Anda di halaman 1dari 17

1.A.

AKHLAK BEKERJA

1.A.I. IKHTIAR
a. Merencanakan pekerjaan sematang-matangnya oleh ahlinya (dengan ilmu)
maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui. (QS. An Nahl 16:43)
Ketika kekuasaan dipegang oleh orang-orang yang bukan ahlinya, maka
tunggulah hari (kiamat) itu. (HR. Bukhari)
Jika suatu persoalan diserahkan kepada orang yang tidak memiliki ilmunya
maka mudharat yang dihasilkan akan lebih banyak daripada manfaat yang
dihasilkannya.
b. Musyawarah
Fadhail syuraa :
banyak gagasan
tekanan per individu berkurang karena beban kerja akan ditanggung
bersama
bisa mengerjakan tugas interdisipliner (berbagai disiplin tugas)
mempunyai potensi menyelesaikan tugas yang lebih sulit, lebih banyak
dengan lebih baik dibandingkan seorang individu
Maka disebabkan Rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkan-lah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
(QS. Ali Imran 3:159)
Ayat diatas memberikan petunjuk bahwa andaikata suatu persoalan telah
diputuskan dalam musyawarah maka kita diminta konsisten melaksanakannya
dan menyerahkan hal-hal yang diluar kekuasaan kita kepada Allah.
Demikianlah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. dalam perang Uhud
sewaktu telah diputuskan dalam musyawarah untuk menghadapi musuh di
luar kota Madinah; maka Nabi marah tatkala masih ada pemuda yang bimbang
untuk berperang di luar kota.
Maka sesuatu apa pun yang diberikan kepadamu, itu adalah
kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan
lebih kekal bagi orang-orang yang beriman dan hanya kepada Tuhan
mereka, mereka bertawakal, dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosadosa besar dan perbuatan-perbuatan keji dan apabia mereka marah
mereka memberi maaf. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)
seruan Tuhan-nya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari Rezki yang Kami Berikan kepada mereka.
(QS. Asy Syuara 42:36-38)

c. Doa
Sedekat-dekat hamba kepada Tuhan, ketika ia bersujud kepada Tuhan,
maka banyak-banyaklah berdoa di dalam sujud itu. (HR. Muslim)
d. Pelaksanaan dengan sebaik-baiknya (Jiddiyyah)
Jiddiyah (kesungguhan) adalah lawan dari main-main, menyepele-kan, lemah
dan santai.
Beberapa karakteristik kesungguhan :
Memanfaatkan waktu
Menjauhi senda gurau, jika sedikit, maka hal itu tidak berbahaya untuk
mencerahkan jiwa.
Wasiat Hasan Al Banna, Janganlah engkau bersenda-gurau, karena umat
mujahid tidak mengenal kecuali kesungguhani.
Sigap dengan tugas, tanpa menunda pekerjaan sekarang untuk esok. Tidak
ada istilah santai dan berleha-leha, hingga pekerjaan menumpuk
Mengatasi kesulitan dan rintangan, seorang yang sungguh-sungguh tidak
akan menyerah dengan kesulitan, dan tidak melemah di hadapan rintangan.
Tetapi ia mengatasinya, selalu mencari jalan keluar, melipatgandakan
kesungguhan dan terus menghadapinya sampai titik darah penghabisan.
e. Hasil akhir diserahkan pada Allah (Tawakal)
1.A.II. DOA
Urgensi doa dalam bekerja :
Rasulullah saw. pernah bersabda: Barangsiapa yang dibukakan baginya
pintu untuk berdoa berarti telah dibukakan baginya pintu-pintu rahmat.
Tidak ada satu permohonan yang dicintai lebih dari permohonan
Afiat/keselamatan. Doa itu bermanfaat dari apa yang telah diturunkan
atau yang belum diturunkan. Tidak ada yang menolak al-Qadha
(ketetapan) Allah selain doa seseorang yang dihaturkan kepada Allah.
Karena itu, rajinlah berdoa. (HR. Tirmidzi)

1.A.III. TAWAKKAL
Dan, tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai pelindung. (QS.
An-Nisa:81)
Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakal, jika kalian
benar-benar orang yang beriman. (QS. Al-Maidah:23)
Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. (QS. Ath-Thalaq:3)
Kemudian apabila kalian telah membulatkan tekad, maka bertawakallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran:159)

