Anda di halaman 1dari 18

KARAKTERISTIK KOEFISIEN

PERPINDAHAN KALOR REFRIJERAN


R-290 DAN R-22 PADA ALIRAN DUA FASE
DALAM PIPA BERDIAMETER 7,6 MM

Peter Lewis Hamonangan Panjaitan


1106139651
Sidang Skripsi
Departemen Teknik Mesin
Universitas Indonesia

Pendahuluan
Sistem Pendingin
dan Refrijeran

Global Waming
Potential

Ozone Depletion
Potential

Wina Convention (1985)


Montreal Protocol (1987)
Kyoto Protocol (1997)

Tujuan
Refrijeran Natural
ODP 0 dan GWP 8
(WMO 1991, IPPC 1994)

Karakteristik Refrijeran : Pressure Drop, Koefisien Perpindahan Kalor, dan

Pola Aliran
Menggunakan pipa konvensional (7,6 mm) dengan panjang 1,07 m

Dasar Teori
Pada Perpindahan Kalor pada aliran internal dengan Fluks
kalor konstan, perhitungan koefisien Perpindahan Kalor
menggunakan 2 metode :
Koefisien Perpindahan Kalor Eksperimen
=

( )

Koefisien Perpindahan Kalor Chen (1966)


= +

Metode Eksperimen

Konduksi
Perpindahan kalor pada
plat
=

Perpindahan kalor pada


silinder

1 2
= 2

2 1

1 = 2

Konveksi

= ( ) = 2 . = .
Newton Laws Cooling

=
( )

. . ln( )

Metode Korelasi Chen

Fenomena
nucleate boiling
dan convective
boiling
Convective boiling
(1 )
=

= 0,023 0,8 0,4

Nucleat boiling
Panjang Subcooled
0,67 0,12 (0,4343 ln )0,55 0,55
,
,

=
55

=
=

Suppression factor & Parameter F


Kualitas Uap

= + (1 )
=
+ ,
Sehingga koefisien

1
perpindahan kalor
=
1,17
korelasi Chen,
(1 + 2,53 106
)

= (
)
menjadi
0.99
0.8

=
=
= +

Metodologi Penelitian
Variasi Pengujian
Fluks Kalor

9,98 kW/m2 ~
25,06 kW/m2

Fluks Massa

185,7 kg/m2.s ~
628,8 kg/m2.s

Temperatur
Saturasi
(Tekanan)

9 oC ~ 14,6 oC

Asumsi Pengujian
Fluks kalor dari heater
uniform
Penurunan tekanan
yang terjadi linear
Roughness pada pipa
uniform

Skema alat pengujian


Test Section :
Test Section
Pipa Konvensional
Stainless Steel Ss-316
Diameter dalam = 7,6 mm
Diameter luar = 9,5 mm
Panjang
= 1,07 m

Sistem Alat Pengujian


Sistem Pendingin

Cooler 1

Cooler 2

Condensing Unit
Fluida Pendingin :
Ethylene Glycol

Fluida Pendingin
pada Cooler
Preston (-18 oC)

Test Section

Termokopel

Pemanas Lilitan (Heater)

Gear Pump

Brand : Ropar

Capacity 0.5
m3/h sampai 12
m3/h

Pipa Tembaga
Kiri
= 3/8 inch
Kanan = 1/4 inch

Pressure
sampai 10 Bar

Voltage Regulator
Panel Listrik
Sight Glass

Vacuum Pump

Alat Ukur

Pressure Transmiter

Pressure Gauge

Coriolis

Wattmeter

Data Akusisi

Hasil dan Pembahasan


Pengaruh Fluks Massa Terhadap Koefisien Perpindahan Kalor

h (heat coeff)

R-290

10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0

q = 25 (kW/m2)
Tsat = 8,2 C
G = 415 kg/(m2.s)
G = 265 kg kg/(m2.s)

0.05
0.1
x (kualitas uap)

0.15

3000

R-22
h (heat coeff)

2500

q = 25 (kW/m2)
Tsat = 9,25 C

2000

Sistem dengan fluks


massa yang lebih
tinggi memiliki nilai
koefisien perpindahan
kalor yang tinggi pada
awal evaporasi,
namun memiliki
kualitas uap keluar
yang lebih rendah.

(1 )

= 0,023 0,8 0,4

1500
G = 480 kg/(m2.s
1000
G = 630kg/(m2.s)
500
0

0.05
0.1
x (kualitas uap)

0.15

= +

R-290

Pengaruh Fluks Kalor Terhadap Koefisien


Perpindahan Kalor
10000

9000

G = 400 kg/(m2.s)
Tsat = 8,3 C

h (heat diagram)

8000
7000
6000

q = 20 (kW/m2)

5000

q = 25 (kW/m2)

4000
3000

2000
1000
0
0

0.02

0.04
0.06
x (kualitas uap)

0.08

Sistem dengan fluks kalor yang lebih tinggi


memiliki nilai koefisien perpindahan kalor
yang lebih besar.

0.1

( )

Pengaruh Temperatur Saturasi Terhadap Koefisien

Perpindahan Kalor
T sat

f
(kg/m3)

g
(kg/m3)

f/ g

6,4 oC

1259,5

25,866

48,7

8,5 oC

1252,1

27,551

45,44

Kf
(mW/mK)

Kg
(mW/mK)

91,868

9,85

90,926

10,002

f
(Pa.s)

g
(Pa.s)

f/g

(mN/m)

201,46

11,639

17,3

9,18

196,92

11,731

16,78

8,27

Perbandingan Tsat R-22

R-22

2000

q = 20 (kW/m2)
G = 367 kg/(m2.s)

h (heat coeff)

1800
1600

1400
1200

Tsat = 8,5 C

1000

Tsat = 6,4

800
600

0.05

0.1
0.15
x (kualitas uap)

0.2

Sistem dengan temperatur saturasi yang lebih tinggi dipengaruhi oleh


koefisien perpindahan panas nucleat boiling yang lebih dominan.

Perbandingan Koefisien Perpindahan Kalor R-22 dan

R-290
Fluida
Kerja

Tekanan
Inlet

R-22

6,5 bar

R-290

6,1 bar

f
(kg/m3)
1252,1
516,85

f/ g

f
(Pa.s)

g
(Pa.s)

f/g

27,551

45,5

196,92

11,731

16,78

10,44

13,217

39,1

115,1

7,7

13,68

9,04

g
(kg/m3)

(mN/m)

2500

h (heat coeff)

2000

q = 20 (kW/m2)
G = 362 kg/(m2.s)
Tsat = 8,5 C

1500

R-22
1000

R-290

500

0
0

0.05

0.1
x (kualitas uap)

0.15

0.2

Koefisien perpindahan panas R-290


lebih tinggi daripada R-22 akibat proses
nucleat boiling yang lebih lama.

Perbandingan Koefisien Perpindahan Kalor Terhadap

Korelasi Chen (1966)


Heat Coeff Chen (W/m.K)

3780

R-22
3280

2780

MD : 75,86 %
AD : 24,2 %

2280

1780
1080

3080

5080

7080

9080

Heat Coeff Chen (W/m.K)

Heat Coeff Experiment (W/m.K)

5210

R-290
4710

MD : 189,53 %
AD : 152,41 %

4210

3710

3210
735

5735

10735

Heat Coeff Experiment (W/m.K)

15735

Kesimpulan
Sistem dengan fluks massa yang lebih tinggi memiliki nilai

koefisien perpindahan kalor yang tinggi pada awal


evaporasi, namun memiliki kualitas uap keluar yang lebih
rendah.
Sistem dengan fluks kalor yang lebih tinggi memiliki nilai
koefisien perpindahan kalor yang lebih besar.
Sistem dengan temperatur saturasi yang lebih tinggi
dipengaruhi oleh koefisien perpindahan panas nucleat
boiling yang lebih dominan.
Koefisien perpindahan panas R-290 lebih tinggi daripada
R-22 akibat proses nucleat boiling yang lebih lama.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai