Sosiologi Pedesaan
Sosiologi Pedesaan
bagian dari aspek pertama. Hal ini dapat dimengerti karena UUPA lahir
di saat permasalahan penguasaan tanah menjadi sangat penting, yaitu
bagaimana merebut tanah-tanah yang dikuasi pengusaha asing dan
pemerintahan kolonial.
Dengan pola pikir UUPA (dan amandemennya) yang seperti ini
dapat dikatakan bahwa peraturan ini tidak melindungi kegiatan
pertanian. Karena, terbaca dengan jelas, bahwa seseorang bebas untuk
mengolah, menggunakan, dan memanfaatkan tanahnya; setelah relasi
hukumnya dengan tanah tersebut jelas.
Beberapa akibat (dan implikasi) yang terlihat selama ini dari
paradigma berpikir UUPA tersebut adalah:
(1) Pemerintah tidak dapat mengontrol konversi lahan-lahan pertanian ke
non pertanian. Itulah kenapa Inpres dan berbagai Perda tidak bergigi.
Bahkan mungkin dapat dikatakan bahwa, Inpres dan Perda tersebut tidak
konsisten dengan UUPA.
(2) Implikasinya, kebijakan pencadangan lahan abadi pertanian yang
dicetuskan dalam RPPK (Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan), yaitu 15 juta ha lahan basah ditambah 15 juta ha lahan
kering, sesungguhnya tidak akan dapat direalisasikan. Peraturan yang
ada tidak cukup menjamin kebijakan tersebut.
(3) Lemahnya pengaturan dalam aspek penggunaan tersebut, secara
tidak langsung juga berdampak terhadap lemahnya pengaturan tata
ruang dan kelangsungan ekosistem secara keseluruhan. Sebidang lahan
yang sesungguhnya harus berupa hutan, dapat saja diolah menjadi lahan
pertanian intensif, karena hak si penguasa tersebut dijamin dalam
UUPA.
Khusus untuk Departemen Pertanian, wewenangnya terbatas
hanya pada aspek kedua, yaitu bagaimana sepetak tanah sebaiknya
diolah, ditanami, dipupuk, dan dipelihara tanamannya; sehingga
menghasilkan produksi pertanian. Itulah dalam organisasi Deptan
terlihat ada bagian yang mengurusi teknologi pertanian, menyediakan
modal, menyediakan prasarana, memikirkan pemasarannya, dan lain-
lain. Itulah kenapa banyak pihak sering meledek bahwa Deptan hanyalah
Departemen bercocok tanam.
Artinya, dengan wewenang Deptan yang hanya terbatas pada
aspek kedua (penggunaan dan pemanfaatan tanah), sedangkan hal ini
tidak dijamin cukup kuat secara hukum, terutama peraturan dasarnya
(yaitu UUPA); maka dapat dikatakan bahwa memang kegiatan pertanian
tidak cukup dijamin dan dihargai di negeri ini. Menyerahkan kegiatan
pertanian, produksi pertanian, dan ketahanan pangan, hanya kepada
mekanisme pasar terbukti telah menyebabkan pertanian sebagai
sektor yang kalah. Nilai ekonomi lahan (dan juga air) yang digunakan
untuk kegiatan pertanian seringkali kalah jika lahan (dan air) tersebut
digunakan untuk kepentingan lain misalnya untuk rumah, industri,
pariwisata, dan lain-lain.
Penulis tidak mengerti hukum, namun penulis berharap
bagaimana istilah-istilah misalnya produksi pertanian, ketahanan
pangan, dan skala usaha ekonomis-minimal dapat masuk ke dalam
amandemen UUPA. Intinya adalah bagaimana aspek penggunaan
dibuat lebih sejajar dengan aspek penguasaan, karena jika kita bicara
reforma agraria keduanya harus dijalankan secara bersamaan. Revolusi
hijau yang hanya memperhatikan aspek penggunaan tanah terbukti
tidak berhasil optimal. Di sisi lain, betapa banyak petani yang
melepaskan tanahnya ke pihak lain, karena mereka tidak cukup
menguasai modal untuk mengolah tanahnya sendiri secara baik. Tanah
yang sudah dikuasainya (aspek pertama) tidak bermakna ketika ia tidak
mampu mengolahnya sendiri (aspek kedua).
(Syahyuti, peneliti bidang sosiologi pada PSE-KP Bogor).
******
Tidak ada komentar:
Minggu, 13 Mei 2012
Memadukan Penelitian Ekonomi dan Sosiologi
2.
Sosiologi
3. Mengutamakan kehandalan
informasi dengan sampel yang
memadai
3. Mengandalkan kepada
kualitas informasi, meskipun
dengan data n terbatas.
5. Rancangan penelitian
bersifat deduktif dan tertutup.
Variabel dan indikator sudah
bisa ditebak dari awal, dan
cenderung tidak berubah.
Tidak ada variabel baru yang
akan diambil di lapangan.
5. Rancangan penelitian
bersifat induktif dan terbuka.
Peneliti belum tahu persis akan
menemukan apa. Variabel
baru, indikator baru dapat
dipakai jika dirasa perlu.
8. Rasio matematis
2.
3.
4.
5.
6.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.
3.
4.
5.
Selain itu, ada data-data penting yang harus dikumpulkan yang tidak
dapat diklasifikasikan apakah termasuk kedalam bidang ekonomi atau
sosiologi, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
i
ii
iii
iv
v