Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Refluks laringofaring (RLF)/laryngopharingeal reflux (LPR) merupakan
refluks cairan lambung melalui esofagus ke laringofaring, menimbulkan iritasi dan
perubahan pada laringofaring, Prevalensi LPR sebesar 1520% dan >15%
penderita tersebut berobat ke dokter spesialis THT dengan manifestasi keluhan
RLF yang berdampak menurunnya kualitas hidup (Qadeer, 2005).
Penyakit refluks gastroesofageal {Gastroesophageal reflux disease/GERD)
adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke
dalam esofagus, Penyakit ini ditemukan pada populasi di negara-negara Barat,
namun dilaporkan relatif rendah insidennya di negara-negara Asia-Afrika. Di
Amerika dilaporkan bahwa satu dari lima orang dewasa mengalami gejala
refluks (heartburn dan/atau regurgitasi) sekali dalam seminggu serta lebih dari
40% mengalami gejala tersebut sekali dalam sebulan. Prevalensi esofagitis di
Amerika Serikat mendekati 7%, sementara di negara-negara non-western
prevalensinya lebih rendah (1,5% di China dan 2,7% di Korea) (Makmun,2014)..
Di Indonesia belum ada data epidemiologi mengenai penyakit ini, namun di
Divisi Gastroenterologi Departemen llmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta didapatkan kasus esofagitis sebanyak 22,8% dari semua
pasien yang menjalani pemeriksaan endoskopi atas indikasi dispepsia (Syafruddin,
1998 dalam Makmun,2014).
B. Tujuan
Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk menambah wawasan bagi
penulis dan pembaca mengenai GERD dan LPR, serta mengetahui tatalaksana
GERD dan LPR.
C. Manfaat
Manfaat dari referat ini adalah agar pembaca dan penulis bisa lebih
memahami tentang anatomi tubuh manusia, fisiologi laring, faring dan
esofagus serta GERD dan LPR.

Anda mungkin juga menyukai