Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Mengatur posisi pasien dan pilih vena dari arah
distal
2. Memasang perlak dan alasnya
3. Membebaskan daerah yang akan di injeksi
4. Meletakkan tourniquet 5 cm proksimal yang akan
ditusuk
5. Memakai hand schoon
6. Membersihkan kulit dengan kapas alcohol
(melingkar dari arah dalam ke luar) biarkan kering
7. Mempertahankan vena pada posisi stabil
8. Memegang spuit dengan sudut 300,
9. Menusuk vena dengan kemiringan 300, dan lubang
jarum menghadap keatas
10. Melakukan aspirasi dan pastikan darah masuk spuit,
ambil darah sesuai kebutuhan
11. Membuka tourniquet
12. Memasukkan darah secara perlahan
13. Mencabut spuit sambil menekan daerah tusukan
dengan kapas
14. Menutup daerah tusukan dengan plester luka
15. Memasukkan darah kedalam botol specimen
16. Merapikan pasien
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses
mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah,
yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau
nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy
sering dikaitkan dengan venipuncture.
umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena
ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar.
Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan
berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya
berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat
dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat
hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.
Tujuan
1.
Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk dilakukan
pemeriksaan.
2.
Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi, needle stick injury) akibat vena
punctie bagi petugas maupun penderita.
3.
Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan darah (phlebotomy)
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
Daerah edema
Hematoma
Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah
menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual
dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan
menggunakan tabung vakum (vacutainer).
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
Penusukan
o penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan
sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang
berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
o tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah
bocor dengan akibat hematoma
Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat
kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika
dilakukan penusukan.
Persiapkan alat-alat yang diperlukan : handskun, syring, perlak, kapas alkohol 70%, tali
pembendung (turniket), plester, tabung dan pendokumentasian. Untuk pemilihan syring,
pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran
jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat.
Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman
mungkin ( Fase Orientasi).
Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum
obat tertentu, tidak puasa dsb.
Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki
dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku,
atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan
kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah
masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan flash).
Usahakan sekali tusuk kena.
Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan
tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang
diperlukan untuk pemeriksaan.
Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas
beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum
turniket dibuka.
dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena
dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan
dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir
berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong
tabung menancap pada jarum posterior.
Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak perlu membagi-bagi sampel
darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa
tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan
kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam
tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan
sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari.
Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena tidak bisa
diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa
digunakan jarum bersayap (winged needle).
Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum kupu-kupu
hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah,
antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior
dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai
vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash).
Prosedur :
Persiapkan alat-alat yang diperlukan : handskun, jarum, kapas alkohol 70%, tali
pembendung (turniket), plester, tabung vakum, pendokumentasian.
Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman
mungkin.
Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum
obat tertentu, tidak puasa dsb.
Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki
dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku,
atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan
kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung ke
dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka
darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir.
Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan
tabung kedua, begitu seterusnya.
Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang
diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas
beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum
turniket dibuka.
Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi
beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)
Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang
fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di
bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi
Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST)
dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian
atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan
kimia darah.
Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan
untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)
Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)
Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya
digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya
digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat,
digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED
(ESR).
Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan
bDNA.
Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi media biakan,
digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur
Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan cara melepas
jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding tabung. Memasukkan darah
dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa melepas jarum, berpotensi menyebabkan
hemolisis. Memasukkan darah ke dalam tabung vakum dengan cara menusukkan jarum
pada tutup tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika volume telah
terpenuhi.
Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah : pertama - botol
biakan (culture) darah atau tabung tutup kuning-hitam kedua - tes koagulasi (tabung tutup
biru), ketiga - tabung non additive (tutup merah), keempat - tabung tutup merah atau
kuning dengan gel separator atau clot activator, tabung tutup ungu/lavendet (EDTA),
tabung tutup hijau (heparin), tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat)
Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak kaki
atau ibu jari kaki.
Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan sampel dengan volume
kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb, hematokrit (mikrohematokrit) atau
analisa
gas
darah
(capillary
method).
Prosedur
Siapkan peralatan sampling : handskun, lancet steril, kapas alcohol 70%, sediakan strip
(glukosa, Hb dll) untuk bahan uji coba dan pendokumentasian.
Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.
Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri
berkurang.
Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus diperasperas keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah oleh alkohol. Hal ini
bukan saja karena darah akan diencerkan oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di atas
kulit sehingga susah ditampung dalam wadah.
Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas kering, tetes
berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras untuk
mencegah terbentuknya jendalan.
PENYIMPANAN SPESIMEN
Tujuan :
Untuk persiapan apabila sewaktu-waktu dibutuhkan untuk pemeriksaaan lebih lanjut.
Kebijakan :
Penyimpanan specimen untuk tes yang ditunda harus sesuai standar prosedur operasional yang
berlaku (sesuai dengan tentang Kebijakan Instalasi Laboratorium.)
PROSEDUR :
Lakukan penyimpanan specimen sebagai berikut :
A. Untuk sampel kimia rutin, Imunologi serologi, sampel yang dirujuk :
1. Pisahkan sampel darah dengan serum .
2. Masukkan serum ke dalam sumple cup.
3. Tempelkan label identitas pasien.
4. Simpanlah/awetkan sampel pada suhu 2?C 8?C selama 3 hari.
terjadi kekeliruan jenis spesimen, dan mencegah tertukarnya spesimen-spesimen pasien satu
sama lainnya.
II.1.2 Tujuan
Untuk menjamin bahwa spesimen-spesimen yang diterima benar dan dari pasien yang
benar pula.
Menyediakan Prosedur Operasi Baku (SOP), antara lain : SOP penanganan spesimen dan
sampel.
6.
h. Demam akan menyebabkan kenaikan dan penurunan beberapa parameter pemeriksaan, waktu
demam yang tepat akan dapat membantu menegakkan diagnosis.
i.
j.
Variasi Circadian Rythme merupakan perubahan dari waktu ke waktu pada tubuh yang
dipengaruhi waktu, siklus dan umur.
k. Umur, ras, dan jenis kelamin paling berpengaruh terhadap hasil pengukuran dan nilai rujukan
l.
Kehamilan pada wanita perlu dipertimbangkan lama kehamilan yang berpengaruh pada
pengenceran.
Terbuat dari gelas atau plastik. Untuk spesimen darah harus terbuat dari gelas.
Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai karena pengaruh sinar
matahari, maka digunakan botol coklat.
Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman wadah harus steril.
c.
Pengawet : Diberikan agar sampel yang akan diperiksa dapat dipertahankan kondisi dan
jumlahnya dalam waktu tertentu. Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah.
d.
Waktu : Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari, terutama untuk
pemeriksaan Kimia klinik, Hematologi dan Imunologi karena umumnya nilai normal ditetapkan
pada keadaan basal.
e. Lokasi : Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu lokasi pengambilan
yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Spesimen untuk pemeriksaan
menggunakan darah vena umumnya diambil dari vena cubiti daerah siku. Spesimen darah
arteri umumnya diambil dari arteri radialis di pergelangan tangan atau arteri femoralis di daerah
lipat paha. Spesimen darah kapiler diambil dari ujung jari tengah tangan atau jari manis tangan
bagian tepi atau pada derah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki atau cuping telingan pada bayi.
Tempat yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti cyanosis
atau pucat, bekas luka dan radang
f.
g.
Teknik Pengambilan : Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar,
agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya.
Tanggal permintaan
Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk rekam medik.
Nomor laboratorium
Diagnosis.keterangan klinik.
Jenis spesimen
Volume spesimen
Petugas laboratorium wajib menolak dan mengembalikan spesimen yang tidak memenuhi
syarat pemeriksaan.
5.
Spesimen yang ditolak diberitahukan lewat via aiphone ruangan atau yang mengantar
spesimen.
6. Spesimen untuk pemeriksaan Patologi Aanatomi yang diantar ke laboratorium berupa jaringan
biopsi dan operasi yang telah lebih 1 hari, tidak menggunakan pengawet, ditempatkan suhu
ruang ditolak untuk pemeriksaan rujukan.
7. Kriteria penilaian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No
Pemeriksaan
Jenis Sampel
Mutlak Ditolak
Keterangan
Minimal
volume
Beku
Lisis
Keruh
3 ml
Hematologi rutin
Darah EDTA
Protein total
Serum
0,2 ml
Albumin/glob
Serum
0,2 ml
Bilirubin Total
Serum
0,5 ml
Bilirubin Direk
Serum
0,5 ml
Bilirubin Indirek
Serum
0,5 ml
AST (GOT)
Serum
0,5 ml
ALT (GPT)
Serum
0,5 ml
Ureum
Serum
0,2 ml
10
Creatinine
Serum
0,5 ml
11
Asam Urat
Serum
0,2 ml
12
Glukosa
Serum/plasma
0,2 ml
13
Cholesterol
Serum
0,2 ml
14
Trigliserida
Serum
0,2 ml
15
HDL
Serum
0,5 ml
16
LDL
Serum
0,5 ml
17
Natrium
Serum
0,5 ml
18
Kalium
Serum
0,5 ml
19
Calcium
Serum
0,5 ml
20
Chlorida
Serum
0,5 ml
21
Magnesium
Serum
0,5 ml
22
Alk. Phospatase
Serum
0,5 ml
23
HBsAg Stick
Serum/plasma
0,5 ml
24
Serum/plasma
0,5 ml
25
HBsAg Titer
Serum
0,5 ml
Dirujuk
26
AntiHBs Titer
Serum
0,5 ml
Dirujuk
27
Serum
0,5 ml
Dirujuk
28
Anti Hbe
Serum
0,5 ml
Dirujuk
29
Hbe Ag
Serum
0,5 ml
Dirujuk
30
Serum
0,5 ml
Dirujuk
31
Anti HAV
Serum
0,5 ml
Dirujuk
32
Anti HCV
Serum
0,5 ml
Dirujuk
33
HCV
Serum
0,5 ml
Dirujuk
34
FT3
Serum
0,5 ml
Dirujuk
35
FT4
Serum
0,5 ml
Dirujuk
36
TSHs
Serum
0,5 ml
Dirujuk
37
T3
Serum
0,5 ml
Dirujuk
38
T4
Serum
0,5 ml
Dirujuk
39
CEA
Serum
0,5 ml
Dirujuk
40
AFP
Serum
0,5 ml
Dirujuk
41
C-Peptida
Serum
0,5 ml
Dirujuk
42
Besi
Serum
0,5 ml
Dirujuk
43
TIBC
Serum
0,5 ml
Dirujuk
44
HbA1c
Serum
0,5 ml
Dirujuk
45
CRP
Serum
0,5 ml
Dirujuk
46
RAF
Serum
0,5 ml
Dirujuk
47
ASTO
Serum
0,5 ml
Dirujuk
48
VDRL
Serum
0,5 ml
Dirujuk
49
TPHA
Serum
0,5 ml
Dirujuk
50
Ca 125
Serum
0,5 ml
Dirujuk
61
Ca 15.3
Serum
0,5 ml
Dirujuk
62
Ca 19.9
Serum
0,5 ml
Dirujuk
63
Ferritin
Serum
0,5 ml
Dirujuk
64
Anti H Pillory
Serum
0,5 ml
Dirujuk
65
Anti Toxoplasma
Serum
0,5 ml
Dirujuk
66
Progesteron
Serum
0,5 ml
Dirujuk
67
Testosteron
Serum
0,5 ml
Dirujuk
68
Anti Rubella
Serum
0,5 ml
Dirujuk
69
D-Dimer
Serum
0,5 ml
Dirujuk
70
CMV
Serum
0,5 ml
Dirujuk
71
LH
Serum
0,5 ml
Dirujuk
72
CKMB
Serum
0,5 ml
Dirujuk
73
Anti TB
Serum
0,2 ml
74
HIV Stick
Serum
0,2 ml
75
Darah Arteri
3 ml
Dirujuk
76
Troponin T
Serum
0,5 ml
Dirujuk
77
CK NAC
Serum
0,5 ml
Dirujuk
78
LDH
Serum
0,5 ml
Dirujuk
79
a-Amylase
Serum
0,5 ml
Dirujuk
80
APTT
Darah Citrat
0,5 ml
Dirujuk
81
Titer Fibrinogen
Darah Citrat
0,5 ml
Dirujuk
82
Protrombin Time
Darah Citrat
0,5 ml
Dirujuk
83
Trombin Time
Darah Citrat
0,5 ml
Dirujuk
84
Recalcifikasi Time
Darah Citrat
0,5 ml
Dirujuk
85
Urine Lengkap
Urine pagi
10 ml
86
Urine Esbach
Urine 24 jam
volume
87
PPT
Urine pagi
5 ml
88
BTA SPS
Sputum SPS
SPS
89
Sperma
Mani segar
90
LCS
Segar
3 ml
91
Transudat-eksudat
Segar
3 ml
92
Urine Narkoba
Segar di lab
5 ml
93
Creatinine klirens
Urine 24 jam
volume
94
Blood Smear
Darah EDTA
1 ml
95
Malaria
Darah Slide
1 ml
95
Filaria
1 ml
97
Reitz serum
Slide
98
Spesimen GO
Slide/sekret
99
Jamur Candida
Slide/sekret
10
0
Sediaan PA
+Formalin
Dirujuk
1.
2. Pasien datang ke balai Paru, rumah sakit, puskesmas atau poliklinik terdekat
10. Peralatan
1. Wadah specimen steril dengan penutup, bermulut lebar, bertutup ulir, terbuat dari
plastic, steril, tidak mudah pecah
2. Sarung tangan disposable (bila membantu klien),
3. Disinfektan dan alat pengusap, atau sabun cair dan air,
4. Handuk kertas,
5. Label yang berisi lengkap, meliputi :
Jenis sampel
1. Slip permintaan laboratorium yang terisi lengkap, meliputi :
Nomor urut
Alamat lengkap
Meliputi :
Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri saat batuk,
Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum cukup
analisis),
Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai.
o Bila dahak tidak dapat dikeluarkan dapat diambil secara Aspirasi transtracheal,
Bronchial lavage, Lung biopsy
2. Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan specimen.
Bantu klien mengambil posisi berdiri atau duduk (mis., posisi Fowler-tinggi atau- semi
atau pada tepi tempat tidur atau kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi dan ekspansi
paru yang maksimum.
Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau, untuk klien yang tidak
dapat melakukannya, pasang sarung tangan dan pegang bagian luar wadah tersebut untuk
klien.
Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan sekresi. Inhalasi yang
dalam memberikan udara yang cukup untuk mendorong sekresi keluar dari jalan udara ke
dalam faring.
Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan sputum ke dalamnya, pastikan
sputum tidak kontak dengan bagian luar wadah. Memasukan sputum ke dalam wadah
akan mencegah penyebaran mikroorganisme ke tempat lain.
Bantu klien untuk mengulang batuk sampai terkumpul jumlah sputum yang cukup.
Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah. Menutup wadah akan
mencegah penyebaran mikroorganisme secara tidak sengaja ke tempat lain.
Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar dengan disinfektan.
Beberapa institusi menganjurkan untuk membersihkan seluruh bagian luar wadah dengan
sabun cair dan air dan kemudian mengeringkannya dengan handuk kertas.
Patikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip permintaan laboratorium.
Tempelkan label dan lampirkan perimintaan laboratorium pada wadah spesimen.
Identifikasi dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen dapat membuat
kesalahan diagnosis atau terapi.
Atur agar specimen dikirim segera ke laboratorium atau di dinginkan. Kultur bakteri
harus segera dimulai sebelum organisme yang mengkontaminasi tumbuh dan berkembang
baik sehingga memberikan hasil positif palsu.
Baik spesimen yang dikirim dalam pot maupun wadah harus disertai dengan data/keterangan,
baik mengenai kriteria spesimen maupun pasien. Ada 2 data yang harus disertakan, yaitu:
Data 1: Pot/wadah dilabel dengan menempelkan label pada dinding luar pot. Proses direct
labelling yang berisi data: nama, umur, jenis kelamin, jenis spesimen, jenis tes yang diminta dan
tanggal pengambilan.
Data 2: Formulir/kertas/buku yang berisi data keterangan klinis: dokter yang mengirim, riwayat
anamnesis, riwayat pemberian antibiotik terakhir (minimal 3 hari harus dihentikan sebelum
pengambilan spesimen), waktu pengambilan spesimen, dan keterangan lebih lanjut mengenai
biodata pasien. Jadi, data mengenai spesimen harus jelas: label dan formulir. Spesimen tidak
akan diterima apabila:
Tidak dilengkapi dengan data yang sesuai.
Jumlah yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kurang.
Cara pengambilan tidak sesuai dengan prosedur yang ada
PEMERIKSAAN SPUTUM
Sputum
Sputum adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum
yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan
berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain : ludah biasa
akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan
cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan
menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum hal ini tidak
ditemukan . (Widman, 1994)
Sputum paling baik untuk pemeriksaan adalah sputum pagi hari, karena
sputum pagi paling banyak mengandung kuman. Sputum pagi di kumpulkan
sebelum menggosok gigi, tetapi sudah berkumur dengan air untuk membersihkan
sisa makanan dalam mulut yang tertinggal. (B. sandjaja, 1992).
Klasifikasi Sputum
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi
sumber, warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biasanya
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan
sputum itu sendiri.
klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :
Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan
berasal dari sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian
bawah.
sputum banyak sekali&purulen proses supuratif (eg. Abses paru)
Sputum yg terbentuk perlahan&terus meningkat taanda bronkhitis/
bronkhiektasis.
Sputum kekuning-kuningan proses infeksi.
Sputum hijau proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya
verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dlm sputum. Sputum hijau ini sering
ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam
bronkus yang melebar dan terinfeksi.
sputum merah muda&berbusa tanda edema paru akut.
Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih tanda bronkitis kronik.
Sputum berbau busuk tanda abses paru/ bronkhiektasis.
Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit paru.
Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan
meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung organisme penyebab.
Perhatikan dan catat volume, konsistensi, warna dan bau sputum. Pemeriksaan
sputum mencakup pemeriksaan :
1. Pewarnaan Gram,biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup informasi tentang
organism yang cukup untuk menegakkan diagnose presumtif.
2. Kultur Sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan diagnose
definitif. Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus dikumpulkan sebelum
dilakukan terapi antibiotic dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran terapi.
3. Basil Tahan Asam (BTA) menentukan adanya mikobacterium tuberculosis, yang
setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh
alcohol asam.
Pengumpulan Sputum
Sebaiknya klien diinformasikan tentang pemeriksaan ini sehingga akan
dapat dikumpulkan sputum yang benar-benar sesuai untuk pemeriksaan ini.
Instruksikan pasien untuk mengumpulkan hanya sputum yang berasal dari dalam
paru-paru. (Karena sering kali jika klien tidak di jelaskan demikian, klien akan
mengumpulkan saliva dan bukan sputum). Biasanya dibutuhkan sekitar 4 ml
1.
2.
3.
4.
1.Pengambilan Spesimen
Pengumpulan sputum yang terbaik adalah sputum pagi hari atau sputum
semalam dengan jumlah yang terkumpul sebanyak 3-5 ml setiap wadah
penampung sputum.
