Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS EFEKTIVITAS PADA MESIN TENUN

DI PT. KUMATEX MENGGUNAKAN METODE


OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)
Renaldi, Trifenaus Prabu Hidayat, S.T., M.T. (advisor)
Program Studi Teknik Industri-Fakultas Teknik
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta
e-mail : renaldicahyana@gmail.com
Abstrak
PT. Kurabo Manunggal Textile Industries (PT. KUMATEX) merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang manufaktur. Produk utama yang dibuat oleh PT. KUMATEX adalah kain textile. Produk kain
textile ini dijual ke beberapa negara, terutama ke negara Jepang. Untuk menjaga kualitas dari produk kain textile
tersebut, maka dilakukan inspeksi untuk melihat kualitas dari kain yang dihasilkan apakah baik atau mengalami
cacat. Kecacatan yang terjadi pada kain textile yang dihasilkan tidak terlepas dari mesin-mesin yang digunakan,
terutama mesin tenun yang merupakan mesin utama yang digunakan dalam proses penenunan.
Masalah yang dihadapi perusahaan, yaitu seringnya terjadi kecacatan yang disebabkan oleh mesin
sehingga mesin membutuhkan perbaikan agar dapat bekerja dengan baik. Perbaikan tersebut menyebabkan
mesin mengalami downtime sehingga tidak dapat beroperasi. Dengan semakin tingginya downtime maka waktu
operasi mesin akan semakin berkurang dan dapat menyebabkan perusahaan tidak dapat memenuhi pesanan. Oleh
sebab itu, dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh dari downtime yang terjadi terhadap efektivitas dari mesin
tenun menggunakan metode overall equipment effectiveness (OEE).
Mesin tenun yang digunakan dalam penelitian ini mengambil 10 mesin dengan downtime yang paling
sering terjadi. Dari 10 mesin tersebut, kemudian dilakukan pengumpulan data berupa waktu set-up per hari,
jumlah produksi, jumlah produksi cacat, speed rate, serta breakdown time dari tiap-tiap mesin. Selanjutnya
dilakukan perhitungan dengan metode OEE untuk melihat efektivitas dari setiap mesin pada bulan Juni, Juli, dan
Agustus 2015. Terakhir, dilakukan perbandingan antara downtime yang didapat dari tiap-tiap mesin dengan
efektivitas yang didapat. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan didapatkan bahwa downtime yang terjadi
tidak selalu mempengaruhi efektivitas pada mesin. Tetapi efektivitas rata-rata dari setiap mesin hanya berkisar
di angka 70% dan dapat terjadi kenaikan ataupun penurunan sebesar 20% sehingga diperlukan peningkatan
efektivitas dari mesin tenun tersebut terutama dalam faktor performance ratio.
Kata kunci: maintenance, downtime, overall equipment effectiveness (OEE)

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
PT. KUMATEX merupakan salah satu
perusahaan
industri
manufaktur
yang
menghasilkan produk berupa kain textile. Produk
kain textile dari PT. KUMATEX kebanyakan
akan di export ke luar negeri, terutama ke negara
Jepang. Untuk menjaga kepuasan konsumen yang
mayoritas berasal dari luar negeri tersebut, maka
PT. KUMATEX perlu menjaga kualitas dari
produk mereka agar tetap mempunyai mutu yang
tinggi. Kualitas dari sebuah produk yang
dihasilkan oleh perusahaan menentukan apakah
perusahaan tersebut dapat bersaing dipasaran.
PT. KUMATEX menjaga kualitas dari
produk kain textile mereka dengan melakukan
inspeksi pada setiap kain yang di produksi. Proses
inspeksi ini menentukan apakah kain textile
tersebut mempunyai kualitas yang tinggi atau
mempunyai kualitas yang kurang baik. Seringkali
ditemukan kain textile tersebut mengalami
kecacatan
sehingga
kualitasnya
menjadi