Jika Allah menolong kalian, maka tak ada orang yang dapat
mengalahkan kalian, dan jika Allah membiarkan kalian (tidak
memberikan pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong
kalian (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah
saja orang-orang Mukmin bertawakal. (QS. Ali Imran:160)
Allah menjadikan tawakal sebagai salah satu sifat orang-orang Mukmin yang
fundamental.
Katakanlah, Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang
teah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah
kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal. (QS. AtTaubah 9:51)
Dan, hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakal, jika kalian
benar-benar orang yang beriman. (QS. Al-Maidah 5:23)
Hakikat Tawakal
Bisyr Al-Hafy berkata, Andaikata seseorang benar-benar bertawakal kepada-Nya,
tentu dia ridha terhadap apa yang dilakukan Allah terhadap dirinya.
Tawakal adalah berserah diri kepada ketetapan dan takdir Allah dalam setiap
keadaan. Jika dia bertawakal dengan sebenar-benarnya tawakal, berarti ridha
terhadap apa pun yang dilakukan pelindungnya.
Abu Turab An Bakhsyaby berkata, Tawakal adalah jika diberi dia bersyukur dan
jika ditahan dia bersabar.
Tawakal tidak benar kecuali disertai pelaksanaan sebab. Jika tidak, maka itu batil
dan merupakan tawakal yang rusak.
Orang yang bertawakal merasa tenang karena ada janji Allah, orang yang berserah
diri cukup dengan pengetahuan tentang Allah dan orang yang pasrah ridha
terhadap hikmah Allah.
Dan, tida ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allahlah
yang memberi rezkinya. (QS. Hud:6)
Dan, berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus)
rezkinya sendiri. Allahlah yang memberi rezki kepadanya dan kepada
kalian dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. AlAnkabut:60)
Muslim yang bertawakal bukan berarti mengabaikan upaya mencari rezki.
Mereka tetap berusaha dan mengeluarkan jerih payahnya. Tetapi mereka merasa
tenang, karena yakin tak seorang pun yang akan memakan bagian rezkinya yang
telah ditentukan Allah baginya.
Diantara buah tawakal, bahwa tatkala orang yang bertawakal kepada Allah
menyodorkan sebagian sebab seperti yang telah diperin-tahkan dan sesuai dengan
kesanggupannya, maka apa yang ada di luar kekuatannya akan disempurnakaan
oleh kekuasaan Ilahy Yang Mahatinggi.
Tawakal tidak menafikan pertimbangan sebab (Ikhtiar)
Ada seorang laki-laki datang sambil membawa onta betina miliknya,
seraya bertanya, Wahai Rasulullah, apakah saya harus membiarkan

onta ini dan saya bertawakal, ataukah saya harus mengikatnya dan
bertawakal? Beiau menjawab, Berilah tali kekang dan bertawakallah.
Rasulullah bersabda Andaikata kalian bertawakal kepada Allah dengan
sebenar-benarnya tawakal, niscaya Dia akan memberi kalian rezki
sebagaimana Dia memberikan rezki kepada burung, yang pergi dalam
keadaan perut kosong dan kembali lagi dalam keadaan kenyang.
Sabda beliau ini mengisyaratkan adanya sebab. Allah tidak memberi jaminan
kekenyangan kepada burung yang pergi kecuali kepergiannya itu untuk aktif
bergerak dan menyebar untuk mencari makan.
Buah tawakal kepada Allah
a. Ketenangan dan Ketentraman
Karena meyakini adanya pertolongan dari Allah untuk menyem-purnakan apa
yang ada diluar kekuatannya.
b. Kekuatan
Yaitu kekuatan spiritual dan jiwa yang melebihi kekuatan material, kekuatan
senjata maupun kekuatan uang. Kekuatan ini yang menjadi berkah bagi
seorang muslim dalam menghadapi berbagai persoalan / masalah / ancaman
yang dihadapinya.
Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah,
berkata, Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta
orang-orang yang sabar. Tatkala Jalut dan tentaranya telah tampak oleh
mereka, mereka pun berdoa, Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas
diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap
orang-orang kafir. Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut
dengan izin Allah. (QS. Al-Baqarah 2:249-251)
c. Keperkasaan
Orang yang bertawakal adalah orang yang perkasa sekalipun tanpa dukungan.
Hati mereka bergantung kepada Allah, tidak membutuh-kan kecuali rahmatNya dan tidak takut kecuali adzab-Nya.
d. Ridha
Sebagian ulama berkata, Selagi aku ridha kepada Allah sebagai pelindung,
maka kudapatkan jalan untuk setiap kebaikan.
e. Harapan
Orang yang bertawakal kepada Allah tidak mengenal rasa putus asa di dalam
hatinya. Sebab Al-Quran sudah mengajarinya bahwa keputusasaan merupakan
benih kesesatan dan kufur.
Ibraham berkata, Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Allah
kecuali orang-orang yang sesat. (QS. Al-Hijr :56)
Seorang
muslim
senantiasa
memiliki
harapan
untuk
memperoleh
keberuntungan yang diminta, keselamatan dari sesuatu yang tidak disukai,
kemenangan kebenaran atas kebatilan, petunjuk atas kesesatan, keadilan atas
kezhaliman dan kesulitan yang lenyap.

Wahai orang yang dizhalimi dan kalah, wahai orang yang dianiaya dan
kesulitan, wahai orang yang terluka dan ditimpa bencana, janganlah engkau
putus asa, sekalipun banyak rintangan yang menghadang di depanmu.
Sesungguhnya Dzat yang mengetahui hal-hal yang gaib, yang mengampuni dosa
dan membalik hati, akan menyingkirkan kesusahan darimu, mewujudkan apa
yang engkau minta, sebagaimana penyakit yang akhirnya dijauhkan dari dir
Ayyub dan kembalinya Yusuf kepada Yaqub.
Pendorong-pendorong Tawakal
1. Mengetahui Allah dengan Asmaul Husna-Nya
Barangsiapa mengetahui Allah sebagai Rabb yang pengasih dan penyayang,
yang perkasa, bijaksana, mendengar, mengetahui, hidup, berdiri sendiri, kaya,
terpuji, melihat, berkuasa, pemberi rezki, kuat, tidak ada sesuatu pun yang
tersembunyi dari pengeta-huan-Nya, tidak ada sesuatu pun yang membuat-Nya
lemah, bias berbuat apa pun yang Dia inginkan dan kehendaki di masa lalu
atau pun yang akan datang, maka dia tentu merasa terdorong untuk bersandar
dan bertawakal kepada-Nya.
Siapapun yang lebih mengetahui Allah dan sifat-sifat-Nya, maka tawakalnya
lebih benar dan lebih kuat.
2. Percaya kepada Allah
Percaya kepada Allah merupakan buah pengetahuan. Jika seseorang
mengetahu Allah dengan sebenar-benarnya, tentu dia akan percaya kepada-Nya
secara utuh, jiwanya menjadi tenang dan hatinya menjadi tentram.
Gambarannya adalah bercaya bahwa Dia lebih menyayangi hamba-hamba-Nya,
melebihi rasa kasih saying orang tua kepada anaknya dan bahka Dia lebih
santun terhadap mereka daripada kesantunan mereka terhadap dirinya sendiri.
Dia lebih mengetahui kemaslaha-tan mereka daripada pengetahuan mereka
sendiri.
Gambaran lain adalah percaya kepada janji yang disebutkan Allah di dalam
Kitab-Nya, bahwa Dia adalah pelindung orang-orang yang beriman, pendukung
dan penyelamat mereka. Dia senantiasa bersama mereka untuk memberi
pertolongan dan Dia tidak akan mengingkari janji.
Gambaran lain adalah percaya kepada jaminan rezki yang diberikan kepada
makhluk-Nya.
Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezki, Yang Mempunyai
kekuatan lagi sangat kokoh. (QS. Adz-Dzariyat:58)
3. Mengetahui Diri Sendiri dan Kelemahannya
Orang yang jauh dari tawakal adalah yang terperdaya oleh keadaan dirinya
sendiri, yang mengagumi ilmunya, yang bangga dengan kekuatannya, yang
tertipu dengan kekayaan yang dimilikinya, yang mengira bahwa dia tidak lagi
membutuhkan Allah.
Ketahuilah, sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas,
karena dia melihat dirinya serba cukup. (QS. Al-Alaq:6-7)
Tawakal bias digambarkan dari orang yang merasa membutuhkan kepada
pelindung dan tidak mungkin baginya untuk tidak membutuhkannya sekalipun
hanya sekejap mata.
4. Mengetahui Keutamaan Tawakal

Dan, barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan


mencukupkan (keperluan)nya. (QS. Ath-Thalaq:3)
5. Hidup bersama Orang-orang yang Bertawakal
1.A.IV. SYUKUR
Muslim wajib mensyukuri nikmat.
Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara Rezeki yang baikbaik yang Kami Berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah. (QS. Al-Baqarah
2:172)
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhan-mu Memaklumkan, Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan Menambah (Nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (Nikmat-Ku), maka sesungguhnya Azab-Ku
sangat pedih. (QS. Ibrohim 14:7)
Dan sesungguhnya telah Kami Berikan Hikmat kepada Luqman, yaitu,
Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
lagi Maha Terpuji. (QS. Luqman 31:12)
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku Ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu
mengingkari (Nikmat)-Ku. (QS. Al-Baqarah 2:152)
dan Allah akan Memberi Balasan kepada orang-orang yang
bersyukur. (QS. Ali Imran 3:144)
Bekerja untuk bersyukur :
Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendaki-nya dari
gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang
(besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).
Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan
sedikit sekali dari Hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (QS. Saba
34:13)
Peringatan akan kelalaian kebanyakan manusia dari bersyukur :
Dan sesungguhnya Tuhan-mu benar-benar Mempunyai Karunia yang
besar (yang Diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka
tidak mensyukuri(nya). (QS. An Nahl 27:73)
Kemudian Dia Menyempurnakan dan Meniupkan ke dalam (tubuh)nya
Roh (Ciptaan)-Nya dan Dia Menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS. AsSajdah 32:9)
Berdoa agar diberikan ilham untuk senantiasa bersyukur :
Dan dia berdoa, Ya Tuhan-ku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri
Nikmat-Mu yang telah Engkau Anugerah-kan kepadaku dan kepada dua

orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau
Ridhai; dan masukkanlah aku dengan Rahmat-Mu ke dalam golongan
Hamba-hamba-Mu yang saleh. (QS. An Naml 27:19)
Mensyukuri nikmat Allah antara lain dengan cara :
1. Mengucapkan syukur (dengan hati dan lisan)
2. Menjaga dan memelihara nikmat yang diberikan
3. Menggunakan sesuai keinginan dari pemberi nikmat (dengan perbuatan)
Tawakal sebagai penopang syukur :
Sungguh Allah telah menolong kamu dalam Peperangan Badr, padahal
kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah
kepada Allah , supaya kamu mensyukuri-Nya. (QS. Ali Imran 3:123)
1.A.V. SABAR
Keharusan sabar bagi Mukmin
Karena sabar adalah ciri dari seorang Mukmin.
Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan penderitaan dan dalam
peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa. (Al-Baqarah 2:177)
Hai orang-orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuat-kanlah
kesabaranmu. (QS. Ali Imran 3:220)
Sabar di sini ialah ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT.
Dan
untuk
Robbmu
hendaklah
kamu
bersabar.
Muddatstsir:7)Cobaan bagi ahli iman adalah suatu kepastian

(QS.

Al-

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit


ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orangorang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan : Innaa
lillaahi wa innaa ilaihi rajiuun (Al Baqarah 2:155-156)
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan
(juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang
diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutuan
Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu
bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk
urusan yang patut diutamakan. (QS. Ali Imran 3:186)
Dan di antara manusia ada yang mengabdi Allah pada garis batas,
hingga jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu dan
jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia
di dunia dan di akherat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.
(QS. Al Hajj 22:11)
Keutamaan Sabar
Tidaklah seorang muslim menderita karena kesedihan, kedudukan,
kesusahan, kepayahan, penyakit dan gangguan duri yang menusuk

tubuhnya kecuali dengan itu Allah mengampuni dosa-dosanya. (HR.


Bukhori)
Siapa yang berlatih kesabaran, maka Allah akan menyabarkannya.
Dan tiada orang yang mendapat karunia (pemberian) Allah yang lebih
baik atau lebih dari kesabaran. (HR. Bukhari, Muslim)
Bersabda Rasulullah saw.: Sangat mengagumkan keadaan seorang
mukmin, sebab segala keadaannya untuk ia sangat baik dan tidak
mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin: Jika mendapat
nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya dan bila
menderita kesusahan; sabar, maka kesabaran itu lebih baik baginya.
(HR. Muslim)
Mensyukuri suatu nikmat berarti memupuk nikmat dan menimbulkan pahala yang
lebih besar dari kenikmatan dunia yang telah diterima. Demikian pula jika
menderita bala kesusahan, lalu sabar, maka pahala kesabaran merubah suasana
bala menjadi kenikmatan sebab pahala yang tersedia baginya, jauh lebih besar
daripada penderitaan-nya.
Bersabda Rasulullah saw.: Siapa yang dikehendaki oleh Allah padanya
suatu kebaikan (keuntungan), maka diberinya penderitaan. (HR. Bukhari)
Aspek-aspek Sabar dalam Al-Quran
Sabar terhadap petaka dunia
Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orangorang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Innaa
lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun. Mereka itulah yang mendapat
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Allah dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al Baqarah 2:155-157)
Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan Allah lebih mencintai daripada
mukmin yang lemah, dan dalam segala sesuatupun ada kebaikan.
Jagalah barang yang berguna bagi dirimu dan mohonlah pertolongan
Allah dan janganlah engkau merasa lemah. Bila ada sesuatu yang
menimpamu, maka janganlah engkau mengatakan, Jikalau sekirannya
aku lakukan begini niscaya akan begini. Akan tetapi katakanlah, Allah
telah mentakdirkan, dan apapun yang Dia kehendaki Dia perbuat, karena
sesungguhnya perkataan kalau itu membuka kesempatan bagi
syaitan untuk bekerja (memperdaya). (HR. Muslim)
Dalam Al-Quran dicontohkan sabar Nabi Ayyub dalam menang-gung
penderitaan sakit an kehilangan anggota keluarganya. Sabar Nabi Yaqub
berpisah dengan dua orang putranya (Yusuf dan saudaranya) dan dusta serta
tipu muslihat anak-anaknya kepadanya.
Sabar ditimpa musibah, ialah teguh hati ketika mendapat cobaan, baik yang
berbentuk kemiskinan maupun berupa kematian, kecelakaan, nasib sial, dsb.

Sabar terhadap gejolak nafsu

Secara lebih spesifik meliputi sabar menyangkut kesenangan hidup, sabar


terhadap dorongan nafsu seksual serta sabar untuk tidak marah dan dendam.
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
ujian. (QS. Al Anbiyaa:35)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anakanakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang
berbuat demikian mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS. Al
Munaafiquun: 9)
Allah SWT baik dalam memberikan kesenangan ataupun pembata-san rezeki
merupakan ujian dan cobaan.
Dan jika kamu memberikan balasan , maka balaslah dengan balasan
yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika
kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang
yang sabar. (QS. An Nahl: 126)
Sabar terhadap kehidupan dunia, ialah sabar terhadap tipu daya dunia; jangan
sampai terikat hati kepada kenikmatan hidup duniawi. Kehidupan dunia
hendaknya dipahami bukan sebagai tujuan hidup, namun hanya sebagai alat
untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang abadi.

