ILUSTRASI KASUS
Nama
: Ny. N
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 55 tahun
Alamat
: Gp. Meunasah Sijuk,
Kec. Baktiya Barat
Pekerjaan
: Petani
Status Perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
TMRS
: 11 Febuari 2016
Tanggal Pemeriksaan
: 17 Febuari 2016
KELUHAN UTAMA
Suara menghilang
KELUHAN TAMBAHAN
Nyeri dada dan nyeri ulu hati
ANAMNESIS KHUSUS
Pasien datang ke IGD RS Cut
keluhan suara menghilang secara
hari sebelum masuk rumah sakit.
saat bangun tidur pagi, tiba-tiba
dan tidak bisa berkata-kata.
Meutia dengan
tiba-tiba sejak 1
Pasien mengaku
saja sulit bicara
Pasien
mengaku
sebelumnya
tidak
pernah
mengalami
sakit
tenggorokan.
Pasien
juga
menyangkal adanya kelemahan anggota gerak atas
maupun bawah.
STATUS PRESENT
Kesan umum
Kesan sakit : Sedang
Kesadaran
: E4V (tidak bisa dinilai), M6 (kesan : compos
mentis)
TB
: 156 cm
BB
: 52 kg
IMT
: = 21,4 kg/ m2 (kesan : Gizi cukup)
Keadaan sirkulasi
TD
: 120/ 80 mmHg
Nadi
: 110 x/i (tidak kuat angkat, isi tidak penuh,
irreguler)
Suhu
: 36, 3 oC
Pernapasan
RR
: 20 x/i
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala
Tengkorak
Muka
Mata
Telinga
Hidung
Bibir
Gigi dan gusi
Leher
Lidah
Rongga mulut
Rongga leher
Kelenjar parotis
Inspeksi
Palpasi
Intake
Tidak ada kelainan
Simetris, pergerakan +/+, reaksi
cahaya +/+, reflek kornea +/+,
pupil isokor, sclera ikterik -/-,
konjungtiva pucat -/Tidak ditemukan kelainan
Pernafasan cuping hidung (-),
rhinorrhea -/Sianosis (-), kering (-)
Tidak ada kelainan
Thorak
depan
Inspeksi
Bentuk umum
Sudut epigastrium
Sela iga
Frontal dan sagittal
Skeletal
Kulit
Ictus cordis
Tumor
Pembesaran vena
Kulit
Vocal fremitus
Mamae
Asimetris (dada
kanan lebih tinggi
dari dada kiri)
Tajam
2 jari
Simetris
Intake
Terdapat bintik merah
Tampak
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Hangat
Dextra = sinistra
Tidak ditemukan
Perkusi
Paru
Jantung
Auskultasi
Paru-paru
Jantung
Kanan : Sonor
Kiri : Sonor
Batas paru hati : Pekak
Peranjakan : 2 jari
Batas atas : ICS II midcklavikula
(S)
Batas kiri : ICS VI linea
midclavikula (S) 2 jari ke lateral
Batas kanan :ICS V parasternal
(D)
Suara pernafasan : Vesikuler +/
+
Vocal resonans :D=S
Suara tambahan :Rhonki pada
basal paru
A2 > A1, P2 > P1, , A2 > P2, M1>M2,
T1>T2, Murmur sistolik grade V
(+), gallop (-), punctum
maksimum pada katub mitral
