Anda di halaman 1dari 9

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MAHASISWA MENIKAH SAAT KULIAH

PADA MAHASISWA UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG


Menikah pada saat masih kuliah memang merupakan suatu fenomena yang
lagi trend saat ini. Pada umumnya seseorang akan menikah setelah menyelesaikan
pendidikannya dan telah memasuki dunia kerja, namun banyak mahasiswa yang
cenderung menikah di saat masih kuliah. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor
yaitu psikologis dan sosial.
Secara psikologis, mahasiswi yang berumur 12-22 ahun lebih tertarik untuk
membina hubungan yang lebih serius menuju kepernikahan dan cenderung berusaha
menemukan pria sejati. Masa remaja akhir (12-22 tahun) merupakan usia rata-rata
perempuan memulai pendidikan perguruan tinggi dan menjalani peran sebagai
mahasiswi. Pada masa ini perempuan menitikberatkan pentingnya membina
hubungan dengan lawan jenis dan lebih serius membina keluarga daripada karir jika
sudah memasuki tahap dewasa muda. Kebanyakan pada masa usia ini, perempuan
merencanakan

untuk

mempunyai

anak

dan

berkarir tetapi

mereka lebih

mengutamakan untuk mempunyai anak (Smolak dalam Shafhan, 2003).


Sedangkan secara sosial, masyarakat mulai menuntut perempuan untuk
menikah. Adat istiadat yang biasanya masih kental menuntut seorang perempuan
yang sudah memasuki remaja akhir (12-22 tahun) untuk menikah, kebanyakan orang
tua merasa resah apabila memiliki anak perempuan pada usia tersebut belum menikah
karena masyarakat akan mengatakan perawan tua.(Shafhan, 2003).
Setelah menikah, individu perlu melakukan berbagai penyesuaian diri dengan
pasangan dan status barunya sebagai suami dan istri. Sehingga keputusan untuk
menikah saat kuliah akan mempengaruhi penyesuain diri subjek. Oleh karena itu pasti
ada

faktor-faktor

tertentu

yang

melatar

belakangi

keputusan

mahasiswa

tersebut,karena setiap perilaku didasari oleh banyak faktor yang menentukannya.


menikah saat kuliah yang terjadi juga dilandasi oleh berbagai motif dan keinginan.
Terdapat dinamika yang dapat menjelaskan perilaku menikah saat kuliah yang
dipengaruhi oleh faktor pengambilan keputusan.

STRESS AND THE GUT : PATHOPHYSIOLOGY, CLINICAL


CONSEQUENCES, DIAGNOSTIC APPROACH AND TREATMENT
OPTIONS
(Stres dan Pencernaan: Patofisiologi, Konsekuensi Klinis, Pendekatan Diagnostik dan Pilihan
Pengobatan)

Stress menurut Selye adalah reaksi atau respon seseorang yang tidak spesifik
akibat adanya tuntutan kebutuhan dalam diri. Stress merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap orang pasti mengalami stress baik dalam
skala ringan maupun berat. Hans Selye telah melakukan riset terhadap 2 respon
fisiologis tubuh terhadap stress yaitu Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General
Adaptation Syndrome (GAS).
Secara Local Adaptation Syndrome (LAS), stres didefinisikan sebagai
ancaman akut homeostasis, baik jangka pendek maupun jangka panjang yang berefek
pada fungsi saluran pencernaan. Sedangkan dampak dari stress secara General
Adaptation Syndrome (GAS) berdampak pada hasil dari interaksi otak dengan usus
yang mengarah ke pengembangan gangguan pencernaan termasuk penyakit radang
usus (IBD), sindrom iritasi usus (IBS) dan penyakit gastrointestinal lainnya.
Efek utama dari stres pada usus secara fisiologi meliputi: 1) perubahan dalam
motilitas gastrointestinal; 2) meningkatkan persepsi viseral; 3) perubahan dalam
sekresi pencernaan; 4) peningkatan permeabilitas usus; 5) efek negatif pada kapasitas
regeneratif dari mukosa gastrointestinal dan aliran darah mukosa; dan 6) efek negatif
pada mikrobiota usus. Sel mast (MC) adalah efektor penting yang menerjemahkan
sinyal stres dari berbagai neurotransmitter dan sitokin proinflamasi dari otak ke usus
sehingga mempengaruhi fisiologi pencernaan.
Irritable Bowel Syndrome (IBS) atau iritasi usus merupakan gangguan
pencernaan yang paling sering terjadi pada manusia, dan ditandai dengan nyeri kronis
atau berulang yang disebabkan motilitas usus. Pengujian diagnostik untuk pasien IBS
meliputi tes darah rutin, tes feses, serologi, sonografi perut. Kolonoskopi dianjurkan
jika ada tanda dan gejala yang mengkhawatirkan untuk mendapatkan biopsi kolon