Sabar dalam ketaatan kepada Allah


Yaitu sabar dalam ketaatan kepada Allah SWT dengan melaksana-kan seluruh
tugas dan kewajiban dalam beribadah kepada-Nya

Dan perintahkanlah kepada umatmu mendirikan shalat dan bersabarlah


kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu
(sebaliknya) Kamilah yang membe-ri rezeki kepadamu. Dan akibat (yang
baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Thaahaa:132)
Seorang yang taat dan patuh membutuhkan sabar dalam tiga hal.
Pertama, sabar sebelum ketaatan yaitu dengan ikhlasun niyyah dalam melawan
bayang-bayang riya.
Kedua, sabar pada saat bekerja (operasional) agar tidak melalaikan Allah dan
tidak malas untuk menepati pelaksanaan peraturan dan hukum Allah, dan
memenuhi syarat-syarat peraturan hingga tuntas seluruh pekerjaannya. Selalu
sabar melawan kelemahan, kekesalan dan kejenuhan.
Ketiga, setelah selesai pekerjaan dibutuhkan kesabaran dengan tidak merasa
bangga dan menepuk dada karena riya dan mencari popularitas, sehingga
mengakibatkan hilangnya keikhlasan.

Sabar dalam kesulitan berdakwah di jalan Allah


Berdakwah di jalan Allah diliputi kesal, sakit hati, korban perasaan dan beban
berat yang tidak dapat dipikul kecuali oleh orang-orang yang mendapat rahmat
Allah SWT.

Hai anakku dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang


baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (QS. Luqman: 17)
Kesulitan berdakwah dapat dialami dalam berbagai bentuk, misalnya
berhadapan dengan telinga dan hati yang terkunci, berhadapan dengan
gangguan manusia atau berhadapan dengan panjangnya jalan yang ditempuh.
Tentu saja kemenangan tercapai setelah perjuangan yang gigih dan dahsyat
melalui penderitaan terus-menerus, ditimpa malapetaka, kesengsaraan dan
digoncang dengan bermacam-macam cobaan, sehingga mereka berseru,
Bilakah datang kemenangan dari Allah. Dan Allah menjanjikan bahwa
kemenangan sudah dekat.
Sehingga apabila para Rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang
keimanan kaum kafir) dan telah meyakini bahwa mereka telah
didustakan, datanglah kepada para Rasul itu pertolongan Kami lalu
diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki dan tidak dapat ditolak
siksa Kami terhadap orang-orang yang berdosa. (QS. Yusuf:110)
Sabar dalam perjuangan, adalah sikap menyadari sepenuhnya bahwa setiap
perjuangan mengalami masa naik dan masa turun, masa menang dan masa
kalah, masa sukses dan masa gagal. Bila perjuangan belum berhasil, sabarlah
menerima kenyataan dengan mengevaluasi dan menyusun kembali rencana
selanjutnya. Sebaliknya jika perjuangan sukses, sabarlah mengendalikan emosi
kejiwaan dengan tawadhu dan syukur kepada Allah SWT.

Sabar di medan perang


Sabar dalam pergaulan antar manusia
Aspek ini meliputi sopan santun pergaulan dalam masyarakat dan hubungan
antar bangsa.
Dan bergaulah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian bila
kamu tidak menyukai mereka (maka bersabar-lah) karena mungkin kamu
tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan
yang banyak. (QS. An Nisaa 4:19)

Balasan atas Kesabaran :


Allah menyertai orang-orang sabar
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.. (QS. Al-Baqarah
2:153)

Allah sayang kepada mereka yang sabar


Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. Ali Imran 3:146)

Orang-orang Sabar memperoleh berkah yang sempurna, rahmat dan petunjuk


Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang sabar. (QS. AlBaqarah 2:155)

Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat


dari Robbnya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS. Al-Baqarah 2:157)

Orang sabar memperoleh pahala lebih baik dari apa yang dikerjakan
Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang
yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.(QS. An-Nahl 16:96)

Orang sabar pahalanya dicukupkan tanpa batas


Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan
pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-Zumar 39:10)

Orang sabar dijanjikan pertolongan Allah


Ya, jika kamu bersabar dan bersiap-siaga dan mereka datang menyerang
kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan
lima ribu Malaikat yang memakai tanda. (QS, Ali Imran 3:125)

Orang sabar memperoleh derajat kepemimpinan dalam dien


Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan selalu
meyakini ayat-ayat Kami. (QS. As-Sajadah 32:24)

