PATOFISIOLOGI
Tetrodotoksin adalah molekul organik berukuran kecil, bersifat heterosiklik
dengan struktur kimia C11H17N3O8 dengan massa molar 319.268 yang bekerja pada
kanal natrium yang aktif di jaringan saraf. Racun ini memblok difusi natrium
melalui kanal natrium sehingga depolarisasi dan propagasi potensial aksi sel-sel
saraf dihambat. Dengan kata lain, tetrodotoksin ini merupakan neurotoksin
(Gambar 2).2, 3
Tetrodotoksin bekerja langsung pada sistem saraf pusat dan perifer (saraf
otonom, motoric, dan sensorik). Racun ini juga mampu merangsang
chemoreseptor trigger zone di medulla oblongata, dan menekan pusat pernapasan
dan vasomotor pada area tersebut. 2
Tetrodotoksin bersifat tahan panas (kecuali dalam suasana basa), larut
dalam air, bukan termasuk protein, menyerupai quinazoline, dan ditemukan
terutama pada bagian tubuh ikan, seperti kulit, hati, ovarium, usus, dan otot.
Karena kandungan toksin di dalam ovarium sangat tinggi, ikan betina akan sangat
beracun bila dimakan pada musim bertelur. 2,3
Tetrodotoksin diyakini disintesis oleh bakteri atau dinoflagellata yang
berkaitan dengan ikan puffer. Kadar toksisitasnya bervariasi menurut musim. Di
Jepang, ikan golongan ini (kebanyakan fugu) terbukti bebas racun. Oleh sebab itu,
ikan ini banyak disantap oleh penduduk setempat hanya pada bulan oktober
hingga maret. 2, 3, 4, 5
Dosis toksik racun ini belum diketahui pasti karena kadar tetrodotoksin
pada tubuh ikan tidak sama. Meskipun demikian, dengan takaran 1-2 mg toksin
murni dapat berakibat fatal.2, 3 Dilaporkan oleh Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) mendokumentasikan toksisitas dengan menelan tetrodotoksin
sekurangnya 1,4 ons puffer fish.3
MANIFESTASI KLINIS
Gejala keracunan pertama kali muncul dalam waktu 15 menit hingga
beberapa jam (bahkan mencapai 20 jam) setelah menyantap makanan yang
mengandung tetrodotoksin. Gejala awal meliputi parestesi bibir dan lidah, yang
berlanjut ke muka dan ekstremitas (yang selanjutnya disertai oleh rasa baal).
Seterusnya terjadi pula salivasi, mual, muntah, dan diare yang disertai nyeri
perut.2,3
Kelainan yang ditimbulkan oleh racun ini pada umumnya menyerang
system kardiovaskular dan neurologis. Gangguan fungsi motoric berupa rasa
lemah, hipotensi (kemungkinan timbul sebagai dampak gangguan fungsi system
saraf pusat dan perifer), dan kemudian terjadi kesulitan bicara. Ascending
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada keadaan keracunan tetrodotoksin ini
yaitu paralisis ascenden cepat dalam 4-24 jam, kemudian diikuti paralisis otot
pernapasan. Komplikasi pada jantung yaitu hipotensi, bradikardi, koma, kejang,
pupil non reaktif, apnea, dan kehilangan reflek batang otak. Komplikasi akhir dari
keracunan tetrodotoksin yaitu kematian yang dapat terjadi dalam 4-6 jam.
Kematian ini terjadi terutama disebabkan karena paralisis otot pernapasan dan
kegagalan pada pernapasan. Dengan penanganan yang baik dan cepat mortalitas
dari keracunan tetrodotoksin ini dapat berkurang. Satu penelitian melaporkan
bahwa prognosis pada pasien dengan keracunan tetrodotoksin ini baik bila dapat
bertahan dalam 24 jam pertama. 3
DAFTAR PUSTAKA
1. Rivera VR, Poli MA, Bignami GS. Prophylaxis and treatment with a
monoclonal antibody of tetrodotoxin poisoning in mice. Toxicon. Sep
1995;33(9):1231-7. [Medline]
2. Arisman, 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi: Keracunan Makanan. EGC: Jakarta.
Page 31-33
3. Benzer, T.I., Tarabar, A., VanDevoort, J.T., and Michael, J.B., 2015.
Tetrodotoxin Toxicity Clinical Presentation. Medscape. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/818763-clinical#b1
[Accessed
16th
March 2016].
4. Moczydlowski EG. The molecular mystique of tetrodotoxin. Toxicon. 2013
Mar 1. 63:165-83. [Medline].
5. Lago J, Rodrguez LP, Blanco L, Vieites JM, Cabado AG. Tetrodotoxin, an
Extremely Potent Marine Neurotoxin: Distribution, Toxicity, Origin and
Therapeutical Uses. Mar Drugs. 2015 Oct 19. 13 (10):6384-406. [Medline].