berkurang. Kecacatan yang terjadi pada kain


tersebut tidak terlepas dari mesin-mesin yang
digunakan dalam proses produksi, terutama mesin
tenun.
Mesin tenun merupakan mesin yang
digunakan dalam proses penenunan benang
menjadi sebuah kain. Mesin tenun dapat
dikatakan mesin utama dalam pabrik weaving
karena proses penenunan yang dilakukan pada
mesin tenun merupakan tahap yang paling penting
dalam pembuatan kain textile. Mesin tenun
tersebut beroperasi selama dua puluh empat jam
dalam seminggu dan hanya berhenti jika mesin
tersebut mengalami masalah atau sedang
dilakukan maintenance. Dikarenakan operasi
yang terus-menerus tersebut terkadang mesin
tenun mengalami kerusakan sehingga waktu
produksi menjadi berkurang dan kain textile yang
dihasilkan menjadi berkurang kualitasnya akibat
terjadinya kecacatan. Oleh sebab itu, perlu
dilakukannya perawatan (maintenance) agar
mesin tersebut dapat terus beroperasi dengan baik.

Perawatan (maintenance) yang dilakukan


oleh PT. KUMATEX selama ini, yaitu perawatan
pencegahan (preventive maintenance) yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan
pada mesin selama mesin tersebut beroperasi dan
perawatan korektif (corrective maintenance) yang
bertujuan untuk memperbaiki mesin yang rusak
sehingga dapat berproduksi kembali. Walaupun
telah dilakukannya perawatan pada mesin tenun,
tetapi tidak menutup kemungkinan masih
terjadinya kerusakan. Kerusakan yang terjadi
membuat mesin tenun menjadi berhenti
beroperasi dan menghasilkan downtime.
Downtime merupakan waktu dimana mesin
tidak dapat beroperasi akibat faktor-faktor
tertentu, seperti terjadinya kerusakan. Semakin
tingginya downtime maka waktu produksi akan
semakin berkurang sehingga menyebabkan
perusahaan tidak dapat memenuhi pesanan. Oleh
sebab itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana
pengaruh dari downtime pada mesin tenun akan
mempengaruhi efektivitas dari mesin tenun
tersebut dengan menggunakan metode Overall
Equipment Effectiveness (OEE).
1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah mengenai efektivitas
pada mesin tenun di PT. KUMATEX adalah
sebagai berikut:
1. Mesin tenun mana yang paling sering
mengalami kerusakan pada PT. KUMATEX?
2. Apakah downtime yang terjadi pada mesin
tenun akan mempengaruhi efektivitas dari
mesin tersebut?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
permasalahan
mengenai
efektivitas pada mesin tenun di PT. KUMATEX
maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini,
antara lain:
1. Mengetahui mesin mana saja yang paling
sering mengalami kerusakan.
2. Mengetahui apakah terdapat pengaruh antara
downtime yang terjadi pada mesin dan
efektivitas dari mesin tersebut.
1.4. Batasan Penelitian
Berikut ini merupakan pembatasan masalah
yang terdapat pada penelitian ini yang bertujuan
agar penelitian ini lebih terfokus, antara lain:
1. Penelitian dilakukan PT. KUMATEX.
2. Penelitian hanya difokuskan pada mesin
tenun di pabrik weaving.
3. Penelitian
yang
dilakukan
hanya
menggunakan 10 mesin tenun dengan

frekuensi kerusakan yang paling sering terjadi


selama tiga bulan, yaitu bulan Juni, Juli, dan
Agustus.
4. Penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan
data tiga bulan terakhir, yaitu data bulan Juni,
Juli, dan Agustus.
1.5. Asumsi-Asumsi Yang Digunakan
Beberapa asumsi yang digunakan dalam
penelitian mengenai efektivitas pada mesin tenun
di PT. KUMATEX adalah sebagai berikut:
1. Mesin tenun yang berjumlah 60 mesin dan
berproduksi selama 24 jam dalam seminggu
mempunyai kapasitas yang sama untuk setiap
produk kain textile yang dihasilkan.
2. Waktu set-up untuk semua jenis mesin tenun
diasumsikan merata, yakni 1 jam untuk setiap
mesin pada setiap harinya.
II. STUDI KEPUSTAKAAN
2.1. MAINTENANCE
2.1.1. Definisi Maintenance

Definisi perawatan (maintenance) menurut


OConnor (2002) adalah suatukegiatan untuk
memelihara dan menjaga fasilitas yang ada serta
memperbaiki, melakukan penyesuaian atau
penggantian yang diperlukan untuk mendapatkan
suatu kondisi operasi produksi agar sesuai dengan
perencanaan yang ada.
2.1.2. Tujuan Maintenance

Tujuan utama dari fungsi maintenance,


menurut Assauri (1999) adalah:
1. Kemampuan berproduksi dapat memenuhi
kebutuhan sesuai dengan rencana produksi.
2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat
untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh
produk itu sesuai dan kegiatan produksi yang
tidak terganggu.
3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan
penyimpangan yang diluar batas dan menjaga
modal yang diinvestasikan dalam perusahaan
selama waktu yang ditentukan sesuai dengan
kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi
tersebut.
4. Untuk mencapai tingkat biaya maintenance
serendah mungkin, dengan melaksanakan
kegiatan maintenance secara efektif dan
efisien.
5. Menghindari kegiatan maintenance yang
dapat membahayakan keselamatan para
pekerja.
6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat
dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu
perusahaan, dalam rangka untuk mencapai

tujuan utama perusahaan, yaitu tingkat


keuntungan atau return of investment yang
sebaik mungkin dan total biaya yang
terendah.
2.1.3. Jenis-Jenis Maintenance

Kegiatan maintenance yang dilakukan


dalam suatu perusahaan atau pabrik dapat
dibedakan atas lima macam yaitu:
1. Preventive Maintenance
Preventive maintenance adalah kegiatan
pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan
untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan
yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau
keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas
Produksi mengalami kerusakan pada pada waktu
proses produksi (Assauri, 1999).
2. Corrective atau Breakdown Maintenance
Corrective maintenance adalah kegiatan
perawatan yang dilakukan setelah terjadinya
kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau
peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan
baik.
3. Reactive Maintenance
Reactive maintenance adalah kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan sebagai respon
terhadap breakdown unit yang tidak terencana,
umumnya sebagai hasil dari kegagalan baik yang
bersifat internal ataupun yang bersifat eksternal.
4. Proactive Maintenance
Proactive
maintenance
adalah
pemeliharaan yang dilakukan secara teratur dan
terencana tanpa menunggu mesin rusak terlebih
dahulu, sehingga dapat meminimasi kemungkinan
terjadinya breakdown akibat kerusakan mesin.
Yang termasuk dalam Proactive maintenance
adalah preventive maintenance dan predictive
maintenance.
5. Predictive Maintenance
Predictive
maintenance
adalah
pemeliharaan yang dilakukan melalui analisa
secara fisik terhadap peralatan atau komponen
dengan bantuan pengukuran instrument tertentu
seperti alat pengukur getaran, temperatur,
pengukur suara dan lain-lain untuk mendeteksi
kerusakan sedini mungkin.
2.1.4. Tugas-Tugas Maintenance

Semua tugas-tugas dari pada maintenance


dapat digolongkan kedalam salah satu dari lima
tugas pokok yang berikut (Assauri, 1999):
1. Inspeksi (Inspection)
Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan
pengecekan atau pemeriksaan secara berkala
(Routine Schedule Check) peralatan sesuai dengan

rencana serta kegiatan pengecekan atau


pemeriksaan terhadap peralatan yang mengalami
kerusakan dan membuat laporan-laporan dari
hasil pengecekan atau pemeriksaan tersebut.
2. Kegiatan Teknik (Engineering)
Kegiatan teknik ini meliputi kegiatankegiatan percobaan atas peralatan yang baru
dibeli, dan kegiatan-kegiatan pengembangan
peralatan atau komponen peralatan yang perlu
diganti, serta melakukan penelitian terhadap
kemungkinan pengembangan tersebut.
3. Kegiatan Produksi (Production)
Kegiatan Produksi merupakan kegiatan
maintenance yang sebenarnya, yaitu memperbaiki
dan mereparasi mesin-mesin dan peralatan.
4. Pekerjaan Administrasi (Clerical Work)
Pekerjaan
Administrasi
merupakan
kegiatan yang berhubungan dengan pencatatanpencatatan mengenai biaya yang terjadi dalam
melakukan pekerjaan maintenance.
5. Pemeliharaan Bangunan (Housekeeping)
Kegiatan
pemeliharaan
bangunan
merupakan kegiatan untuk menjaga agar
bangunan atau gedung tetap terpelihara dan
terjamin kebersihannya.
2.2. KONSEP RELIABILITY

