TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
2.1.2
masyarakat yang ingin melakukan investasi dengan sistem bagi hasil secara adil
sesuai prinsip syariah. Memenuhi rasa keadilan bagi semua pihak dan
memberikan mashalat bagi masyarakat luas adalah misi utama perbankan Islam.
Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhoan
Allah untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akherat. Dengan landasan
falsafah dasar tersebut dan dengan visi misi perbankan Islam, maka setiap
kelembagaan keuangan syariah akan menerapakan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
1. Menjauhi diri dari kemungkinan adanya unsur riba
a. QS. Luqman: 34 :
Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka secara
pasti keberhasilan suatu usaha. Seperti penetapan bunga simpanan
atau bunga pinjaman yang dilakukan pada bank konvensional.
Intinya adalah hanya Allah Subhanahu Wataala sajalah yang mengetahui
apa yang akan terjadi esok.
b. QS. Ali-Imron:130 :
Menghindari penggunaan sistem presentasi untuk pembebanan
biaya terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan
yang mengandung unsur melipatgandakan secara otomatis
hutang/simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu.
c. HR. Muslim Bab Riba No. 1551 s/d 1567 :
Menghindari pengunaan sistem perdagangan/penyewaan barang
ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh
kelebihan baik kuantitas maupun kualitas.
d. HR. Muslim Bab Riba No. 1569 s/d1572 :
Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka
tambahan atas hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai
hutang secara sukarela.
2. Menerapkan prinsip sistem bagi hasil dan jual beli
Dengan mengacu kepada petunjuk Al-Quran, QS. Al-Baqarah (2):275 dan
surat an-Nisaa (4):29 yang intinya:
Allah SWT telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba serta
suruhan untuk menempuh jalan perniagaan dengan suka sama suka.
Oleh karena itu, transaksi setiap kelembagaan ekonomi Islami harus selalu
dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau yang transaksinya
didasari oleh adanya pertukaran antara uang dengan barang/jasa. Akibatnya
pada kegiatan muamalah berlaku prinsip ada barang/jasa dulu baru ada
2.1.3
2.1.4
karena sistem keuangan dan perbankan Islam merupakan subsistem dari suatu
sistem ekonomi Islam yang cakupannya lebih luas. Oleh karena itu, perbankan
Islam, tidak hanya dituntut untuk menghasilkan profit secara komersial, namun
dituntut secara sungguh-sungguh menampilkan realisasi nilai-nilai syariah.
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah
yang melarang sistem bunga dan riba yang memberatkan, maka bank syariah
beroperasi berdasarkan kemitraan pada semua aktivitas bisnis atas dasar
kesetaraan dan keadilan. Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso
(2006:156) perbedaan mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional,
antara lain :
1. Perbedaan Falsafah
2. Konsep Pengelolaan Dana Nasabah
3. Kewajiban Mengelola Zakat
Uraian perbedaan di atas adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan Falsafah
Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah terletak pada
landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem
bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank konvensional justru
kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendalam
terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk
menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli
serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Pada dasarnya,
semua jenis transaksi perniagaan melalui bank syariah diperbolehkan asalkan
tidak mengandung unsur bunga (riba). Riba secara sederhana berarti sistem
bunga berbunga atau compound interest yang dalam semua prosesnya bisa
mengakibatkan membengkaknya kewajiban salah satu pihak.
2. Konsep Pengelolaan Dana Nasabah
Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan
maupun investasi. Cara titipan dan investasi berbeda dengan deposito pada
bank konvensional dimana deposito merupakan upaya membungakan uang.
Konsep dana titipan berarti kapan saja nasabah membutuhkan, bank syariah
harus dapat memenuhinya. Akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid.
Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat
suatu investasi yang membutuhkan pengendapan dana. Sesuai dengan fungsi
bank sebagai intermediary yaitu lembaga keuangan penyalur dana nasabah
penyimpan kepada nasabah peminjam, dana nasabah yang terkumpul dengan
cara titipan atau investasi tadi kemudian dimanfaatkan atau disalurkan ke
dalam transaksi perniagaan yang diperbolehkan pada sistem syariah.
Keuntungan dari
berbagai usaha itulah yang akan dibagikan kepada nasabah. Jika hasil usaha
semakin tinggi maka semakin besar pula keuntungan yang dibagikan bank
kepada nasabahnya. Namun jika keuntungannya kecil otomatis semakin kecil
pula keuntungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya.
3. Kewajiban Mengelola Zakat
Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib
membayar
zakat,
menghimpun,
mengadministrasikannya
dan
mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada
bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat, infak, sedekah).
Berdasarkan prinsip-prinsip utama tersebut, maka secara operasional bila
dibandingkan dengan bank konvensional, bank syariah memiliki beberapa
karakteristik esensial yang membedakannya dengan bank konvensional, yaitu:
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank Syariah
Hukum Islam & Hukum Positif
Bank Konvensional
Hukum Positif
Investasi
Prinsip Operasional
Memakai perangkat
bunga
Tujuan
Struktur Organisasi
Profit Oriented
Tidak terdapat dewan
sejenis
Hubungan nasabah
Tabel 2.2
Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
BUNGA
BAGI HASIL
Penentuan besarnya
Penentuan bunga dibuat
rasio/nisbah bagi hasil
pada waktu perjanjian
dibuat pada waktu akad
Penentuan
dengan asumsi harus selalu
dengan berpedoman
Keuntungan
untung
pada kemungkinan
untung rugi
Besarnya presentase
Besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan pada jumlah
berdasarkan pada jumlah
Besarnya presentase
uang (modal) yang
keuntungan yang
dipinjamkan
diperoleh
Bagi hasil tergantung
Pembayaran bunga tetap
pada keuntungan proyek
seperti yang dijanjikan
yang dijalankan. Bila
tanpa pertimbangan apakah
usaha merugi, kerugian
Pembiayaan
proyek yang dijalankan oleh
akan ditanggung
pihak nasabah untung atau
bersama oleh kedua
rugi
belah pihak
Jumlah pembayaran bunga
Jumlah pembagian laba
tidak meningkat sekalipun
meningkat sesuai
Jumlah Pembiayaan jumlah keuntungan berlipat
dengan peningkatan
atau keadaan ekonomi
jumlah pendapatan
sedang "booming"
Eksistensi
bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan
keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada
mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian
pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.
BANK
Mustawda
(Penyimpan)
Bank
Mustawda
(penyimpan)
USERS OF
FUND
(Dunia Usaha)
Sumber : Muhammad Syafii Antonio (2001: 88)
NASABAH
(6) Bayar
(3)Beli Barang
(4) Kirim
SUPLIER
PENJUAL
(5) Terima
Barang &
Dokumen
2.1.6
2.2.1
Pengertian Pembiayaan
Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998
2.2.2
2.2.3
Jenis-jenis Pembiayaan
Menurut Muhammad Syafii (2001:160) pembiayaan dapat dibagi
PEMBIAYAAN
Konsumtif
Produktif
Modal Kerja
Investasi
2.2.4
kebersamaan dalam menanggung risiko usaha dan berbagi hasil usaha antara:
pemilik dana (shahibul maal) yang menyimpan uangnya di bank, bank selaku
pengelola dana (mudharib), dan masyarakat yang mebutuhkan dana yang bisa
berstastus peminjam dana atau pengelola usaha (mudharib).
Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:
1. Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama
dengan kesepakatan.
2. Mudharabah
Mudharabah adalah kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal.
2.3
2.3.1
Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata adhdharbu fil ardhi, yaitu bepergian untuk
urusan dagang. Firman Allah dalam surat 73 ayat 20, mereka bepergian di muka
bumi mencari karunia Allah. disebut juga qiradh yang berasal dari kata al qardhu
yang berarti al qathu (potongan) karena pemilik memotong sebagian hartanya
untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungan.
Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antar dua pihak
dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan
pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi
ditanggung oleh pemilik modal selama keruigan itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian
si pengelola, si pengelola hatus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Landasan hukum, Al Quran Surat al-Muzzamil ayat 20:
Dan jika dari orang-orang berjalan dimuka bumi mencari sebagian
karunia Allah SWT.
Al Quran Surat al-Jumuah ayat 10:
Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka
bumi dan carilah karunia Allah SWT
Al-Hadis Thabrani:
Diriwayakan dari Abbas bahwa Abbas bin Abdul Muthalib jika
memberikan dana ke miktra usahanya secara mudharabah ia
mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan,
menuruni lembah yang erbahaya, atau membeli ternak. Jika
menyalahi aturan tersebut yang bersangkutan bertanggung jawab
1. Mudharabah Muthlaqah
Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja
sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan
tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted
mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah
muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau
tempat
usaha.
Adanya
pembatasan
ini
seringkali
mencerminkan
2.3.3
1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah meningkat.
2. Bank tidak akan berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha
bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.
3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas
usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benarbenar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan
benar-benar terjadi itulah yang kann dibagikan.
5. Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/al-musyarakah ini berbeda dengan
prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan
(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan
nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
2.3.5
Risiko al-Mudharabah
Risiko yang terdapat dalam al-mudharabah, terutama pada penerapannya
1. Slide streaming; nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut
dalam kontrak;
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja;
3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.
Secara umum, aplikasi perbankan al-mudharabah dapat digambarkan
dalam skema berikut ini.
Gambar 2.5
Skema al-Mudharabah
PERJANJIAN
BAGI HASIL
NASABAH
(Mudharib)
KEAHLIAN/
KETERAMPILAN
MODAL
100%
BANK
(Shahibul Maal)
PROYEK/
USAHA
Nisbah
X%
PEMBAGIAN
KEUNTUNGAN
MODAL
Nisbah
Y%
bunga
merupakan
instrumen
konvensional
untuk
[360
Nilai Nominal
(Tingkat
Diskonto
x 360
x Jangka
Waktu
)]
5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa nilai diskonto yang dibayar dimuka
yang diperoleh dengan rumus berikut ini :
Nilai Diskonto = Nilai Nominal - Nilai Tuna i
6. Pajak penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15%.
Tabel 2.3
Ilustrasi Penawaran SBI
Target lelang : Rp. 5.000.000.000,Peserta
Jumlah Penawaran
A
Rp.1.500.000.000,B
Rp.1.000.000.000,C
Rp.2.000.000.000,D
Rp.2.000.000.000,E
Rp. 750.000.000,F
Rp. 1.250.000.000,(sumber : www.bi.go.id)
Tingkat
Diskonto
20 %
26%
30%
34%
37%
40%
Jumlah Kumulatif
Rp.1.500.000.000,Rp.2.500.000.000,Rp.4.500.000.000,Rp.5.000.000.000,-
Keterangan :
Peserta A, B, dan C, menang lelang
Peserta D menang sebagian (Rp.500.000.000,-)
Peserta E dan F kalah.
Dari ilustrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat diskonto SBI tidak
ditentukan oleh peserta lelang itu sendiri. Semakin rendah tingkat diskonto
yang ditawarkan oleh peserta, maka semakin besar kemungkinan peserta
tersebut memenangkan lelang.
5. Untuk menjaga keamanan dari kehilangan atau pencurian serta menghindari
terjadinya pemalsuan, pihak membeli SBI memperoleh Bilyet Depot
Simpanan (BDS) sebagai bukti atas penyimpanan fisik warkat SBI pada Bank
Indonesia tanpa dipungut biaya penyimpanan.
diskontonya masing-masing, suku bunga SBI yang berlaku pada saat itu dengan
rumus seperti di bawah ini :
Suku Bunga SBI = M W
i
i
Dimana :
M i = Nominal SBI yang terjual kepada peserta i
Wi = Tingkat diskonto yang ditawarkan peserta i
Ada juga kelemahan dari penerbitan SBI yaitu membuat perbankan
malas menjalankan fungsi intermediasinya. Perbankan seolah termanjakan oleh
keuntungan SBI ketimbang harus membiayai dunia usaha yang beresiko. Oleh
sebab itu bank sentral saat ini terus berupaya untuk menurunkan tingkat suku
bunga SBI secara bertahap agar dunia usaha kembali bergairah sebagai imbas
berjalannya fungsi intermediasi perbankan.
2.5. Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil adalah pembagian keuntungan yang berdasarkan nisbah dalam
perjanjian antara deposan dengan mudharib (Suseno, 2003). Nisbah bagi hasil ini
besarannya adalah 51:49, 60:40, atau tergantung pada akad yang disepakati
bersama dan bagi hasil yang diterima tergantung dari keuntungan yang didapat
oleh bank.
2.5..1 Teori Umum Bagi Hasil (Profit Loss Sharing)
Bagi Hasil Menurut Terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit
sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan sebagai laba. Secara
definitif profit sharing diartikan: distribusi beberapa bagian dari laba pada para
pegawai dari suatu perusahaan. Lebih lanjut dikatakan bahwa hal itu dapat
berbentuk suatu bentuk uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang
diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran
mingguan atau bulanan.
Bagi hasil menurut Suseno adalah suatu prinsip pembagian laba yang
diterapkan dalam kemitraan kerja, dimana porsi bagi hasil ditentukan pada saat
aqad kerja sama. Jika usaha mendapatkan keuntungan, porsi bagi hasil adalah
sesuai kesepakatan namun jika terjadi kerugian maka porsi bagi hasil disesuaikan
dengan kontribusi modal masing-masing pihak. Suseno (2003: 129) mengatakan
bahwa:
Dasar yang gunakan dalam perhitungan bagi hasil adalah berupa
laba bersih usaha setelah dikurangi dengan biaya operasional.
Dapat disimpulkan bahwa bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata
cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana.
Pembagian hasil usaha ini salah satu contohnya dapat terjadi diantara pihak bank
dengan pihak nasabah. Kedua belah pihak sama-sama sepakat bahwa modal usaha
yang diberikan pihak pertama akan dikelola pihak kedua secara professional dan
bertanggung jawab.
2.5.2
tetapi juga non-muslim. Soalnya, dengan sistem bagi hasil akan terbuka peluang
mendapatkan hasil investasi yang lebih besar dibandingkan dengan bunga di bank
konvensional. Jika ingin mendapatkan return yang lebih besar, simpanan di bank
syariah dapat menjadi alternative, ujar Elvyn. Tentu saja harus didukung kondisi
ekonomi yang kondusif, yang memungkinkan perusahaan disektor riil mampu
membukukan keuntungan besar.
Prinsip bagi hasil dalam perbankan syariaah menjadi prinsip utama dan
terpenting, karena keuntungan (bagi hasil) merupakan balasan (upah) atas usaha
dan modal, besar-kecilnya pun tergantung pada keduanya. Dalam qawaid fiqhiyah
(kaidah fiqh) dikatakan algharam bil ghanam (ada untung rugi), prinsip ini
memenuhi prinsip keadilan ekonomi. Dan didalam kaedah bisnis dikatakan bahwa
setiap yang akan menghasilkan keuntungan yang besar, terkandung juga rsiko
yang besar (high risk, high return).
Bagi pihak yang akan menjalankan prinsip ini, maka harus membuat
kesepakatan diawal yang berkaitan dengan usaha yang akan dijalankan dan
menetapkan nisbah (bagian) bagi hasil masing-masing pihak menurut cara
pembagiannya. Usaha yang akan dijalankan merupakan usaha-usaha yang
dibenarkan menurut syariah, tidak boleh ditanamkan pada usaha yang di
haramkan. Yang akan dibagi hasilkan adalah keuntungan bersih dari usaha
tersebut tetapi boleh juga dibuat kesepakatan diantara dua pihak jika bagi hasil
diperhitungkan dari total sales. Karena yang dibagi hasilkan merupakan suatu
keuntungan, maka besar kecilnya nominal keuntungan akan mengalami turunnaik, tergantung dari usaha dan kesungguhan dalam mengelola usaha tersebut.
2.5.3
Al-musyaraqah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
(atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Adapun yang menjadi landasan syariah akad al-musyaraqah ini adalah AlQuran Surat An-Nisaa ayat 12, yang artinya:
maka mereka berserikat pada sepertiga
Selanjutnya didalam Al-Quran surat As-shaad ayat 24, dikatakan pula:
dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat
itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
Sedangkan Hadits Nabi yang berkaitan dengan hal ini adalah:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW, bersabda: Sesungguhnya
Allah Azza wa Jalla berfirman: Aku pihak ketiga dari dua orang yang
brserikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya.
Hadits ini menunjukkan kecintaan Allah kepada hamba-hambaNya yang
melakukan perkongsian selama saling menjunjung tinggi amanat kebersamaan
dan menjauhi penghianatan.
Al-Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.
Secara teknis, Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha berdasarkan
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi di tanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat kelalaian sipengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena
kekurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas
kerugian tersebut.
Landasan syariah yang mendasari akad ini adalah Al-Quran Surat AlMuzzammil ayat 20, yang artinya:
dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari
sebagian karunia Allah
Sedangkan Hadits Nabi menyatakan sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul
muthalib jika memberikan dana kemitra usahanya secara
mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa
mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau mmbeli
ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan
bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat
tersebut kepada Rasulullah SAW, dan Rasulullah membolehkannya.
Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu: Mudharabah
Muthlaqah dan Mudharabah Muqayyadah. Mudharabah muthlaqah adalah bentuk
kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan
tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.
Sedangkan Mudharabah Muqayyadah, atau disebut juga dengan istilah
restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah
muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat
usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecendrungan umum si
shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.
2.6. Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Bagi Hasil Terhadap Deposito
Mudharabah
Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta
kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan, sedangkan permintaan
akan suatu barang adalah jumlah barang yang bersangkutan yang pembeli
bersedia membelinya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar tertentu
dan dalam waktu tertentu. Pada penelitian ini barang diumpamakan adalah
Deposito mudharabah dan harga dari suatu pasar adalah bunga dan bagi hasil.
Permintaan pasar itu permintaan agregat untuk suatu komoditi yang
menunjukkan jumlah alternatif dari komoditi yang diminta per periode waktu
pada berbagai harga alternatif oleh semua individu di dalam pasar. Jadi
permintaan pasar untuk suatu komoditi tergantung pada semua faktor yang
menentukan permintaan individu dan selanjutnya pada jumlah pembeli komoditi
tersebut di pasar. Secara geometris kurva permintaan pasar untuk suatu komoditi
diperoleh melalui penjumlahan horizontal dari semua kurva permintaan individu
untuk komoditi tersebut.
Ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
permintaan
deposito
mudharabah yaitu :
1. Bunga
2. Bagi Hasil
Hubungan permintaan menjelaskan bahwa jika harga naik maka jumlah
output yang diminta akan turun dan sebaliknya, jika harga turun maka output yang
diminta akan naik. Artinya jika harga atau bunga bank umum mengalami
kenaikan maka permintaan akan deposito mudharabah akan berkurang atau
menurun dan sebaliknya, jika bagi hasil lebih besar dari bunga bank umum maka
permintaan akan deposito mudharabah meningkat karena nasabah bersifat profit
motif.
