Anda di halaman 1dari 2

Muhammad Yunus A.

_ 2212100114
Wawasan Kebangsaan Kelas 45

Semakin Hilangnya Bahasa dan Sastra Akibat Menurunnya peran Pemerintah


sebagai Pelindung, Pengembang dan Pembinaan Bahasa dan Sastra Daerah.
I.

Pendahuluan
Bahasa dan sastra daerah adalah sesuatu yang lazim diketahui kita saksikan
dalam keseharian kita, mulai dari bahasa jawa sampai bahasa batak menyebar
seluruh di seluruh penjuru bahasa indonesia. Namun dalam perkembangan
zaman, dengan banyaknya proses urbanisasi, banyak orang-orang dari desa
pindah ke kota. Hal ini menyebabkan akulturasi bahasa dan sastra daerah
mengalami pergeseran.
Dengan terjadinya pergeseran bahasa dan sastra daerah maka berdampak
pada generasi muda Indonesia. Dimana generasi muda menganggap bahasa dan
sastra daerah adalah sesuatu yang kurang menarik sehingga jarang sekali
generasi muda yang bisa menggunakan bahasa dan sastra daerah asal mereka.
Mereka cenderum menggunakan bahasa gaul yang mereka pelajari dikota.
Dengan fenomena tersebut seolah-olah pemerintah lepas tangan dengan
hilangnya bahasa dan sastra daerah di Indonesia seperti yang tercantum pada PP
Nomer 57 th 2014 BAB III tentang Kewenangan Pengembangan, Pembinaan,
dan Pelindungan Bahasa dan Sastra. Bahkan mata pelajaran bahasa dan sastra
daerah pada tahun 2013 masuk pada muatan lokal. Sehingga waktu untuk
pelajaran bahasa dan sastra daerah semakin sedikit.

II.

Identifikasi masalah
Bagaimana kondisi penggunaan bahasa dan sastra dalam kehidupan seharihari serta peran serta pemerintah daerah dalam perlindungan bahasa daerah.
Apa yang menyebabkan pemerintah daerah kurang berperan aktif dalam
pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra daerah.
Apa dampak yang terjadi

III.

Perumusan Masalah
Bagaimana upaya untuk mengembangkan, membina dan melindungi bahasa
dan sastra daerah dari kepunahan.

IV.

Pembahasan
Kondisi kekinian
Di zaman moderenisasi bahasa daerah itu semakin terpojokan karena
beberapa faktor. Contohnya banyaknya bahasa-bahasa luar yang masuk seperti
media surat kabar, internet, televise, dll. Akibatnya bahasa daerah kurang begitu
menjadi fokus bagi areanya masing-masing. Di sisi lain, hal itu menyebabkan
bahasa daerah semakin terkikis penggunaannya di kalangan daerah tersebut. Dan
yang menjadi ke khawatiran media masa seringkali menyorot remaja sebagai
targetnya dengan berbagai gaya penulisan yang di desain seindah mungkin
sehingga membuat para remaja seakan seperti kacang lupa kulitnya.

Muhammad Yunus A. _ 2212100114


Wawasan Kebangsaan Kelas 45

Ada satu kasus yang mungkin kita tidak sadari. Ketika kita mendengarkan
salah satu siaran radio di ibu kota mungkin tidak begitu menjadi permasalahn
jika bahasa yang di gunakan itu beragam. Hal itu memang karena Jakarta adalah
pusat dimana para perantau datang dari berbagai daerah. Tapi yang paling
memprihatinkan setelah kita datang ketempat asal kita (Daerah sunda, Jawa,
Bali, dll) dan kita mendengarkan siaran radio itu sama dengan bahasa penyiaran
radio di ibu kota. Berbagai bahasa slang (gaul) seperti elo, gue, brother, bokap,
dll di pergunakan sebagai idiom yang sudah lumrah. Jadi apa yang membedakan
antara siaran lokall/daerah dengan Jakarta? Ada kabar bahwa hal itu di sebabkan
oleh jaringan radio ibu kota yang tersebar di seluruh nusantara.

V.

Penyebab
Penyebab semakin hilangnya bahasa daerah adalah:
Semakin banyaknya urbanisasi yang terjadi.
Dikurikulum pendidikan yang baru bahasa daerah hanya memiliki waktu
kurang dari dua jam pelajaran.
Menurunnya peran dan fungsi pemerintah sebagai badan pelaksana
pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra daerah.
Kurang fahamnya masyarakat tentang pelestarian bahasa dan sastra
daerah.

Dampak
Dampak yang disebabkan dari faktor-faktor diatas adalah:
Bahasa dan sastra daerah semakin terkikis dengan bertambahnya zaman.
Generasi muda tidak lagi mengenal bahasa asli mereka.
Fungsi bahasa dan sastra daerah mengalami pergeseran fungsinya.

Penyelesaian
Upaya penyelesaian mengenai semakin terkikisnya bahasa dan sastra
daerah adalah dengan mengembalikan peran dan fungsi pemerintah seperti
yang tertera dalam PP Nomer 57 tahun 2014 BAB III mengenai Kewenangan
Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra dan juga
didukung dengan partisipasi aktif dari masyarakat.

Daftar Pustaka
Republik Indonesia. 2014. PP Nomer 57 tahun 2014 BAB III mengenai
Kewenangan Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan
Sastra, serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia.
(http://peraturan.go.id/pp/nomor-57-tahun-2014-11e44c5031fb97d0
9ccf313232363434.html. Diakses tanggal 12 Maret 2016)

Anda mungkin juga menyukai