terutama pada pasien dengan diare dominan. Pengelolaan IBS didasarkan pada
pendekatan multifaktor termasuk farmakoterapi, pengobatan psikologis, perubahan
diet, pendidikan kesehatan, jaminan dan hubungan pasien-dokter yang efektif.
probiotik dapat mempengaruhi interaksi otak-usus dan menipiskan pengembangan
gangguan stres yang disebabkan baik di saluran pencernaan bagian atas dan bawah.

The Anatomy and Physiology of the Human Stress Response


(Anatomi dan Fisiologi Respon Stres Manusia)
Setiap makhluk hidup pernah mengalami stres dalam hidupnya. Stimulus yang
diberikan oleh stres ikut berperan dalam perubahan dan pertumbuhan individu.
Manusia merupakan makhluk yang selalu berespon dan beradaptasi terhadap stres.
Respon stres bersifat adaptif dan protektif. Respon stres yang melibatkan respon
anatomi dan fisiologi perlu dipelajari lebih mendalam karena pada saat memberikan
asuhan keperawatan seorang perawat tidak hanya memandang stres sebagai bagian
dari respon psikologis, sosial, dan spiritual namun juga respon biologis, yaitu
mencakup respon anatomi dan fisiologi.
Peristiwa fisiologis yang terjadi pada individu saat terjadi stres pertama kali
dikembangkan oleh Hans Selye. Seyle mengidentifikasikan dua respon fisiologis
terhadap stres, yaitu local adaptation syndrome (LAS) dan general adaptation
syndrome (GAS) (Potter & Perry, 2005). LAS adalah respon dari jaringan, organ,
atau bagian tubuh lainnya terhadap stres karena trauma, penyakit, atau perubahan
fisiologis lainnya. Sedangkan GAS adalah respon pertahanan dari keseluruhan tubuh
terhadap stres. Berikut penjelasan lebih mendetail mengenai LAS dan GAS:
Local adaptation syndrome (LAS) memiliki karakter yaitu hanya terjadi
setempat, adaptif/diperlukan stresor untuk menstimulasi, berjangka pendek, serta
restoratif/membantu memulihkan homeostasis region. Contoh LAS yang banyak
ditemui dalam lingkungan keperawatan yaitu respon refleks nyeri dan respon
inflamasi. Respon refleks nyeri adalah respon setempat dari sistem saraf pusat
terhadap nyeri (Potter & Perry, 2005). Respon ini bersifat adaptif dan melindungi

jaringan dari kerusakan lebih lanjut. Respon ini melibatkan reseptor sensoris, saraf
sensoris yang menjalar ke medulla spinalis, neuron penghubung dalam medulla
spinalis, saraf motorik yang menjalar dari medulla spinalis, serta otot efektor. Contoh
respon refleks nyeri yaitu refleks tangan dari permukaan panas dan keram otot.
Contoh lain dari LAS yaitu respon inflamasi. Respon inflamasi distimulasi oleh
trauma dan infeksi dimana respon ini menghambat penyebaran inflamasi dan
meningkatkan penyembuhan dengan tanda-tanda calor, tumor, rubor, dan dolor.
Respon inflamasi terjadi dalam tiga fase yaitu perubahan dalam sel dan sitem
sirkulasi, pelepasan eksudat dari luka, dan perbaikan jaringan oleh regenerasi dan
pembentukan jaringan parut.
General adaptation syndrome (GAS) melibatkan sistem tubuh seperti sistem
saraf otonom dan sistem endokrin. GAS dikenal sebagai respon neuroendokrin. Gas
terdiri dari tiga tahap yaitu:
1.

Reaksi alarm/ reaksi peringatan


Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan
pikiran untuk menghadapi stresor. Secara fisiologi, respons stres adalah pola
reaksi saraf dan hormon yang bersifat menyeluruh dan tidak spesifik terhadap
setiap situasi apapun yang mengancam homeostasis (Sherwood, 2001).
Berikut adalah gambar efek stresor pada tubuh
Stressor
r
Repon spesifik yang khas untuk jenis stressor
Tubuh

Repon menyeluruh nonspesifik


apapun jenis stresornya= respon stres

Tabel Perubahan Hormon Utama selama Respon Stres (Sherwood, 2001)


HORMON

PERUB
AHAN
Naik

Epifirin

TUJUAN
-

Memperkuat

sistem

saraf

simpatis

untuk

mempersiapakan tubuh fight on flight


-

Memoblisasi simpanan karbohidrat dan lemak;


meningkatkan kadar glukosa dan asam lemak
darah

CRH-ACTH-kortisol

naik

Memobilsasi

simpanan

energi

dan

bahan

pembangun metabolik untuk digunakan jika


diperluka; meningkatkan glukosa, asam amino
darah,

dan

asam

lemak

darah

ACTH

mempermudah proses belajar dan perilaku


naik

Glukogon

darah dan asam lemak darah.

turun

Insulin

Renin

Bekerja bersama untuk meningkatkan glukosa

angiotensin

naik

Menahan Garam dan H2O untuk meningkatkan


volume

aldosteron

Vasopresin

plasma;

membantu

mempertahankan

tekanan darah jika terjadi pengeluaran akut plasma


Naik

Vasopresin dan angiostensin II menyebabkan


vasokontriksi

arteriol

untuk

meningkatkan

tekanan darah
-

Vasopresin membantu proses belajar

Terjadi peningkatan hormonal yang luas dalam reaksi ini sehingga cenderung
pada respon melawan dan menghindar, seperti curah jantung, ambilan
oksigen, dan frekuensi pernapasan meningkat; pupil mata berdilatasi untuk
menghasilkan bidang visual yang lebih besar; dan frekuensi jantung
meningkat untuk menghasilkan energi lebih banyak. Namun, jika stresor terus
menetap setelah reaksi alarm maka individu tersebut akan masuk pada tahap
resisten
2. Tahap resisten
Dalam tahap ini tubuh kembali stabil, kadar hormon, frekuensi jantung,
tekanan darah, dan curah jantung kembali ke tingkat normal. Individu terus
berupaya untuk menghadapi stresor dan memperbaiki kerusakan. Akan tetapi
jika stresor

terus menetap seperti pada kehilangan darah terus menerus,

penyakit melumpuhkan, penyakit mental parah jangka panjang, dan


ketidakberhasilan mengadaptasi maka invidu masuk ke tahap kehabisan
energi.
3. Tahap kehabisan tenaga
Tahap kehabisan tenaga terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi melawan stres
dan ketika energi yang diperlukan untuk mempertahankan adaptasi sudah
habis (Potter & Perry, 2005). Jika tubuh tidak mampu untuk mempertahankan
dirinya terhadap dampak stresor, regulasi fisiologis menghilang, dan stres
tetap berlanjut, maka akan terjadi kematian.
Proses anatomi dan fisiologi yang terjadi dalam tubuh manusia dapat berespon
secara komples terhadap stres sebagai salah satu bentuk adaptasi.

A unifying framework for depression: Bridging the major biological and


psychosocial theories through stress

Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama pada saat ini. Karena
orang depresi produktivitasnya akan menurun dan berakibat buruk bagi penderita.
Depresi merupakan gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan, sehingga hilangnya
kegairahan hidup, tak mengalami gangguan menilai realitas (RTA-masih baik),
kepribadian tetap utuh, perilaku dapat terganggu tapi dalam batas-batas normal.
Sartorius 1974 memperkirakan 100 juta penduduk dunia alami depresi, semakin
bertambah disebabkan beberapa hal : usia harapan hidup bertambah, stresor
psikososial semakin berat, berbagai penyakit khronik makin bertambah dan
kehidupan beragama semakin ditinggalkan.
Gejala klinis depresi adalah gangguan kejiwaan pada alam perasaan
(afektif/mood disorders) ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah
hidup, perasaan tak berguna, putus asa dan lain-lain. Gejala klinis lengkap depresi
adalah afek disforikperasaan murung, sedih,gairah hidup menurun, tak semangat,
tak berdaya. Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan. Nafsu makan menurun, Berat
badan menurun, konsentrasi, daya ingat menurun, Gangguan tidur, insomnia, mimpi
orang meninggal, Agitasi atau retardasi psikomotor, gelisah, lemah, Hilang rasa
senang, semangat, minat, tak suka lakukan hobi,kreativitas dan produktivitas turun.
Gangguan seksual (libido menurun), Pikiran tentang kematian, bunuh diri.
Manajemen depresi melalui terapi psikofarmaka anti cemas dan anti depresi
serta terapi somatik yaitu obat-obat untuk keluhan fisik (somatik), Psikoterapi
(suportif, psikodinamik,keluarga)untuk memulihkan rasa percaya dan harga diri
dengan memperkuat egonya-ego strength, Psikososial (cari kegiatan/kesibukan,
perbanyak tali silaturahmi,hindari menyendiri dan melamun dan terapi keagamaan
motto Berobat dan Bertobat.

MARRIAGE FACTS
MONTE NEIL STEWART
Di zaman sekarang, menikah dan punya anak ternyata tidak selalu
berhubungan. Cukup banyak rumah tangga yang tidak punya anak, dan banyak pula
yang punyak anak sebelum atau tanpa ada pernikahan. Menikah dan punya anak bisa
dianggap sebagai suatu keharusan. Sekarang sebagian orang juga masih beranggapan
begitu. Tapi sebagian yang lain memandang secara berbeda.Bila dulu orang tidak
menikah pada umumnya punya dua alasan, yaitu spiritual atau tidak mampu. Hal ini
terutama terjadi di dunia Timur. Sekarang banyaknya alasan untuk tidak menikah
sejalan dengan banyaknya orang yang melakukan hal itu.
Hasil beberapa kajian menunjukkan, di dunia Barat gejala tidak menikah lebih
cepat muncul dan berkembang. Sebagian diantara ahli demografi Barat menanyakan:
Mengapa tidak ada orang yang tidak menikah di Timur? Pertanyaan seperti itu
tentu sangat bias dalam hal perspektif. Kita sebagai orang timur pun bisa
mempertanyakan hal serupa:Mengapa di Barat orang tidak menikah? Di zaman
globalisasi seperti sekarang ini ada pengaruh yang sangat besar dari Barat. Sementara
dari Timur tidak demikian. Karena pengaruh itu orang pun mulai tidak
mempersalahkan Timur dan Barat.
Alasan mengapa orang memilih tidak menikah adalah Pertama, bila secara
ekonomis belum siap, maka dia akan menunda atau tidak menikah sama sekali.
Kedua, ada norma-norma untuk tidak menikah. Contohnya beberapa agama
menganggap pernikahan akan menghambat tugas mulia sebagai pemimpin
keagamaan, sehingga melarang mereka untuk menikah, Ketiga, ketersediaan
pasangan yang terbatas, rasio jenis kelamin tidak seimbang, menyebabkan sebagian
orang terpaksa tidak menikah. Keempat, ada beberapa alasan yang berkaitan dengan
keluarga dimana seseorang dilahirkan, misalnya, banyak orang tidak kawin untuk
memperjuangkan keluarga dari kesulitan ekonomi, dan kesulitan-kesulitan yang lain.
Kelima, banyak alasan-alasan pribadi yang sangat kuat mendorong orang memilih

tidak menikah. Patah hati merupakan alasan sentimental yang sering muncul. Akhirakhir ini alasan otonomi dan independensi dinilai makin penting. Hal ini berkaitan
dengan keinginan dan kemampuan, terutama wanita, untuk mandiri.
Istilah keluarga inti (nuclear family) pun makin tidak disukai. Sebab, di
dalamnya mengandung pengertian suami, istri, dan anak. Sekarang lebih suka
menggunakan istilah conjugal family yang tidak mempermasalahkan status hukum
(pernikahan), tapi mengutamakan fakta. Dalam pengertian ini, konsepkumpul kebo
termasuk sebagai suatu keluarga. Diluar hal-hal ekstrim tersebut, yang cenderung
berkonotasi negatif masih ada penjelasan yang lebih moderat. Tidak menikah,
terutama pada wanita, berkaitan dengan proses pengembangan diri, utamanya dalam
karier. Sampai sejauh ini, pendapat tersebut masih bisa diterima, meski ada pendapat,
antara menikah dan karier tidak bisa dipertentangkan. Bila diteruskan, tidak menikah
atau menunda pernikahan sejalan dengan perkembangan karier, ada yang boleh
berbangga, keputusan itu bukan semata-mata hedonis. Bekerja tidak semata-mata
mengembangkan diri, tapi juga mengembangkan masyarakat.
Sedangkan sisi positif dari tidak menikah yaitu melambatnya pertumbuhan
penduduk hal ini berlaku pada mereka yang tidak menikah dan tidak punya anak.
Menikah hukumnya bisa sunah, bisa juga wajib. Selama keputusan tidak menikah itu
tidak ada mudaratnya, hukum wajib nikahnya tidak berlaku. Namun menghindar dari
mudarat ini bukan hal yang mudah. Di sisi lain, bila mereka bisa melakukannya,
orang lain tidak boleh mencibir. Kebebasan memilih selalu ada.

Anda mungkin juga menyukai