Thorak
belakang
Inspeksi
Bentuk
Pergerakan
Palpasi
Skeletal
Vocal fremitus
Perkusi
Normochest
Simetris
Intake
D=S
Peranjakan : 1 jari
Paru-paru
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultas
i
Bentuk
Kulit
Pergerakan waktu
nafas
Dinding perut
Nyeri tekan
Nyeri lokal
Hepar
Lien
Ginjal
Asites
Pekak pindah
Bising usus
Simetris
Bintik merah (+),
bekas operasi (-),
striae (-)
Ada
Soepel
Tidak ada
Nyeri epigastrium
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Tidak ditemukan
Nyeri ketok CVA -/Ada 5x / menit
Lipat paha
Kaki dan
tangan
Sendi
Inspeksi
Palpasi
Inspeksi
Palpasi
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Tanggal
pemeriksaan
12 Febuari 16
HEMATOLOGI KLINIK
Hb
13.3 gr/dl
Lk : 13-18
Pr : 12-16
Eritrosit
4.900/mm3
Lk : 4,5-6,5
Pr : 3,8-5,8
Leukosit
Hematocrit
MCV
MCH
MCHC
RDW
Trombosit
8.700/mm3
43.5%
88 fl
26.9 pg
30.6 g%
13.8 %
143.000/mm3
Kesimpulan : DBN
4-11
37-47
76-96
27-32
30-35
11-15
150-450
12 Febuari 16
ANALISA URINE
Kekeruhan
Jernih
Warna
Kuning muda
BJ
1.015
PH
Blood dan Hb
Leukosit
Sedimen
Eritrosit
0-2/LPB
0-3/LPB
Leukosit
0-2/LPB
0-5/LPB
Epitel
5-10/LPK 0-5/LPK
Kesimpulan : DBN
15 Febuari 16
HEMATOLOGI KLINIK
Hb
12 gr/dl
Eritrosit
4.800/mm3
Leukosit
6.700/mm3
Hematocrit
45,2%
MCV
93 fl
MCH
26,5 pg
MCHC
28,4 gr%
RDW
14.4 %
Trombosit
138.000/mm3
Kesimpulan : DBN
15 Febuari 16
ANALISA URINE
Kekeruhan
Keruh
Warna
Kuning muda
BJ
1.015
PH
6
Blood dan Hb
50 |o| (+3)
Leukosit
25 |o| (+)
Sedimen
Eritrosit
25-50/LPB
Leukosit
5-10/LPB
Epitel
25-50/LPK
15 Febuari 16
12 Febuari 16
15 Febuari 16
15 Febuari 16
METABOLISME KARBOHIDRAT
KGDS
128 mg/dl
KGDP
123 mg/dl
KGD2PP
171 mg/dl
0,1-1,0
0-0,3
10-37
10-40
31-97
110-200
70-126
100-140
20-40
0,6-1,6
L : 7,2
P: 6,8
15 Febuari
16
PROFILE LIPID
Total
cholesterol
155 mg/dl
< 200
HDL
cholesterol
50 mg/dl
45
LDL
cholesterol
99 mg/dl
< 150
Trigliserida
91mg/dl
< 200
Kesimpulan : DBN
Interpretasi ekg
RESUME
Seorang wanita, 55 tahun, datang ke IGD RS Cut
Meutia dengan keluhan suara menghilang secara
tiba-tiba sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengaku saat bangun tidur pagi, tiba-tiba
saja sulit bicara dan tidak bisa berkata-kata.
Pasien mengaku sebelumnya tidak pernah
mengalami sakit tenggorokan. Pasien juga
menyangkal adanya kelemahan anggota gerak
atas maupun bawah.
Kriteria mayor :
Paroxysmal nocturnal dyspnea(+)
Distensi vena leher (-)
Ronki paru (+)
Kardiomegali (+)
Edema paru akut (-)
Gallop S3 (-)
Peninggian tekanan vena
jugularis (+)
Refluks hepatojugular (-)
Kriteria minor :
Edema ekstremitas (-)
Batuk malam hari
(-)
Dipsneu deffort
(+)
Hepatomegaly
(-)
Efusi pleura
(-)
Penurunan kapasitas vital
1/3 dari normal (-)
Takikardi (>120 x/menit)
(-)
Clinical characteristic
Point
Hipertension
A2
Age 75
Diabetes mellitus
S2
Stroke/ TIA/ TE
Kesimpulan : pasien ini memiliki skor 3/6 yang bermakna pasien beresiko
terkena stroke berulang sebanyak 5,9%. (termasuk resiko tinggi)
DAFTAR MASALAH
CHF ec Mitral Insuficiensi (NYHA II)
Atrial Fibrilasi
Stroke Iskemia
PENGOBATAN
Non farmakologis
Bedrest
Diet jantung 1
Total kalori 1449
kkal
Total cairan 1500 cc
Farmakologi
IVFD RL 10 gtt/I makro
Inj. Ranitidine 50 mg / 12
jam
Inj. Ondancetron 4 mg /
12 jam
Clobazam 10 mg 1x1 tab
Paracetamol 500 mg 3x1
tab
Aspilet 80 mg 1x1 tab
Clopidogel 75 mg 1x1 tab
Digoxin 0,25 mg 1x1 tab
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad malam
Quo ad functionam
: dubia ad malam
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Keadaan spesifik
Thorax:
Jantung
Paru
Suara hilang, Sulit berbicara, nyeri dada, jantung berdebar-debar, nyeri ulu
hati, sakit kepala, lemas, nafsu makan (), BAK lancar, BAB (-) H+1.
vesikuler normal, ronkhi basah sedang (+) di basal kedua paru, wheezing
(-)
Mitral insufisiensi
Bedrest
Diet jantung I
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ranitidin 50 mg /12 jam
Inj. Ondancetron 4 mg / 8 jam
Clobazam 1x 10 mg
CPG 1x 75 mg
Paresetamol 500 mg (k/p)
FOLLOW UP
A
P
Rencana
Tanggal
S
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Keadaan spesifik
Rencana
IVFD RL 20 gtt/i
Clobazam 1x 10 mg
CPG 1x 75 mg
Paresetamol 500 mg (k/p)
Ct- Scan
RFT, LFT, KGDR, Profile lipid
Tanggal
S
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Keadaan spesifik
Rencana
Istirahat
Diet jantung I
IVFD RL 20 gtt/i
Clobazam 1x 10 mg
CPG 1x 75 mg
Ct- Scan
RFT, LFT, KGDR, Profile lipid
Tanggal
S
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Keadaan spesifik
Rencana
Istirahat
Diet jantung I
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ranitidin 50 mg /12 jam
Inj. Ondancetron 4 mg / 8 jam
Clobazam 1x 10 mg
CPG 1x 75 mg
Paresetamol 500 mg (k/p)
Ct- Scan
RFT, LFT, KGDR, Profile lipid
Tanggal
S
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Keadaan spesifik
Istirahat
Diet jantung I
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ranitidin 50 mg /12 jam
Inj. Ondancetron 4 mg / 8 jam
Clobazam 1x 10 mg
CPG 1x 75 mg
Paresetamol 500 mg (k/p)
Sucralfat syr 3x C1
Tanggal
S
O: Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Keadaan spesifik
Rencana
Istirahat
Digoksin 0,25 mg 1x 1 tab
Acetylsalisilic 80 mg 1x1 tab
Clopidrogel 75 mg 1x1 tab
Sucralfat 3x C1
Pasien boleh berobat jalan
PEMBAHASAN
Adanya rasa sesak saat tiba di rumah sakit,
riwayat sesak di rumah sebelumnya disangkal.
Pasien mengaku cepat lelah bila hanya berjalan
dari tempat tidur ke arah pintu ( 5 meter).
Pasien juga sering terbangun dimalam hari karena
tiba-tiba terasa sulit bernafas. Pasien juga lebih
nyaman tidur dengan menggunakan 2 bantal.
Pasien menyangkal adanya batuk di malam hari,
bengkak pada kedua kaki juga disangkal.
Keluhan juga disertai nyeri dada Pasien mengaku
nyeri seperti tertekan, nyeri tidak menjalar dan
nyeri bertambah saat miring ke kiri. Pasien juga
mengeluhkan jantung sering terasa berdebardebar.
Dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
thorak
ditemukan
Kesan : cardiomegali
impulkan diagnosis pasien ini adalah CHF ec MI+ atrial fibrilasi + stroke iskemia
3/20/16
Etiologi
Penyebab utama
mitral regurgitasi :
Prolaps katup mitral
Penyakit jantung
kronik
Endokarditis infektif
Kalsifikasi anulus
Kardiomiopati
Penyakit jantung
Iskemik
2.
Abnormalitas Struktural
Klasifikasi anulus
Kelainan daun katup
Ruptur cordae tendineae
Abnormalitas Fungsional
MR terjadi akibat kombinasi dilatasi anulus
mitral dan disfungsi muskulus papillaris.
Penyebabnya
antaralain
abnormalitas
gerakan
dinding
ventrikel
kiri
secara
segmental,dilatasi
ventrikel
kiri,disfungsi
muskullus papillaris misal pada penyakit
jantung iskemik.
Disfungsi muskulus papillaris infark inferior
disfungsi muskulus papilaris posterior.
Abnormalitas Struktural
Kalsifikasi anulus ,umum
terjadi pada wanita usia
tua, pasien diabetes
( sering mengenai bagian
posterior anulus mitral )
Kelainan daun katup, di
sebabkan demam rematik,
endokartitis infektif
Ruptur chorda tendineae,
sering idiopatik, akibat
degenerasi myxomatous
pada sindrom floppy valve
yang menyebabkan chorda
meregang dan ruptur.
Mitral regurgitation
ECG
LVH"DOL"
LVH
AF
Mitral regurgitation
Chest X-ray PA
view
Mitral regurgitation
9
CFM
CFM
CF-M-mode
2-d Echo
Mitral regurgitation
Medical :Management
_ For mild and moderate cases
* Diuretic
*Vasodilators , e.g.
ACEI
* Digoxin
For AF
*Anticoagulant if
AF
*Antibiotic
Prophylaxis
against IE
Surgical :
* MV valvoplasty {Repair }
*MV replacement
Indications:
_ Worsening symptoms
_Progressive cardiomegaly
Artificial valves
Carpentier-Edwards
St.jude
Pericardial
Carpentier-Edwards
Medotroic
porcine
Starr-Edwards
1-Infective Endocarditis
2-Thrombosis and thrombo embolism
3-Haemolysis
4-Valve dysfunction
Mitral regurgitation
mempertahankan
sirkulasi
adekuat
untuk
Abnormalit
as miokard
Kelainan
kongenital
jantung
Overload
failure
ETIOLO
GI
Abnormalit
as atau
efusi
perikard
Abnormalit
as katup
Abnormalit
as ritme
jantung
EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan 23 juta orang mengidap gagal
jantung di seluruh dunia
Pada tahun 2000, terdapat 550.000 kasus baru
setiap tahunnya
Prevalensi tergantung umur, dimana jarang pada
usia dibawah 45 tahun. Namun menanjak pada
usia 75-84 tahun
Therapies
Stage A
Exercise regularly
Quit smoking
Treat hypertension
Treat lipid disorders
Discourage alcohol or illicit drug
use
If previous heart attack/ current
diabetes mellitus or HTN, use ACEI
Stage B
Stage C
Stage D
ACC/AHA
Stages
Klasifikasi CHF
Gagal Jantung Kiri
Dispneu
Orthopneu
Paroksimal
Nokturnal
Dyspneu
Batuk
Mudah lelah
Gelisah dan cemas
Gagal Jantung
Kanan
Pitting edema
Hepatomegali
Asites
Anoreksia
Nokturia
kelemahan
PENYAKIT MIOKARDIUM :
- PJK (CAD)
- Hipertensi
- Kardiomiopati
- Miokarditis
PENYAKITJANTUNG KATUP RHD
PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL
PENYAKIT PERIKARDIUM
ARITMIA : TAKI/BRADI
OBAT-OBATAN
ANEMIA / HIPOKSIA
3/20/16
73
Dibagi 2 komponen :
1) Gagal Miokardium :
Kontraktilitas
3/20/16
Patofisiologi
3/20/16
75
peningkata
n
kontraktilit
as
penurunan
kontraktilit
as
2. Hipertrofi Ventrikel
Merangsang pertumbuhan ventrikel
Menaikkan massa ventrikel
awalnya bermanfaat
3/20/16
78
3. Kompensasi Neurohormonal
Penurunan curah
jantung
peningkatan
sistem saraf
simpatis
peningkata
n
kontraktilit
as
peningkata
n laju
debar
jantung
peningkatan
sistem renin
angiotensin
vasokontriks
i
arteriola
r
mempertahank
an tekanan
darah
CURAH
JANTUNG
3/20/16
peningkatan
hormon anti
diuretik
peningkata
n isi
peningkatan
volume
sirkulasi
venu
s
peningkatan aliran
balik vena ke jantung
(peningkatan beban
awal)
edema perifer
dan
bendungan
79
paru
Pemeriksaan penunjang
Pada EKG ditemukan
hipertropi ventrikel kiri,
kelainan gelombang ST dan
gelombang T
Dari foto toraks terdapat
pembesaran jantung dan
bendungan paru.
