Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PRE EKLAMPSIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Departemen Maternitas di Puskesmas Tumpang

Oleh :
Siti Roslinda Rohman
Amin Ayu Badriyah
Nadifatus Susana
Isroah
Istiqomah

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN


1. Topik

: Pre Eklampsia

2. Sasaran

: Ibu hamil

3. Waktu dan Tempat

Tempat

: Poli Hamil Puskesmas Tumpang

Waktu

4. Alokasi Waktu

: 15 menit

5. Pemberi Materi

: Mahasiswa

6. Metode

: Diskusi

7. Media

: Leaflet

8. Latar Belakang
Pre eklampsia dalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung
disebabkan oleh kehamilan. Pre eklampsia merupakan penyebab kematian ibu yang
terbesar selain sepsis, perdarahan dan infeksi. Penyakit ini diklasifikasikan sebagai
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan. Keadaan ini ditandai oleh hipertensi, edema,
dan proteinuria.
Pre eklampsia dapat menyebabkan resiko persalinan premature, persalinan
buatan, dan mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan bayi dengan
berat badan lahir rendah. Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal
akibat pre eklampsia adalah dengan menurunkan angka kejadian pre eklampsia. Angka
kejadian dapat diturunkan melalui upaya pencegahan, pengamatan dini dan terapi.
Upaya pencegahan kematian perinatal ini dapat diturunkan bila dapat diidentifikasi faktor
faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya pre eklampsia.
Tingginya kejadian pre eklampsia di Negara Negara berkembang dihubungkan
dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki
kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam
menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap berbagai informasi atau
masalah kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun lingkungan sekitarnya.
Di Indonesia, pre eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama
kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu, diagnose dini pre
eklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia serta penanganannya, perlu
segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Perlu ditekankan bahwa sindroma pre eklampsia ringan dengan hipertensi, edema
dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh ibu hamil yang
bersangkutan. Tanpa disadari, dalam waktu singkat akan timbul pre eklampsia berat,

bahkan eklampsia. Dengan pengetahuan ini, menjadi jelas bahwa pemeriksaan


antenatal yang teratur dan secara rutin untuk mengetahui tanda tanda pre eklampsia,
sangat penting dalam usaha pencegahan pre eklampsia, disamping pengendalian
terhadap faktor faktor predisposisi yang lain
9. Tujuan instruksional
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit, ibu peserta posyandu dapat memahami
dan melaksanakan teknik menyusui dengan baik dan benar
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, ibu hamil dapat:
1. Menjelaskan pengertian pre eklampsia
2. Menjelaskan faktor resiko pre eklampsia
3. Menjelaskan tanda dan gejala pre eklampsia
4. Menjelaskan komplikasi dari pre eklampsia
5. Menjelaskan pencegahan pada pre eklampsia
10. Sub Pokok Bahasan
1.
2.
3.
4.
5.

pengertian pre eklampsia


faktor resiko pre eklampsia
tanda dan gejala pre eklampsia
komplikasi dari pre eklampsia
pencegahan pada pre eklampsia

11. Kegiatan Penyuluhan


Tahap
Pendahuluan

Waktu
Kegiatan Perawat
3 menit 1. Memberi salam
2. Memperkenalkan

Kegiatan Klien
1. Menjawab
diri

dan

menjelaskan kontrak waktu


3. Menjelaskan tujuan penyuluhan
dan pokok materi yang akan
disampaikan
4. Menggali pengetahuan audiens
Penyajian

salam

memperhatikan
3. Menjawab
pertanyaan

menit

1.

dan

pengertian pre eklampsia


2.

memperhatikan

komplikasi dari pre eklampsia

jawab

dan

tentang pre eklampsia


Menjelaskan materi:

tanda dan gejala pre eklampsia


4.

Media
-

2. Mendengarkan

12

faktor resiko pre eklampsia


3.

Metode
Tanya

1. Mendengarkan

2. Mengajukan
pertanyaan

Diskusi

Leaflet

5.
pencegahan pada pre eklampsia
Penutup

2 menit 1. Penegasan materi


2. Meminta

1. Menjawab

peserta

menjelaskan

kembali

untuk
materi

yang telah disampaikan dengan

pertanyaan
yang

Diskusi

tanya

diberikan jawab

oleh penyuluh

singkat menggunakan bahasa 2. Membalas


peserta sendiri

salam

3. Memberikan

pertanyaan

kepada peserta tentang materi


yang telah disampaikan
4. Menutup

acara

dan

mengucapkan salam
12. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
o Jumlah peserta yang diberikan penyuluhan minimal 3 orang
o Penyuluhan menggunakan pamflet yang telah disiapkan
o Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Poli Hamil Puskesmas Tumpang
o Pengorganisasian dan persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari
sebelumnya
b. Evaluasi proses
o Penyaji mampu menguasai materi penyuluhan yang diberikan
o Peserta mendengarkan penjelasan dengan baik dan berkonsentrasi terhadap
materi yang disampaikan oleh pemberi penyuluhan
c. Evaluasi hasil
o Post penyuluhan
Peserta mampu menjawab pertanyaan dari penyaji
13. Materi
(terlampir)

PRE EKLAMPSIA
A. Pengertian
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul
setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Rustam Muctar, 1998).

Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat
bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif;
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
B. Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko ibu terjadinya preeklamsi:
1. Paritas
Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-3 merupakan
paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan risiko meningkat lagi pada
grandemultigravida (Bobak, 2005). Selain itu primitua, lama perkawinan 4 tahun juga
dapat berisiko tinggi timbul preeklamsi (Rochjati, 2003)
2. Usia
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35 tahun. Kematian maternal
pada wanita hamil dan bersalin pada usia dibawah 20 tahun dan setelah usia 35 tahun
meningkat, karena wanita yang memiliki usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
tahun di anggap lebih rentan terhadap terjadinya preeklamsi (Cunningham,

2006).

Selain itu ibu hamil yang berusia 35 tahun telah terjadi perubahan pada jaringan
alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko untuk terjadi
preeklamsi (Rochjati, 2003).
3. Riwayat hipertensi
Riwayat

hipertensi

adalah

ibu

yang

pernah

mengalami hipertensi sebelum

hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang mempunyai riwayat
hipertensi berisiko lebih besar mengalami preeklamsi, serta meningkatkan morbiditas
dan mortalitas

maternal

dan

neonatal

lebih

tinggi.

Diagnosa preeklamsi

ditegakkan berdasarkan peningkatan tekanan darah yang disertai dengan proteinuria


atau edema anasarka (Cunningham, 2006)
4. Sosial ekonomi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial ekonominya lebih maju
jarang terjangkit penyakit preeklamsi. Secara umum, preeklamsi/eklamsi dapat dicegah
dengan asuhan pranatal yang baik. Namun pada kalangan ekonomi yang masih rendah
dan pengetahuan yang kurang seperti di negara berkembang seperti Indonesia insiden
preeklamsi/eklamsi masih sering terjadi (Cunningham, 2006)
5. Hiperplasentosis /kelainan trofoblast

Hiperplasentosis/kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor predisposisi terjadinya


preeklamsi, karena trofoblas yang berlebihan dapat menurunkan perfusi uteroplasenta
yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat mengakibatkan terjadinya
vasospasme, dan vasospasme adalah dasar
Hiperplasentosis tersebut

misalnya:

patofisiologi

kehamilan multiple,

preeklamsi/eklamsi.

diabetes melitus,

bayi

besar, 70% terjadi pada kasus molahidatidosa (Prawirohardjo, 2008; Cunningham,


2006)
6. Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika
dibandingkan dengan genotip janin. Telah terbukti pada ibu yang mengalami
preeklamsi 26% anak perempuannya akan mengalami preeklamsi pula, sedangkan
8% anak menantunya mengalami preeklamsi. Karena biasanya kelainan genetik juga
dapat mempengaruhi penurunan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi
aktivasi endotel yang dapat menyebabkan terjadinya vasospasme yang merupakan
dasar patofisiologi terjadinya preeklamsi/eklamsi (Wiknjosastro, 2008; Cunningham,
2008).
7. Obesitas
Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh. Obesitas
merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori, biasanya disertai kelebihan lemak dan
protein hewani, kelebihan gula dan garam yang kelak bisa merupakan faktor risiko
terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan
gangguan kesehatan lain.Hubungan antara berat badan ibu dengan risiko preeklamsia
bersifat progresif, meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan indeks massa tubuh
kurang dari 19,8 kg/m terjadi peningkatan menjadi 13,3 % untuk mereka yang
indeksnya 35 kg/m (Cunningham, 2006; Mansjoer, 2008)
D. Tanda dan Gejala
Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dari tiga gejala, yaitu :
- Edema
- Hipertensi
- Proteinuria
Berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali.
Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan
muka. Tekanan darah 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau
tekanan diastolik > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit.
Tekanan diastolik pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai

bakat preeklamsia. Proteiuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24
jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2; atau kadar protein 1 g/l dalam
urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan
jarak waktu 6 jam.
Disebut preeklamsia berat bila ditemukan gejala :
- Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau diastolik 110 mmHg
- Proteinuria + 5 g/24 jam atau 3 pada tes celup
- Oliguria (<400 ml dalam 24 jam)
- Sakit kepala hebat
- Nyeri epigastrum dan ikteru.
- Trombositopenia
- Pertumbuhan janin terhambat
- Mual muntah
- Pusing
- Penurunan visus (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3)
E. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita perlu lebih
waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi seperti
yang telah diuraikan di atas. Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah
sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan
secukupnya dan pelaksanaan pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan
tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti
berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih
banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan
penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini
preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat
antihipertensif, memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal
yang baik.
G. Komplikasi
1. Stroke
2. Hipoxia janin
3. Gagal ginjal
4. Kebutaan
5. Gagal jangtung

6. Kejang
7. Hipertensi permanen
8. Distress fetal
9. Infark plasenta
10. Abruptio plasenta
11. Kematian janin

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Irene M; Lowdermik, Deitra Leonard; Jensen; Margaret Duncan.Maternity
Nursing. Edisi IV. Alih bahasa: Maria A. Wijayarini& Petter I.Anugerah. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Nursing Diagnosis: Application to Clinical Practice.
Edisi VI. Alih bahasa: Tim Program Studi Ilmu Keperawatan Univ. Padjajaran. Jakarta: EGC
Hamilton, Persis Marry. 1995. Basic Maternity Nursing. Edisi VI. Alih bahasa: Ni Luh
Gde Yasmin Asih. Jakarta: EGC

Handbook of Diagnostic Test. 2005. Edisi III. Alih bahasa: David Putra Jaya & Lydia I
Mardera. Jakarta: EGC
Herdman, Heather. 2009. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta : EGC.
Marilynn E. Doengoes dan Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan
Maternal Bayi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai