Anda di halaman 1dari 7

Posisi Lateral:

1.

Bahu sejajar dengan meja operasi

2.

Posisikan pinggul di pinggir meja operasi

3.

Memeluk bantal/knee chest position

Tinggi blok analgesia spinal :


Faktor yang mempengaruhi:
1.

Volume obat analgetik lokal: makin besar makin tinggi daerah analgesia

2.

Konsentrasi obat: makin pekat makin tinggi batas daerah analgesia

3.

Barbotase: penyuntikan dan aspirasi berulang-ulang meninggikan batas daerah


analgetik.

4.

Kecepatan: penyuntikan yang cepat menghasilkan batas analgesia yang tinggi.


Kecepatan penyuntikan yang dianjurkan: 3 detik untuk 1 ml larutan.

5.

Maneuver valsava: mengejan meninggikan tekanan liquor serebrospinal dengan


akibat batas analgesia bertambah tinggi.

6.

Tempat pungsi: pengaruhnya besar pada L4-5 obat hiperbarik cenderung


berkumpul ke kaudal(saddle blok) pungsi L2-3 atau L3-4 obat cenderung menyebar
ke cranial.

7.

Berat jenis larutan: hiper,iso atau hipo barik

8.

Tekanan abdominal yang meningkat: dengan dosis yang sama didapat batas
analgesia yang lebih tinggi.

9.

Tinggi pasien: makin tinggi makin panjang kolumna vertebralis makin besar
dosis yang diperlukan.(BB tidak berpengaruh terhadap dosis obat)

10.

Waktu: setelah 15 menit dari saat penyuntikan,umumnya larutan analgetik sudah


menetap sehingga batas analgesia tidak dapat lagi diubah dengan posisi pasien.

2.2 Anastesi Lokal untuk Anastesi Spinal


Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1.003-1.008. Anastetik
lokal dengan berat jenis sama dengan css disebut isobaric. Anastetik local dengan berat
jenis lebih besar dari css disebut hiperbarik. Anastetik local dengan berat jenis lebih
kecil dari css disebut hipobarik. Anastetik local yang sering digunakan adalah jenis
hiperbarik diperoleh dengan mencampur anastetik local dengan dextrose. Untuk jenis
hipobarik biasanya digunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air
injeksi.

Anestetik local yang paling sering digunakan:


1.

Lidokaine (xylobain,lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobaric, dosis 20-100
mg (2-5ml)

2.

Lidokaine (xylobain,lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.003, sifat


hyperbaric, dose 20-50 mg (1-2 ml)

3.
4.

mg

Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobaric, dosis 5-20

Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat
hiperbarik, dosis 5-15 mg (1-3 ml)

Bupivacaine
Obat anestetik lokal yang sering digunakan adalah prokain, tetrakain, lidokain, atau
bupivakain. Berat jenis obat anestetik lokal mempengaruhi aliran obat dan perluasan
daerah teranestesi. Pada anestesi spinal jika berat jenis obat lebih besar dari berat jenis
CSS (hiperbarik), maka akan terjadi perpindahan obat ke dasar akibat gravitasi. Jika
lebih kecil (hipobarik), obat akan berpindah dari area penyuntikan ke atas. Bila sama
(isobarik), obat akan berada di tingkat yang sama di tempat penyuntikan.
Bupivacaine adalah obat anestetik lokal yang termasuk dalam golongan amino amida.
Bupivacaine di indikasi pada penggunaan anestesi lokal termasuk anestesi infiltrasi,
blok serabut saraf, anestesi epidura dan anestesi intratekal. Bupiivacaine kadang
diberikan pada injeksi epidural sebelum melakukan operasi athroplasty pinggul. Obat
tersebut juga biasa digunakan untuk luka bekas operasi untuk mengurangi rasa nyeri
dengan efek obat mencapai 20 jam setelah operasi.
Bupivacaine dapat diberikan bersamaan dengan obat lain untuk memperpanjang durasi
efek obat seperti misalnya epinefrin, glukosa, dan fentanil untuk analgesi epidural.
Kontraindikasi untuk pemberian bupivacaine adalah anestesi regional IV (IVRA) karena
potensi risiko untuk kegagalan tourniket dan adanya absorpsi sistemik dari obat
tersebut.
Bupivacaine bekerja dengan cara berikatan secara intaselular dengan natrium dan
memblok influk natrium kedalam inti sel sehingga mencegah terjadinya depolarisasi.
Dikarenakan serabut saraf yang menghantarkan rasa nyeri mempunyai serabut yang
lebih tipis dan tidak memiliki selubung mielin, maka bupivacaine dapat berdifusi
dengan cepat ke dalam serabut saraf nyeri dibandingkan dengan serabut saraf
penghantar rasa proprioseptif yang mempunyai selubung mielin dan ukuran serabut
saraf lebih tebal.
Penyebaran anastetik local tergantung:
1. Factor utama:
a) Berat jenis anestetik local(barisitas)
b) Posisi pasien
c) Dosis dan volume anestetik local
2. Faktor tambahan :
a) Ketinggian suntikan
b) Kecepatan suntikan/barbotase

c) Ukuran jarum
d) Keadaan fisik pasien
e) Tekanan intra abdominal
Lama kerja anestetik local tergantung:
1.

Jenis anestetia local

2.

Besarnya dosis

3.

Ada tidaknya vasokonstriktor

4.

Besarnya penyebaran anestetik local

2.3 Komplikasi Anastesi Spinal


Komplikasi anastesi spinal dibagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi delayed.
Komplikasi tindakan :
1.

Hipotensi berat: Akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa
dicegah dengan memberikan infus cairan elektrolit 1000ml atau koloid 500ml
sebelum tindakan.

2.

Bradikardia : Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia,terjadi akibat


blok sampai T-2

3.

Hipoventilasi : Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali


nafas

4.

Trauma pembuluh saraf

5.

Trauma saraf

6.

Mual-muntah

7.

Gangguan pendengaran

8.

Blok spinal tinggi atau spinal total

Komplikasi pasca tindakan:


1.

Nyeri tempat suntikan

2.

Nyeri punggung

3.

Nyeri kepala karena kebocoran likuor

4.

Retensio urine

5.

Meningitis

Komplikasi intraoperatif:
1). Komplikasi kardiovaskular
Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10-40%. Hipotensi terjadi karena
vasodilatasi, akibat blok simpatis, yang menyebabkan terjadi penurunan tekanan
arteriola sistemik dan vena, makin tinggi blok makin berat hipotensi. Cardiac output
akan berkurang akibat dari penurunan venous return. Hipotensi yang signifikan harus
diobati dengan pemberian cairan intravena yang sesuai dan penggunaan obat vasoaktif
seperti efedrin atau fenilefedrin.
Cardiac arrest pernah dilaporkan pada pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi
spinal. Henti jantung bisa terjadi tiba-tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang
berat walaupun hemodinamik pasien dalam keadaan yang stabil. Pada kasus seperti ini,
hipotensi atau hipoksia bukanlah penyebab utama dari cardiac arrest tersebut tapi ia
merupakan dari mekanisme reflek bradikardi dan asistol yang disebut reflek BezoldJarisch.
Pencegahan hipotensi dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid
(NaCl,Ringer laktat) secara cepat sebanyak 10-15ml/kgbb dlm 10 menit segera setelah
penyuntikan anesthesia spinal. Bila dengan cairan infuse cepat tersebut masih terjadi
hipotensi harus diobati dengan vasopressor seperti efedrin intravena sebanyak 19mg
diulang setiap 3-4menit sampai mencapai tekanan darah yang dikehendaki. Bradikardia
dapat terjadi karena aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatis,dapat
diatasi dengan sulfas atropine 1/8-1/4 mg IV.
2). Blok spinal tinggi atau total
Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis
yang diperlukan untuk satu suntikan. Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah
hipotensi, henti nafas, penurunan kesadaran, paralisis motor, dan jika tidak diobati bisa
menyebabkan henti jantung. Akibat blok simpatetik yang cepat dan dilatasi arterial dan
kapasitas pembuluh darah vena, hipotensi adalah komplikasi yang paling sering terjadi
pada anestesi spinal. Hal ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi darah ke organ
vital terutama otak dan jantung, yang cenderung menimbulkan sequel lain. Penurunan
sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan terjadi henti nafas
pada anestesi spinal total. Walau bagaimanapun, terdapat kemungkinan pengurangan
kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somatic interkostal. Aktivitas saraf
phrenik biasanya dipertahankan. Berkurangnya aliran darah ke serebral mendorong
terjadinya penurunan kesadaran. Jika hipotensi ini tidak di atasi, sirkulasi jantung
akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi iskemik miokardiak yang mencetuskan
aritmia jantung dan akhirnya menyebakan henti jantung. Pengobatan yang cepat sangat
penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang lebih serius, termasuk pemberian
cairan, vasopressor, dan pemberian oksigen bertekanan positif. Setelah tingkat anestesi
spinal berkurang, pasien akan kembali ke kedaaan normal seperti sebelum operasi.
Namun, tidak ada sequel yang permanen yang disebabkan oleh komplikasi ini jika
diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat.
Komplikasi respirasi
1.

Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi, bila fungsi paruparu normal.

2.

Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk blok spinal tinggi.

3.

Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena
hipotensi berat dan iskemia medulla.

4.

Kesulitan bicara,batuk kering yang persisten,sesak nafas,merupakan tanda-tanda


tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan pernafasan buatan.

Komplikasi postoperative:
1). Komplikasi gastrointestinal
Nausea
dan
muntah
karena
hipotensi,hipoksia,tonus
parasimpatis
berlebihan,pemakaian obat narkotik,reflek karena traksi pada traktus gastrointestinal
serta komplikasi delayed,pusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala
dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak.
Mulai terasa pada 24-48jam pasca pungsi lumbal,dengan kekerapan yang bervariasi.
Pada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkat.
2). Nyeri kepala
Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri kepala. Nyeri kepala
ini bisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural pada anestesi epidural.
Insiden terjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti ukuran jarum yang
digunakan. Semakin besar ukuran jarum semakin besar resiko untuk terjadi nyeri
kepala. Selain itu, insidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi pada wanita muda
dan pasien yang dehidrasi. Nyeri kepala post suntikan biasanya muncul dalam 6 48
jam selepas suntikan anestesi spinal. Nyeri kepala yang berdenyut biasanya muncul di
area oksipital dan menjalar ke retro orbital, dan sering disertai dengan tanda
meningismus, diplopia, mual, dan muntah.
Tanda yang paling signifikan nyeri kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila
pasien dipindahkan atau berubah posisi dari tiduran/supinasi ke posisi duduk, dan
akan berkurang atau hilang total bila pasien tiduran. Terapi konservatif dalam waktu 24
48 jam harus di coba terlebih dahulu seperti tirah baring, rehidrasi (secara cairan oral
atau intravena), analgesic, dan suport yang kencang pada abdomen. Tekanan pada vena
cava akan menyebabkan terjadi perbendungan dari plexus vena pelvik dan epidural,
seterusnya menghentikan kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan
tekanan extradural. Jika terapi konservatif tidak efektif, terapi yang aktif seperti
suntikan salin kedalam epidural untuk menghentikan kebocoran.
3). Nyeri punggung
Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari tusukan jarum
yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur ligament dengan
atau tanpa hematoma intraligamentous. Nyeri punggung akibat dari trauma suntikan
jarum dapat di obati secara simptomatik dan akan menghilang dalam beberapa waktu
yang singkat sahaja.
4). Komplikasi neurologik
Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendah. Komplikasi
neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik. Sindrom ini muncul dalam
waktu 24 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam, rigiditas nuchal dan
fotofobia. Meningitis aseptic hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan biasanya
akan menghilang dalam beberapa hari.