Jika dilihat dari sisi permintaan akan deposito maka hubungan antara
bunga dengan deposito mudharabah adalah negatif. Fungsi permintaan adalah
permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Dalam fungsi permintaan, maka kita dapat mengetahui
hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas. Fungsi permintaan dapat
ditulis sebagai berikut:
Qdx = f ( Px, Py )
Keterangan :
Qdx : Deposito Mudharabah
Px
: Bunga
Py
: Bagi hasil
Dari fungsi permintaan diatas dapat dilihat bahwa ada beberapa faktor
yang mempengaruhi deposito mudharabah antara lain bunga dan bagi hasil.
Hubungan antar variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Bunga.
Apabila bunga pada bank umum mengalami kenaikan maka permintaan akan
deposito mudharabah akan mengalami penurunan sedangkan jika bunga itu
menurun maka permintaan akan deposito mudharabah bertambah atau
meningkat.
2. Bagi hasil
Bagi hasil disini adalah diasumsikan sebagai substitusi atau pembanding suku
bunga pada bank umum dimana keinginan masyarakat dalam mendepositokan
dananya adalah bersifat profit motif yang mana ingin mendapatkan
keuntungan yang besar. Hubungan yang terjadi adalah apabila tingkat bagi
hasil yang diberikan mengalami kenaikan maka volume deposito mudharabah
juga akan meningkat dan sebaliknya jika bagi hasil yang diberikan menurun
maka volume deposito mudharabah menurun.
Berikut adalah beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
yaitu:
No
1
Penelitian Sebelumnya
Judul
Variabel
Hubungan
a. Tingkat
tingkat bunga
bunga
bank
b. Simpanan di
konvensional
bank syariah
dengan
simpanan di
bank syariah
Analisis
perilaku
nasabah bank
syariah dalam
memilih bank
syariah
a. Faktor agama
b. Faktor
keuntungan
Pengaruh
pendapatan
bagi hasil
terhadap
a. Bagi Hasil
b. Deposito
Mudharabah
Hasil
Hubungan
antara tingkat
bunga dibank
konvensional
dengan
simpanan
dibank syariah
adalah
hubungan
negatif
Ketaatan
terhadap
prinsip-prinsip
agama
mempengaruhi
keputusan
nasabah dalam
memilih bank
syariah
Bagi hasil
berpengaruh
secara
signifikan
Penelitian Sekarang
Judul
Variabel
Pengaruh
a. Tingkat
Tingkat
Suku
Suku Bunga
Bunga
dan Bagi
b. Bagi Hasil
c. Deposito
Hasil
Mudhara
Terhadap
bah Bank
Deposito
Syariah
Mudharabah
Mandiri
Bank
Syariah
Mandiri
deposito
mudharabah
4
Analisis
Pengaruh
Suku Bunga
Bank
Konvensional
Terhadap
Jumlah
Simpanan
Pada Bank
Umum
Syariah Tahun
2002-2006
a. Tingkat suku
bunga
b. Simpanan di
bank syariah
hubungan
antara bagi
hasil, suku
bunga serta
pendapatan
terhadap
simpanan
mudharabah
di Bank
Muamalat
Indonesia
(BMI)
a. Bagi Hasil
b. Suku Bunga
c. Simpanan
Mudharabah
terhadap
deposito
mudharabah
Jangka pendek
suku bunga
bank
konvensional
dan nisbah
yang diberikan
oleh bank
syariah
berpengaruh
terhadap
besarnya
jumlah
simpanan pada
bank syariah.
Pada jangka
panjang suku
bunga bank
konvensional
dan nisbah
mempengaruhi
besarnya
jumlah
simpanan pada
bus dan
mempengaruhi
keputusan
masyarakat
untuk
menempatkan
dananya
Bagi hasil dan
suku bunga
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
simpanan di
BMI, yang
berarti bahwa
faktor agama
masih menjadi
pendorong
nasabah dalam
menabung di
bank syariah