Anda di halaman 1dari 4

Revaluasi Aktiva Tetap

1. Pengertian Revaluasi Aset Tetap


Revaluasi merupakan salah satu cara untuk mewajarkan nilai aktiva/aset yangdimilki
perusahaan dan seringkali digunakan untuk menghemat pajak yang harus dibayar. Aset Tetap
merupakan aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa untuk disewakan kepada pihak lain, atau tujuan administratif dan
diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. (SAK-ETAP).
Revaluasi aset tetap merupakan penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang
diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut dipasaran atau karena rendahnya nilai
aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab
lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai yang
wajar (Waluyo, 2011).
Pada dasarnya penilaian kembali aset tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai
wajar aset tetap tersebut pada saat penilaian dengan menggunakan mtode peneliian yang
lazim berlaku di Indonesia dan dilakukan oleh perusahaan penilai atau penilai yang diakui
oleh Pemerintah. Jika nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan penilai atau penilai yang
diakui oleh Pemerintah tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya maka Direktur
Jenderal Pajak akan menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar asset yang
bersangkutan.
2. Revaluasi Aset Tetap Berdasarkan Undang-Undang Pajak
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 384/KMK.04/1998 tanggal 14 Agustus
1998 dan Surat Edaran Dirjen Pajak No. 29/Pj.42/1998, menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
a. Wajib Pajak yang dapat melakukan revaluasi adalah WP Badan dalam negeri yang
terletak atau berada di Indonesia. Wajib Pajak Badan dalam negeri adalah sekumpulan
orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun
yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, Perseroan komanditer,
perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, dana persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis,
lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
b. Telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir
sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali. Kewajiban pajak yang dimaksud
terdiri dari:
Pajak Penghasilan (PPh);

Pajak Pertambahan Nilai (PPn) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM);

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

3. Aktiva Tetap yang Dapat Direvaluasi


a. Aset tetap berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan, dan bukan bangunan
yang tidak dimaksudkan untuk dialihkan atau dijual.
b. Aset tersebut terletak atau berada diwilayah Indonesia.

c. Penilaian kembali dapat dilakukan terhadap seluruh aset tetap (revaluasi total) atau
terhadap sebagian aset tetap (revaluasi parsial) yang dimiliki perusahaan.
d. Penilaian kembali aset tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aset tetap
pada saat penilaian dilakukan, yang ditetapkan oleh perusahaan penilai atau penilai yang
diakui oleh pemerintah.
e. Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan penilai atau
penilai yang diakui oleh pemerintah ternyata kemudian tidak mencaerminkan keadaan
yang sebenarnya, Dirjen Pajak akan menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar yang
bersangkutan.
f. Selisih antara niali pasar atau nilai wajar dengan nilai buku fiskal aset tetap yang dinilai
kembali wajib dikompensasikan terlebih dahulu dengan kerugian fiskal tahun berjalan
dan sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan.
g. Selisih lebih karena penilaian kembali setelah dilakukan kompensasi kerugian dikenakan
pajak penghasilan yang bersifat final, sesebesar 10% .
h. Bagi WP yang melakukan penggabungan usaha, pajak penghasilan yang terhutang
sebesatr 10% diatas, dapat dibayar dalam jangka waktu paling lama 5 tahun terhitung
sejak tahun dilakukannya penilaian kembali aset tetap perusahaan.
i. Pajak penghasilan yang harus dilunasi untuk setiap tahun paling sedikit sebesar 20% dari
jumlah pajak yang terutang, kecuali pelunasan untuk tahun terakhir.
j. Apabila WP melakukan penilaian kembali aset tetap sebelum akhir tahun pajak, maka
kerugian fiskal pada tahun buku yang bersangkutan, diperhitungkan sampai dengan
dilakukannya revaluasi aset tetap tersebut.
k. Nilai pasar atau nilai wajar merupakan dasar penyusutan aset mulai tahun pajak
dilakukannya penilaian kembali aset tetap tersebut penyusutan dilakukan sesuai dengan
Pasal 11 UU Pajak Penghasilan.
l. Aset tetap yang telah dilakukan penilaian kembali dan telah dikenakan Pajak Penghasilan
tidak dapat dialihkan kepada pihak lain sebelum lewat jangka waktu 5 tahun setelah
dilakukannya penilaian kembali.
m. Apabila WP mengalihkan aset tetap tersebut sebelum lewat jangka waktu 5 tahun, maka
atas selisih penilaian aset tetap tersebut tetap dikenakan Pajak Penghasian yang terutang
sebesar 10% dan tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 15%.
n. Dikecualikan dari jangka waktu 5 tahun jika aset tetap tersebut dialihkan kepada
pemerintah atau dialihkan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran
usaha.
4. Alasan Wajib Pajak Melakukan Revaluasi
a. Meningkatkan nilai perusahaan (mark-up) sehingga memudahkan perusahaan dalam
proses pencarian dana, baik melalui pinjaman bank maupun pinjaman saham (go
public);

b. Meningkatkan biaya penyusutan aktiva tetap dimasa datang sehingga deductibie


expense dimasa datang semakin besar dan beban pajak semakin kecil;
c. Meningkatkan keakuratan perhitungan penghasilan maupun biaya sehingga
mencerminkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam menghasilkan laba;
d. Agar neraca perusahaan menunjukan posisi kekayaan perusahaan yang sebenarnya.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan revaluasi
A. Revaluasi Parsial atau Menyeluruh
Objek revaluasi adalah aset berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan,
dan bukan bangunan yang tidak dimaksudkan untuk dialihkan atau dijual atau bukan
barang dagangan.Revaluasi parsial berarti perusahaan hanya melakukan revaluasi atas
sebagian asset tetap yang ada sesuai pertimbangan perusahaan.Bagi perusahaan tertentu,
misalnya perusahaan perkebunan, revaluasi atas tanah tidak menarik.
Hal ini disebabkan adanya pembayaran PPh sebear 10% atas selisih lebih
penilaian kembali aset padahal tanah tidak disusutkan, sehingga tambahan beban
penyusutan tahun-tahun mendatang hanya dari selisih lebih revaluasi ata asset tetap
selain tanah, padahal asset tanah nilainya paling besar dibandingkan dengan yang
lainnya. Dengn demikian, perusahaan dapat melakukan revaluasi parsial sepanjang yang
tidak direvaluasikan adalah asset tetap berupa tanah yang tidak disusutkan.
B. Pembayaran PPh Sebesar Sepuluh Persen yang Bersifat Final
Bagi perusahaan yang akan melakukan revaluasi perlu melakukan penghitungan
apakah membayar PPh 10% itu lebih menguntungkan dibanding dengan tariff PPh
badan sebesar 25%. Aktiva tetap yang sudah direvaluasi dan biaya penyusutan akan
mengurangi Penghasilan Kena Pajak (PKP). Umur aktiva akan kembali seperti semula,
meskipun sebenarnya telah digunakan lebih dari separuh umur.
C. Pembayaran Pajak Selama Lima Tahun
Bagi perusahaan yang melakukan penggabungan usaha, PPh sebesar 10%
(sepuluh persen) yang terutang dapat dibayar dalam jangka waktu paling lama 5 (lima)
tahun. Kemudian ini sangat membantu likuiditas perusahaan yang melakukan revaluasi
dan kemudian melakukan penggabungan. Namun, ketentuan ini bertentangan dengan
Pasal 4 huruf b Keputusan Menteri Keuangan No. 422/KMK.04/1998 yang menegaskan
bahwa Wajib Pajak yang melakukan penggabungan, peleburan, atau pemekaran harus
melunasi seluruh utang pajak dari tiap perusahaan terkait.

Contoh Kasus Revaluasi Aktiva Tetap


Pada tanggal 1 Januari 2003 PT. PQR melakukan penilaian kembali aktiva perusahaan. Posisi
aktiva perusahaan pada tanggal tersebut adalah sebagai berikut :
Aktiva tetap
Tanah
Bangunan
Mesin
Rp. 3.200.000.000

Nilai Buku Fiskal


Nilai Pasar
Selisih Lebih
Rp. 2.000.000.000
Rp. 2.500.000.000
Rp. 500.000.000
Rp. 200.000.000
Rp. 450.000.000
Rp. 250.000.000
Rp. 1.000.000.000
Rp. 8.000.000.000
Rp. 7.000.000.000
Rp. 10.950.000.000
Rp. 7.750.000.000

Untuk tahun 2002 PT. PQR memperoleh laba sebesar Rp. 200.000.000. Tahuntahun sebelumnya
PT. PQR mencatatatkan kerugian sebagai berikut:
Tahun
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001

Kerugian
Rp. 200.000.000
Rp. 300.000.000
Rp. 250.000.000
Rp. 2.000.000.000
Rp. 3.000.000.000
Rp. 200.000.000
Rp. 100.000.000

Pembahasan:
PT. PQR terlebih dahulu mengkompensasikan laba tahun 2002 sebesar Rp. 200.000.000 dengan
rugi tahun 1997 sebesar Rp. 250.000.000 sehingga sisa rugi tahun 1997 adalahRp.
50.000.000.Kemudian selisih revaluasi dikompensikan dengan urutan sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai