Anda di halaman 1dari 7

STROKE

A. Definisi
Stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukkan adanya beberapa kelainan otak
baik secara fungsional maupun structural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari
pembuluh darah serebral atau dari seluruh system pembuluh darah otak (Doenges, 2000).
Stroke atau cidera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2001)
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif, cepat
berupa deficit neurologis vocal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
menimbulkan kematian. Semata-mata disebabkan oleh peredaran darah otak non
traumatic (Mansjoer, 2000).
B. Klasifikasi
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala klinisnya, yaitu :
1. Stroke Haemorhagi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
Stoke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan oleh
perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena
trauma kapitis, disebabkan oleh karena pacahnya pembuluh arteri, vena dan
kapiler. (Widjaja,1994)
Perdarah otak dibagi dua, yaitu :
Perdarahan Intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hypertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema
otak. Peningkatan TIK yang terjadi lebih cepat, dapat mengakibatkan
kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang
disebabkan karena hypertensi sering dijumpai di daerah putamen,
thalamus, pons dan serebelum.
Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi
dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya
arteri dan keluarnya ke ruang su arachnoid menyebabkan TIK meningkat
mendadak, meregangnya struktur peka nyeri dan vasospasme pembuluh
darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi
sensorik, afasia, dll).

2. Stroke Non Haemorhagic (CVA Infark)


Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya :
TIA (Trans Iskemik Attack)
Gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit
sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan
dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
Stroke Involusi
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat
berjalan 24 jam atau beberapa hari.
Stroke Komplit
Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai
dengan istilah stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
C. Etiologi
Penyebab stroke dapat dibagi tiga, yaitu :
1. Trombosis Serebri
Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama
thrombosis serebral yang merupakan penyebab paling umum dari stroke. Thrombosis
ditemukan pada 40% dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patoogi.
Biasanya ada kaitannya dengan kerusakan local dinding pembuluh darah akibat
aterosklerosis.
2. Emboli Serebri
Emboli serebri termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab utama stroke.
Penderita embolisme biasanya lebih muda dibandingkan dengan penderita
thrombosis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu thrombus dalam jantung
sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit
jantung.
3. Hemoragi
Hemoragi dapat terjadi di luar durameter (hemoragi ekstra dural atau epidural) di
bawah durameter (hemoragi subdural), di ruang sub arachnoid (hemoragi
subarachnoid atau dalam substansial otak).
D. Factor Resiko
1. Hipertensi
Merupakan factor resiko utama. Hipertensi dapat disebabakan arterosklerosis
pembuluh darah serebral, sehingga pembuluh darah tersebut mengalami penebalan
dan degenerasi yang kemudian pecah / menimbulkan pendarahan.
2. Penyakit kardiovakuler
Misalnya embilisme serebral berasal dari jantung seperti penyakit arteri koronaria,
gagal jantung kongestif, MCI, hipertrofi ventrikel kiri.

3.

4.
5.

6.

7.

Pada fibrilasi atrium menyebabkan penurunan CO, sehingga perfusi darah ke otak
menurun, maka otak akan kekurangan oksigen yang akhirnya dapat terjadi stroke.
Pada arterosklerosis elastisitas pembuluh darah menurun, sehingga perfusi ke otak
menurun juga pada akhirnya terjadi stroke.
Diabetes mellitus
Pada penyakit DM akan mengalami penyakit vaskuler, sehingga terjadi
mikrovaskularisasi dan akan terjadi aterosklerosis, terjadinya asterosklerosis dapat
meyebabkan emboli yang kemudian menyumbat dan terjadi iskemia, iskemia
menyebabkan perfusi mmotak menurun dan pada akhirnya terjadi stroke.
Merokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga
memungkinkan penumpukan arterosklerosis dan kemudian berakibat pada stroke.
Alkoholik
Pada alkoholik dapat menyebabkan hipertensi, penurunan aliran darah ke otak dan
kardiak aritmia serta kelainan motilitas pembuluh darah sehingga terjadi emboli
serebral.
Peningkatan kolesterol
Peningkatan kolesterol tubuh dapat menyebabkan arterosklerosis dan
terbentuknya emboli lemak sehingga aluran darah lambat termasuk ke otak, maka
perfusi otak menurun.
Obesitas
Pada obesitas kadar kolesterol tinggi. Selain itu dapat mengalami hipertensi
karena terjadi gangguan pada pembuluh darah. Keadaan ini berkontribusi pada stroke.

E. Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangna oksigen.
Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena thrombus dan embolus, maka
mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1 menit dapat
mengarah pada gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Selanjutnya
kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosisi
mikroskopik neiron-neuron. Area nekrotik kemudian disebut infark. Kekurangan oksigen
pada awalnya mungkin akibat iskemia mum (karena henti jantung atau hipotensi) atau
hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena
embolus dapat merupakan akibat dari bekuan darah, udara, plaque, atheroma fragmen
lemak. Jika etiologi stroke adalah hemorhagi maka factor pencetus adalah hipertensi.
Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi rupture dan dapat menyebabkan
hemorhagi.
Pada stroke thrombosis atau metabolic maka otak mengalami iskemia dan infark
sulit ditentukan. Ada peluang dominan stoke akan meluas setelah serangan pertama
sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan intracranial (TIK) dan
kematian pada area yang luas. Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena
dan luasnya saat terkena.
Gangguan pasokan aliran otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri
yang membentuk sirkulasi Willisi: arteria karotis interna dan system vertebrobasilar dan

semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus
selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingatkan
bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang
diperdarahi oleh arteri tersebut.
Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadahi
daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai
proses yang terjadi didalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat
berupa:
a. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti aterosklerosis dan
thrombosis, robeknya dinding pembuluh atau peradangan.
b. Berkurangnya perfusi akibat gangguan aliran darah, misalnya syok atau
hiperviskositas darah.
c. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung
atau pembuluh ekstrakranium.
d. Rupture vaskuler didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.
F. WOC
G. Manifestasi Klinik
Pada stroke non haemoragik gejala utamanya adalah timbulnya deficit neurologis
secara mendadak atau subakut, didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat
atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun, kecuali bila embolus cukup besar.
Menurut WHO, dalam Internasional Statistic Classification Of Diseases And
Related Health Problem 10th Revision, stroke dapat dibagi atas:
1. Perdarahan intraserebral (PIS)
Srtoke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecuali nyeri
kepala karena hipertensi. Serangan seringkali setiap hari, saat aktivitas, atau
emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah seringkali terjadi
sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun cepat masuk koma (65%
terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara setengah sampai 2 jam dan 12% terjadi
setelah 2 jam, sampai 19 hari).
2. Perdarahan subaraknoid (PSA)
Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan
akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala atau tanda
rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid
karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis
interna. Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan likasinya. Manifestasi stroke dapat berupa:
a) Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak
b) Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih angoota badan
c) Perubahan mendadak status normal
d) Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan memahami ucapan)
e) Ataksia anggota badan
f) Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala

Gejala Khusus pada pasien stroke :


1. Kehilangan motoric
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan control
volunteer terhadap gerakan motoric, misalnya :
Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
Hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh)
Menurunnya tonus otot abnormal
2. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi,
misalnya :
Disartria, yaitu kesulitan berbicara yang ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara.
Disfasia atau afasia atau kehilangan bicara yang terutama ekspresif/represif.
Apraksia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya.
3. Gangguan persepsi
Homonimus hemianopsis, yaitu kehilangan setengah lapang pandang dimana
sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis.
Amorfosintesis, yaitu keadaan dimana cenderung berpaling dari satu sisi
tubuh yang sakit dan mengabaikan sisi yang sakit tersebut.
Gangguan hubungan visual spasia, yaitu gangguan dalam mendapatkan
hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial.
Kehilangan sensori, antara lain tidak mampu merasakan posisi dan gerakan
bagian tubuh (kehilangan proprioseptik) sulit menginterpretasikan stimulasi
visual, taktil, auditorius.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi
arteri, okulasi/rupture.
2. Elektro encefalography
Mengidentifikasi masalah didasarkan pasa gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
3. Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari
masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral. Klasifikasi
parsial dinding, aneurisma pada perdarahan sub arachnoid.
4. Ultrasonography Doppler

Mengindentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri karotis/aliran


darah/muncul plaque/arterosklerosis).
5. CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.
6. MRI
Menunjukkan adanya tekanan abnormal dan biasanya ada trombosisi, emboli dan
TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan hemarogi sub
arachnoid/perdarahan intrakranal.
7. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri
yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke,
menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari massa
yang meluas.
8. Pemeriksaan laboratorium
a) Pungsi lumbal: tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli dan TIA.
Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid atau intracranial. Kadar protein
total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan proses inflamasi.
b) Pemeriksaan darah rutin
c) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun
kembali.
I. Komplikasi
1. Berhubungan dengan immobilisasi

Infeksi pernafasan

Nyeri yang berhubungan dengan daerah yang tertekan

Konstipasi

Tromboflebitis
2. Berhubungan dengan mobilisasi

Nyeri pada daerah punggung

Dislokasi sendi
3. Berhubungan dengan kerusakan otak

Epilepsy

Sakit kepala

Kraniotomi
4. Hidrosefalus
J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Umum

Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral decubitus bila disertai
muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik stabil.
Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu berikan oksigen 12 liter/menit bila ada hasil gas darah.
Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter.
Control tekanan darah, dipertahankan normal.
Suhu tubuh harus dipertahankan.
Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik, bila
terdapat gangguan menelan atau pasien yang kesadaran menurun, dianjurkan pipi
NGT.
Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontraindikasi.
2. Penatalaksanaan Medis

Trombolitik (streptokinase)

Anti platelet/anti trombolitik (asetosol, ticlopidin, cilostazol, dipiridamol)

Antikoagulan (heparin)

Hemorhagea (pentoxyfilin)

Antagonis serotonin (Noftidrofuryl)

Antagonis calcium (nomodipin, piracetam)


3. Panatalaksanaan Khusus/Komplikasi

Atasi kejang (antikonvulsan)


Atasi tekanan intracranial yang meninggi (manitol(infus), gliserol, furosemide,
intubasi, steroid dll)
Atasi dekompresi (kraniaotomi)
Untuk penatalaksanaan factor risiko
Atasi hipertensi (anti hipertensi)
Atasi hiperglikemia (anti hiperglikemia)
Atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia)
K. Upaya Pencegahan
Mengurangi kegemukan
Berhenti merokok
Berhenti minum kopi
Batasi makan garam/lemak
Tingkatkan masukan kalsium
Rajin berolahraga
Mengubah gaya hidup sehat
Menghindari obat-obat yang dapat meningkatkan tekanan darah

Anda mungkin juga menyukai