Cara pengambilan sputum :
Pasien berkumur dengan air garam dahulu, kemudian di beri wadah yang
bermulut lebar, mempunyai tutup berulir, suci hama, tidak mudah pecah, tidak
bocor, sekali pakai dibuang (disposible). Pasien dalam posisi berdiri, jika tidak
memungkinkan dapat dengan duduk agak membungkuk. Pagi hari setelah bangun
tidur biasanya rangsangan batuk sangat kuat, tetapi penderita di anjurkan untuk
menahanya dan menarik nafas dalam-dalam. Kemudian segera di suruh batuk
sekuat-kuatnya sehingga merasakan dahak yang dibatukkan keluar dari
tenggorokan. Sputum yang keluar di tampung dalam wadah yang di sediakan,
mulut wadah penampung dibersihkan dari tetesan dahak lalu di tutup. Wadah diberi
label yang yang berisi nama, alamat, tanggal pengambilan serta nama pengirim.
2. Pembuatan Sediaan
a. Pembuatan Preparat
Gelas kaca di beri nomor kode, nomor pasien, nama pasien, pada sisi kanan
kaca obyek baru. Pilih bagian sputum yang kental, warna kuning kehijauan, ada
pus atau darah, ada perkejuan. Ambil sedikit bagian tersebut dengan menggunakan
ose yang sebelumnya dibakar dulu sampai pijar, kemudian didinginkan. Ratakan
diatas kaca obyek dengan ukuran + 2-3 cm. Hapusan sputum yang dibuat jangan
terlalu tebal atau tipis. Keringkan dalam suhu kamar. Ose sebelum dibakar
dicelupkan dulu kedalam botol berisi campuran alkohol 70% dan pasir dengan
perbandingan 2 : 1 dengan tujuan untuk melepaskan partikel yang melekat pada
ose (untuk mencegah terjadinya percikan atau aerosol pada waktu ose dibakar yang
dapat menularkan kuman tuberkulosis).Rekatkan / fiksasi dengan cara melakukan
melewatkan preparat diatas lidah api dengan cepat sebanyak 3 kali selama 3-5
detik. Setelah itu sediaan langsung diwarnai dengan pewarna Ziehl Neelsen.
b. Pembuatan Ziehl Neelsen.
Pada dasarnya prinsip pewarnaan mycobacterium yang dinding selnya tahan
asam karena mempunyai lapisan lemah atau lilin sehingga sukar ditembus cat.
Oleh pengaruh phenol dan pemanasan maka lapisan lemak dapat ditembus cat
basic fuchsin. Pada pengecatan Ziehl Neelsen setelah BTA mengambil warna dari
basic fuchshin kemudian dicuci dengan air mengalir, lapisan lilin yang terbuka
pada waktu dipanasi akan merapat kembali karena terjadi pendinginan pada waktu
dicuci. Sewaktu dituangi dengan asam sulfat dan alkohol 70% atau HCI alkohol,
warna merah dari basic fuchsin pada BTA tidak akan dilepas/luntur.Bakteri yang
tidak tahan asam akan melepaskan warna merah, sehingga menjadi pucat atau tidak
bewarna. Akhirnya pada waktu dicat dengan Methylien Blue BTA tidak mengambil
warna biru dan tetap merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan
mengambil warna biru dari Methylien Blue.
c. Cara Pengecatan Basil Tahan Asam
Letakkan sediaan diatas rak pewarna, kemudian tuang larutan Carbol
Fuchsin sampai menutupi seluruh sediaan. Panasi sediaan secara hati-hati diatas
api selama 3 menit sampai keluar uap, tetapi jangan sampai mendidih. Biarkan
selama 5 menit (dengan memakai pinset). Cuci dengan air mengalir, tuang HCL
alkohol 3% (alcohol asam) sampai warna merah dari fuchsin hilang. Tunggu 2
menit. Cuci dengan air mengalir, tuangkan larutan Methylen Blue 0,1% tunggu 1020 detik. Cuci dengan air mengalir, keringkan di rak pengering.
d. Cara Melakukan Pemeriksaan
Setelah preparat terwarnai dan kering, dilap bagian bawahnya dengan kertas
tissue, kemudian sediaan ditetesi minyak imersi dengan 1 tetes diatas sediaan.
Sediaan dibaca mikroskop dengan perbesaran kuat. Pemeriksaan dimulai dari
ujung kiri dan digeser ke kanan kemudian digeser kembali ke kiri (pemeriksaan
system benteng). Diperiksa 100 lapang pandang (kurang lebih 10 menit).
Pembacaan dilakukan secara sistematika, dan setiap lapang pandang dilihat, kuman
BTA berwarna merah berbentuk batang lurus atau bengkok, terpisah, berpasangan
atau berkelompok dengan latar belakang biru.
3. Pelaporan Hasil
Pembacaan hasil pemeriksaan sediaan dahak dilakukan dengan
menggunakan skala International Union Against Tuberculosis (IUAT)
.Pemeriksaan sputum untuk Basil Tahan Asam biasanya dilakukan pemeriksaan
terhadap sputum sewaktu, sputum pagi dan sputum sewaktu (SPS). Hasil yang
positif ditandai dengan sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimen sputum sewaktu,
pagi, sewaktu adalah positif ditemukannya Basil Tahan Asam (BTA).Pemeriksaan
mikrokopis BTA ini digunakan untuk menbantu diagnosis penyakit tuberculosis.
APD DAN K3
kesadaran dan tanggung jawab, bahwa kecelakaan dapat berakibat pada diri sendiri dan orang
lain serta lingkungannya.
Tanggung jawab moral dalam keselamatan kerja memegang peranan penting dalam
pencegahan kecelakaan disamping dislipin setiap individu terhadap perautran juga memberikan
andil besar dalam keselamatan kerja.
2. Penanganan Spesimen
Dalam penanganan spesimen perlu diperhatikan cara pemeliharaan/mempertahankan
kualitas kerja (perfomance) pada setiap taraf/langkah dalam keseluruhan rantai prosesnya.
Pengambilan/pengumpulan spesimen, transportasi dan proses merupakan mata rantai yang
penting, tetapi justru sebagian besar menganggap tidak perlu diawasi secara khusus.
Masing-masing laboratorium mempunyai cara kerja yang bervariasi, oleh karena itu
perlu adanya kewaspadaan terhadap spesimen-spesimen kiriman /rujukan. Paling tepat adalah
bila laboratorium rujukan memberi petunjuk kepada laboratorium perujuk (yang merujuk)
mengenai cara persiapan, pengambilan, penanganan dan pengiriman spesimen, jenis spesimen
dan diagnosa penderita bila perlu, agar tidak terjadi kesalahan apabila hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengasn klinis.
Idealnya petunjuk ini disusun secara sistematis per jenis pemeriksaan/parameter yang
mudah dimengerti oleh petugas di semua laboratorium perujuk. Selain petunjuk berdasarkan
parameter, perlu juga ditambahkan petunjuk umum tentang sampling berdasarkan jenis
spesimennya tentang bagaimana cara memperoleh dan menanganinya, bila perlu diberi label
terhadap diagnosa penyakit yang berbahaya seperti berlabel bulatan merah biala terinfeksi
HIV/AIDS.
3. Risiko Pemakaian Alat Pelindung Diri Bagi Petugas Laboratorium Kesehatan.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya
kecelakaan menyebabkan kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai pada
yang paling berat.
Untuk menghindari risiko dari kecelakaan dan terinfeksinya petugas laboratorium
khususnya pada laboratorium kesehatan sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan seperti
pemakaian alat pelindung diri, apabila petugas laboratorium tidak menggunakan alat pengaman,
akan semakin besar kemungkinan petugas laboratorium terinfeksi bahan berbahaya, khususnya
berbagai jenis virus.
4. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh
seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa
Inggris dikenal dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata
"personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu
memperoteksi si pemakainya. Sebagai contoh, proteksi telinga (hearing protection) yang
melindungi telinga pemakainya dari transmisi kebisingan, masker dengan filter yang menyerap
dan menyaring kontaminasi udara, dan jas laboratorium yang memberikan perlindungan
pemakainya dari kontaminisasi bahan kimia.
APD dapat berkisar dari yang sederhana hingga relatif lengkap, seperti baju yang
menutup seluruh tubuh pemakai yang dilengkapi dengan masker khusus dan alat bantu
pernafasan yang dikenakan dikala menangani tumpahan bahan kimia yang sangat berbahaya.
APD yang sering dipakai a.I., proteksi kepala (mis., helm), proteksi mata dan wajah (mis.,
pelindung muka, kacamata pelindung), respirator (mis., masker dengan filter), pakaian pelindung
(mis., baju atau jas yang tahan terhadap bahan kimia), dan proteksi kaki (mis., sepatu tahan
bahan kimia yang menutupi kaki hingga mata kaki).
Kacamata pelindung
Goggle
Pelindung wajah
Pelindung mata special (goggle yang menyatu dengan masker khusus untuk melindungi
mata dan wajah dari radiasi dan bahaya laser). Walaupun telah banyak model, jenis, dan
bahan dari perlindungan mata tersebar di pasaran hingga saat ini, Anda tetap harus
berhati-hati dalam memilihnya, karena bisa saja tidak cocok dan tidak cukup aman
melindungi mata dan wajah Anda dari kontaminasi bahan kimia yang berbahaya.
2. Perlindungan Badan
Baju yang dikenakan selama bekerja di laboratorium, yang dikenal dengan sebutan
jas laboratorium ini, merupakan suatu perlengkapan yang wajib dikenakan sebelum memasuki
laboratorium. Jas laboratorium yang kerap sekali dikenal oleh masyarakat pengguna bahan kimia
ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika Anda
menggunakan jas laboratorium, kancing jas laboratorium tidak boleh dikenakan dalam kondisi
tidak terpasang dan ukuran dari jas laboratorium pas dengan ukuran badan pemakainya.
Jas laboratorium merupakan pelindung badan Anda dari tumpahan bahan kimia dan
api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium Anda terkontaminasi oleh
tumpahan bahan kimia, lepaslah jas tersebut secepatnya.
Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan Jumpsuits.
Apron sering kali digunakan untuk memproteksi diri dari cairan yang bersifat korosif dan
mengiritasi. Perlengkapan yang berbentuk seperti celemek ini biasanya terbuat dari karet atau
plastik.Untuk apron yang terbuat dari plastik, perlu digarisbawahi, bahwa tidak dikenakan pada
area larutan yang mudah terbakar dan bahan-bahan kimia yang dapat terbakar yang dipicu oleh
elektrik statis, karena apron jenis ini dapat mengakumulasi loncatan listrik statis.
Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini direkomendasikan untuk
dipakai pada kondisi beresiko tinggi (mis., ketika menangani bahan kimia yang bersifat
karsinogenik dalam jumlah yang sangat banyak). Baju parasut ini terbuat dari material yang
dapat didaur ulang. Bahan dari peralatan perlindungan badan ini haruslah mampu memberi
perlindungan kepada pekerja laboratorium dari percikan bahan kimia, panas, dingin, uap lembab,
dan radiasi.
3. Pelindungan Tangan
Kontak pada kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat penting apabila Anda
terpapar bahan kimia yang korosif dan beracun. Sarung tangan menjadi solusi bagi Anda. Tidak
hanya melindungi tangan terhadap karakteristik bahaya bahan kimia tersebut, sarung tangan juga
dapat memberi perlindungan dari peralatan gelas yang pecan atau rusak, permukaan benda yang
kasar atau tajam, dan material yang panas atau dingin.
Bahan kimia dapat dengan cepat merusak sarung tangan yang Anda pakai jika tidak
dipilih bahannya dengan benar berdasarkan bahan kimia yang ditangani. Selain itu, kriteria yang
lain adalah berdasarkan pada ketebalan dan rata-rata daya tembus atau terobos bahan kimia ke
kulit tangan. Sarung tangan harus secara periodik diganti berdasarkan frekuensi pemakaian dan
permeabilitas bahan kimia yang ditangani. Jenis sarung tangan yang sering dipakai di
laboratorium, diantaranya, terbuat dari bahan karet, kulit dan pengisolasi (asbestos) untuk
temperatur tinggi.
Jenis karet yang digunakan pada sarung tangan, diantaranya adalah karet butil atau
alam, neoprene, nitril, dan PVC (Polivinil klorida). Semua jenis sarung tangan tersebut dipilih
berdasarkan bahan kimia yang akan ditangani. Sebagai contoh, sarung tangan yang terbuat dari
karet alam baik apabila Anda bekerja dengan Ammonium hidroxida, tetapi tidak baik bila bekerja
dengan Dietil eter.
4. Perlindungan Pernafasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia adalah
lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap dan gas yang dapat
membahayakan pernafasan. Laboratorium merupakan salah satu tempat kerja dengan bahan
kimia yang memberikan efek kontaminasi tersebut.
Oleh karena itu, para pekerjanya harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang
lebih dikenal dengan sebutan masker, yang sesuai. Pemilihan masker yang sesuai didasarkan
pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa jenis perlindungan pernafasan
dilengkapi dengan filter pernafasan yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk. Filter
masker tersebut memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat menyaring udara yang terkontaminasi
lagi, maka filter tersebut harus diganti.
Dari informasi mengenai beberapa APD diatas, maka setiap pengguna bahan kimia
haruslah mengerti pentingnya memakai APD yang sesuai sebelum bekerja dengan bahan kimia.
Selain itu, setiap APD yang dipakai harus sesuai dengan jenis bahan kimia yang ditangani.
Semua hal tersebut tentunya mempunyai dasar, yaitu kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium.
Ungkapan mengatakan bahwa "Lebih baik mencegah daripada mengobati". APD
merupakan solusi pencegahan yang paling mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya
akibat bahan kimia. Jadi, tunggu apa lagi. Gunakanlah APD sebelum bekerja dengan bahan
kimia.
PEMANTAPAN MUTU LAB
PEMANTAPAN MUTU
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah semua kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium. Kegiatan ini
terdiri atas empat komponen penting, yaitu : pemantapan mutu internal (PMI), pemantapan
mutu eksternal (PME), verifikasi, validasi, audit, dan pendidikan dan pelatihan.
1. Pemantapan Mutu Internal (PMI)
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus-menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan
yang tepat. Kegiatan ini mencakup tiga tahapan proses, yaitu pra-analitik, analitik dan paska
analitik.
Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal antara lain : persiapan penderita,
pengambilan dan penanganan spesimen, kalibrasi peralatan, uji kualitas air, uji kualitas reagen,
uji kualitas media, uji kualitas antigen-antisera, pemeliharaan strain kuman, uji ketelitian dan
ketepatan, pencatatan dan pelaporan hasil.
2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
PME adalah kegiatan pemantapan mutu yang diselenggaralan secara periodik oleh
pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan
suatu laboratorium di bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan PME dilaksanakan oleh
pihak pemerintah, swasta atau internasional dan diikuti oleh semua laboratorium, baik milik
pemerintah maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi laboratorium kesehatan serta
perizinan laboratorium kesehatan swasta.
PME harus dilaksanakan sebagaimana kegiatan pemeriksaan yang biasa dilakukan oleh
petugas yang biasa melakukan pemeriksaan dengan reagen/peralatan/metode yang biasa
digunakan sehingga benar-benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium tersebut yang
sebenarnya. Setiap nilai yang diperoleh dari penyelenggara harus dicatat dan dievaluasi untuk
klinik
adalah
sarana
kesehatan
yang
melaksanakan
pelayanan
pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, imunologi
klinik, atologi anatomi dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 364/MENKES/SK/III/2003).
Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi
terpenting dalam diagnostik invitro. Dengan pengukuran dan pemeriksaan laboratorium akan
didapatkan data ilmiah yang tajam untuk digunakan dalam menghadapi masalah yang
diidentifikasi melalui pemeriksaan klinis dan merupakan bagian esensial dari data pokok pasien.
Indikasi permintaan laboratorium merupakan pertimbangan terpenting dalam kedokteran
laboratorium. Informasi laboratorium dapat digunakan untuk diagnosis awal yang dibuat
berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Analisis laboratorium juga merupakan
bagian integral dari penapisan kesehatan dan tindakan preventif kedokteran.
Prof. dr. Hardjoeno, SpPK-K dalam bukunya : Interpretasi Hasil Tes Laboratorium
Diagnostik, Bagian dari Standar Pelayanan Medik, mengemukakan tujuan dilakukannya
pemeriksaan laboratorium adalah :
1.
Menyaring berbagai penyakit dan mengarahkan tes ke penyakit tertentu misalnya dengan
urinalisis ditemukan bilirubin dan urobilin positif yang berarti ikterus, maka tes selanjutnya
adalah untuk melihat gangguan faal hati.
14. Memprediksi atau menentukan ramalan (prognosis) penyakit, misalnya dislipidemia dengan
penyakit jantung, kanker dengan kematian.
15. Membantu menentukan pemulangan pasien rawat inap, misalnya bila hasil pemeriksaan
laboratorium kembali normal.
16. Membantu dalam bidang kedokteran kehakiman, misalnya tes untuk membuktikan perkosaan.
17. Mengetahui status kesehatan umum (general check up)
Oleh karena itu laboratorium klinik menempati kedudukan sentral dalam pelayanan
kesehatan. Karena kedudukan yang penting itulah maka tanggung jawab laboratorium klinik
bertambah besar, baik tanggung jawab professional (professional responsibility), tanggung
jawab teknis (technical responsibility) maupun tanggung jawab pengelolaan (management
responsibility).
Dinamika Globalisasi
Usaha pelayanan kesehatan saat ini baru dalam keadaan transformasi yang cepat untuk
memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat yang meningkat terus menerus. Selain
pentingnya peran dan kedudukan laboratorium klinik dalam upaya pelayanan kesehatan,
terdapat faktor lain yang mengharuskan setiap laboratorium berkomitmen terhadap penjaminan
mutu. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran
laboratorium serta pesatnya arus informasi, tingkat pendidikan masyarakat yang semakin maju,
dan adanya peraturan perundang-undangan dan hukum kesehatan telah mendorong tingginya
tuntutan akan mutu pelayanan laboratorium klinik.
Mutu Pemeriksaan Laboratorium Klinik
Hasil pemeriksaan laboratorium klinik yang terbaik adalah apabila tes tersebut teliti,
akurat, sensitif, spesifik, cepat, tidak mahal dan dapat membedakan orang normal dari
abnormal.
Teliti atau presisi adalah kemampuan untuk mendapatkan nilai yang hampir sama pada
pemeriksaan yang berulang-ulang dengan metode yang sama. Namun teliti belum tentu akurat.
Tepat atau akurat adalah kemampuan untuk mendapatkan nilai yang sama atau
mendekati nilai biologis yang sebenarnya (true value), tetapi untuk dapat mencapainya mungkin
membutuhkan waktu lama dan biaya yang mahal.
Sensitif adalah kemampuan menentukan substansi pada kadar terkecil yang diperiksa.
Secara teoritis tes dengan sensitifitas tinggi sangat dipilih namun karena nilai normalnya sangat
rendah misalnya enzim dan hormon, atau tinggi misalnya darah samar, dalam klinik lebih dipilih
tes yang dapat menentukan nilai abnormal.
Contoh :
Guaiac tes untuk menentukan darah samar dalam feses lebih dipilih daripada benzidin atau
orthotoluidin tes yang lebih sensitive. Dalam keadaan normal kedua tes terakhir dapat positif
karena + 3cc darah samar terdapat dalam faeses, sedangkan tes pertama positif dalam
keadaan abnormal saja.
Tes KED dan CRP sensitive untuk perubahan abnormal tetapi tidak spesifik untuk penyakit
tertentu.
Spesifik adalah kemampuan mendeteksi substansi pada penyakit yang diperiksa dan
tidak dipengaruhi oleh substansi yang lain dalam sampel tersebut, misalnya TPHA (Treponema
Palidum Haemaglutination Test). Secara teoritis spesifisitas sebaiknya 100% hingga tidak ada
positif palsu (false positive).
Contoh :
Pewarnaan Ziehl Nelson sputum, biakan Lowenstein Jensen dan PCR untuk tbc paru
spesitifitasnya 100% tetapi sensitifitasnya misalnya berturut-turut adalah 70%, 100% dan 98%.
Tes yang baik adalah bila sensitivitas dan spesitifitasnya 100% atau mendekati 100%.
Cepat berarti tidak memerlukan waktu yang lama dan lekas diketahui oleh dokter yang
merawat.
Tidak mahal dan tidak sulit, artinya dapat dimanfaatkan oleh banyak laboratorium dan
penderita/orang yang memerlukan pemeriksaan laboratorium.
Pada umumnya untuk tes saring diperlukan tes yang sensitif, cepat dan tidak mahal,
sedangkan untuk diagnosis pasti diperlukan tes spesifik yang biasanya lebih mahal. Ketepatan
dalam pemanfaatan tes laboratorium untuk mendapatkan diagnosis akurat dan cepat serta
jaminan kualitas hasil pemeriksan laboratorium akan menghemat pembiayaan, baik untuk
diagnosis, terapi maupun lama rawat inap.
Nilai normal harus ditetapkan oleh masing-masing laboratorium dan dilaporkan
bersama-sama dengan hasil pemeriksan. Biasanya praktisi laboratorium melaporkan rentang
normal berdasarkan umur dan jenis kelamin, dan dokter menginterpretasi hasil tersebut lebih
jauh dengan melihat faktor spesifik lain (mis. diet, aktivitas fisik, kehamilan, dan pengobatan)
Hasil pemeriksan laboratorium dapat mengalami variasi dan bila variasi ini besar (lebih
dari 2 SD), maka dianggap menyimpang. Penyebab variasi hasil pemeriksaan laboratorium
secara garis besar dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Pengambilan spesimen, seperti : antikoagulan, variasi fisiologis pasien (puasa dan tidak puasa,
umur, jenis kelamin, latihan fisik, pengobatan, kehamilan, konsumsi tembakau, dsb), cara
pengambilan, kontaminasi, dsb.
2. Perubahan spesimen, seperti : suhu, pH, lisis, bekuan darah lama tidak dipisahkan dari serum,
dsb. Perubahan bisa terjadi di dalam laboratorium atau selama pengiriman ke laboratorium.
3. Personel. Faktor personel yang dapat menimbulkan variasi yang besar pada hasil laboratorium
misalnya :
o Kesalahan administrasi, tertukar dengan pasien lain, kesalahan menyalin pada formulir hasil
o Kesalahan pembacan, kesalahan penghitungan
o Kesalahan teknis dalam prosedur pemeriksaan
Reagensia yang tidak baik, tidak murni, rusak atau kadaluwarsa. Bahan standard kurang baik
atau tidak ada.
5.
Kesalahan sistematis (systematic error), yaitu berkaitan dengan metode pemeriksan (alat,
reagensia, dsb)
6. Kesalahan acak (random error). Variasi hasil yang tidak dapat dihindarkan apabila dilakukan
pemeriksaan berturut-turut pada sampel yang sama walaupun prosedur pemeriksaan dilakukan
dengan cermat.
Manajemen Mutu
Laboratorium klinik bagaikan sebuah industri, dimana sampel yang diterima merupakan
bahan bakunya, sedangkan hasil pemeriksaan yang dikeluarkan merupakan produk yang
dihasilkan. Hasil pemeriksaan yang dikeluarkan harus dapat dijamin mutunya. Untuk
meningkatkan dan mempertahankan mutu pemeriksaan, maka perlu penataan faktor-faktor
sebagai berikut :
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
o SDM yang kompeten, handal, profesional
o Penerapan Continuing Education, Profesional Development Program untuk meningkatkan mutu
Program kontrol dalam laboratorium (intralab) atau Pemantapan Mutu Internal (PMI) ialah
program pemantapan mutu, pengecekan dengan nilai baku, penggunaan metode, alat, reagen
dan prosedur yang benar untuk melihat ketelitian, keakuratan, sensitifitas dan spesitifitas
pemeriksaan hingga menghasilkan hasil yang secara klinis dapat dipercaya.
Program kontrol kualitas ekstralab atau Pemantapan Mutu Eksternal (PME) ialah program
pemantapan mutu yang dikoordinasikan oleh Depkes atau perkumpulan profesi misalnya PDSPATKLIN sehingga hasil-hasil laboratorium tersebut dapat dipercaya kebenarannya.
Hasil yang baik juga menunjukkan mutu laboratorium tersebut baik, termasuk semua yang
berkaitan dengan tes yaitu dokter, teknisi, metode, reagensia, peralatan dan sarana lainnya. Di
pihak lain, mutu laboratorium klinik yang baik menunjukkan kepercayaan dokter terhadap hasil
tes laboratorium tersebut.
o
Penerapan manajemen mutu pelayanan laboratorium, seperti akreditasi, ISO 9001 (Quality
Management System), ISO 15189 yang merupakan perpaduan ISO 9001 dengan ISO/IEC
17025 (International Electrotechnical Commission)
Membuat pedoman, petunjuk dan prosedur tetap yang merupakan acuan setiap pemeriksaan
laboratorium. Standar acuan ini digunakan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya
variasi yang akan mempengaruhi mutu pemeriksaan.
3. Quality Control (QC)
Pengawasan sistematis periodik terhadap : alat, metode, dan reagen. QC lebih berfungsi untuk
identifikasi ketika sebuah kesalahan terjadi
4. Quality Assurance (QA)
Mengukur kinerja pada tiap tahap siklus tes laboratorium: pra analitik, analitik dan pasca
analitik. Jadi, QA merupakan pengamatan keseluruhan input-proses-output/outcome, dan
menjamin pelayanan dalam kualitas tinggi dan memenuhi kepuasan pelanggan. Tujuan QA
adalah untuk mengembangkan produksi hasil yang dapat diterima secara konsisten, jadi lebih
berfungsi untuk mencegah kesalahan terjadi (antisipasi error).
