Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Menurut WHO, demensia adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul
karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progresif disertai dengan
gangguan fungsi luhur multipel seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan
mengambil keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan
fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku dan
motivasi. Merosotnya fungsi kognitif ini harus cukup berat sehingga mengganggu
fungsi sosial dan pekerjaan individu.1
Salah satu jenis demensia adalah demensia alzheimer yang merupakan
salah satu penyakit yang sering terjadi pada lansia usia lanjut.
Prevalensi
demensia pada populasi lanjut usia (> 65 tahun) berkisar 3-30%. Demensia tipe
Alzheimer dilaporkan bertumbuh 2 kali lipat setiap pertambahan usia 5 tahun,
yaitu bila prevalensi demensia pada usia 65 tahun 3% maka menjadi 6% pada usia
70 tahun, 12% pada 75 tahun dan 24% pada usia 80 tahun. Di Indonesia pada
tahun 2006 diperkirakan ada 1 juta orang dengan demensia untuk jumlah lanjut
usia 20 juta orang.2
Berdasarkan angka kejadian demensia alzheimer yang cukup tinggi maka
peneliti tertarik mengangkat topik mengenai demensia Alzheimer sehingga dapat
memberikan wawasan mengenai penyakit ini untuk membantu penderita dalam
menghadapi penyakit yang dialaminya dan bagi keluarga serta pengasuh dalam
membantu penderita demensia alzheimer .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Demensia
Demensia adalah sindrom neurodegeneratife yang timbul karena
adanya kelainan yang bersifat kronis dan progresif disertai dengan gangguan
fungsi luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa dan
mengambil keputusan. Demensia ditandai dengan hilangnya fungsi kognitif
secara progresif dan menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi
kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi perilaku dan
motivasi.1
Demensia secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu demensia
Alzheimer dan demensia vaskuler.1 Demensia Alzheimer merupakan salah
satu penyakit neurodegeneratif yang bersifat progresif dan irreversible.
Berdasarkan onsetnya, demensia Alzheimer dibagi menjadi 2, yakni yang
muncul pada usia dibawah 65 tahun yang termasuk kategori onset cepat, dan
yang diatas 65 tahun yang dikategorikan sebagai demensia alzheimer onset
lambat. Demensia merupakan sindrom yang memiliki banyak penyebab, dan
dapat mengganggu fungsi kognitif, dan pada umumnya disertai gangguan
mental perilaku, namun tidak disertai dengan gangguan kesadaran penderita.
Gangguan kognitif disertai dengan penurunan kesadaran, dapat ditemukan
pada kondisi acute confusional state, dan pada kondisi koma.3
Berdasarkan kriteria diagnostik DSM-IV, demensia didefinisikan
sebagai penurunan fungsi kognitif yang mutipel, yang setidaknya disertai
salah satu antara afasia, apraxia, agnosia, atau gangguan fungsi eksekutif.
Penurunan fungsi kognitif yang dimaksud adalah yang dapat menyebabkan
gangguan pada fungsi sosial dan okupasional, dan bersifat progresif. Dan
penilaian fungsi kognitif dilakukan ketika penderita memiliki kesadaran
penuh, dan tidak ketika mengalami delirium, acute confusional state, atau
delirium.4
Demensia tidak dapat disamakan dengan proses penuaan normal, dan
untuk membedakannya
pemeriksaan yang lebih teliti. Hal tersebut disebabkan oleh karena pada
lansia normal juga ditemukan gangguan fungsi memori minor seperti pada
awal demensia. Perubahan yang terjadi pada proses penuaan diantaranya
adalah penurunan fungsi memori minor, disertai dengan atrofi otot
ekstremitas, peningkatan tonus, postur tubuh kifosis, disertai gangguan
penglihatan, pendengaran, penghidu, perasa, dan dapat ditemukannya tandatanda regresi, dan disertai refleks abdomen (-), dan refleks fisiologis tendon
Achilles (-).5
1.2. Epidemiologi
Diperkirakan 35.6 juta orang di seluruh dunia hidup dengan demensia
pada tahun 2010. Eropa Barat adalah negara dengan jumlah penduduk dengan
demensia tertinggi (7 juta orang), diikuti dengan Asia Timur dengan 5,5 juta
orang, Asia Selatan dengan 4,5 juta orang dan Amerika Utara dengan 4,4 juta
orang mengidap demensia. Total jumlah penderita demensia hampir menjadi
dua kali lipat tiap 20 tahunnya, menjadi 65,7 juta pada tahun 2030 dan 115,4
juta pada 2050. Proyeksi ini utamanya disebabkan oleh pertumbuhan
penduduk dan penuaan.6
Prevalensi demensia semakin meningkat dengan bertambahnya usia.
Prevalensi demensia sedang hingga berat bervariasi pada tiap kelompok usia.
