Anda di halaman 1dari 19

VEKTOR LALAT

Status masyarakat di pengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor
lingkungan. Lingkungan yang kurang memenuhi syarat sanitasi dapat mengundang berbagai
macam penyakit menular. Upaya itu untuk mencegah dan membrantas penyakit menular
dengan cara meningkatkan atau memperbaiki sanitasi lingkungan dan telah diketahui bahwa
salah satu sebab penyebaran penyakit menular adalah melalui serangga ( Arthopoda ) dari
semua jenis ini yang paling besar adalah jenis insekta yaitu nyamuk dan lalat. Disini lalat
tersebut dapat menyebarkan penyakit perut seperti diare (Sutha, 2012).
Menurut Adnan Agnesa (2012) dalam Sutha (2012), lalat merupakan species binatang
yang sangat menjijikkan yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat. Ancaman lalat
mulai diperhitungkan terutama setelah timbulnya masalah sampah yang merupakan dampak
negatif dari pertambahan penduduk. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan
mengundang lalat untuk datang dan berkontak dengan manusia. Jika diketahui bahwa lalat
senang hidup di tempat yang kotor dan peranan lalat dalam penularan penyakit umumnya
bersifat mekanis yaitu lalat yang hinggap pada kotoran dan kotoran menempel pada kaki lalat
dan hinggap pada makanan sehingga makanan tersebut terkontaminasi. Pada akhirnya lalat
akan menimbulkan masalah kesehatan masyarakat secara luas baik dari segi estetika sampai
penularan penyakit.
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diphtera,
mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat juga merupakan species yang
berperan dalam masalah kesehatan masyarakat, yaitu sebagai vektor penularan penyakit
saluran pencernaan seperti: kolera, typhus, disentri, dan lain lain Pada saat ini dijumpai
60.000 100.000 spesies lalat, tetapi tidak semua species perlu diawasi karena beberapa
diantaranya tidak berbahaya terhadap kesehatan masyarakat. Penularan penyakit dapat terjadi
melalui semua bagian dari tubuh lalat seperti : bulu badan, bulu pada anggota gerak,
muntahan serta faecesnya. Dalam upaya pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari
usaha peningkatan kesehatan lingkungan, salah satu kegiatannya adalah pengendalian vektor
penyakit. Pengendalian vektor penyakit merupakan tindakan pengendalian untuk mengurangi
atau melenyapkan gangguan yang ditimbulkan oleh binatang pembawa penyakit, seperti
lalat . Saat ini banyak sekali metode pengendalian lalat yang telah dikenal dan dimanfaat kan
oleh manusia. Prinsip dari metode pengendalian lalat adalah pengendalian itu dapat

mencegah perindukan lalat yang dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan manusia
(Santi, 2001)
Musim hujan telah datang, bersamaan itu pula populasi lalat semakin meningkat.
Dimana ada makanan di situ pasti ada lalat mengerubungi. Sayangnya kesadaran masyarakat
tentang kesehatan dan higienitas masih saja kurang. Masih banyak kita temui pedagang yang
sengaja menjajakan makanan dalam keadaan terbuka lebar, membiarkan lalat mengerubungi
dagangannya. Ada juga pedagang yang memasang obat nyamuk diantara gundukan kuekuenya untuk mengusir lalat (apakah tidak terpikir bhwa racun dari obat nyamuk dapat
mencemari makanan). Parahnya, para pembeli pun tidak peduli dan tetap membeli makananmakanan tersebut. Mereka tidak merasa terganggu dengan kerumunan lalat yang sudah
menjejakkan kakinya yang kotor dan meletakkan telur-telurnya di atas makanan tersebut
(Santi, 2001).

A. HABITAT LALAT

Lalat berkembang biak dengan metamorfosis sempurna yang dimulai dari telur,
larva, pupa dan imago. Telur diletakan pada medium yang dapat menjadi tempat
perkembangan larva. Setelah imago lalat terbentuk, maka akan terbang dan mencari
pasangan untuk kawin dan kemudian lalat betina akan bertelur kembali. Lalat rumah
mulai bertelur beberapa hari setelah keluar dari pupa, telur yang dihasilkan 5 6
kelompok dengan jumlah 75 100 butir telur kecil putih berbentuk oval, Pada musim
panas, telur akan menetas dalam 12-24 jam menjadi larva yang berwarna krem didalam
makanan dimana mereka tetaskan .
Larva akan tumbuh menjadi pupa dalam 4-7 hari pada musim panas. Siklus hidup
lalat berlangsung 7 45 hari . Siang hari lalat rumah akan beristirahat dilantai, dinding,
dan langit langit dalam ruangan, tumbuhan, pagar, sampah, dan permukaan lainnya.
Sedangkan malam hari akan beristirahat pada langit langit, kabel listrik dan gantungan
lampu dalam ruangan, pagar, tepi tepi bangunan dan tanaman. Lalat hijau dan lalat biru
mempunyai siklus hidup yang relative pendek. Mereka berkembang dari telur sampai
dewasa hanya 9 21 hari . telur dilettakkan pada material hewan yang telah membusuk

