Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Definisi
Suatu penyakit infeksi akut yang sangat
menular, disebabkan oleh Corynebacterium
diphteriae dengan ditandai pembentukan
pseudomembran pada kulit dan/atau mukosa.
(buku ajar infeksi dan pediatri tropis : IDAI
2008)
Etiologi
Corynebacterium diphtheriae
: amino-terminal
: karboksi-terminal
EPIDEMIOLOGI
Tersebar luas di seluruh Indonesia
Epidemiolo
gy
Transmisi
Ditularkan secara kontak dengan pasien
atau karier melalui droplet.
Muntahan atau debu vehicles of
transmission
4. PATOFISIOLOGI
C.Diphteriae masuk
melalui mukosa/kulit
Melekat dan berkembang
biak
Pada Saluran napas
bagian atas
Memproduksi toksin dan
toksin merembes ke
sekeliling
Toksin menyebar ke seluruh
tubuh melalui pembuluh
limfe dan pembuluh darah
efek pada jaringan :
Hambatan
pembentukan protein
sel
Sel menjadi mati
Membran
terlepas
sendiri
pada masa
penyembuh
an
Infeksi sekunder
dengan bakteri
lain
Gangguan
pernapasan/sufo
kasi perluasan
penyakit ke
dalam laring /
cabang trakeobronkus
Toksin diedarkan
dalam tubuh
komplikas
organ jantung,
saraf, ginjal
Patogenesis dan
Patofisiologi
Droplet
Binding pada
mukosa
saluran napas
atas
Produksi
toksin
Kerusakan
organ
Penyebaran ke
seluruh tubuh
melalui PD
dan limfe
C. diphtheriae,
fragmen B
Menempel dengan
mukosa
Fragmen A
masuk
Inaktivasi enzim
translokase
Gangguan proses
translokasi,
polipeptida tidak
terbentuk
Kematian sel
Kematian
sel
Inflamasi
lokal
Bercak eksudat
(pseudomembran)
Mudah dilepas
Produksi toksin meningkat, daerah infeksi
melebar
Eksudat fibrin, sel radang, eritrosit,
epitel
Mudah mengalami
perdarahan
Manifestasi
Periode inkubasi difteri 2-5 hari
Difteri dapat menyerang membran mukosa
Manifestasi bergantung, tempatnya:
Saluran pernapasan
Anterior nasal
Pharyngeal dan tonsillar
Laryngeal
Cutaneous diphtheria
Nasal diphteria
Gejala permulaan sulit dibedakan dengan
common cold
Adanya sekresi hidung, demam, membran
putih pada nasal septum
Pharyngeal dan
tonsillar
Penyakit timbul secara perlahan dengan
manifestasi malaise, anorexia, disfagia
disertai demam.
24 jam berikutnya muncul eksudat atau
pseudomembran pada tonsil
Ditandai dengan pembesaran kelenjar
getah bening bull neck
Pharyngeal diphtheria
22
Pharyngeal diphtheria
23
Cutaneous (skin)
diphtheria
24
Laryngeal diphteri
Lebih sering merupakan lanjutan dari
pharyngeal diphteria
Ditandai dengan demam, suara serak dan
batuk
Penyumbatan jalan napas ditandai dengan
stridor inspirasi, retraksi suprasternal
supraclavicular dan subcostal
Gejala akibat
eksotoksin
Kerusakan jaringan tubuh yaitu pada
jantung dapat terjadi miokarditis sampai
dengan decompensatio kordis
Mengenai saraf kranial menyebabkan
kelumpuhan otot palatum dan otot-otot
pernapasan
Pada ginjal menyebabkan albuminuria
Diagnosis
Gambaran klinik dan pemeriksaan preparat
langsung kuman yang diambil dari
permukaan bawah membran semu dan di
dapatkan kuman Corynebacterium
diphteriae
DIAGNOSIS BANDING
Difteria hidung ;
Menyerupai laringitis
Menyerupai infectious
croups : spascmodic
croup, angioneurotic
edema laring, benda
asing laring
Difteria faring ;
Tonsilitis membranosa akut
Mononukleosis infeksiosa
Tonsilitis membranosa nonbakterial
Tonsilitis herpetika primer
Moniliasis
Blood dyscrasia
Pasca tonsilektomi
Difteria laring ;
Difteria kulit ;
Impetigo
Infeksi kulit oleh
streptokokus dan
stafilokokus
Tatalaksana
1. Anti Difteri Serum
Diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur,
dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung
dari umur dan beratnya penyakit
2. Antibiotik
Penisilin atau Eritromisin 25-50 mg/kgBB dibagi
dalam 3 dosis selama 14 hari
3. Kortikosteroid
Dosis: 1,2 mg/kgBB/hari
4. Antipiretik : Paracetamol 10 mg/kgBB/x
5. Isolasi, karena merupakan penyakit menular.
Istirahat selama 2-3 minggu.
Rawatan penunjang
Serial EKG untuk mendeteksi secara dini
tanda-tanda miokarditis
Pemberian cairan dan kalori
Pada
laryngeal
diphteria
tindakan
tracheostomi
perlu
dilakukan
untuk
menghilangkan sumbatan jalan napas
Pemasangan
polyethylene
tube
untuk
mencegah aspirasi, pada paralisis palatum
mole
Komplikasi
Laringitis difteri dapat berlangsung cepat
dan menyebabkan gejala sumbatan
Miokarditis dapat menyebabkan payah
jantung atau decompensatio cordis
Kelumpuhan otot palatum mole, otot mata
untuk akomodasi, otot faring serta otot
laring sehingga menimbulkan kesulitan
menelan, suara parau dan kelumpuhan otot
pernapasan