Anda di halaman 1dari 7

TEORI KEAGENAN

(AGENCY THEORY)

OLEH:
Ida Ayu Putu Rika Maharani

(1315351010)

Muhammad Faris Naufal

(1315351012)

Komang Wahyu Surya Saputra

(1315351019)

PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2016

1. Teori Keagenan
Teori keagenan (agency theory) dikembangkan oleh Jensen dan Meclking pada tahun
1976 pada tulisannya yang berjudul Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs, and
ownership structure. Dalam makalah ini Jensen dan Meclking memanfaatkan kemajuan terbaru
dari teori Hak Milik, Keagenan, dan Keuangan untuk mengembangkan teori struktur
kepemilikan pada perusahaan. Selain mengikat bersama elemen dari teori masing-masing tiga
bidang ini, analisis mereka melemparkan cahaya baru dan memiliki implikasi untuk berbagai
masalah dalam literatur profesional dan populer termasuk definisi dari perusahaan, "pemisahan
kepemilikan dan kontrol ,tanggung jawab sosial " dari bisnis, definisi dari" fungsi tujuan
perusahaan, "penentuan struktur modal yang optimal, spesifikasi isi perjanjian kredit, teori
organisasi, dan sisi pasokan dari pemenuhan masalah yang ada di Pasar. Teori keagenan
dibangun sebagai upaya untuk memecahkan memahami dan memecahkan masalah yang muncul
manakala ada ketidaklengkapan informasi pada saat melakukan kontrak (perikatan) pada suatu
perusahaan.
Hubungan keagenan terjadi ketika Shareholder (pemilik saham) yang secara harfiah
adalah pemilik perusahaan memperkerjakan Manajer untuk mengelola perusahaan yang
dimilikinya, dimana Manajer sendiri bertugas untuk membuat keputusan demi kelangsungan
hidup perusahaan. Dalam asumsi sebuah perusahaan yang dimiliki oleh Shareholder tetapi
dikelola oleh Manajer, dapat terjadi pemilik tidak dapat secara sempurna dan mendapat cara yang
murah (low cost) untuk memonitor tindakan yang dilakukan Manajer (Agent) dalam mengelola
perusahaan, pemilik juga tidak dapat secara sempurna untuk mendapatkan / memiliki informasi
yang tersedia yang dimiliki oleh Manajer (agent). Timbulnya informasi yang asimetris ini akan
menyebabkan perbedaan pendapat bahkan dapat terjadi perbedaan kepentingan antara kedua
pihak tersebut. Adanya ketidakseimbangan informasi/asimetri informasi antara shareholder dan
manajemen serta perbedaan tujuan demi kepentingan yang berbeda akan menimbulakan
hubungan yang tidak serasi antara manajer dan para pemegang saham. Maka akan timbul lah
hubungan keagenan (Agency Relationship), dimana Hubungan Keagenan terjadi jika salah satu
pihak dalam transaksi (pemilik/principal) mendelegasikan autoritasnya kepada pihak lain

(manager/agents) dan kemakmuran pemilik dipengaruhi oleh pilihan (keputusan) manajemen


(agent).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa definisi dari teori keagenan adalah
hubugan antara principal (pemilik/pemegang saham) dan agent (manajer). Dan di dalam
hubungan keagenan tersebut terdapat suatu kontrak dimana pihak principal memberi wewenang
kepada agent untuk mengelola usahanya dan membuat keputusan yang terbaik bagi principal.
Menurut Eisenhard (1980), teori keagenan dilandasi oleh tiga buah asumsi, yaitu:
1. Asumsi tentang sifat manusia
Asumsi tentang manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk
mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded
rationality) dan tidak menyukai resiko (risk aversion)
2. Asumsi tentang keorganisasian
Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi efisien sebagai
kriteria produktivitas, dan adanya Asymmetric Information antara principal dan agent
3. Asumsi tentang informasi
4. Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang
komoditi yang diperjual belikan.
Dengan adanya masalah agensi yang disebabkan karena konfilk kepentingan dan asimetri
informasi ini, maka perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost). Jensen
dan Meclking (1976) membagi biaya keagenan menjadi tiga, yaitu:
1. Monitoring Cost
Monitoring cost atau biaya monitoring adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh
principal untuk memonitor perilaku agent.
2. Bonding Cost
Bonding cost atau biaya pengamanan adalah biaya yang ditanggung oleh agent untuk
menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak
untuk kepentingan prinsipal
3. Residual Loss
Residual loss atau kerugian residual adalah nilai keriguan yang dialami principal
akibat keputusan yang diambil oleh agent yang menyimpang dari keputusan yang
dibuat oleh principal.

Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya kondisi yang


disebut sebagai asimetri informasi. Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen dengan
pemilik akan memberi kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba sehingga
akan menyesatkan pemegang saham mengenai kinerja ekonomi perusahaan.
2. Good Corporate Governance
Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan,
diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa
mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance
sangat berkaitan dengan bagaimana membuat para investor yakin bahwa manajer akan
memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan menggelapkan atau
menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan modal
yang telah ditanamkan oleh investor.
Good corporate governance (GCG) menurut Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG, 2006) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Corporate governance
berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun
terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang
sehat dan iklim usaha yang kondusif.
Dapat disimpulkan bahwa Corparate Governance adalah system yang mengatur,
mengelola dan mengawasi kegiatan perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan sekaligus
sebagai bentuk perhatian terhadap stakeholders, karyawan, kreditur, dan masyarakat. Penerapan
CG baik (GCG) akan menjaga keseimbangan antara pencapaian tujuan ekonomi dan tujuan
masyarakat serta menjauhkan perusahaan dari pengelolaan yang buruk yang mengakibatkan
perusahaan terkena masalah.
A. Prinsip Corporate Governance
Corporate Governance memiliki prinsip-prinsip yang diciptakan oleh OECD yang
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan internasional oleh penguasa Negara, investor,
perusahaan dan para stakeholder perusahaan, baik di Negara anggpta OECD maupun Negara non
anggota (Sutojo, dan Aldridge, 2005).

Prinsip-prinsip CG yang diterbitkan OECD itu mencakup:


1) Hak pemegang saham dan fungsi pokok kepemilikan perusahaan/ (the rights of
shareholders and key ownership functions ).
Pemegang saham mempunyaihak-hak tertentu. OECD menyarankan hak-hak tersebut
dilindungi baik secara hokum maupun oleh manajemen perusahaan.
2) Perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang saham (the equitable treatment of
shareholders)
3) Peranan stakeholders yang terkait dengan perusahaan (the role of stakeholders)
4) Prinsip pengungkapan informasi perusahaan secara transparan (disclosure and
transparency)
5) Tanggung jawab dewan pengurus (the responbilities of Board)
Di Indonesia sendiri terhadap prinsip-prinsip CG yang ditetapkan oleh KNKG dimana
prinsip-prinsip CG berdasarkan Pedoman Umum Good Corparate Governance Indonesia 2006
adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Transparansi
Akuntabilitas
Tanggung jawab
Independensi
Kewajaran dan kesetaraan

B. Unsur Corporate Governance


Unsur-unsur (person in charge) dalam CG yang baik terdiri atas:
1) Pemegang Saham
Pemegang saham (shareholder) adalah individu institusi yang mmepunyai taruhan vital
(vital stake) dalam perusahaan
2) Komisaris dan Direksi
UU No. 1/1995 mengenai perseroan terbatas menganut two board system yaitu direksi
dan komisaris dimana direksi sebagai pengurus dan komisaris sebagai pengawas.
3) Komite Audit
Komite audit didesain untuk membanu board dan individual director untuk melaksanakan
kewajiban mereka, terutama yang berhubungan dengan control internal perusahaan,
pelaporan informasi keuangan, dan standar prilaku perusahaan.
4) Sekretaris Perusahaan
Fungsi sekretaris perusahaan harus dilaksanakan oleh seorang direktur perusahaan listing
atau pejabat perusahaan listing yang ditunjuk khusus.

5) Manajer dan Karyawan


Manajer menempati posisi yang strategic karena pengetahuan mereka dan pengambilan
keputusan dari hari ke hari. Karyawan khususnya mewakili serikat pekerja atau mereka
yang memiliki saham dalam perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan tata kelola
perusahaan tertentu
6) Auditor Eksternal
Bertanggung jawab memberikan informasi berupa opini/pendapat terhadap laporan
keuangan perusahaan
7) Auditor Internal
Merupakan auditor independen dalam perusahaan yang bertugas untuk menilai
operasional dan aktivitas perusahaan secara objektif, internal audit membantu perusahaan
untuk membuat laporan keuangan agar sesuai dengan peraturan yang berlaku.
8) Stakeholders lainnya (pemerintah, kreditur, dan lain-lain)
C. Tujuan Corporate Governance
Menurut Sutojo dan Aldridge, 2005 ada 5 tujuan utama dalam Good Corporate Governance:
1. Good Corporate Governance memiliki peran yang pentingdalam membangun dan
mempertahankan integritasperusaaanyangmengontrolrisikotimbulnya kecurangan(fraud)
dalam sebuah peruashaan, dan jugga memberatas adanya manajemen yang buruk dan
2.
3.
4.
5.

salah dalam perusahaan.


Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham
Melindungi hak dan kepentingan stakeholder lainnya non pemegang saham
Meningkatkan nilai perusahaan dan pemegang saham
Meningkatkan efesiensi dan efektivitas kerja BOD dan manajemen perusahaan serta
meningkatkan mutu hubungan BOD dengan manajemen senior perusahaan.

Referensi:
Eisenhardt, M, K. (1989). Agency theory: An assessment and review. Academy of Management
Review, 14(1), 57).
Jensen, M., and Meckling, W. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs, and
ownership structure. Journal of Financial Economics, 3: 305-360.
Dwitridinda. 2007. Pengaruh penerapan Good Corporate Governance terhadap Teori Keagenan,
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai