Anda di halaman 1dari 4

Pelajaran dari Kematian

Pelajaran dari Kematian


Pernahkah kita membayangkan kalau diri kita sedang berada di atas ranjang kematian, apa yang
kita perbuat kala itu? Sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh semua manusia yang masih
hidup. Lalu bagaimanakah keadaan detik-detik terakhir dari nafas kita yang akan berlalu itu?
Apakah kita termasuk orang yang senang untuk bertemu Allah, ataukah sebaliknya seperti budak
yang melarikan diri dan takut bertemu tuannya karena kesalahan yang dilakukannya?
Belajar dari akhir kehidupan para salaf adalah sangat perlu bagi kita semua, mereka adalah
orang-orang terdepan dari umat ini, para pemimpin dan ulama kaum muslimin. Sungguh mereka
sangat takut kalau menghadap Allah dalam keadaan membawa dosa dan kemaksiatan.
Marilah kita simak beberapa pelajaran berharga dari mereka:
Aisyah Radhiallaahu anha menceritakan bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tatkala
menjelang wafat disediakan untuk beliau satu wadah air, beliau memasukkan tangannya ke
dalam air lalu mengusapkan ke wajahnya seraya bersabda, "La ilaha illallah, sesungguhnya di
dalam kematian ada sakaratul maut." Kemudian beliau menengadahkan kedua tangan-nya lalu
mengatakan, "Fir Rafiqil A'la" lalu beliau wafat dan tangannya tergeletak lemas.
Ketika Umar al Faruq menjelang ajal, beliau berkata kepada putranya Abdullah, "Letakkan
pipiku di atas tanah, namun Abdullah enggan untuk melakukan itu. Beliau berkata hingga untuk
ketiga kalinya, "Letakkan pipiku di atas tanah, semoga Allah melihatku dalam keadaan demikian,
kemudian Dia merahmatiku. "Diriwayatkan, bahwa beliau terus menangis sehingga pasir-pasir
menempel di kedua mata beliau seraya mengatakan, "Celakalah Umar, celaka juga ibunya, jika
Allah tidak memaafkannya."
Ketika Abu Hurairah sakit parah beliau menangis, lalu ditanya, "Apa yang membuat anda
menangis? Beliau menjawab, "Saya menangis bukan karena dunia ini, namun saya mena-ngisi
perjalanan setelah ini (dunia), bekalku yang sedikit, lalu saya akan menapaki tempat yang
menanjak lagi amat luas, sementara saya tidak tahu akan dimasukkan ke neraka atau ke surga."
Utsman Radhiallaahu anhu berkata di akhir hayatnya, "Tidak ada ilah selain Engkau, Maha Suci
Engkau ya Allah, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang berbuat aniaya. Ya Allah
aku mohon pertolongan dalam seluruh urusanku, dan aku memohon kesabaran dalam
menghadapi ujian yang menimpaku."
Wahai manusia! Kini saatnya orang-orang yang tertidur untuk bangun dari tidurnya, sudah
saatnya orang yang lalai sadar dari keterlenaannya, sebelum datang maut dengan membawa
kegetiran dan kepahitan, sebelum tubuh berhenti bergerak dan sebelum nafas terputus. Mumpung
belum memasuki perjalanan menuju alam kubur dan kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Abu Darda' ketika menjelang wafat mengatakan, "Apakah seseorang tidak mau beramal untuk
mempersiapkan panggung pergulatan ini? Mengapa orang tidak beramal untuk menghadapi

waktu ini? Mengapa orang tidak beramal untuk menyongsong hariku ini? Kemudian beliau
menangis, maka istri beliau bertanya,"Mengapa engkau menangis, bukankah engkau telah
menemani Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ? Beliau menjawab, "Bagaimana aku tidak
menangis sementara aku tidak mengetahui bagaimana dosa-dosa telah menyerangku."
Dan berkata Abu Sulaiman ad-Darani, "Aku berkata kepada Ummu Harun seorang wanita yang
rajin beribadah, "Apakah anda senang dengan kematian? Maka dia menjawab, "Tidak! Aku
bertanya, "Mengapa? Maka dia mejawab, "Demi Allah, andaikan aku berbuat kesalahan kepada
makhluk saja, maka aku takut untuk bertemu dengannya, maka bagaimana lagi jika aku
bermaksiat kepada Khaliq Yang Maha Agung?
Atha' as Sulami ditanya tatkala sakit yang mengantarkan pada ajalnya, "Bagaimanakah keadaan
anda? Beliau menjawab," Kematian berada di leherku, kuburan ada di hadapanku, kiamat adalah
akhir perjalananku, jembatan Jahannam adalah jalanku, dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi
pada diriku. Kemudian beliau menangis dan terus menangis sehingga pingsan. Ketika sadar
kembali beliau mengucapkan, "Ya Allah kasihanilah aku, hilangakanlah kesedihan di dalam
kuburku, mudahkan kesulitanku ketika menjelang kematian, rahmatilah kedudukanku di
hadapan-Mu wahai Dzat Yang Paling Pengasih di antara para pengasih.
Sementara itu ketika Sulaiman at Taimi telah dekat wafatnya, dikatakan kepada beliau, "Kabar
gembira buat anda, karena anda adalah orang yang sangat bersungguh-sungguh di dalam
ketaatan kepada Allah." Maka beliau menjawab, "Janganlah kalian mengatakan demikian,
sesungguhnya aku tidak mengetahui apa yang tampak di hadapan Allah Azza wa Jalla, karena
Dia telah berfirman, "Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka
perkirakan. (QS. 39:47)
Disebutkan, bahwa Abu Darda'z apabila ada seseorang yang meninggal dalam keadaan yang
baik, maka beliau berkata, "Berbahagialah engkau, andaikan aku dapat menggantikan dirimu. "
Maka Ummu Darda' bertanya kepadanya tentang hal itu, lalu beliau menjawab, Betapa
bodohnya engkau, bukankah engkau tahu, bahwa ada seseorang yang pagi-pagi dia beriman,
namun di sore hari telah menjadi munafik, ia lepaskan keimanannya tanpa dia menyadari hal
itu."
Muhammad al Munkadir menangis tatkala menjelang wafatnya, lalu ia ditanya, "Apa yang
membuat anda menangis? Beliau menjawab, "Demi Allah aku menangis bukan karena dosa yang
aku ketahui telah aku lakukan, namun aku takut jika telah melakukan sesuatu yang aku anggap
sepele namun dihadapan Allah ternyata itu adalah sesuatu yang amat besar."
Sufyan ats Tsauri berkata, "Tidak ada tempat yang lebih dahsyat bagiku daripada (tempat)
terjadinya sakaratul maut, aku sangat takut kalau dia (sakarat) terus menerus menekanku, aku
telah meminta keringanan, namun dia tidak menghiraukan, sehingga aku terkena fitnahnya."
Kemudian beliau menangis semalaman hingga menjelang pagi, ketika beliau ditanya, "Apakah
tangis tersebut karena dosa? Maka beliau mengambil segenggam tanah dan berkata, "Dosa lebih
ringan dari pada ini (tanah, maksudnya adalah maut- pen), aku menangis karena takut terhadap
su'ul khatimah (akhir hidup yang buruk).