Tujuan utama dari sistem perawatan adalah


menjaga proses produksi agar berjalan dalam
kondisi operasi yang optimum. Optimum di sini
berarti dapat memenuhi permintaan yang
diterima, usaha ini juga berarti menjaga keandalan
setiap fasilitas secara keseluruhan. Secara umum
keandalan diartikan sebagai peluang suatu
fasilitas memiliki kinerja sesuai dengan yang
ditetapkan dalam kurun waktu dan kondisi operasi
tertentu. Ada 4 (empat) hal yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan pengertian
keandalan, yaitu (Ebeling, 1997):
1. Probabilitas.
2. Kemampuan yang diharapkan
3. Waktu
4. Kondisi operasi tertentu
2.3. KONSEP AVAILABILITY

Menurut Ebeling (1997) availability adalah


peluang suatu komponen untuk dapat beroperasi
sesuai dengan fungsinya pada waktu tertentu
ketika digunakan pada kondisi operasi yang telah
ditentukan. Menurut Kapur (1997), availability
merupakan suatu konsep yang berhubungan erat
dengan probabilitas suatu peralatan untuk
melakukan operasi secara memuaskan pada
kondisi tertentu.

2.3.

EFEKTIFITAS PERALATAN SECARA


KESELURUHAN (OVERALL EQUIPMENT
EFFECTIVENESS)

Overall Equipment Effectiveness (OEE)


merupakan suatu ukuran nilai tambah produksi
melalui peralatan atau tolak ukur seberapa efektif
peralatan produksi kita manfaatkan untuk
menghasilkan produk yang memenuhi standart
kualitas (Nakajima, 1982).
Adapun persentase OEE tertinggi pada
perusahaan yang ada di Jepang menurut JIPM
(Japan Institute For Plant Maintenance) sebesar
85.00%, (Nakajima, 1982), dengan persentase
ideal dari:
- Persentase Availability 90%, dengan
Breakdowns terjadi selama 10 menit dan
kurang dari sekali dalam sebulan serta waktu
setup dan penyetelan yang kurang dari 10
menit.
- Persentase Performance Rate 95%, dengan
waktu menganggur kurang dari 10 menit dan
kurang dari 3 kali dalam sebulan serta
persentase ideal Cycle Time yang meningkat
lebih dari 15%.
- Persentase Quality Rate 99% dengan
persentase Rework kurang dari 0,1% dan
persentase hasil produksi pada saat memulai
produksi lebih dari 99%.
Perhitungan OEE didapat dengan formula sebagai
berikut:
OEE = Availability X Performance Eficiency X
Rate of Quality Product
Sesuai dengan formula diatas, OEE dipengaruhi
oleh 3 faktor, yaitu:
a. Availability
Tingkat kesiapan mesin untuk beroperasi tanpa
mengalami gangguan atau timbulnya kerusakan
yang dapat menghentikan proses produksi.
% =

(+ )

100%

Atau
% =

min

Atau

100%

III. METODOLOGI PENELITIAN


Metodologi penelitian merupakan sebuah
kerangka berpikir sistematis yang dibuat oleh
peneliti yang berguna untuk membantu
mengetahui alur dari penelitian agar dapat
berjalan dengan baik. Metodologi penelitian ini
dibuat
dalam
bentuk
flowchart
yang
menggambarkan alur dari pelaksanaan pembuat
penelitian dari awal hingga selesainya penelitian
tersebut. Gambar 3.1 berikut merupakan
metodologi penelitian yang digunakan pada
penelitian ini.
Tahap Persiapan

Studi
Pendahuluan

Latar
Belakang
Masalah

Identifikasi
Masalah

Perumusan
Masalah

Tujuan
Penelitian

Batasan
Penelitian

Studi
Lapangan

Studi Kepustakaan

Perawatan (Maintenance)
Konsep Reliability
Konsep Availability
Overall Equipment
Effectiveness (OEE)

Pengumpulan Data

Jumlah hari kerja per bulan


Waktu set-up mesin per hari
Jumlah produksi per mesin
Jumlah cacat produksi per mesin
Speed rate tiap mesin
Waktu breakdown mesin

Pengolahan Data
Menggunakan metode Overall Equipment
Effectiveness (OEE)

Analisa dan Evaluasi


Menganalisa perbandingan breakdown
yang terjadi terhadap efektivitas mesin

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1. Alur Metodologi Penelitian


IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
4.1. Pengumpulan Data
4.1.1. Data Waktu Kerja

Jumlah hari kerja PT. KUMATEX pada


periode Juni 2015 sampai dengan Agustus 2015
adalah sebagai berikut:

100%

c. Quality Rate
Perbandingan tingkat rata-rata produksi yang
dihasilkan mesin dengan kualitas yang baik dan
telah memenuhi standar kualitas yang telah
ditentukan dengan produk yang tidak memenuhi
standar (produk cacat).
% =

100%

b. Performance Rate
Tingkat efisiensi mesin dalam menghasilkan
suatu produk berdasarkan waktu operasi mesin
tersebut.
% =

% =

100%

Tabel 4.1 Jumlah Hari Kerja


Bulan

Jumlah Hari Kerja

Juni

30

Juli

24

Agustus

30

(Sumber: PT. Kurabo Manunggal Textile


Industries)

4.1.2. Data Frekuensi Breakdown Mesin

Mesin tenun yang beroperasi di PT.


KUMATEX berjumlah 60 buah mesin tenun dan
diambil 10 mesin yang mempunyai frekuensi
breakdown yang paling sering terjadi. Frekuensi
breakdown dari mesin tenun PT. KUMATEX
yang terjadi antara bulan Juni 2015 sampai dengan
bulan Agustus 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Frekuensi Breakdown Mesin

Tabel 4.4 Jumlah Produksi Cacat Per Mesin


Cacat Produksi (Yard)

No
Mesin

Juni

Juli

Agustus

A2

240

A3

180

360

420

A7

120

60

B3

120

60

B4

58

180

60

No Mesin

Frekuensi Breakdown

B6

116

120

60

B6

37

C7

480

174

174

D3

37

D3

232

232

580

B3

34

D5

348

174

A2

31

H9

120

360

420

A3

31

A7

30

C7

30

D5

30

B4

28

H9

28

(Sumber: Pengumpulan Data)


4.1.4. Data Speed Rate Per Mesin

Data dari speed rate per mesin setiap


bulannya dari periode Juni 2015 sampai dengan
Agustus 2015 adalah sebagai berikut:

(Sumber: Pengumpulan Data)

Tabel 4.5 Speed Rate Per Mesin


Speed Rate (Yard/Jam)

No
Mesin

Juni

Juli

Agustus

A2

15,75

15

15

A3

17,4

13,8

13,8

A7

17,55

13,8

13,8

B3

14,5

15

15

B4

15,515

15,15

15,15

Produksi (Yard)

B6

14,5

15,15

15,15

4.1.3. Data Jumlah Produksi dan Jumlah Produksi


Cacat Per Mesin

Data dari jumlah produksi dan jumlah


produksi cacat dari mesin tenun PT. KUMATEX
yang terjadi antara bulan Juni 2015 sampai dengan
bulan Agustus 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Jumlah Produksi Per Mesin
No
Mesin

Juni

Juli

Agustus

C7

16,95

16,53

15,66

A2

7872

5880

9540

D3

14,935

14,935

14,935

A3

7560

4380

9060

D5

13,485

13,485

14,5

A7

8520

4740

8700

H9

14,25

9,6

15,45

B3

7598

8520

8520

B4

8758

7560

10020

4.1.5. Data Breakdown Time Per Mesin

B6

7366

8100

7860

C7

8580

6264

6496

D3

7714

6322

7366

Data dari breakdown time per mesin setiap


bulannya dari periode Juni 2015 sampai dengan
Agustus 2015 adalah sebagai berikut:

D5

8584

7250

8758

H9

7320

4320

7620

(Sumber: Pengumpulan Data)

(Sumber: Pengumpulan Data)

72.5387

77.6121

69.2680

66.2142

69.2496

84.6331

69.9181

0.9934

0.9843

0.9441

0.9699

0.9595

0.9836

0.8464

0.7468

0.7414

0.7955

0.9305

0.7736

666.92

680.25

682.75

649.25

684.08

664

0.9231

0.9424

0.9460

0.8975

0.9479

0.9188

30

30

30

30

30

30

23.08

9.75

7.25

40.75

5.92

26

690

690

690

690

690

690

15.515

14.5

16.95

14.935

13.485

14.25

58

116

480

232

348

120

7366

8580

7714

8584

7320

30

30

30

D5

H9

8758
1

30

30

30

B4

B6

C7

D3

(Sumber: Pengolahan data)

66.3093

1.0000
0.7828
669.42
0.9267
30
20.58
690
14.5
0
7598
1

OEE = Availability x Performance ratio x


Quality rate x 100%
= 0,9507 x 0,7286 x 0,9695 x 100%
= 67,1566%

30

= 0,9695

B3

7872

58.7775

7872(2400)

0.9859

= 0,7286

( )

0.7133

Quality rate =

7872
68615.75

680.58

Time run = loading time breakdown time


idling & minor stoppages
= 690 jam 4 jam 0 = 686 jam

Performance ratio =

=

= 0,9507

0.9429

690

30

690(4+30)

9.42

690

4.2. Pengolahan Data


Pengolahan data ini menggunakan metode
overall equipment effectiveness (OEE) untuk
menghitung efektivitas dari tiap mesin selama
periode Juni 2015 sampai dengan Agustus 2015.
Contoh
perhitungan
overall
equipment
effectiveness (OEE) untuk mesin A2 pada bulan
Juni 2015 adalah sebagai berikut:
Jumlah hari kerja = 30 hari
Waktu set-up = 1 jam/hari
Jumlah produksi = 7872 yard
Jumlah produksi cacat = 240 yard
Speed rate = 15,75 yard/jam
Loading time = planned production time
breaks planned maintenance
= (30 hari x 24 jam/hari) 0 (1 jam/hari x
30 hari)
= 690 jam
Breakdown time = 4 jam
Set-up time = 1 jam/hari x 30 hari = 30 jam
+ )
Availability = (

17.55

(Sumber: Pengumpulan Data)

120

8520

18,25

26

30

H9

A7

19,67

67.1566

9,5

0.9762

5,92

0.9695

D5

0.6342

12,25

0.7286

2,17

686

40,75

685.08

D3

0.9494

1,42

0.9507

5,25

30

7,25

30

C7

9,5

4.92

8,75

690

9,75

690

B6

17.4

5,25

15.75

7,58

180

23,08

240

B4

7560

8,92

7872

8,83

20,58

B3

30

30

13,58

A3

9,42

A2

A7

OEE (%)

7,67

Quality
Rate

21,17

Performance
Ratio

4,92

Time Run
(jam)

A3

Availability

6,58

Total Set-up
Time (jam)

16,42

Breakdown
Loading
Time (jam) Time (jam)

Speed Rate
(yard/jam)

A2

Jumlah Produksi Jumlah Produksi


Cacat (yard)
(yard)

Agustus

Set-up time
(jam/hari)

Juli

Jumlah Hari
Kerja

Juni

Tabel 4.7 Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Untuk Bulan Juni 2015

Breakdown Time (Jam)

No
Mesin

No Mesin

Tabel 4.6 Breakdown Time Per Mesin

OEE (%)
67.8322
50.3866
59.4507
96.9667
84.3577
91.2070
63.8132
70.6464
93.0887
71.3681

Quality
Rate
1.0000
0.9178
1.0000
0.9859
0.9762
0.9852
0.9722
0.9633
1.0000
0.9167

Performance
Ratio
0.7319
0.5979
0.6379
1.0457
0.9166
0.9842
0.6931
0.7699
0.9910
0.8431

Time Run
(jam)
535.58
530.83
538.42
543.17
544.42
543.25
546.75
549.83
542.5
533.75

0.9268
0.9182
0.9319
0.9405
0.9428
0.9407
0.9470
0.9526
0.9393
0.9235

24
24
24
24
24
24
24
24
24
24

16.42
21.17
13.58
8.83
7.58
8.75
5.25
2.17
9.5
18.25

552
552
552
552
552
552
552
552

690
690

15
15.15
15.15
16.53
14.935
13.485
9.6

15
13.8
13.8

180
120
174
232
0
360

0
420
60
60

8100
6264
6322
7250
4320

9540
9060
8700
8520
10020

Set-up time
(jam/hari)

24

24

24

Jumlah Hari
Kerja

30

30

30

30

30

30

30

D5

H9

No Mesin

A2

A3

A7

B3

B4

B6

C7

D3

552

13.8

0
120

4380
4740
8520
7560

24

24

24

24

24

24

A3

A7

B3

B4

B6

C7

D3

OEE (%)
88.1278
86.7478
86.7807
78.1387
91.1048
71.3267
55.9587
62.9358
81.9573
64.5725

Quality
Rate
1.0000
0.9536
0.9931
0.9930
0.9940
0.9924
0.9732
0.9213
0.9801
0.9449

Performance
Ratio
0.9306
0.9622
0.9163
0.8340
0.9659
0.7624
0.6024
0.7277
0.9010
0.7221

683.42
682.33
688
681.08
684.75
680.5
688.58
677.75
670.33
683

0.9470
0.9454
0.9536
0.9436
0.9489
0.9428
0.9545
0.9388
0.9280
0.9464

30
30
30
30
30
30
30
30
30
30

6.58
7.67
2
8.92
5.25
9.5
1.42
12.25
19.67
7

690
690
690
690
690
690
690
690

15
15.15
15.15
15.66
14.935
14.5
15.45

60
60
174
580
174
420

7860
6496
7366
8758
7620

30

30

30

D5

H9

(Sumber: Pengolahan data)

Breakdown
Loading
Time (jam) Time (jam)

Time Run
(jam)

Speed Rate
(yard/jam)

Availability

Jumlah Produksi Jumlah Produksi


Cacat (yard)
(yard)

Total Set-up
Time (jam)

Tabel 4.9 Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Untuk Bulan Agustus 2015

(Sumber: Pengolahan data)

552

15
13.8

0
360

5880

24

A2

Breakdown
Loading
Time (jam) Time (jam)
Availability

Speed Rate
(yard/jam)

Set-up time
(jam/hari)

Jumlah Hari
Kerja

No Mesin

Jumlah Produksi Jumlah Produksi


Cacat (yard)
(yard)

Total Set-up
Time (jam)

Tabel 4.8 Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Untuk Bulan Juli 2015

5. ANALISA DAN EVALUASI


Berdasarkan perbandingan yang dilakukan
antara lamanya downtime yang terjadi dengan
efektivitas dari mesin tenun, didapatkan bahwa
lamanya downtime tidak selalu mempengaruhi
tingginya efektivitas dari mesin tenun. Seperti
yang terdapat pada bulan Agustus 2015, mesin C7
yang mempunyai downtime terendah ternyata
juga mempunyai efektivitas yang paling rendah.
Sebaliknya juga terdapat mesin dengan downtime
yang paling tinggi tetapi masih mempunyai
efektivitas yang cukup tinggi, seperti mesin D5
pada bulan Agustus 2015. Walaupun begitu, juga
terdapat mesin dengan downtime yang tertinggi
yang juga mempunyai efektivitas yang terendah,
seperti yang terjadi pada mesin A3 di bulan Juli
2015.
Efektivitas yang didapatkan menggunakan
metode overall equipment effectiveness (OEE)
tidak hanya bergantung pada besarnya downtime
yang terjadi. Terdapat faktor lain yang
mempengaruhi perhitungan efektivitas dengan
menggunakan metode OEE, seperti jumlah
produksi, jumlah produksi cacat, dan juga speed
rate. Jika dilihat pada bagian pengolahan data,
faktor performance ratio mempunyai persentase
terendah dibandingkan dengan faktor-faktor
lainnya, yaitu availability ratio dan quality ratio.
Faktor performance ratio ini menjadi rendah
akibat jumlah produksi yang dihasilkan lebih
rendah dibandingkan dengan kapasitas yang
seharusnya dapat dihasilkan. Hal tersebut yang
membuat nilai efektivitas menjadi rendah, selain
faktor dari downtime yang terjadi.
Walaupun diketahui bahwa lamanya
downtime yang terjadi pada mesin tenun tidak
selalu mempengaruhi efektivitas dari mesin itu
sendiri, kebanyakan efektivitas dari mesin tenun
tersebut hanya berkisar di angka 70%. Pada bulan
Juni, Juli, dan Agustus 2015, efektivitas rata-rata
dari mesin sebesar 70,1677%, 74,9117%, dan
76,7651% .Selain itu, efektivitas dari mesin tenun
sendiri tidak selalu stabil. Terkadang efektivitas
dari mesin tenun tersebut dapat naik ataupun turun
sebesar lebih dari 20%, seperti yang terjadi pada
mesin A3 dan mesin B6. Nilai efektivitas pada
mesin tenun yang didapat dengan menggunakan
metode OEE ini juga belum mencapai nilai OEE
standar perusahaan yang ada di Jepang yaitu
sebesar 85,00% sesuai yang dikemukan JIPM
(Japan Institute For Plant Maintenance)
(Nakajima, 1982). Oleh karena itu, sebaiknya PT.
KUMATEX lebih meningkatkan lagi efektivitas
dari mesin tenun yang ada, terutama pada faktor
performance ratio dari mesin tenun tersebut.

6. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data serta analisa
yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat 10 mesin tenun yang paling sering
mengalami kerusakan, yaitu mesin A2, A3,
A7, B3, B4, B6, C7, D3, D5, dan H9.
2. Rata-rata efektivitas dari mesin tenun berkisar
di angka 70% dan dapat terjadi penurunan
ataupun kenaikan sebesar lebih dari 20%.
3. Lamanya downtime yang terjadi tidak selalu
mempengaruhi efektivitas dari mesin tenun.
4. Faktor performance ratio pada perhitungan
yang dilakukan dengan metode overall
equipment effectiveness (OEE) mempunyai
nilai terendah dibandingkan dengan faktor
lainnya, yaitu faktor availability ratio dan
quality ratio.
6.2. Saran
Setelah didapatkan kesimpulan diatas, maka
saran-saran yang dapat diberikan untuk kemajuan
PT. KUMATEX adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi lamanya downtime yang terjadi
karena tetap dapat mempengaruhi efektivitas
dari mesin tenun.
2. Diperlukan metode untuk melakukan
perawatan ataupun pergantian suku cadang
secara rutin agar dapat mengurangi resiko
terjadinya kerusakan pada mesin.
3. Lebih meningkatkan dan juga menjaga
kestabilan efektivitas dari mesin tenun yang
digunakan, terutama pada faktor performance
ratio.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. (1999). Manajemen Produksi dan
Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ebeling,
C.E.
(1997).
Reliability
and
Maintainability Engineering. Singapore:
McGraw-Hill.
Kapur. 1997. Availability. Singapore: The
McGraw-Hill Company, Inc.
Nakajima, S. (1982). Introduction to TPM,
Productivity
Press.
Cambridge:
Massachusets.
OConnor, P. (2002). Practical Reliability
Engineering, 4th edition. New York: John
Wiley & Sons, LTD.

Anda mungkin juga menyukai