Orang sabar dipuji Allah sebagai manusia utama


Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian
itu termasuk urusan yang patut diutamakan. (QS. Ali Imran 3:186)

Allah melindungi orang sabar dari tipu daya musuh


Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun
tidak mendatangkan kemudhoratan kepada kamu. Sesungguhnya Allah
mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. (QS. Ali Imran 3:120)

Orang sabar layak masuk surga


Mereka itulah orang-orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi
(dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan
penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. (QS. Al Furqaan 25:75)

Orang sabar dapat mengambil pelajaran dari sejarah


Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancurhancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi setiap orang sabar lagi bersyukur. (QS. Saba
34:190
Jika Dia menghendaki akan menenangkan angin. Maka jadilah kapalkapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian

itu terdapat tanda-tanda (kekuasaanNya) bagi setiap orang yang banyak


bersabar dan banyak bersyukur. (QS. Asy Syuura:33)
Pribadi-pribadi Sabar yang dikisahkan dalam Al-Quran
Ayyub (ditimpa penyakit sekujur tubuhnya sehingga istrinya meninggalkannya.
Lalu sedemikian sopannya Ayyub berdoa dia tidak memohon dengan memaksa
agar sembuh)
Dan ingatlah kisah Ayyub ketika ia menyeru Robbnya: Ya Robbku,
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Robb Yang
Maha Penyayang diantara semua penyayang. Maka Kamipun
memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada
padanya dan Kami kembalikan keluarganya. Dan Kami lipat gandakan
bilangan mereka sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi
peringatan bagi segala mereka yang menyembah Allah. Dan (ingatlah
kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang
yang sabar. (QS. Al Anbiya 21:83-85)

Yaqub (berpisah dengan anaknya tercinta Yusuf dan kemudian dengan adik
Yusuf Bunyamin.)
Sabar bukan menerima kenyataan apa adanya, tetapi selalu mengharap dan
menanti keputusan Allah, dengan penuh keyakinan bahwa sesudah kesempitan
pasti datang kemudahan.

Yusuf [Hidupnya merupakan mata rantai penderitaan. Lepas dari ujian dan tipu
muslihat perbuatan kakak-kakaknya, masuk kepada cobaan, ujian dan tipu
daya istri Al-Aziz. Selamat dari ujian itu lalu menghadapi ujian masuk penjara
beberapa tahun lamanya tanpa suatu kesalahan yang pernah dilakukannya.
Bebas dari penjara lalu memasuki ujian kesenangan dan kemewahan. Diuji
dengan kedudukan sebagai menteri negara dan penanggung jawab urusan
pertanian, pangan dan keuangan pada zaman krisis pangan yang melanda
negeri Mesir dan negeri-negeri sekitarnya. Dia dicoba dengan menanggung
rindu dan jauh dari keluarga karena terpisah dan lamanya waktu terputusnya
kabar berita. Kunci dan rahasia kesuksesan Yusuf adalah taqwa dan sabar.

Ismail
Inilah contoh kesabaran yang tinggi terhadap ketaatan atas segala perintah
Allah meskipun dibalik itu menghadapi bahaya dan pengorbanan.

Ulul Azmi Minarrasul


Nabi Nuh a.s.
Nuh hidup ditengah-tengah kaumnya sembilan ratus lima puluh tahun
lamanya. Dia menyampaikan seruannya dengan sembunyi-sembunyi dan
terang-terangan, siang dan malam, memberi kabar gembira dan ancaman,
tetapi kaumnya makin keras tantangannya dengan menutup mata dan
telinga, mengunci hati, melontarkan ejekan, caci makian dan hinaan.
Semua menolak dan menentang seruan Nabi Nuh. Tidak mengherankan jika
Nuh berputus asa lalu berdoa:

Ya Robbku janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang


kafir itu tinggal di muka bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan
mereka tinggal niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hambaMu dan
mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi
sangat kafir. (QS. Nuh 26-27)

Nabi Ibrahim a.s.


Nabi Ibrahim a.s. sabar melakukan dakwah tauhid kepada ayah dan
kaumnya. Ibrahim tetap tenang dan tidak gelisah tatkala dilempat ke tengah
api membara yang sedang berkobar dengan dahsyatnya. Allah SWT
sendirilah yang memelihara Ibrahim dengan mencabut sifat panas dari api.
Nabi Musa a.s.
Musa telah bersabar dengan kesabaran yang belum pernah dialami nabinabi yang lain, yaitu sabar atas gangguan dan pembangkangan pengikutnya
sendiri Bani Israil.
Setelah Bani Israil selamat menyeberangi laut yang telah menenggelamkan
musuh, pengikut nabi Musa bertemu dengan suatu aum yang sedang
khusyu memuja berhala-berhala mereka lalu berkata:
Hai Musa buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana
mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala) yang tidak mengetahui
(sifat-sifat Tuhan). (QS. Al-Araaf: 138)
Ketika Musa pergi ke buhit Thur untuk bermunajat kepada llah, Samiri
membuat sapi kecil dari emas yang dijadikan tuhan dan disembah, kaum
Musa ikut melakukannya.
Dan ingatlah ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat
sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu
(sembahan) sepeninggalnya, lalu kamu adalah orang-orang yang zalim.
(QS. Al-Baqarah 2:51)
Ketika Musa berkata kepada mereka :
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.
Mereka menjawab dengan kasar dan kurang ajar: Apakah kamu hendak
menjadikan kami buah ejekan? Musa menjawab: Aku berlindung
kepada Allah dari pada menjadi salah seorang dari orang-orang yang
jahil. (QS. Al-Baqarah 2:67)
Ketika Bani Israil diperintah wajib memasuki tanah suci dan diminta tidak
gentar dan melarikan diri karena mereka pasti merugi, mereka menolak
dengan berkata :
Pergilah kamu bersama Robbmu dan berperanglah kamu berdua, dan
kami hanya duduk dan menanti di sini saja. (QS. Al-Maidah 5:24)
Musa hanya mampu mengeluh kepada Allah dengan nada sedih dan putus
asa :
Ya Robbku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku.
Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu.
(QS. Al-Maidah 5:25)

Diantara kerewelan Bani Israil ialah ketika mereka dimuliakan Allah dengan
dinaungi awan dalam cuaca panas terik udara sahara lalu kepada mereka
diturunkan makanan manis sejenis madu dan burung sejenis puyuh,
makanan yang baik dan lezat, mudah diperoleh di padang pasir yang luas,
mereka bukannya bersyukur tetapi membalas dengan sikap dan ucapan
yang angkuh dan tidak senonoh.
Hai Musa kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan
saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Robbmu agar Dia
mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi yaitu sayur
mayur, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan bawang
merahnya. Musa berkata: Maukah kamu mengambil sesuatu yang
rendah sebagai pengganti yang lebih baik? (QS. Al-Baqarah 2:61)

Nabi Isa Almasih a.s.


Apa yang dialami Isa a.s. mirip dengan yang dialami Musa a.s. Rahib-rahib
Yahudi menolak dan menentangnya, karena mereka hanya terpaku dalam
upacara ritual dan sacral saja tanpa keinginan meningkatan mental dan
moralnya. Mereka serta merta menolak dakwah Isa a.s. bahkan menuduh
Isa dan ibunya dengan tuduhan keji dan palsu. Mereka tidak henti-hentinya
bersekongkol, berusaha untuk mencelakakan Isa, memfitnahnya dengan
mengadukannya kepada penguasa Romawi. Akibat laporan palsu dan
tuduhan fitnah, maka penguasa Romawi memutuskan hukuman mati
dengan eksekusi salib bagi Isa a.s. Allah SWT menggagalkan tipu daya
mereka. Isa diselamatkan Allah dari pembunuhan.
Rasulullah saw.

Apa yang Menunjang Kesabaran menurut Al-Quran


Memahami arti kehidupan dunia dengan sebenarnya
Bahwa kehidupan dunia bukanlah surga kebahagiaan atau tempat tinggal
abadi, tetapi medan pelaksanaan tugas dan menempuh ujian dan cobaan.
Manusia diciptakan untuk diuji agar lulus memasuki kehidupan abadi di
akhirat. Apabila seseorang benar-benar menyadari akan hal tersebut dia tidak
akan terkejut bila tertimpa musibah.
Manusia menyadari akan dirinya sendiri
Hendaknya manusia menyadari bahwa dia adalah milik Allah pada permulaan
dan akhirnya. Dilimpahkan baginya karunia nikmat lahir dan batin, kesehatan
dan kekuatan tubuh, harta dan benda dan anak keturunan. Dan jika ditarik
kembali sebagian yang dimiliki manusia maka sudah seharusnya dia tidak
marah kepada pemberinya dan pemiliknya.
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah
(datangnya), dan bila kamu ditimpa kemudharatan, maka hanya kepadaNya-lah kamu meminta pertolongan. (QS. An-Nahl:53)

Keyakinan pahala yang baik disisi Allah


Tidak ada dalam Al-Quran janji pahala dan ganjaran yang lebih besar dari
sabar.

Apa yang disisimu akan lenyap dan apa yang ada di sisi Allah adalah
kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orangorang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan. (QS. An-Nahl: 96)
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan
pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-Zumar:10)