Sindrom cauda equina muncul setelah regresi dari blok neuraxial. Sindrom ini mungkin
dapat menjadi permanen atau bisa regresi perlahan-lahan setelah beberapa minggu
atau bulan. Ia ditandai dengan defisit sensoris pada area perineal, inkontinensia urin
dan fekal, dan derajat yang bervariasi pada defisit motorik pada ekstremitas bawah.
Komplikasi neurologic yang paling serius adalah arachnoiditis adesif. Reaksi ini
biasanya terjadi beberapa minggu atau bulan setelah anestesi spinal dilakukan. Sindrom
ini ditandai oleh defisit sensoris dan kelemahan motorik pada tungkai yang progresif.
Pada penyakit ini terdapat reaksi proliferatif dari meninges dan vasokonstriksi dari
vasculature korda spinal.
Iskemia dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang lama.
Penggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke korda
spinal. Kerusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum pada
spinal maupun epidural, kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal
intraneural adalah jarang, tapi tetap berlaku.
Perdarahan subaraknoid yang terjadi akibat anestesi regional sangat jarang berlaku
karena ukuran yang kecil dari struktur vaskular mayor didalam ruang subaraknoid.
Hanya pembuluh darah radikular lateral merupakan pembuluh darah besar di area
lumbar yang menyebar ke ruang subaraknoid dari akar saraf. Sindrom spinal-arteri
anterior akibat dari anesthesia adalah jarang. Tanda utamanya adalah kelemahan
motorik pada tungkai bawah karena iskemia pada 2/3 anterior bawah korda spinal.
Kehilangan sensoris biasanya tidak merata dan adalah sekunder dari nekrosis iskemia
pada akar posterior saraf dan bukannya akibat dari kerusakan didalam korda itu
sendiri. Terdapat tiga penyebab terjadinya sindrom spinal-arteri : kekurangan bekalan
darah ke arteri spinal anterior karena terjadi gangguan bekalan darah dari arteri-arteri
yang diganggu oleh operasi, kekurangan aliran darah dari arteri karena hipotensi yang
berlebihan, dan gangguan aliran darah sama ada dari kongesti vena mahu pun obstruksi
aliran.
Anestesi regional merupakan penyebab yang mungkin yang menyebabkan terjadinya
sindrom spinal-arteri anterior oleh beberapa faktor. Contohnya anestesi spinal
menggunakan obat anestesi lokal yang dicampurkan dengan epinefrin. Jadi
kemungkinan epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi pada arteri spinal anterior
atau pembuluh darah yang memberikan bekalan darah.
Hipotensi yang kadang timbul setelah anestesi regional dapat menyebabkan
kekurangan aliran darah. Infeksi dari spinal adalah sangat jarang kecuali dari
penyebaran bacteria secara hematogen yang berasal dari fokal infeksi ditempat lain.
Jika anestesi spinal diberikan kepada pasien yang mengalami bakteriemia, terdapat
kemungkinan terjadi penyebaran ke bakteri ke spinal. Oleh yang demikian, penggunaan
anestesi spinal pada pasien dengan bakteremia merupakan kontra indikasi relatif. Jika
infeksi terjadi di dalam ruang subaraknoid, akan menyebabkan araknoiditis. Tanda dan
symptom yang paling prominen pada komplikasi ini adalah nyeri punggung yang berat,
nyeri lokal, demam, leukositosis, dan rigiditas nuchal. Oleh itu, adalah tidak benar jika
menggunakan anestesi regional pada pasien yang mengalami infeksi kulit loka pada
area lumbar atau yang menderita selulitis. Pengobatan bagi komplikasi ini adalah
dengan pemberian antibiotik dan drenase jika perlu.
5). Retentio urine / Disfungsi kandung kemih
Disfungsi kandung kemih dapat terjadi selepas anestesi umum maupun regional.
Fungsi kandung kencing merupakan bagian yang fungsinya kembali paling akhir pada

analgesia spinal, umumnya berlangsung selama 24 jam. Kerusakan saraf pemanen


merupakan komplikasi yang sangat jarang terjadi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.

Penatalaksanaan anastesi pada penderita BPH (Benigne Prostate Hypertrophy)


yang dilakukan operasi Prostattectomy pada seorang laki-laki berumur 60 tahun
menggunakan anastesi Regional dengan teknik anastesi spinal pada lumbal 3 /
lumbal 4 dan status fisik ASA II.

2.

Dilakukan premedikasi dengan Metoclopramid 10 mg. Medikasi induksi dengan


bupivakain HCl 20 mg. Maintenance dengan inhalasi O2 2,0 liter/menit, pemberian
injeksi sedacum (Midazolam 2,5 mg IV) dan Ketorolac 10 mg IV. Durante operasi
monitoring tensi dan nadi. Induksi anastesi dilakukan selama 10 menit dan
bertahan selama operasi yang berlangsung selama 1 jam 10 menit. Durante operasi
tidak didapatkan penyulit anastesi maupun pembedahan. Pasca operasi pasien
dibawa ke ruang pemulihan untuk dimonitor keadaan umum setelah pasien pulih
anastesi pasien dibawa ke bangsal

Anda mungkin juga menyukai