Pada kelompok usia diatas 65 tahun prevalensi demensia sedang hingga berat
mencapai 5 persen, sedangkan pada kelompok usia diatas 85 tahun
prevalensinya mencapai 20 hingga 40 persen.1
Di Indonesia pada tahun 2006, dari 20 juta orang lansia diperkirakan
satu juta orang mengalami demensia. Selain itu, berdasarkan jenis kelamin,
prevalensi wanita tiga kali lebih banyak dibanding pria. Hal ini mungkin
refleksi dari usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan pria.1
Dari seluruh pasien yang menderita demensia, 50 hingga 60 persen
diantaranya menderita jenis demensia yang paling sering dijumpai, yaitu
demensia tipe Alzheimer (Alzheimers diseases).1
Prevalensi demensia tipe Alzheimer meningkat seiring bertambahnya
usia, untuk seseorang yang berusia 65 tahun prevalensinya adalah 0,6 persen
pada pria dan 0,8 persen pada wanita. Pada usia 90 tahun, prevalensinya
mencapai 21 persen. Pasien dengan demensia tipe Alzheimer membutuhkan
lebih dari 50 persen perawatan rumah (nursing home bed).7
Mutasi gen
hidupnya. Dan baik pada pria maupun wanita memiliki faktor resiko yang
sama besarnya untuk menderita demensia Alzheimer.8
Pada demensia Alzheimer onset lambat, ditemukan defek pada gen
apolipoprotein E (Apo ) pada kromosom 19. Defek pada Apo alel 4 dapat
bersifat homozigot maupun heterozigot. Dalam hal ini, individu dengan defek
Apo 4 homozigot memiliki resiko 85% menderita demensia Alzheimer.
Sedangkan pada defek Apo 4 heterozigot, memiliki resiko yang lebih
rendah, yaitu 45% sampai 50%. Apo dapat diidentifikasi pada plak neuritik
dan juga mungkin terlibat dalam pembentukan neurofibrillary tangle, karena
dia terikat pada protein tau.
penderita
demensia
alzheimer,
ditemukannya
alel
dapat
terjadinya deposisi
2.
3.
Snout reflex. Pada penderita demensia, setiap kali bibir atas atau
4.
Pertanyaan
Orientasi
Skor Maksimum
Tanyakan pada pasien tanggal, hari,
bulan, tahun, dan musim
Tanyakan lokasi pasien saat ini seperti
fasilitas, lantai, gedung, provinsi, dan
Registrasi
negara
Namakan
objek
(misalkan
Atensi
kataDUNIA
secara
bola,
mengeja
terbalik
atau
10
Daya Ingat
Bahasa
tes ini
Minta pasien untuk mengidentifikasi
pensil dan arloji
Minta pasien untuk mengulangi frase
Tidak jika, dan tetapi
Minta pasien untuk mengikuti arahan
sebanyak 3 langkah
Minta pasien untuk
membaca
dan
2
1
3
1
1
1
30
11
distorsi
(misalnya
ketidaksempurnaan
saat
menutup lingkaran)
Angka: semua angka yang terlihat dalam jam harus
lengkap tanpa tambahan angka, angka harus diletakkan
dalam urutan yang tepat dalam kuadran yang sesuai
dengan bentuk jam, angka romawi dapat diterima, dan
angka dapat diletakkan di luar lingkaran.
4. Penamaan
Instruksi:
Katakan pada saya nama dari binatang ini (dimulai dari kiri)
13
14
Penilaian:
Berikan nilai 1 jika terdapat nol sampai satu kesalahan (tepuk
tangan pada huruf yang salah atau tidak tepuk tangan pada huruf
A dihitung sebagai satu kesalahan)
9. Pengulangan kalimat
Instruksi:
Saya akan membacakan kepada Anda sebuah kalimat, setelah itu
ulangi kepada saya tepat seperti yang saya bacakan (Bacakan 2
kalimat)
Penilaian:
Berikan nilai 1 untuk setiap kalimat yang diulangi dengan benar
dan tepat
10. Kelancaran berbahasa
Instruksi:
Katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang anda tahu
yang dimulai dengan huruf tertentu yang akan saya katakan
sesaat lagi. Anda boleh menyebut kata apa saja yang anda
pikirkan kecuali nama orang atau nama kota, dan kata yang sama
ditambah akhiran. Saya akan meminta anda untuk berhenti
setelah 1 menit. Sekarang, katakan kepada saya sebanyak
mungkin kata yang anda ketahui yang dimulai dengan huruf S
Penilaian:
Berikan nilai 1 bila subjek berhasil menyebut 11 kata atau lebih
dalam 60 detik. Tulis jawaban pada bagian bawah atau samping
formulir pemeriksaan.
11. Kemampuan abstrak
Instruksi:
Katakan kepada saya apa persamaan jeruk dan pisang. Jika
subjek menjawab dengan pertanyaan konkrit/tidak abstrak, maka
tambahan pertanyaan hanya sekali lagi, yaitu Katakan kepada
saya kesamaan lainnya dari kedua benda tersebut. Jika subjek
tidak memberikan jawaban yang sesuai (BUAH), katakan
kepadanya bahwa keduanya adalah BUAH. Jangan memberikan
perintah atau penjelasan tambahan. Setelah latihan, katakan
Sekarang katakan kepada saya apa persamaan kereta api dan
15
Anda
16
Kesalahan
Contoh-contoh
r
1
2
Sempurna
Kesalahan
visual
spasial
kecil
saat
sehingga
menuliskan
angka
Menggambar
jari-jari
d)
untuk
menunjuk
menit
10
Tidak
mampu
organsasi
terlihat
hanya
terbalik
jam
padahal
visual
sempurna
saat
spasial
menit
c)
Tidak
mampu
atau
menunjukkan
a)
Pembuatan
spasi
yang
tidak
17
spasial
yang
ringan
sehingga
tidak
mungkin
mengulang
lebih 10 menit
angka
berkebalikan
Disgrapia:
lingkaran
arah
tidak
digambarkan
jarum
mampu
jam
e)
menulis
tersebut
merepresntasikan jam
Gambar 5. PET (positron emission tomography) images obtained with the amyloidimaging agent Pittsburgh Compound-B ([11C]PIB) in a normal control (left); three
different patients with mild cognitive impairment (MCI, center); and a mild AD patient
19
(right). Some MCI patients have control-like levels of amyloid, some have AD-like levels of
amyloid, and some have intermediate levels.
20
demensia
alzheimer
menjadi
hal
yang
menantang. 10
Golongan
Indikasi
Dosis
Donepezil
Penghambat
Demensia
Dosis
kolinesterase
Alzheimer
ringan
setelah
4-6
minggu
menjadi
sampai
sedang
Efek samping
awal
Mual,
muntah,
diare, insomnia
10 mg/hr
Galantamine
Penghambat
Demensia
Dosis
kolinesterase
Alzheimer
mg/hr,
setiap
ringan
bulan
dosis
sampai
sedang
awal
Mual,
muntah,
diare, anoreksia
dinaikkan 8 mg/hr
hingga
dosis
maksimal
24
mg/hr
Rivastigmine
Penghambat
Demensia
Mual,
kolinesterase
Alzheimer
mg/hr;
pusing,
ringan
bulan dinakkan 2
sampai
sedang
setiap
1,5
muntah,
diare,
anoreksia
mg/hr
hingga
dosis
maksimal 2 x 6
mg/hr
Memantine
Penghambat
Demensia
Dosis
Pusing,
reseptor NMDA
Alzheimer
mg/hr; setelah 1
kepala,
(N-methyl-D-
sedang
minggu.
konstipasi
aspartate), yang
berat
berfungsi
untuk
sampai
awal
Dosis
dinaikkan menjadi
2 x 5 mg/hr dan
memblok
seterusnya hingga
aktivitas
dosis maksimal 2
glutamate
x 10 mg/hr
22
nyeri
Dosis
Efek samping
Sitalopram
10-40 mg/hr
Esitalopram
5-20 mg/hr
Sertralin
25-100 mg/hr
Fluoksetin
10-40 mg/hr
Venlafaksin
Nyeri
kepala,
mual,
anoreksia,
30-60 mg/hr
Penurunan
nafsu
makan,
mual,
mulut
kering,
mengantuk, insomnia
Agitasi, ansietas dan perilaku obsesif
Quetiapin
25-300 mg/hr
Mengantuk,
pusing,
konstipasi,
dyspepsia,
peningkatan
berat badan
Dianzapin
2.5-10 mg/hr
nafsu
makan,
pusing,
0.5 1 mg/hr
Mengantuk,
tremor,
insomnia,
20-80 mg/hr
Divalproex
125-500 mg 2x/hr
Mengantuk,
kelemahan,
23
diare,
100-300 mg 3x/hr
Konstipasi,
dyspepsia,
kelemahan,
hipertensi,
anoreksia,
vertigo,
pneumonia,
peningkatan
kadar
kreatinin
Alprazolam
0.25-1 mg 3x/hr
Sedasi,
disartria,
inkoordinasi,
gangguan ingatan
Lorazepam
0.5-2 mg 3x/hr
Kelelahan,
mual,
inkoordinasi,
Diare, mengantuk
Trazodon
BAB III
KESIMPULAN
24
Untuk
inhibitor,
contohnya
adalah
rivastigmine,
doneprezil,
dan
untuk
mengatasi
insomnia
dapat
diberikan
trazodon
dan
2. D
26
27