atau potongan sayuran. Larva makan material ini sekitar 2 10 hari dan kemudian masuk
kedalam tanah untuk menjadi pupa.
Lalat

tertarik pada bangkai daging dan sayuran yang membusuk. Lalat akan

bertelur dimana ia hinggap seperti pada makanan, bahan yang berbau hanyir (amis),
bangkai, buah-buahan, potongan-potongan sayuran dll. Larva lalat berkembangbiak
terbatas di media sumber makanannya misalnya timbunan sampah, sebaliknya lalat
dewasa sangat bersifat mobilitas. Habitat lalat umumnya terrestrial (hidup di daratan),
serangga pra dewasa memilih habitat yang cukup banyak bahan organik yang sedang
mengalami dekomposisi (sampah organik). Lalat sangat tertarik pada gula, susu, makanan
olahan, darah, bangkai, kotoran hewan, kotoran manusia dll. Lalat datang dan makan di
tempat tempat yang tersedia makanan untuknya, kemudian bertelur, sehingga pada
makanan tersebut terinvestasi larva (Belatung), Seperti: tempat makanan pada restoran,
toko roti, tempat sampah, tempat yang kotor dan lembab.
B. JENIS-JENIS LALAT
Jenis-jenis lalat sebagai makhluk hidup, tentunya lalat memiliki banyak spesies.
Berdasarkan pembagian spesiesnya, lalat memiliki beberapa spesis yang terpenting dari
sudut kesehatan yaitu : lalat rumah (Musca domestica), lalat 15 kandang (Stomoxys
calcitrans), lalat hijau (Phenisial), lalat daging (Sarchopaga), dan lalat kecil (Fannia)
menurut Depkes RI (1991) dalam Husain (2014) yaitu :
1. Lalat rumah (Musca domestica)

Gambar 1. Lalat Rumah (Musca domestica)


Menurut Sucipto (2011) dalam Husain (2014) bahwa: Lalat rumah termasuk family
Muscidae sebarannya diseluruh dunia, berukuran sedang dan panjang 6-8 mm,
berwarna hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang gelap pada bagian dorsal
toraks dan satu garis hitam medial pada abdomen dorsal, matanya pada yang betina
mempunyai celah yang lebih lebar sedangkan lalat jantan lebih sempit, antenanya
terdiri dari tiga ruas, bagian mulut atau proboscis lalat disesuaikan khusus dengan

fungsinya untuk menyerap dan menjilat makanan berupa cairan, sayapnya mempunyai
vena 4 yang melengkung tajam ke arah kosta mendekati vena 3, ketiga pasang kaki lalat
ini ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang bantalan disebut pulvilus yang
berisi kelenjar rambut. Pada umumnya siklus hidup dan pola hidup lalat rumah ini
sama dengan siklus dan pola hidup lalat pada umumnya, yakni memerlukan suhu 30oC
untuk hidup dan kelembaban yang tinggi, tertarik pada warna terang sesuai dengan sifat
fototrofiknya, ukurannya yang berkisar 12-13 mm dan seterusnya. Bedanya dengan
lalat jenis lain yakni terletak pada beberapa bentuk tubuhnya dan kebiasaannya tinggal.
2. Lalat kandang (Stomoxys calcitrans)

Gambar 2. Lalat Kandang (Stomoxys calcitrans)


Menurut Sucipto (2011) dalam Husain (2014) bahwa, lalat kandang memiliki ciri-ciri :
a. Lalat ini bentuknya menyerupai lalat rumah tetapi berbeda pada struktur mulutnya
yang berfungsi menusuk dan menghisap darah.
b. Lalat ini merupakan penghisap darah ternak yang dapat menurunkan produksi susu.
Kadang-kadang menyerang manusia dengan menggigit pada daerah lutut atau kaki
bagian bawah.
c. Lalat kandang dewasa berukuran panjang 5-7 mm, mempunyai bagian mulut
(proboscis) meruncing untuk menusuk dan menghisap darah.
d. Bagian thoraksnya terdapat garis gelap yang diantaranya berwarna terang, (5).
Sayapnya mempunyai vena 4 yang melengkung tidak tajam ke arah kosta mendekati
vena 3.
e. Antenanya terdiri atas tiga ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan
dilengkapi dengan arista yang memiliki bulu hanya pada bagian atas. Siklus hidup
dari lalat kandang juga hampir sama dengan siklus hidup lalat pada umumnya. Yang
membedakannya yakni pada lama berlangsungnya siklus, jarak terbang, serta ada
siklus pradewasa (pupa). Dan cenderung menghisap darah. Tahap larva berlangsung
selama 1-3 minggu, kemudian menjadi pupa dan akan muncul stadium pradewasa
setelah satu minggu atau lebih, dan siklus hidup berkisar 3-5 minggu pada kondisi
optimal. Saat dewasa lalat ini menghisap darah hewan dan cenderung tetap di luar

rumah di tempat yang terpapar sinar matahari serta termasuk penerbang yang kuat
dan bisa melakukan perjalanan jauh dari tempat perindukan (Sucipto, 2011).
3. Lalat hijau (Phenisial)

Gambar 3. Lalat Hijau (Phenisial)


Menurut Sucipto (2011) dalam Husain (2014), bahwa Lalat hijau termasuk kedalam
family Calliphoridae serta terdiri atas banyak jenis, umumnya berukuran dari sedang
sampai besar dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Warna hijau, abu-abu, perak mengkilat atau abdomen gelap.
b. Lalat ini berkembang biak di bahan yang cair atau semi cair yang berasal dari
hewan dan jarang berkembang biak di tempat kering atau bahan buah-buahan.
c. Jantan berukuran panjang 8 mm, mempunyai mata merah besar.
d. Lalat ini dilaporkan juga membawa telur cacing Ascaris lumbriocoides, Trichuris
trichiura dan cacing kait pada bagian tubuh luarnya dan pada lambung lalat.

4. Lalat daging (Sarchopaga)

Gambar 4. Lalat Daging (Sarchopaga)

Menurut Sucipto (2011) dalam Husain (2014), bahwa Lalat daging termasuk dalam
family Sarcophagidae dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Berwarna abu-abu tua, berukuran sedang sampai besar, kira-kira 6-14 mm
panjangnya.
b. Lalat ini mempunyai tiga garis gelap pada bagian dorsal toraks, dan perutnya
mempunyai corak seperti papan catur.
c. Bersifat viviparous dan mengeluarkan

larva

hidup

18

pada

tempat

perkembangbiakannya seperti daging, bangkai, kotoran dan sayuran yang sedang


membusuk.
d. Siklus hidup lalat ini berlangsung 2-4 hari. Lambungnya mengandung telur
cacing Ascaris lumbricoides dan cacing cambuk.
5. Lalat kecil (Fannia)
Lalat Fannia canicularis dan Fannia scalaris dikenal dengan nama Litte house flies.
Lalat ini berkembang biak di tempat kotoran basah hewan piara, orang atau unggas,
atau buah-buahan yang sedang membusuk. Lalat ini lebih menyukai keadaan sejuk
dan lebih lembab dibandingkan jenis-jenis Musca. Lalat ini juga menghabiskan
waktunya lebih banyak di dalam hunian manusia, dan tempat jantan berkeliling di
sekitar lampu-lampu yang menggantung. (Sucipto, 2011). Pada umumnya segala
jenis atau spesies lalat memiliki kecenderungan pola hidup dan siklus hidup yang
hampir sama. Namun pada keadaan-keadaan tertentu dan tempat-tempat tertentu ada
lalat yang mampu bertahan kuat dibandingkan dengan lalat-lalat yang lainnya. Tapi
hal ini tidak mempungkiri bahwa spesies-spesies lalat yang telah disebutkan diatas
merupakan vektor pembawa penyakit dan merupakan hewan pengganggu yang harus
dikendalikan sehingga perlu diketahui siklus dan pola hidupnya agar mudah untuk
dikendalikan.

Gambar 5. Lalat Kecil (Fannia)

C. MORFOLOGI LALAT

Gambar 6. Lalat Rumah (Musca Domestica)


1. Keterangan Gambar
1. Tarsus
2. Antena
3. Torax
4. Mata
5. Sayap
2. Klasifikasi Lalat Rumah
a. Kingdom: Animalia
b. Phylum: Arthoropoda
c. Kelas: Hexapoda
d. Ordo: Diptera
e. Family: Muscidae
f. Genus: Musca
g. Spesies : Musca domestica.
3. Morfologi
Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam keabuabuan dengan empat garis memanjang pada bagian punggung. Mata lalat betina
mempunyai celah lebih lebar dibandingkan lalat jantan (lihat Gambar 1). Antenanya
terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu
pada bagian atas dan bawah Bagian mulut atau probosis lalat seperti paruh yang
menjulur digunakan untuk menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau
sedikit lembek. Bagian ujung probosis terdiri atas sepasang labella berbentuk oval
yang dilengkapi dengan saluran halus disebut pseudotrakhea tempat cairan makanan

diserap. Sayapnya mempunyai empat garis (strep) yang melengkung ke arah


kosta/rangka sayap mendekati garis ketiga. Garis (strep) pada sayap merupakan ciri
pada lalat rumah dan merupakan pembeda dengan musca jenis lainnya. Pada ketiga
pasang kaki lalat ini ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang. Bantalan
disebut pulvilus yang berisi kelenjar rambut. Pulvilus tersebut memungkinkan lalat
menempel atau mengambil kotoran pada permukaan halus kotoran ketika hinggap di
sampah dan tempat kotor lainnya. http://pancarahmat.blogspot.co.id/2012/05/gambarmorfologi-lalat-rumah-musca.html

D. BIONOMI LALAT

1. Stadium pertama (stadium telur)


Stadium ini lamanya 12 24 jam. Bentuk daripada telur tersebut adalah bulat lonjong
berwarna putih. Besarnya telur berkisar 1 2 mm. Telur dikeluarkan oleh yang betina
sekaligus sebanyak 150 200 butir, lamanya stadium telur dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor yang mempengaruhi tersebut salah satunya adalah faktor tempat. Contoh
dari tempat tersebut misalnya pada kotoran yang panas dan lembab pada keadaan
seperti ini, stadium telur akan berjalan makin cepat (Sutha, 2012).

Gambar 7. Telur lalat


2. Stadium kedua (stadium larva)

Stadium ini sebenarnya ada tiga tingkatan yaitu :


a. Setelah larva keluar dari telur
Larva yang baru keluar ini belum banyak bergerak.
b. Tingkat dewasa
Pada tingkat ini larva banyak bergerak.
c. Tingkat terakhir
Pada tingkat ini larva tidak bergerak. Larva tersebut bentuknya bulat panjang dengan
berwarna putih kekuning kuningan atau keabu abuan. Larva ini mempunyai
sigment sebanyak 13 buah dan panjangnya berkisar antara 2 8 mm. Larva ini
makan dari bahan bahan organis yang terdapat disekitarnya pada tingkatan terakhir
larva berpindah ketempat yang kering dan sejuk untuk berubah menjadi kepompong.
Lamanya stadium ini berkisar 2 8 hari atau rata rata 2 5 hari tergantung dari
temperatur setempat dan suhu ditempat tersebut (Sutha, 2012).

Gambar 8. Larva lalat


3. Stadium ketiga ( stadium pupa )
Lamanya stadium ini 2 8 hari atau rata rata 4 5 hari. Ini tergantung dari temperatur
setempat. Bentuk dari pupa ini adalah bulat lonjong dengan warna coklat hitam.
Stadium ini kurang bergerak atau tak bergerak sama sekali. Panjang pupa ini berkisar
antara 8 10 mm atau rata rata 5 mm. Pupa ini mempunyai selaput luar yang keras
disebut chitune dibagian depan terdapat spirade yang disebut postrior spiracle yang
berguna untuk menentukan jenis lalat itu sendiri (Sutha, 2012).

Gambar 9. Pupa lalat


4. Stadium keempat ( stadium dewasa )

Stadium ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud lalat. Dari stadium telur
sampai stadium dewasa memerlukan waktu rata rata 7 hari atau lebih. Ini tergantung
dari temperatur disekitar dan jenis lalat itu sendiri tapi lamanya berkisar antara 8 20
hari (Sutha, 2012).

Gambar 10. Lalat dewasa (Lalat rumah/Musca Domestica)


5. Kebiasaan hidup Lalat
Musca domestica tidak menggigit karena mempunyai tipe mulut menjilat. Lalat Musca
domestica paling dominan banyak ditemukan di timbunan sampah dan kandang ternak.
Kebanyakan lalat hijau adalah pemakan zat-zat organik yang membusuk dan
berkembangbiak di dalam bangkai, meletakkan pada hewan yang mati dan larva makan
dari jaringan-jaringan yang membusuk (Singgih, 2006).
6. Tempat perindukan
Tempat yang disenangi adalah tempat basah seperti sampah basah,kotoran binatang,
tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk secara kumulatif/dikandang
(Depkes, 1992). Kotoran binatang (kuda, sapi,ayam dan babi), kotoran manusia, saluran
air kotor, sampah, kotoran gotyang membusuk, buah-buahan, sayuran busuk dan bijibijian busuk menjadi tempat yang disenangi lalat juga (Singgih, 2006).
7. Cara bertelur
Masa bertelur 4 29 hari. Sexsual maturity 2 3. Pada umumnya perkawinan lalat
terjadi pada hari kedua belas sesudah keluar kepompong. Dan sampai tiga hari
kemudian setelah kawin baru bertelur, yang jumlahnya sekali bertelur sebanyak 150
200 butir dan setiap betina dapat bertelur 4 5 kali selama hidupnya (Sutha, 2012).
8. Jarak terbang
Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yangtersedia, rata-rata 6-9
km, kadang-kadang dapat mencapai 19-20 km daritempat berkembang biak (Singgih,
2006).

9. Kebiasaan makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari terutama pada pagi hinggasore hari. Lalat
makan

paling

sedikit

2-3

kali

sehari.

Lalat

sangat

tertarik pada makanan yang dimakan oleh manusia sehari-hari seperti gula, susudan
makanan lainnya, kotoran manusia serta darah (Depkes, 2001).Protein diperlukan untuk
bertelur. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair
atau makanan yang basah,sedangkan makanan yang kering yang dibasahi atau dicairkan
olehludahnya

terlebih

dahulu

baru

dihisap.

