Anda di halaman 1dari 3

Pendengaran

Pendengaran diartikan sebagai proses penerimaan suara, transduksi suara menjadi


impuls saraf dan penyaluran ke daerah yang sesuai di korteks serebri. Mendengar suara
berarti adanya perhatian terhadap suara serta menginterpretasikannya. Janin sensitif terhadap
bunyi-bunyian dan sejak lahir terdapat pengaruh suara yang penting antara ibu dan bayi.
Pendengaran juga diperlakukan untuk kontak emosional, perkembangan bahasa, identifikasi
lingkungan dan membantu kewaspadaan orientasi tubuh dan sikap tubuh. Semua anak harus
dilakukan pemeriksaan untuk menjaring kemungkinan adanya ketulian dengan menggunakan
pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing anak dan biasanya
pemeriksaan ini dilakukan pada umur 6 sampai 9bulan, kemudian diulang pada saat
pemeriksaan prasekolah.

Penilaian pendengaran
Sampai kira-kira umur 7bulan, bayi masih memperlihatkan respons yang tidak
konsisten terhadap bunyi-bunyian dan pemeriksaan yang dapat dipercaya hanya dapat
dilakukan dengan peralatan yang canggih, seperti brainstem evoked response audiometry.
Sejak umur 7bulan, bayi akan dapat mengarahkan kepala dan matanya ke sumber suara yang
pelan (distraction response). Bayi harus diberi kenyamanan dengan ruangan pemeriksaan
yang tenang. Pemeriksa berdiri pada jarak satu sampai tiga kaki disamping bayi dan diluar
jangkauan penglihatannya. Rangsangan suara diberikan sejajar dengan telinga. Suara
ditimbulkan dengan suara gemerincing bernada tinggi, sendok didalam mangkok, kertas
tissue, lonceng tangan dan suara bicara tertentu seperti oo dan ss.

Jenis tuli
Kehilangan pendengaran kurang dari 20dB, biasanya tidak akan menimbulkan efek
terhadap perkembangan anak, tetapi kehilangan lebih dari 40dB menimbulkan gangguan
dalam bicara. Pemeriksaan terhadap rentang frekuensi mungkin menunjukkan tuli yang luas
atau tuli murni pada zona frekuensi tinggi. Tuli dapat diklasifikasikan menjadi tuli
sensorineural dan tuli konduktif. Pada tuli sensorineural terdapat kerusakan koklea atau saraf
pendengaran sedangkan pada tuli konduktif terdapat disfungsi telinga tengah. Kebanyakan
tuli berat pada anak adalah tipe sensorineural yang biasanya sudah ada sejak lahir.
Pada anak yang lebih besar, kedua tipe tuli ini dapat dibedakan dengan pure tone
headphone audiometry. Pada tipe sensorineural terdapat gangguan hantaran tulang dan
hantaran udara setara. Pada tipe konduktif terdapat senjang tulang-udara (air-bone gap)
dengan pendengaran hantaran tulang lebih baik daripada hantaran udara. Pada 40 per
1000anak sekolah terdapat tuli ringan dan biasanya merupakan tuli konduktif telinga tengah
akibat glue ear. Pada 2 per 1000anak terdapat tuli sedang, menyebabkan anak tersebut
membutuhkan penggunaan alat bantu dengar, dan 1 per 1000anak menderita tuli berat yang
memerlukan pendidikan khusus.
Penanganan yang lebih hati-hati dan pemantauan anak yang rentan terhadap otitis
media dapat menurunkan insiden glue ear. Tidak ada terapi khusus pada tuli sensorineural

selain tindakan bedah implantasi koklear yang hanya dapat dilakukan pada sebagian kecil
anak. Jika terdapat sisa pendengaran, dapat dilakukan alat bantu dengar. Pemakaian alat ini
bertujuan untuk memperkeras suara sehingga terdapat dalam rentang frekuensi suara bicara.
Pada pemakaian alat ini diperlukan instruksi yang jelas serta perhatian terhadap bentuk
telinga. Harus ditekankan bahwa pemakaian alat bantu hanya merupakan bagian dari proses
rehabilitasi umum dan pendidikan. Banyak anak dengan tuli sedang dapat mengikuti sekolah
dengan normal, tetapi tuli yang lebih berat memerlukan pendidikan khusus baik pada sekolah
tuna rungu maupun pada unit gangguan pendengaran yang ada disekolah normal. Karena
penyebab genetik didapatkan pada 50%anak dengan tuli sensorineural, seringkali diperlukan
konsultasi genetik untuk mencegah terjadinya kembali kasus tersebut pada anggota keluarga.1
Kemampuan bicara dan bahasa pada anak-anak dengan gangguan pendengaran yang
berat menjadi terlambat atau tidak berkembang. Semakin dini pendengaran dapat
dikembalikan atau mendapatkan bantuan spesialis maka semakin baik hasil akhirnya.
Skrining pada bayi dengan faktor resiko hanya dapat mengidentifikasi 40-60% tuli bilateral
yang signifikan. Oleh sebab itu skrining universal pada usia 3bulan direkomendasikan.2

1. Hull, D., Johnston, D.I. Dasar-dasar pediatri edisi 3. Jakarta:EGC, 2008.p.295-97.


2. Lissauer, T., Fanaroff, A. At a glance neonatology. Jakarta: Penerbit Erlangga,
2009.p.144

Anda mungkin juga menyukai