Keyakinan akan terbebas dari musibah


Keyakinan terbebas dari himpitan musibah. Keyakinan datangnya kesenangan
sesudah kesusahan dan kemudahan sesudah kesulitan. Keyakinn datangnya
kemenangan dari Allah bagi orang-orang beriman sebagai ganti ujian dan
cobaan yang dialaminya. Keyakinan seperti itu akan menghilangkan
kegelisahan batin, menghapus rasa putus asa, menerangi jiwa dengan sinar
harapan kemenangan dan percaya akan hari esok yang lebih cerah.
Janji kemudahan sesudah kesulitan :
Allah kelak akan memberi kelapangan sesudah kesempitan. (QS. Ath
Thalaaq: 7)
Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Alam
Nasyrah: 5-6)
Janji kesudahan yang baik bagi orang-orang yang sabar dan bertaqwa :
Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah, sesungguhnya
bumi (ini) kepunyaan Allah, dipusakakan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya dan kesudahan yang baik
adalah bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al-Araaf: 128)
Janji Allah mengganti semua yang telah berlalu sebab Allah SWT tidak akan
menyia-nyiakan pahala orang yang beramal sholeh dan berbuat ihsan :
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya,
pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia.
Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka
mengetahui (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Allah saja
mereka bertawakkal. (QS. An-Nahl: 41-42)
Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar dan
mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Rabbmu pada waktu petang dan pagi. (QS. Al-Mumin:55)

Mohon pertolongan Allah


Dengan mohon pertolongan Allah SWT, berlindung kepada-Nya, berkeyakinan
Allah SWT beserta dia, berkeyakinan bahwa dia dalam perlindungan,
pembelaan dan pemeliharaan Allah SWT maka dia tidak akan teraniaya.
Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(QS. Al-Anfaal: 46)
Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Rabb-mu maka
sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami (QS. Ath-Thuur: 48)

Meneladani orang-orang yang sabar dan memiliki kebulatan tekad


Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) Rasul-rasul sebelum kamu,
akan tetapi mereka bersabar terhadap pendustaan dan penganiayaan
(yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami
kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimatkalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu
sebahagian dari berita rasul-rasul itu. (QS. Al-Anaam:34)
Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu ialah kisahkisah yang dengannya Kamit teguhkan hatimu dan dalam surat ini telah
datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman. (QS. Huud:120)

Beriman kepada taqdir dan sunnatullah


Apa yang menimpa diri seorang bukanlah suatu kesalahan atau kekeliruan
atau terjadi secara kebetulan. Dan smeua yang sudah ditentukan taqdirNya
tidak mungkin salah atau meleset. Berserah dan pasrah kepada taqdir Allah
dalam situasi dan kondisi seperti itu merupakan suatu hal yang disyariatkan
dan terpuji.
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh)
sebelum Kami Menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
Mudah bagi Allah. (Kami Jelaskan yang demikian itu) supaya kamu
jangan berduka cita terhadap yang luput dari kamu, dan supaya kamu
jangan terlalu gembira terhadap apa yang Diberikan-Nya kepadamu. Dan
Allah tidak Menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan
diri, (Al-Hadid 57:22-23)

Berhati-hati terhadap kendala-kendala Kesabaran :


a. Tergesa-gesa
Bila seorang merasa terlalu lama untuk memperoleh apa yang
diinginkannya maka hilanglah kesabaran dan terasa sempit dadanya.
b. Marah-marah
Seorang mujahi dakwah dapat saja marah bila madu berpaling daripadanya
dan menjauhi dakwahnya. Dia kesal, berbuat yang tidak sepantasnya, putus
asa kemudian menjauhi mereka. Mujahid dakwah seharusnya bersikap
sabar terhadapa madu dan tidak bosan untuk mengulang-ulangi kembali
manuver dakwahnya, dengan harapan semoga hati mereka terbuka.
Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap keteta-pan Rabbmu,
dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika
ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (terhadap kaumnya). Kalau
sekiranya ia tidak segera mendapat nikmat dari Rabbnya, benar-benar ia
dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela. Lalu Rabbnya
memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang shaleh.
(QS. Al-Qalam:48-50)
Yang dimaksud dalam ayat ini ialah Nabi Yunus a.s.

Seorang datang kepada Nabi saw. dan berkata: Nasihatilah saya!


Bersabda Nabi saw.: Jangan marah, kemudian orang itu mengulangi
minta nasihat pula, jawab Nabi: Jangan marah. (HR. Bukhari)
c. Rasa sedih dan susah yang mendalam
Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena
bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak
beriman kepada keterangan ini (Al-Quran) (QS. Al Kahfi:6)
Janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS.
Faathir:8)
d. Putus asa
Kalau hati seseorang dihinggapi keputus-asaan,
kesabarannya untuk melanjutkan pekerjaannya.

maka

hilanglah

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih


hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika
kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud)
menderita luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang
Badar) menderita luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan
kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka
mendapat pelajaran), dan supaya Allah membedakan orang-orang yang
beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu
dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orangorang yang zalim. (QS. Ali Imran: 139-140)

Maraji

Tarjamah Al-Quranul Karim


Muhammad Abdul Halim Mahmud, Karakteristik & Perilaku Tarbiyah
Royyad Al Haqil, Mensyukuri Nikmat Allah,, GIP
Dr. Yusuf Qordhowi, Tawakal
Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf Annawawy, Tarjamah Riadhus Shalihin
Dr. Yusuf Qordhowi, Al-Quran Menyuruh Kita Sabar

Anda mungkin juga menyukai