Air

merupakan

hal

yang

sangat penting dalam hidup lalat. Tanpa air lalat hanya hidup 48 jam saja(Depkes,
2001).Makanan yang berbentuk padat dengan diameter lebih besar dari0,045 mm,
sebelum dihisap dicairkan terlebih dahulu dahulu dengan cara mengeluarkan cairan dari
mulutnya yang mengandung enzim sepertihalnya butir-butir gula pasir yang dilarutkan
dengan air liurnya dankemudian larutan gula dihisap (Singgih, 2006).
10. Tempat istirahat
Dalam Depkes (2001) dalam Nikmah (2013), pada waktu hinggap lalat mengeluarkan
ludah dan tinja yangmembentuk titik hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal yang
penting untuk mengenal tempat lalat istirahat. Lalat beristirahat pada tempattempattertentu, pada siang hari bila lalat tidak makan, mereka akan beristirahat pada
lantai, dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawatlistrik dan lainlain serta sangat menyukai tempat-tempat dengan tepitajam yang permukaannya
vertikal.

Biasanya

tempat

istirahat

ini

terletak berdekatan dengan tempat makanan atau tempat berbiak dan biasanya
terlindug dari angin, di rumah lalat beristirahat pada kawat listrik, langit-langit, lantai,
jemuran dan dinding serta tidak aktif pada malam hari.Tempat hinggap lalat biasanya
tidak lebih dari lima meter.
11. Lama hidup
Lama hidup lalat sangat tergantung pada makanan, air dantemperatur. Pada musim
panas berkisar antara 2-4 minggu, sedangkan pada musim dingin biasanya mencapai
70 hari (Singgih, 2006).
12. Temperatur dan kelembaban
Lalat mulai aktif beraktifitas pada temperatur 150C dan aktifitasoptimumnya pada
temperatur 210C, lalat memerlukan suhu sekitar 35-400C untuk beristirahat, dan pada
temperatur di bawah 100C lalat tidak aktif dan di atas 450C terjadi kematian pada lalat.
Kelembaban

erathubungannya

dengan

temperatur

setempat.

Kelembaban

berbandingterbalik dengan temperatur. Jumlah lalat pada musih hujan lebih banyak dari
pada musim panas. Lalat sangat sensitif terhadap angin yang kencang,sehingga kurang
aktif untuk keluar mencari makanan pada waktukecepatan angin tinggi (Singgih, 2006).
13. Sinar
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai cahaya. Pada malam
hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar pada lalat
tergantung pada temperatur dankelembaban. Jumlah lalat akan meningkat jumlahnya
pada temperatur 20C 25 C dan akan berkurang jumlahnya pada temperatur < 10 C
atau> 49 C serta kelembaban yang optimum 90 % (Singgih, 2006).
14. Warna dan Aroma
Lalat tertarik pada cahaya terang seperti warna putih dan kuning,namun takut pada
warna biru. Lalat tertarik pada bau atau aroma tertentu,termasuk bau busuk dan esens
buah. Bau sangat berpengaruh pada alatindra penciuman, yang mana bau merupakan
stimulus utama yangmenuntun serangga dalam mencari makanannya, terutama bau
yangmenyengat. Organ kemoreseptor terletak pada antena, maka seranggadapat
menemukan arah datangnya bau (Singgih, 2006).

E. PENYAKIT BERKAITAN LALAT

Penyakit yang Disebabkan oleh Lalat menurut Sucipto (2011) dalam Husain (2014)
mengemukakan bahwa: lalat merupakan vektor mekanis jasad-jasad patogen terutama
penyebab penyakit usus, dan bahkan beberapa spesies khususnya lalat rumah dianggap
sebagai vektor thypus abdominalis, salmonellosis, cholera, disentri tuberculosis, penyakit
sapar dan trypanosominasi serta lalat Chrysops dihubungkan dengan penularan parasit
flaria loa loa dan pasteurella tularensis penyebab tularemia pada manusia dan hewan.
Secara lebih detail Sucipto (2011) dalam Husain (2014) menjelaskan beberapa penyakit
yang disebabkan oleh lalat antara lain:
1. Disentri, dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas karena terhambat peredaran
darah dan pada kotoran terdapat mucus dan push.

