Restrukturisasi Fungsi Dan Wewenang Ombu PDF
Restrukturisasi Fungsi Dan Wewenang Ombu PDF
A. Pendahuluan
Pemikiran terciptanya suatu iklim pemerintahan yang memegang teguh
good governance di Indoneisa merupakan cita-cita ideal masyarakat Indonesia
secara global. Rakyat selama ini merasa selalu dinomor duakan dan hanya
sebagai pelengkap penderita dalam kehidupan bermasyarakat maupun
bernegara. Namun seiring era reformasi, yaitu dengan ditandai runtuhnya
rezim pemerintahan presiden Soeharto, masyarakat mengalami transisi dan
pendewasaan dalam tatanan berbangsa dan bernegara secara umum. Meskipun
tingkat pemahamannya masih relatif sangat parsial tetapi setidaknya keadaankeadaan semacam ini merupakan tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam
sebuah proses pembelajaran.
Sejalan dengan semangat reformasi yang bertujuan menata kembali
perikehidupan berbangsa dan bernegara, pemerintah telah melakukan
perubahan-perubahan mendasar dalam sistem ketatanegraan dan sistem
pemerintahan Republik Indonesia. Perubahan dilakukan antara lain dengan
membentuk lembaga-lembaga Negara dan lembaga-lembaga pemerintahan
baru.2 Salah satu diantaranya adalah Komisi Ombudsman atau yang lazim
disebut ombudsman nasional.3
Melalui Keppres No. 44 tahun 2000, komisi ombudsman nasional hadir
sebagai manifestasi konkret bahwa rakyat juga berhak mendapatkan perlakuan
secara prioritas dalam hal pelayanan. Tugas pokoknya adalah melakukan
pengawasan terhadap proses pelayanan umum oleh penyelenggara Negara.
pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, terbuka, dan bersih, serta bebas dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme.4 Untuk mempertegas eksistensinya maka
dikeluarkanlah UU No. 37 tahun 2008. Dengan demikian, maka keberadaan
ombudsman nasional tersebut dalam sistem pemerintahan Negara RI adalah
sebagai
lembaga
pengawas
untuk
mencegah
terjadinya
praktik
maladministrasi..
Pasca reformasi konstitusi sebanyak empat kali, pemerintah pun laten
mendirikan lembaga-lembaga negara baru. Sehingga tak jarang fungsi
lembaga-lembaga tersebut saling tumpang-tindih dengan lembaga negara yang
telah dibentuk sebelumnya.5 Keberadaan lembaga ombudsman nasional
demikian juga menimbulkan beberapa pertanyaan. Ditinjau dari segi
pemerintahan, apakah fungsi yang dijalankan oleh ombudsman nasional
tersebut tidak tumpang tindih dengan fungsi-fungsi yang dijalankan oleh
lembaga negara yang ada saat ini, mengingat fungsi pengawasan (control)
terhadap pemerintah dan lembaga peradilan juga telah dijalankan oleh
lembaga-lembaga dan sejumlah lembaga pemerintahan sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. Sebagai contoh, Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) yang berwewenang memeriksa penggunaan keuangan Negara, DPR
dengan hak meminta keterangan dan hak mengajukan pertanyaan mempunyai
kewenangan untuk melakukan kontrol terhadap pemerintah. Bahkan dalam
perubahan kedua UUD 1945, fungsi pengawasan telah dipertegas sebagai
salah satu diantara tiga fungsi DPR.
Mahkamah agung (MA) secara langsung maupun tidak langsung juga
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pemerintah melalui proses
4
UU No. 37 tahun 2008 lebih rinci menyebutkan tujuan dibentuknya Ombidsmen adalah
sebagai berikut : a. mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan efisien,
jujur, terbuka, bersih, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme; b. mendorong
penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan efisien, jujur, terbuka, bersih, serta
bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme; c. meningkatkan mutu pelayanan negara di segala
bidang agar setiap warga negara dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman, dan
kesejahteraan yang semakin baik; d. membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk
pemberantasan dan pencegahan praktekpraktek Maladministrasi, diskriminasi, kolusi, korupsi,
serta nepotisme; e. meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat, dan
supremasi hukum yang berintikan kebenaran serta keadilan.
5
http://www.ombudsman.go.id/Website/detailArchieve/161/id, Fungsi Lembaga Negara
Banyak Tumpang Tindih, diakses tanggal 03 Mei 2010.
6
7
PEMBAHASAN
A. Peran Ombudsman Dalam Sistem Pemerintahan Presidensial
1. Konsep Sistem Presidensial
Sistem pemerintahan menjelaskan tentang bagaimana pembagian
kekuasaan dan hubungan antar lembaga khususnya antar eksekutif dan
legislatif. Selama ini secara umum dikenal dua sistem pemerintahan,
yaitu sistem parlementer dan sistem presidensial. Dalam sistem
pemerintahan presidensial, ciri pokoknya adalah terdapat pemisahan
dan perimbangan kekuasaan antara pemegang kekuasaan eksekutif dan
pemegang kekuasaan legislatif atau parlemen. Sedangkan dalam sistem
pemerintahan parlementer, kekuasaan parlemen lebih tinggi dari
eksekutif atau sering disebut sebagai supremasi parlemen.8
Kerangka
pemikiran
yang
mendasari
penerapan
sistem
11
3. Urgensi Ombudsman
Adanya pemikiran tentang perlunya lembaga ombudsman di
Indonesia sebenarnya sudah muncul sejak lama. Berdasarkan hasil
penulusuran pustaka, sebelum terbentuknya komisi ombudsman
nasional, beberapa sarjana telah mengungkapkan pendapatnya tentang
pentingnya
pembentukan
lembaga
ombudsman
di
Indonesia,
12
14
satu dari lembaga negara yang ada,16 selain itu juga dapat kita ambil
ketegasan bahwa ombudsman merupakan bagian dari lembaga negara
yaitu melalui pandangan Hans Kelsen mengenai the concept of the
State Organ dalam bukunya General Theory of Law and State. Hans
Kelsen menguraikan bahwa Whoever fulfills a function determined by
the legal order is an organ, artinya siapa saja yang menjalankan suatu
fungsi yang ditentukan oleh suatu tata hukum (legal order) adalah
suatu organ.17
Menurut Kelsen, parlemen yang menetapkan undang-undang dan
warga negara yang memilih para wakilnya melalui pemilihan umum
sama-sama merupakan organ negara dalam arti luas. Demikian pula
hakim yang mengadili dan menghukum penjahat dan terpidana yang
menjalankan hukuman tersebut di lembaga pemasyarakatan adalah
juga merupakan
luas ini organ negara itu identik dengan individu yang menjalankan
fungsi atau jabatan tertentu dalam konteks kegiatan bernegara. Inilah
yang disebut sebagai jabatan publik atau jabatan umum (public offices)
dan pejabat publik atau pejabat umum (public officials). Di samping
pengertian luas itu, Hans Kelsen juga menguraikan adanya pengertian
organ negara dalam arti yang sempit, yaitu pengertian organ dalam arti
materiil. Individu dikatakan organ negara hanya apabila ia secara
pribadi memiliki kedudukan hukum yang tertentu (...he personally has
a specific legal position). Suatu transaksi hukum perdata, misalnya,
kontrak, adalah merupakan tindakan atau perbuatan yang menciptakan
hukum seperti halnya suatu putusan pengadilan.19 Selain itu
ombudsman Republik Indonesia juga menjadi lembaga penunjang
dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap pelayanan publik.
16
Perlu dicermati bahwa lembaga negara bukan konsep yang secara terminologis
memiliki istilah tunggal atau seragam. Di dalam kepustakaan Inggris, untuk menyebut lembaga
negara di gunakan istilah Political instruction, sedangkan dalam terminologi bahasa Belanda
terdapat istilah staat organen. Sementara itu, bahasa Indonesia menggunakan lembaga negara atau
organ negara.
17
S. Hans Kelsen, General Theory of Law and State, Alexandria, Virginia, 1990. Hlm.
37.
18
Ibid..
19
Ibid
kategori
kewenangannya
Lembaga
berasal
dari
Negara
regulator
yang
atau
sumber
pembentuk
dan
Komisi
Ombudsman
Nasional
dibentuk
10
kebutuhan
tersebut
cita
masyarakat
madani
lahir
11
26
12
29
13
pengawasan
merupakan
langkah
preventif
untuk
pengawasan
(rechmatigheid)
yakni
dan
pengawasan
pengawasan
dari
dari
segi
segi
hukum
kemanfaatn
ombudsman
baik
secara
hukum
maupun
segi
kemanfaatan.
Hakikatnya, pengawasan ini diupayakan dalam rangka memberikan
perlindungan hukum bagi rakyat, pengawasan segi hukum dan segi
kemanfaatan terhadap tindakan pemerintah dalam hukm administrasi
negara adalah dalam rangka memberikan perlindungan bagi rakyat,
yang terdiri dari upaya administratif dan peradilan administrasi.31
Sebagaimana disebutkan, bahwa sarana penegakan hukum itu, di
samping pengawasan adalah sanksi. Sanksi merupakan bagian penting
30
31
Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Rajawali Pers, hal.311.
Ibid., hal.313
14
negara
yang
berfungsi
mengawasi
penyelenggaraan
32
15
adalah
salah
satu
instrument
penegakan
hukum
atau
dilaksanakan
sebagian
oleh
atasan
terlapor,
tersebut,
artinya
indepensi
ombudsman
semakna
dengan
hemat
penulis,
kejantanan
ombudsman
dalam
hal
16
mempunyai kewajiban
Sujata
dan
Surachaman,33
Pertama,
independensi
33
18
berpihak.35 Dalam
sistem
ketatanegaraan,
keberadaan
lembaga
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah serta uraian diatas, kiranya peneliti dapat
memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Indonesia berdasarkan ketentuan yang diatur dalam UUD 1945
menggunakan sistem presidensial. Dalam sistem presidensial peran
ombudsman sangatlah penting dalam rangka menciptakan sistem
pemerintahan yang baik. Hal ini dikarenakan kedudukan pemerintah
yang kuat dalam sistem presidensial tanpa diiringi pengawasan yang
berimbang dari lembaga negara yang lain akan melahirkan suatu
kekuasaan yang absolute. Sistem pemerintahan yang baik dapat
terwujud apabila lembaga-lembaga negara yang ada menjalankan
fungsi dan tugasnya sesuai dengan prinsip transparansi, keterbukaan,
akuntabilitas serta kepastian dan kemanfaatan hukum. Sehingga
capaian good governance dan clean government
akan mudah
direalisasikan
35
Dalam pasal 15 ayat 2 UU No 37 tahun 2008 memang disebutkan panitia seleksi yang
terdiri dari unsur pemerintah, praktisi hukum, akademisi, dan anggota masyarakat. Sehingga secara
umum dapat diambil kesimpulan bahwa penyeleksi tersebut memiliki independensi yang bisa
diminta pertanggung jawabannya.
36
Nimatul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2006,
hlm. 219.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang
UUD 1945, 2007, Citra Aditya Bakti: Bandung
UU Nomor 37 Tahun 2008, 2009, Citra Aditya Bakti: Bandung.
Buku-Buku
Amir Machmud, 1984, Demokrasi, Undang-undang dan Peran Rakyat, LP3ES :
Jakarta.
Budhi Masthuri, 2005, Mengenal Ombuidsman Nasional, PT. Pradnya Paramita :
Jakarta,
Galang Asmara, 2005, Ombudsmen Nasional dalam Sistem Pemerintahan Negara
Republik Indonesia, Laksbang Pressindo: Yogyakarta.
Hardijanto, 2000, Pendayagunaan Aparatur Negara Menuju Good Governance,
Work Paper TOT: Jakarta.
Jimly Asshiddiqie, 2005, Format Kelmbagaan Negara dan Pergeseran
Kekuasaan Dalam UUD 1945, FH UII Press: Yogyakarta.
________________, 2006, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia Cet-2,
KonsPress: Jakarta.
________________ , 2006, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara
Pasca Reformasi, Sekretaris Jenderal dan Kepaniteraan MK-RI: Jakarta.
Johny Ibrahim. 2005, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu
Media: Surabaya.
Joko Widodo, 2001, Good Governance, Telaah dari Dimensi:Akuntabilitas dan
Kontrol Birokrasi, Insan Cendekia: Surabaya.
Miftah Thoha, 2008, Birokrasi Pemerintah Indonesia di Era Reformasi. Prenada
Media Group: Jakarta.
Miriam Budiardjo, 1999, Dasar-dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
M. Sayuthi Ali, 2002, Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan
Praktek. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Murtir Jeddawi, 2007, Reformasi Birokrasi,Kelembagaan,dan Pembinaan PNS,
Total Media: Yogyakarta.
Nimatul Huda, 2006, Hukum Tata Negara Indonesia, Rajagrafindo Persada:
Jakarta.
Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina
Ilmu: Surabaya
Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers: Jakarta.
Sudargo Gautama, 1993, Pengertian Tentang Negara Hukum, Alumni: Bandung.
S. Hans Kelsen, 1990, General Theory of Law and State, Alexandria: Virginia.
Sedarmayanti, 2004, Good Governance : Membangun Sistem Manajemen Kinerja
Guna Meningkatkan Produktivitas Menuju Good Governance, Mandar
Maju: Bandung.
Tahir Azhary, 1995, Negara Hukum Indonesia, UI Press: Jakarta.
21
22