Indikator kinerja QA adalah :
o Manajemen sampel : phlebotomy, preparasi spesimen
Manajemen proses : turn around time (waktu tunggu), STAT atau cyto, pelaporan hasil,
pemeliharaan alat
pengobatan dan prognosis penyakit. Oleh karena itu setiap laboratorium harus dapat
memberikan data hasil tes yang teliti, cepat dan tepat.
Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting, yaitu
tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering sering diawasi dalam
pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung kepada
urusan administrasi, sedangkan proses pra analitik kurang mendapat perhatian.
Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total
kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%.
Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-analitik ekstra laboratorium dan
pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan
spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan
spesimen.
PERSIAPAN PASIEN
Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium
bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus
dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan
atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai
dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien
akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil
laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan penilaian hasil
laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang
merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.
Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-analitik yang
dapat mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang hampir tidak dapat
diidentifikasi oleh staf laboratorium. Ini terutama mencakup variabel fisik pasien, seperti latihan
fisik, puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol,
rokok, kopi, obat adiktif), usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi, pasca donasi,
pasca operasi, ketinggian. Karena variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap
beberapa variabel biokimia dan hematologi, maka gaya hidup individu dan ritme biologis pasien
harus selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.
Volume mencukupi
Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk,
steril (untuk kultur kuman)
diagnosis atau keterangan klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai
dengan pasien yang akan diambil spesimen.
Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan
juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Catat apabila
pasien telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi,
dsb. Catatan ini nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium.
1. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
bersih, kering
tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume
spesimen
2. Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah.
Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang
diminta. Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat.
Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic, atau vena
basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas luka,
hematoma, oedema, canula, fistula
Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri brachialis
(lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).
Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian tepi
atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk
pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis
atau pucat.
Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang
mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.
4. Waktu Pengambilan
Penentuan waktu pengambilan spesimen penting untuk diperhatikan.
Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah buang air yang terakhir
Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari setelah bangun tidur
Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada pagi hari dan setelah puasa
10-12 jam
PENGAMBILAN SPESIMEN
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :
1. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar sesuai
dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.
2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.
o Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang menempel
tumpah.
o Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal seperti berikut :
Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.
Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar tidak terjadi hemolisis.
Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan sampel ke dalam media
Untuk mendapatkan specimen clean catch diperlukan cara pembersihan lebih sempurna :
Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian membilasnya sampai bersih.
Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia minora, lalu harus merenggangkannya
apapun, dapat ditutup rapat, dapat dibuka dengan mudah dan bermulut lebar.
o Menampung spesimen dahakPenting untuk mendapatkan sekret bronkial dan bukan ludah atau
sekret hidung.
Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka,
mudah ditutup, dan bermulut lebar. Untuk pewarnaan BTA, jangan gunakan wadah yang
mengandung bercak lilin atau minyak, sebab zat ini dapat dilihat sebagai bintik-bintik tahan
asam dan dapat menyulitkan penafsiran.
Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta berkumur dengan air, bila mungkin gosok
gigi terlebih dulu. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas dulu.
Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau duduk tegak
Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 3 kali kemudian keluarkan nafas bersamaan
dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai dahak keluar.
Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah dengan cara mendekatkan wadah
ke mulut.
Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan akan tampak kental purulen
laboratorium.
Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah :
1. Pemasangan turniquet terlalu lama dapat menyebabkan :
o Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat, dan Mg2+ meningkat
o pH menurun, hemokonsentrasi
o PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin jaringan ke dalam sirkulasi
darah
2.
3. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan :
o trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memanjang
o kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat
jenis infus
5.
6. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat, aminotransferase, LDH, fosfatase
asam total
IDENTIFIKASI SPESIMEN
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan
karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya
harus cocok sama. Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau
nomor rekam medis serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat
merugikan.
Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada
label dan formulir permintaan laboratorium.
Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi
sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti :
o Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka lekosit, angka trombosit.
o Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik
o PPT / APTT memanjang.
o Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT.
o Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat.
o Perkembangbiakan bakteri
o Penundaan pengiriman sampel urine :
Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel eritrosit, lekosit, sel epitel
Kadar
glukosa
mungkin
menurun
dan
kalau
semula
ada,
zat-zat
keton
dapat
menghilang.Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu yang lama spesimen harus
disimpan dalam refrigerator/almari es pada suhu 2 8 oC paling lama 8 jam.
5. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas
khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah
dibawa.
PENANGANAN SPESIMEN
Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli label
Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke
laboratorium lain
Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut
sempurna. Hindari terjadinya busa.
Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8C, suhu kamar, suhu -20C, -70C
atau -120C jangan sampai terjadi beku ulang.
Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma
atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.
mengenai pengumpulan spesimen untuk penggunaan oleh bagian lain. Pedoman tersebut
harus ditinjau ulang oleh supervisor laboratorium. Laboratorium juga perlu menetapkan
prosedur untuk penanganan spesimen dan prosedur untuk manajemen spesimen (penerimaan
atau penolakan spesimen).
dalamnya adalah pelayanan laboratorium klinik) untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit.
Berkaitan
dengan
pengukuran
mutu
pelayanan
kesehatan
tersebut,
menurut
Donabedian ada 3 variabel yang dapat digunakan untuk mengukur mutu, yaitu :
1.
Input (struktur), ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti SDM, dana, obat, fasilitas, peralatan , bahan, teknologi, organisasi, informasi
dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu
pula. Hubungan input dengan mutu adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan
pelayanan kesehatan.
2.
Proses, ialah interaksi professional antara pemberi layanan dengan konsumen (pasien /
masyarakat ). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang penting.
3.
Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada
konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, laboratorium klinik yang terdapat dalam seluruh
Rumah Sakit perlu dikelola dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang tepat. Salah
satu pendekatan mutu yang digunakan adalah Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Magement, TQM).
Menurut Sulistiyani & Rosidah (2003) konsep TQM pada mulanya dipelopori oleh W.
Edward Deming, seorang doktor di bidang statistik yang diilhami oleh manajemen Jepang yang
selalu konsisten terhadap kualitas terhadap produk-produk dan layananannya. TQM adalah
suatu pendekatan yang seharusnya dilakukan oleh organisasi masa kini untuk memperbaiki
otputnya, menekan biaya produksi serta meningkatkan produksi. Total mempunyai konotasi
seluruh sistem, yaitu seluruh proses, seluruh pegawai, termasuk pemakai produk dan jasa juga
Pendekatan pemecahan masalah ini dapat dilakukan melalui kegiatan Gugus Kendali
Mutu (GKM) atau dengan program Problem Solving for a Better Hospital (PSBH) yang tengah
digalakkan oleh Manajemen Rumah Sakit. Pendekatan kegiatan PSBH mirip dengan GKM.