2. Diare, dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas dan pencernaan terganggu. Disentri
dan diare termasuk karena Shigella spp atau diare bisa juga karena Escherichia coli
3. Thypoid, gejala sakit pada bagian perut, lemas dan pencernaan terganggu, penyebabnya
adalah Salmonella spp.
4. Cholera, gejala muntah-muntah, demam, dehydrasi, penyebabnya adalah Vibrio cholera
5. Pada beberapa kasus, sebagai vektor penyakit lepra dan yaws (Frambusia atau Patek).
6. Kasus kecacingan pada manusia dan hewan juga banyak ditularkan oleh lalat rumah,
lalat hijau dan Sarcophaga spp. Misal cacing jarum atau cacing kremi (Enterobius
vermin cularis), cacing giling (Ascaris lumbricoides), cacing kait (Ancylostoma sp,
Necator), cacing pita (Taenia, Dypilidium caninum), cacing cambuk (Trichuris
trichiura), (7). Belatung lalat Musca domestica, Chrysomya dan Sarcophaga dapat juga
menyerang jaringan luka pada manusia dan hewan. Infestasi ini disebut myasis atau
belatungan.
Gangguan lalat pada manusia antara lain : mengganggu ketenangan, menggigit dan
myasis pada luka terbuka. Menularkan penyakit secara biologis dan mekanis beberapa
penyakit yang disebarkan oleh lalat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.
Beberapa Penyakit Yang Disebarkan Oleh Lalat
JENIS
LALAT
Lalat tsetse

CARA
INFEKSI
Gigitan

Vibrio colera

Musca
domestica

Kontaminasi
makanan

Manusia

Disentri amoeba

Entamoeba
histolytica

Musca
domestica

Kontaminasi
makanan

Manusia

Disentri bacciller

Shigelle

Musca

Kontaminasi

Manusia

No

JENIS PENYAKIT

PENYEBAB

1.

Tripanomasis
(penyakit tidur)

Tripanosoma
Gambiense

2.

Cholera

3.

4.

RESERVOAR
Binatang

No

JENIS PENYAKIT

dysenteriae

JENIS
LALAT
domestica

CARA
INFEKSI
makanan

PENYEBAB

RESERVOAR

5.

Leishmahiasis

Leishmania

L, phleboto

Gigitan

Manusia

6.

Chanacerciasis

Onchecerca

Lalat hitam

Gigitan

Manusia

7.

Thypus fever

Salmonella
Thypiosa

Musca
domestica

Kontaminasi
maknan dan
air

Manusia

8.

Diare + muntah

Escheria Coli

Musca
domestica

Kontaminasi
maknan dan
air

Manusia

Sumber : Adang Iskandar (1985) dalam Sutha (2012). Pedoman bidang studi pembrantasan
serangga dan binatang pengganggu.

Organisme penyakit tersebut dapat ditularkan melalui empat cara, yaitu:


1.
2.
3.
4.

Melalui tapak kaki lalat yang bersifat lengket.


Melalui bulu-bulu yang ada pada permukaan badan dan kaki lalat.
Melalui cairan yang di muntahkannya.
Melalui kotorannya.

F. PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN LALAT

1. Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan


Menurut Sitanggang (2001) dalam Latifah (2014), perbaikan hygiene dan sanitasi
lingkungan merupakan langkah awal yang sangat penting dalam usaha menganggulangi
berkembangnya populasi lalat baik dalam lingkungan peternakan maupun pemukiman.
Selain murah dan sederhana juga efektif serta tidak menimbulkan efek-efek samping
yang membahayakan lingkungan.
a. Mengurangi atau menghilangkan tempat perndukan lalat
1) Kandang ternak
a) Kandang harus dapat dibersihkan
b) Lantai kandang harus kedap air, dan dapat disiram setiap hari
c) Menurut HAKLI (2009) dalam Latifah (2014), terdapat saluran air limbah
yang baik

2) Kandang ayam dan burung


a) Bila burung/ternak berada dalam kandang dan kotorannya terkumpul
disangkar, kadang perlu dilengkapi dengan ventilasi yang cukup agar kandang
tetap kering.
b) Kotoran burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar dan secara interval
(disarankan setiap hari) dibersihkan
3) Timbunan kotoran ternak
Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke permukaan tanah pada temperatur
tertentu dapat menjadi tempat perindukan lalat. Sebagai upaya pengendalian,
kotoran sebaiknya diletakkan pada permukaan yang keras/semen yang dikelilingi
selokan agar lalat dan pupa tidak bermigrasi ke tanah sekelilingnya. Pola
penumpukan kotoran sacara menggunung dapat dilakukan untuk mengurangi luas
permukaan. Tumpukan kotoran sebaiknya ditutupi plastik untuk mencegah lalat
meletakkan telurnya dan dapat membunuh larva karena panas yang diproduksi
oleh tumpukan kotoranakibat proses fermentasi (Latifah, 2014).
4) Kotoran Manusia
Menurut HAKLI (2009) dalam Latifah (2014), jamban yang memenuhi syarat
kesehatan sangat diperlukan guna mencegah perkembangbiakan lalat pada
tempat-tempat pembuangan faces. Jamban setidaknya menggunakan model leher
angsa dan berseptic tank. Selain itu, pada pipa ventilasi perlu dipasang kawat kasa
guna mencegah lalat masuk dan berkembang biak di dalam septic tank.
Daerah-daerah pengungsian merupakan daerah yang sangat potensial untuk
tempat perindukan lalat. Hal ini dikarenakan secara umum pada daerah tersebut
jarang sekali ditemukan jamban-jamban yang memenuhi syarat kesehatan,
bahkan banyak diantaranya yang hanya menggunakan lahan terbuka sebagai
jamban. Sebaiknya, bila fasilitas jamban tidak ada/tidak sesuai, masyarakat
pengungsi dapat melakukan buang air besar pada jarak 500 meter dengan arah
angin yang tidak mengarah ke dekat tempat perindukan atau timbunan makanan
dan 30 meter dari sumber air bersih dengan membuat lubang dan menutupnya
secara berlapis agar tidak menimbulkan bau yang dapat merangsang lalat unutk
datang dan berkembang biak.
5) Sampah basah dan sampah organik
Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola dengan baik
dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistem pengumpulan dan

pengangkutan sampah dari rumah tidak ada, sampah dapat dibakar atau dibuang
ke lubang sampah, dengan catatan bahwa setiap minggu sampah yang dibuang ke
lubang sampah harus ditutup dengan tanah. Dalam cuaca panas, larva lalat
ditempat sampah dapat menjadi pupa hanya dalam waktu 3 4 hari (Latifah,
2014).
Membersihkan sisa-sisa sampah yang ada di dasar tong sampah merupakan hal
yang penting karena lalat masih dapat berkembang biak pada tempat tersebut.
Pembuangan sampah akhir pada TPA yang terbuka perlu dilakukan dengan
pemadatan sampah terlebih dahulu dan ditutup setiap hari dengan tanah setebal
15 30 cm. Hal ini bertujuan untuk penghilangan tempat perkembang biakan
lalat. Lokasi tempat pembuangan akhir sampah adalah harus berjarak beberapa
kilometer dari rumah penduduk (Latifah, 2014).
6) Tanah yang mengandung bahan organik
Lumpur dan lumpur organik dari air buangan disaluran terbuka, septic tank dan
rembesan dari lubang penampungan harus di hilangkan. Saluran air dapat
digelontor. Tempat berkembang biak lalat dapat dihilangkan dengan menutup
saluran, tetapi perlu dipelihara dengan baik, Air kotor yang keluar melalui outlet
ke saluran dapat dikurangi. Tindakan pencegahan ditempat pemotongan hewan,
tempat pengolahan dan pengasinan ikan, lantainya terbuat dari bahan yang kuat
dan mudah digelontor untuk dibersihkan (Latifah, 2014).
b. Mengurangi Sumber yang menarik lalat
Mengurangi sumber yang menarik lalat dapat dilakukan dengancara :
1) Menjaga kebersihan lingkungan
2) Membuat saluran air limbah (SPAL)
3) Menutup tempat sampah
4) Industri yang menggunakan produk yang dapat menarik lalat dapat dipasang alat
pembuang bau (Exhaust) (Latifah, 2014).
c. Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung kuman penyakit
Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia, bangkai binatang,
sampah basah, lumpur organik dan orang yang sakit mata. Cara untuk mencegah
kontak antara lalat dan kotoran yang mengandung kuman, dapat dilakukan dengan
cara :
1) Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat, sehingga lalat tidak bisa
kontak dengan kotoran.
2) Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi, dan penderita
sakit mata.

3) Mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat sampah pemotongan hewan dan
bangkai binatang.
4) Melindungi makanan, peralatan makan, dan orang yang kontak dengan lalat
dengan cara :
a) Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus anti lalat
b) Makanan disimpan di lemari makan
c) Membungkus makanan
d) Jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat kasa
e) Pintu dipasang dengan sistem yang dapat menutup sendiri
f) Pintu masuk dilengkapi dengan gor anti lalat
g) Penggunaan kelambu atau tudung saji
h) Kipas angin elektrik dapat dipasang untuk menghalangi lalat masuk
i) Memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap (Latifah, 2014).
2. Pemberantasan secara langsung
Menurut Depkes (1992)dalam Latifah (2014), metode membunuh telur, larva, maupun
lalat dewasa secara langsung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Metode fisik
Metode fisik merupakan metode yang murah, mudah dan aman tetapi kurang efektif
apabila digunakan pada tempat dengan kepadatan lalat yang tinggi. Cara ini hanya
cocok digunakan pada skala kecil seperti dirumah sakit, kantor, hotel, supermarket
dan pertokoan lainnya yang menjual daging, sayuran, atau buah-buahan
1) Fly traps
Metode ini terdiri dari dua bagian, yang pertama merupakan kontainer/kaleng
tempat umpan (bait) dengan volume 18 liter. Bagian kedua terdiri dari sangkar
tempat lalat terperangkap berbentuk kotak dengan ukuran : 30 cm x 30 cm x 45
cm. Dua bagian tersebut disusun dengan sangkar berada diatas, jarak antara dua
bagian tersebut diberi sekat berlubang 0,5 cm sebagai jalan masuk lalat ke dalam
perangkap (HAKLI, 2009). Kontainer/kaleng harus terisi setengah dengan umpan
yang akan membusuk di dalam kontainer/kaleng tersebut. Perlu diperhatikan
bahwa jangan sampai ada air tergenang dibagian bawah kotainer tersebut.
Dekomposisasi sampah basah dari dapur seperti sayuran hijau, sereal, dan buahbuahan merupakan umpan yang paling baik (DEPKES, 1992).
Model ini bisa digunakan selama 7 hari setelah itu umpan dibuang dan diganti.
Fly traps dapat menangkap lalat dalam jumlah besar dan cocok untuk
penggunaan diluar rumah, diletakkan pada udara terbuka, tempat yang terang dan
terhindar dari bayang-bayang pohon (HAKLI, 2009).
2) Sticky tapes