Pada ekhokardiografi
terlihat pembesaran dan
disfungsi ventrikel kiri,
kelainan bergerak katup
mitral saat diastolik.
No fluid retention
ACE
inhibitor*
Beta blocker
NYHA I-IV
ARB
*ARB if ACEintolerant
Penatalaksanaan
1. Diuretic therapy furosemid 20 320 mg/ hr
2. Inhibitors of the Renin-angiotensin-Aldosteron system
-
Spironolactone 25 mg/hr
CMDT 2013
Prognosis
Prognosis gagal jantung
tidak mendapat terapi
diketahui.
prognosis pada penderita
jantung yang mendapat
yaitu:
Kelas NYHA I : mortalitas 5
10-20%
Kelas NYHA II: mortalitas 5
10-20%
yang
tidak
gagal
terapi
tahun
tahun
Atrial Fibrilasi
Atrial fibrilasi adalah suatu gangguan pada jantung (aritmia) yang
ditandai dengan ketidakteraturan irama denyut jantung dan
peningkatan frekuensi denyut jantung, yaitu sebesar 350-650 x/menit
Pada dasarnya atrial fibrilasi merupakan suatu takikardi
supraventrikuler dengan aktivasi atrial yang tidak terkoordinasi dan
deteriorisasi fungsi mekanik atrium. Keadaan ini menyebabkan tidak
efektifnya proses mekanik atau pompa darah jantung.
SA node kedua
atrium kontraksi
atrium darah ke
ventrikel sinyal listrik
ke AV node Berkas
His bercabang di
serabut purkinje
aktivasi serabut
ventrikel memompa
darah keseluruh tubuh
pulse (denyut)
Etiologi
ETIOLOGI
CARDIAC
NON
CARDIAC
Klasifikasi
Menurut AHA (American Heart Association), klasifikasi dari atrial
fibrilasi dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :
a. AF deteksi pertama
b. Paroksismal AF ( < 7 hari , biasany hilang spontan )
c. Persisten AF ( > 7 hari , butuh penanganan )
d. Kronik/permanen AF
Etiologi
Faktor Resiko
Beberapa orang mempunyai faktor resiko terjadinya AF, diantaranya
adalah :
1. Diabetes Melitus
2. Gagal Jantung Kongestif
3. Hipertensi
4. Penyakit Jantung Koroner
5. Penyakit Jantung Reumatik
6. Penyakit Katup Mitral
7. Penyakit Tiroid
8. Penyakit Paru-Paru Kronik
9. Post. Operasi jantung
10.Riwayat stroke sebelumnya atau TIA ( Transient Ischemic Attack
)
11.Terdapat gambaran kontras echo spontan di atrium kiri
12.Left atrial appendage vilowcity < 20 cm/dt
13.Atheroma aortic kompleks
14.Usia 60 tahun
15.Life Style
Patofisiologi
Mekanisme AF terdiri dari 2 proses, yaitu :
1. proses aktivasi lokal
2. multiple wavelet reentry.
proses aktivasi lokal
Proses aktivasi lokal bisa melibatkan proses depolarisasi
tunggal atau depolarisasi berulang.
Pada proses aktivasi lokal, fokus ektopik yang dominan adalah
berasal dari vena pulmonalis superior.
Selain itu, fokus ektopik bisa juga berasal dari atrium kanan,
vena cava superior dan sinus coronarius.
Fokus ektopik ini menimbulkan sinyal elektrik yang
mempengaruhi potensial aksi pada atrium dan menggangu
potensial aksi yang dicetuskan oleh nodus SA
Ventrikel jg mulai
berkontraksi
dgn cepat
tetapi tidak secepat
atrium
PALPITASI
KEBINGUNGAN
SESAK NAPAS
GEJALA
KLINIS
KELEMAHAN /
KESULITAN
BEROLAHRAGA
KELELAHAN
PUSING ATAU
PINGSAN
NYERI DADA
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
EKG
Monitor Holter
Event Monitor
Echocardiogram
Transesophageal Echocardiogram
Tes Darah hormon tiroid
- keseimbangan elektrolit darah
DIAGNOSIS
Anamnesa : gejala , RPT, Riwayat penyakit
keluarga, kesehatan kebiasaan
Konsekuensi
1. Penurunan kemampuan atrium (kontraksi)
>>>>
stroke
2. RATE
CONTROL
3. RHYTM
CONTROL
RATE CONTROL
Target utama pendekatan rate control : meredakan
gejala klinis & pencegahan komplikasi hemodinamik
dengan cara mengontrol respons detak ventrikel.
TATALAKSANA
FARMAKOLOGI
Obat lini pertama:
golongan penyekat
beta (metoprolol dan
atenolol).
kontraindikasi atau nontoleransi
dengan penyekat beta
Lini kedua:
Golongan antagonis
kalsium non-dihidropiridin
seperti diltiazem dan
verapamil
Kesuksesan rate control secara
farmakologis : sekitar 80%.
Target terapi : VR60-80 x/I saat
istirahat & 90-115 x/I saat
Rhythm control
atau kardioversi
mengacu pada upaya reversi dan mempertahankan
irama sinus dalam waktu panjang.
Rhythm control dapat dicapai secara farmakologis
dengan menggunakan agen anti-aritmia maupun
dengan kardioversi elektrik.
Agen farmakologik yang merupakan rekomendasi
kelas 1 : flecainide, dofetilide, propafenone, dan
ibutilide
Amiodaron, agen anti-aritmia yang paling umum
digunakan, dimasukkan ke dalam kelas 2A.
Diagram pemilihan
terapi
antikoagulan
AKB: antikoagulan oral
baru, AVK: antagonis
vitamin K,
garis padat: pilihan
terbaik, garis putusputus: pilihan alternatif
Keterbatasan :
indeks terapi yang sempit,
banyak ber-interaksi dengan obat lain atau
makanan,
diperlukan pemantauan laboratorium secara
berkala.
Kesulitan pemakaian AVK di Indonesia ialah
tidak tersedianya fasilitas pemeriksaan INR di
daerah-daerah perifer.
Dabigatran
Dabigatran adalah antikoagulan oral golongan
penghambat trombin.
T(1/2) berkisar antara 12-17 jam.
Kelebihan:
Mula kerja dabigatran relatif cepat,
interaksi dengan obat lain dan makanan lebih sedikit
dibandingkan warfarin,
tidak membutuhkan pemantauan labratorium yang
intensif,
perdarahan mayor lebih rendah pada kelompok
dabigatran dibandingkan kelompok warfarin,
Rivaroxaban
Rivaroxaban : antikoagulan golongan penghambat
faktor Xa yang mencegah trombogenesis tanpa
memerlukan bantuan kofaktor antitrombin.
Rivaroxaban ditoleransi dengan baik oleh pasien
dewasa yang sehat, dan efek antikoagulannya
dapat diramalkan terjadi pada kisaran dosis 5-80
mg.
Apixaban