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang


diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.

H1 : Ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi


dengan klasifikasi yang diamati.

Dasar pengambilan keputusan:


Perhatikan nilai goodness of fit yang diukur dengan nilai Chi-Square pada
bagian bawah uji Hosmer and Lemeshow:
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
2. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Perhatikan angka -2 Log Likelihood (LL) pada awal (block Number = 0)
dan angka -2 Log Likelihood pada block Number = 1. Jika terjadi
penurunan angka Log Likelihood (block Number = 0 block Number = 1)
menunjukkan model regresi yang baik. Log Likelihood pada logistic
regression mirip dengan pengertian sum of squared error pada model
regresi sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi
yang baik.

3. Menguji Koefisien Regresi


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam uji koefisien regresi adalah:
a. Tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5%, Mason (1999)
dalam Ukago (2004) menyatakan bahwa tidak terdapat suatu level
signifikan yang dapat diaplikasikan untuk semua pengujian. Pada
umumnya level 5% (0,05) untuk riset konsumen, level 1% (0,01)

31

untuk quality insurance, dan level 10% (0,10) untuk political


polling.
b.

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada


significant p-value (probabilitas value) jika p-value (significant) >
(5%), maka hipotesis alternatif ditolak. Sebaliknya jika p-value <
(5%), maka hipotesis diterima.

32

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Septiani. 2005. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian


Laporan Keuangan. Tesis Dipublikasi : Universitas Diponegoro, Semarang.
Brigham, Eugene dan Joel Houston. 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi 8,
Jakarta: Salemba Empat.
FASB, 1978. Statement of Financial Accounting Standards No. 130: Reporting Comprehensive
Income. Stamford: Connecticut.
Ginanjar, Adi. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan Leverage Terhadap Earning
Management Pada Perusahaan Yang Melakukan IPO di BEI. Skripsi Dipublikasi:
Universitas Diponogoro, Semarang.
Gine, Prena. 2011. Pengaruh Pos Laba Komprehensif Pada Kecepatan Penyampaian Laporan
Keuangan Yang Terdaftar Di BEI. Tesis Dipublikasi: Universitas Udayana, Denpasar.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Kuncoro, Mudrajad. 2001. Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi.
Edisi Pertama. Cetakan Pertama . Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Hartono, Jogiyanto. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman. Yogyakarta: BPFE.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Ishak dan Rashid. 2011. The Effect of Company Ownership On The Timeliness Of Financial
Reporting: Empirical Evidence From Malaysia: UNITAR E-JOURNAL Vol. 6, No. 2,
June 2010.
Jensen, M. C. dan Meckling, W. H. 1976. Theory of Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs
and Ownership Structure. Journal of Financial
Michelle dan Sofyan. 2008. Timeliness Laporan Keuangan Di Indonesia. Media Riset Akuntansi,
Auditing, Dan Informasi Vol 8, No. 2, Agustus 2008.
Rio, Sidaruk. 2012. Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu
Penyampaian Laporan Keuangan Perusahaan Pariwisata. Skripsi Dibpublikasi:
Unniversitas Sumatera Utara, Medan.

33

Santoso, Singgih, 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Cetakan keempat, Jakarta:
PT.Elex Media Komputindo, Gramedia.
Scott, W.R., 2000. Financial Accounting Theory. Second Edition. New Jersey : Prentice Hall
Sudaryanti, Nunik. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan
Keuangan

Perusahaan

Manufaktur

di

Bursa

Efek

Indonesia.

Skripsi

Tidak

Dipublikasikan: Universitas Diponegoro, Semarang.


Survey Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Pada Emiten Di BEI. 2012. Diambil
tanggal 13 Agustus dari http://www.merdekaonline.com.
Tauringana, V. and S. Clark. 2000. Demand for External Auditing: Managerial Share
Ownership, Size,13Gearing and Liquidity Influences. Management Accounting Journal,
Vol. 15 No. 4, 160-168.
Watts R. and J.L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. New York: Prentice Hall.
Wild.J.J., K.R.Subramanyam dan R.F. Halsey. 2003. Financial Statement Analysis. Eight
Edition. Singapore: McGraw-Hill.
Wolk, H.I., Tearney M.G., dan James L. Dodd, 2001. Accounting Theory: A Conceptual and
Institutional Approach., 5th Edition. South Western College Publishing.
www.bapepam.go.id

34

Anda mungkin juga menyukai