Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI

Tetrodotoksin, juga dikenal dengan nama "tetrodox" dan umumnya


disingkat menjadi TTX, adalah sejenis neurotoksin yang dikenal tidak memiliki
penawar racunnya. Walaupun telah terdapat penawar yang telah berhasil
diujicobakan pada tikus, kajian lebih lanjut masih harus dilakukan untuk
menentukan kemujaraban penawar racun ini pada manusia.1
Keracunan tetrodotoksin ini hanya terjadi pada ikan yang termasuk dalam
orde Tetraodontiformes, seperti puffer-like fish (ikan fugu): globe fish, balloon
fish (ikan buntal), blow fish, dan toad fish. Keracunan biasanya terjadi setelah
menyantap ikan yang ditangkap dan tidak dikelola oleh ahlinya (uncertified
handlers). Bahkan keracunan tetrodotoksin masih sering terjadi di Jepang
(terutama oleh ikan fugu), meskipun pengolahan ikan tersebut sudah dilakukan
oleh orang yang ahli. Racun tetrodotoksin ini terkumpul di kulit dan organ dalam
ikan puffer fish (Gambar 1) .2, 3

Gambar 1. Puffer fish

PATOFISIOLOGI
Tetrodotoksin adalah molekul organik berukuran kecil, bersifat heterosiklik
dengan struktur kimia C11H17N3O8 dengan massa molar 319.268 yang bekerja pada
kanal natrium yang aktif di jaringan saraf. Racun ini memblok difusi natrium
melalui kanal natrium sehingga depolarisasi dan propagasi potensial aksi sel-sel
saraf dihambat. Dengan kata lain, tetrodotoksin ini merupakan neurotoksin
(Gambar 2).2, 3

Gambar 2. Struktur kimia tetrodotoksin

Tetrodotoksin bekerja langsung pada sistem saraf pusat dan perifer (saraf
otonom, motoric, dan sensorik). Racun ini juga mampu merangsang
chemoreseptor trigger zone di medulla oblongata, dan menekan pusat pernapasan
dan vasomotor pada area tersebut. 2
Tetrodotoksin bersifat tahan panas (kecuali dalam suasana basa), larut
dalam air, bukan termasuk protein, menyerupai quinazoline, dan ditemukan
terutama pada bagian tubuh ikan, seperti kulit, hati, ovarium, usus, dan otot.
Karena kandungan toksin di dalam ovarium sangat tinggi, ikan betina akan sangat
beracun bila dimakan pada musim bertelur. 2,3
Tetrodotoksin diyakini disintesis oleh bakteri atau dinoflagellata yang
berkaitan dengan ikan puffer. Kadar toksisitasnya bervariasi menurut musim. Di
Jepang, ikan golongan ini (kebanyakan fugu) terbukti bebas racun. Oleh sebab itu,

ikan ini banyak disantap oleh penduduk setempat hanya pada bulan oktober
hingga maret. 2, 3, 4, 5
Dosis toksik racun ini belum diketahui pasti karena kadar tetrodotoksin
pada tubuh ikan tidak sama. Meskipun demikian, dengan takaran 1-2 mg toksin
murni dapat berakibat fatal.2, 3 Dilaporkan oleh Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) mendokumentasikan toksisitas dengan menelan tetrodotoksin
sekurangnya 1,4 ons puffer fish.3

PENGARUH TERHADAP TUBUH


Pengaruh tetrodotoksin terhadap tubuh yaitu pada sistem saraf pusat dan
perifer (saraf otonom, motorik, dan sensorik). Gangguan fungsi motoric dapat
berupa rasa lemah, hipoventilasi, kemudian terjadi kesulitan bicara. Racun ini juga
mampu merangsang chemoreseptor trigger zone di medulla oblongata sehingga
menyebabkan tubuh terangsang untuk muntah, dan menekan pusat pernapasan
sehingga terjadi depresi pernapasan. Pengaruh lainnya pada keracunan
tetrodotoksin terhadap fungsi jantung. Fungsi jantung akan terganggu yang
disertai oleh hipotensi, disritmia.2, 3

MANIFESTASI KLINIS
Gejala keracunan pertama kali muncul dalam waktu 15 menit hingga
beberapa jam (bahkan mencapai 20 jam) setelah menyantap makanan yang
mengandung tetrodotoksin. Gejala awal meliputi parestesi bibir dan lidah, yang
berlanjut ke muka dan ekstremitas (yang selanjutnya disertai oleh rasa baal).
Seterusnya terjadi pula salivasi, mual, muntah, dan diare yang disertai nyeri
perut.2,3
Kelainan yang ditimbulkan oleh racun ini pada umumnya menyerang
system kardiovaskular dan neurologis. Gangguan fungsi motoric berupa rasa
lemah, hipotensi (kemungkinan timbul sebagai dampak gangguan fungsi system
saraf pusat dan perifer), dan kemudian terjadi kesulitan bicara. Ascending

paralysis berlangsung cepat selama 4-24 jam. Paralisis ekstremitas mendahului


paralisis bulbar, yang kemudian diikuti oleh paralisis otot pernapasan meskipun
reflek tendon masih positif ketika paralisis terjadi. 2,3
Akhirnya fungsi jantung terganggu disertai oleh hipotensi, disritmia
(bradikardia), gangguan fungsi system saraf pusat (koma), dan kejang. Penderita
yang mengalami keracunan berat dapat jatuh dalam keadaan koma yang dalam,
apnea, pupil terfiksasi dengan reflex negative, serta hilangnya seluruh reflex
batang otak. Kematian umumnya terjadi dalam 4-6 jam, biasanya berpangkal pada
paralisis otot pernapasan dan gagal napas. 2,3
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan tanda lenyapnya fungsi neuron
sensorik dan motoric (tanda utama), ascending paralysis dengan depresi
pernapasan, dan sianosis dengan gagal napas. Hipotensi dapat pula disertai
disfungsi miokardium. Tanda yang mengancam jiwa adalah gangguan irama
jantung, terutama bradikardia, blok nodus atrioventricular, dan bundle branch
block. Sementara itu, pengaruh terhadap saluran cerna tidak begitu menonjol,
meskipun muntah dan nyeri perut dapat timbul. 2,3

KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada keadaan keracunan tetrodotoksin ini
yaitu paralisis ascenden cepat dalam 4-24 jam, kemudian diikuti paralisis otot
pernapasan. Komplikasi pada jantung yaitu hipotensi, bradikardi, koma, kejang,
pupil non reaktif, apnea, dan kehilangan reflek batang otak. Komplikasi akhir dari
keracunan tetrodotoksin yaitu kematian yang dapat terjadi dalam 4-6 jam.
Kematian ini terjadi terutama disebabkan karena paralisis otot pernapasan dan
kegagalan pada pernapasan. Dengan penanganan yang baik dan cepat mortalitas
dari keracunan tetrodotoksin ini dapat berkurang. Satu penelitian melaporkan
bahwa prognosis pada pasien dengan keracunan tetrodotoksin ini baik bila dapat
bertahan dalam 24 jam pertama. 3

DAFTAR PUSTAKA

1. Rivera VR, Poli MA, Bignami GS. Prophylaxis and treatment with a
monoclonal antibody of tetrodotoxin poisoning in mice. Toxicon. Sep
1995;33(9):1231-7. [Medline]
2. Arisman, 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi: Keracunan Makanan. EGC: Jakarta.
Page 31-33
3. Benzer, T.I., Tarabar, A., VanDevoort, J.T., and Michael, J.B., 2015.
Tetrodotoxin Toxicity Clinical Presentation. Medscape. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/818763-clinical#b1

[Accessed

16th

March 2016].
4. Moczydlowski EG. The molecular mystique of tetrodotoxin. Toxicon. 2013
Mar 1. 63:165-83. [Medline].
5. Lago J, Rodrguez LP, Blanco L, Vieites JM, Cabado AG. Tetrodotoxin, an
Extremely Potent Marine Neurotoxin: Distribution, Toxicity, Origin and
Therapeutical Uses. Mar Drugs. 2015 Oct 19. 13 (10):6384-406. [Medline].

Anda mungkin juga menyukai