Alat ini berupa tali/pita yang dilumuri larutan gula sehingga lalat akan lengket
dan terperangkap. Bila tidak tertutup debu alat sticky tapes bisa bertahan selama
beberapa minggu. Cara pemasangannya adalah dengan menggantungkannya
dekat atap rumah (HAKLI, 2009).
Insektisida juga bisa ditambahkan untuk mematikan lalat yang telah menempel
pada perangkap tersebut. Insektisida yang biasa dipakai antara lain adalah
diazinon, malathion, ronnel, DDVP, dibrom, dan bayer L 13/59 (Santi, 2001).
3) Light trap with electrocutor
Menurut HAKLI (2009) dalam Latifah (2014), prinsip alat ini adalah membunuh
lalat dengan listrik. Lalat yang hinggap pada lampu akan kontak dengan
electrocuting grid yang membingkai lampu dengan cahaya blue atau ultraviolet.
Dalam penggunaannya perlu diujicoba terlebih dahulu karena tidak semua lalat
tertarik dengan alat ini. Alat ini banyak dipakai di dapur rumah sakit, restoran,
lokasi penjualan buah supermarket.
4) Pemasangan kawat/plastik kasa pada pintu dan jendela serta lubang
angin/ventilasi.
5) Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan lapisan kedua
merupakan pintu kasa yang dapat membuka dan menutup sendiri (Latifah, 2014).
b. Metode kimia
Pengendalian lalat dengan bahan kimia (insektisida) direkomendasikan hanya jika
benar-benar diperlukan misalnya pada kondisi KLB kolera, disentri, atau trachoma.
Hal ini dilakukan guna menghindari kemungkinan terjadinya resistensi. Beberapa
metode kimia yang dapat dilakukan adalah Vaporizing (slow release), toxic bait,
space spraying (quickly knocked down, short lasting) di dalam rumah maupun di
luar rumah, dan residual spraying (slow lasting) pada tempat peristarahatan lalat.
c. Metode biologi
Menurut Buletin CP (2004) dalam Latifah (2014), metode pengendalian biologis
adalah metode pengendalian dengan menggunakan makhluk hidup baik berupa
predator, parasitoid maupun kompetitor (Sitanggang, 2001). Misalnya adalah
menggunakan

pemangsa

yang

menguntungkan

dengan

cara

merangsang

pertumbuhan musuh alami lalat dengan menjaga kotoran dari kandang dalam
keadaan kering. Kotoran kering akan membantu mendukung berkembangnya
pemangsa dan benalu dari perkembangbiakan lalat seperti kumbang, kutu dan lebah.

Namun perlu diketahui bahwa pertumbuhan musuh lalat ini umumnya lebih lambat
dibanding lalat itu sendiri.
Di Denmark telah ditemukan penemuan baru berupa pemangsa lalat dari lalat itu
sendiri. Prinsip yang dipakai adalah jika kepadatan lalat makin tinggi, maka lalat ini
dapat menjadi pemangsa bagi lalat lain. Asal pemangsa yang digunakan ini
ditemukan di Kenya, termasuk genus Ophyra Aeenses yang dapat memangsa lalat
yang tidak diinginkan. Serangga Kenya ini bertelur di kotoran dan dapat berhenti
bereproduksi ketika temperatur dibawah 15 17 C.
Menurut Sitanggang (2001) dalam Latifah (2014), dijelaskan bahwa ia telah berhasil
mempelajari kebiasaan parasitoid dari diptera yang berkembang biak pada pupa
lalat, diantaranya adalah tungau dari genus macrocheles. Disamping itu, juga diakui
predator yang efisien yaitu histerid platylister chinensis yang memakan larva lalat
sehingga sangat membantu dalam menanggulangi infestasi lalat pada peternakan
ayam di negara Fiji dan Samoa.
Menurut Sitanggang (2001) dalam Latifah (2014), meneliti di laboraturium tingkah
laku bebrapa spesies parasitoid yang menjadi musuh alami M. Domestica, yaitu
musdifurax raftor gir dan sanders, musdifurax zaraptor kogan dan legner, spalangia
cameroni perkins dan S. Endius wilk. Keempat parasitoid dari ordo hymenoptera
tersebut meletakkan telur dan pupa lalat sebagai media perkembangbiakannya.

Anda mungkin juga menyukai