Shofwan bin Sulaim mengatakan, "Di dalam kematian ada rahah (istira-hat) bagi seorang
mukmin dari huru hara dan hiruk pikuk dunia, walaupun harus merasakan putusnya nafas dan
kepedihan. Kemudian beliau mengu-curkan air mata.
Wahai saudaraku! Marilah kita mengumpamakan diri kita masing masing sebagai seorang yang
sedang berbaring menunggu ajal. Saudara dan tetangga sedang mengerumuni kita, lalu di antara
mereka ada yang berkata, "Si Fulan telah berwasiat, sedangkan hartanya telah dihitung." Ada
lagi yang berkata, "Si fulan sudah tidak dapat berbicara, sudah tidak mengenali para tetangganya
dan mulutnya tertutup rapat. Orang-orang memandangi kita, kita mendengar apa yang mereka
perbincangkan, namun tidak kuasa untuk menjawabnya. Lalu kita lihat anak kita yang masih
kecil menangis seseng-gukan di sisi kita seraya mengatakan, "Wahai ayah tercinta siapakah yang
akan mengasuhku nanti setelah ayah pergi? Siapakah yang akan memenuhi kebutuhanku nanti?
Kita mendengarkan semua itu, namun demi Allah kita sudah tidak mampu manjawab lagi.
Syafiq bin Ibrahim berkata, "Bersiap-siaplah kalian semua di dalam menghadapi kematian,
jangan sampai ketika ia datang lalu kalian minta di kembalikan lagi ke dunia (karena belum
beramal)."
Al 'Alla' bin Ziyad mengatakan juga, "Hendaknya setiap orang dari kalian merasakan, bahwa
dirinya telah meninggal, lalu memohon kepada Allah untuk dikembalikan ke dunia, kemudian
Allah memenuhinya, maka hendaklah kalian beramal ketaatan kepada Allah."
Syamith bin 'Ajlan menuturkan, "Manusia itu ada dua macam, pertama orang yang terus mencari
bekal di dunia, dan ke dua orang yang terus bersenang-senang di dunia. Maka lihatlah, termasuk
golongan yang manakah dirimu?
Dikisahkan, bahwa suatu hari al Hasan al Bashri melewati sekelompok pemuda yang sedang
tertawa terbahak-bahak, maka beliau bertanya, "Wahai anak saudaraku, apakah kalian pernah
menyebrangi ash Shirath(jembatan Jahannam)? Para pemuda itu menjawab, "Belum." Beliau
bertanya lagi, "Apakah kalian tahu ke surga ataukah ke neraka kalian akan dimasukkan?"
Mereka menjawab, Tidak." Kemudian beliau berkata, "Lalu untuk apakah tawamu yang
demikian itu?" Semoga Allah memberi maaf kepada kalian semua. Dan ketika beliau menjelang
wafat beliau menangis seraya mengatakan, "Jiwa yang lemah, sedang urusan sangat dahsyat dan
besar, sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kita akan kembali."
Wahai saudaraku! Kita semua tidak dapat membayangkan bagaimanakah keadaan malam
pertama di alam kubur itu. Anas Radhiallaahu anhu pernah berkata, "Maukah kalian kuberi tahu
dua hari dan dua malam yang belum pernah diketahui dan didengar oleh manusia (yang masih
hidup)? Hari yang pertama adalah hari di mana datang kepadamu pembawa berita dari Allah,
baik dengan membawa keridhaan-Nya maupun murka-Nya (waktu meninggal-pen), dan kedua
yaitu hari dimana kalian dihadapkan kepada Allah untuk mengambil buku catatan amal, dengan
tangan kiri ataukah dengan tangan kanan. Sedangkan dua malam, adalah malam pertama kali di
dalam kubur dan malam dimana pagi harinya dilenyapkan tatkala terjadinya Hari Kiamat.
Kematian adalah perkara yang mengerikan, urusan yang sangat dahsyat, suguhan yang rasanya
paling pahit dan tidak disukai. Dia adalah peristiwa yang menghancurkan seluruh kelezatan

dunia, memutuskan ketenangan, serta pembawa duka dan kesedihan. Dia memutuskan segala
yang telah tersambung, memisahkan anggota badan dan menghancurkan seluruh tubuh, sungguh
dia adalah perkara yang sangat besar dan mengerikan.
Kita bayangkan bagaimana keada-an kita tatkala kita diangkat dari tempat tidur kita, dibawa ke
suatu tempat untuk dimandikan, lalu kita dibungkus dengan kain kafan, keluarga dan tetangga
bersedih, saudara dan teman menangis. Orang yang memandikan kita berkata, "Dimanakah istri
si fulan, dia akan melepas kepergian suaminya, dan dimanakah anak-anak yatim si fulan, "Kalian
semua akan ditinggalkan oleh ayah, kalian tidak akan bertemu lagi dengannya setelah ini."
Jika para Nabi dan Rasul, shalihin dan muttaqin semuanya mengalami hal itu, maka apakah kita
akan terlena dari mengingatnya? Wallahu a'lam bish shawab.

Anda mungkin juga menyukai