Anda di halaman 1dari 14

PAPER METABOLISME SEL

SEL PROKARIOTIK
disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dosen Pengampu

Metabolisme Sel

Prof. Dr. Ir. Priyantini

Widyaningrum, M.S.
Dr. Retno Sri Iswari, S.U.

oleh :
Maratush Sholihah Romadhoni
0402515025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (KONSENTRASI BIOLOGI)


PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup menunjukkan berbagai tingkat organisasi. Atom terorganisir ke
dalam suatu molekul, molekul ke dalam organela, dan organela ke dalam sel,
dan sebagainya. Sama seperti atom yang merupakan unit dasar suatu materi,
sel merupakan unit struktural dan fungsional dasar dari semua makhluk
hidup. Kata sel berasal dari bahasa Latin cella yang berarti ruangan yang
kecil, dan pertama kali ditemukan oleh seorang ahli mikroskop, Roberth
Hook tahun 1665 yang ketika itu sedang meneliti struktur irisan gabus.
Terbentuknya sel pertama kali di bumi diperkirakan terjadi sekitar 3,5
milyar tahun yang lalu. Sel yang terbentuk adalah sel heterotrof, yaitu sel
yang memakan bahan makanan yang terdapat di sup prabiotik. Sel heterotrof
ini melakukan respirasi anaerobik karena kadar oksigen waktu itu sangat
rendah, tidak memiliki membran inti, tidak memiliki organel-organel seperti
mitokondria, kloroplas, retikulum endoplasma, tetapi mampu bereproduksi
melalui pembelahan sel.
Sel heterotrof primitif tersebut terus menerus berkembangbiak
sehingga bahan makanan yang berupa bahan organik menjadi semakin
menipis. Kondisi demikian memaksa sel tersebut membuat makanannya
sendiri melalui adaptasi terhadap lingkungannya. Adaptasi dilakukan dengan
cara membran plasmanya melekuk ke dalam, membentuk lembaran-lembaran
fotosintetik (mitokondria) yang berfungsi untuk menangkap energi sinar
matahari guna membuat zat organik dari zat anorganik. Munculah kemudian
sel autotrof sebagai akal bakal sel tumbuhan yang memungkinkan terjadinya
fotosintesis.
Sel primitif yang pertama kali menghuni di Bumi tersebut diduga
ialah sel prokariotik, yaitu sel sederhana yang tidak memiliki membran inti,
hanya memiliki membran sel. Sitoplasma yang mengandung DNA, dan RNA,
serta zat-zat organik dari lingkungannya sebagai makanan. Sel ini tidak
1

mengandung mitokondria yang berfungsi menghasilkan energi. Sehingga, sel


ini bersifat anaerobik. Hal ini sesuai dengan kondisi lingkungan saat itu yang
miskin akan oksigen.
Jadi, makhluk hidup yang terbentuk pertama kali di Bumi diduga
adalah sel prokariotik anaerobik yang kemudian berevolusi menjadi sel
prokariotik aerobik. Bakteri dan Archaea adalah dua kelompok organisme
yang masuk dalam jenis prokariotik. Bagaimana struktur anatominya,
fungsinya, dan kemampuan adaptasinya terhadap lingkungan sekitar? Hal ini
akan diuraikan lebih terperinci di bagian pembahasan dalam paper ini.

B. Tujuan
Penyusunan paper ini bertujuan untuk mengetahui hal hal yang berkaitan
dengan sel prokariotik.
1. Struktur anatomi dari sel prokariotik.
2. Fungsi organel organel dari sel prokariotik.
3. Kemampuan adaptasinya terhadap lingkungan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Prokariotik
Prokariota sudah ada sejak 3,5 milyar tahun yang lalu atau 1 milyar
tahun setelah pembentukan kerak bumi, sehingga dipercaya organisme
prokariotik merupakan organisme perintis kehidupan di Bumi. Prokariota
adalah kelompok organisme dengan sel yang tidak memiliki nukleus yang
terikat dalam membran inti, dengan kata lain, semua komponen intraseluler
berada bersama-sama dalam sitoplasma.
Sebagian besar prokariotik adalah organisme uniseluler, meskipun
beberapa spesies berkumpul secara temporer maupun permanen di dalam
koloni. Sel sel prokariotik umumnya memiliki diameter yang berkisar 0,5
5 m, jauh lebih kecil daripada diameter yang berkisar 10 100 m. Sel sel
prokariotik memiliki bermacam-macam bentuk, tiga diantaranya yang paling
umum adalah bulat (kokus), batang (basil), dan spiral.
Prokariotik sangat bergantung pada ketersediaan zat-zat tertentu di
habitatnya, sehingga metabolisme prokariota lebih bervariasi daripada
eukariota. Hal ini menyebabkan organisme prokariotik banyak sekali
macamnya. Misalnya, ada prokariota yang metabolismenya bergantung pada
ketersediaan H2S untuk memperoleh energi dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Selain itu ada juga prokariota yang menggunakan
fotosintesis maupun senyawa organik untuk memperoleh energi. Cara
memperoleh energi yang bermacam-macam tersebut membuat organisme
prokariotik mampu bertahan di lingkungan yang ekstrem seperti, permukaan
salju di Antartika, lubang hydrothermal di dasar laut, dan sumber air panas.

B. Struktur dan Fungsi Sel Prokariotik

Organisme prokariotik mencakup Bakteri dan Archaea. Pada sistem 3


Kingdom, kedua jenis organisme tersebut bersama dalam Kingdom yang
sama yaitu Monera. Struktur anatomi dari kedua organisme sel Prokariotik
tersebut dapat diamati secara lebih jelas pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Anatomi Sel Prokariotik pada Bakteri dan Archaea.


(Sumber : Mader, 2003)

Struktur sel prokariotik terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian luar
sebagai penutup sel dan bagian dalam berupa organel sel yang tersebar dalam
sitoplasma. Bagian luar terdiri dari kapsula, dinding sel, dan membran
plasma. Ketiganya memiliki fungsi yang sama sebagai pelindung dari
lingkungan sekitar. Adanya perlindungan hingga 3 lapis inilah yang
menjadikan organisme prokariotik mampu bertahan hingga di lingkungan
yang ekstrim.

1. Dinding Sel
Dinding sel tersusun atas peptidoglikan. Peptidoglikan adalah
polisakarida yang terdiri dari dua gula turunan yaitu, asam-N-asetil
glukosamin dan asam-N-asetil muramat. Dua gula turunan tersebut
dihubungkan dengan ikatan -1,4 dan rantai peptida pendek yang terdiri

dari d-asam glukamat, l-alanin, d-alanin serta l-lisin maupun asam


diaminopimelik (DAP).
Peptidoglikan merupakan komponen penting
prokariota

yang

berfungsi

mempertahankan

pada dinding

integritas

serta

mempertahankan bentuk prokariota itu sendiri. Peptidoglikan hanya dapat


ditemukan pada bakteri, meskipun tidak semua terdapat DAP dalam
strukturnya.

Gambar 2. Dinding sel Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif
(Sumber : http://slideplayer.com)

Berdasarkan teknik pewarnaan Gram yang dikembangkan oleh


dokter Hans Christian Gram, para ilmuwan mengklasifikasikan bakteri
menjadi dua kelompok berdasarkan perbedaan komposisi dinding selnya.
Bakteri gram positif memiliki dinding yang lebih sederhana dengan
jumlah peptidoglikan yang relatif banyak. Bakteri gram negatif memiliki
peptidoglikan yang lebih sedikit dan lebih kompleks secara struktural,
dengan membran luar yang mengandung lipopolisakarida.
Jika diberikan pewarnaan Gram, maka bakteri gram positif akan
mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu pewarnaan Gram
sehingga bakteri ini akan tampak berwarna ungu atau biru, hal ini
dikarenakan gram positif memiliki dinding peptidoglikan yang lebih tebal.
Sedangkan, bakteri gram negatif akan berwarna merah atau merah muda
karena gram negatif memiliki dinding peptidoglikan yang lebih tipis serta
memiliki lapisan lipopolisakarida yang tebal.
Dinding sel dari banyak prokariota dilapisi oleh kapsul, lapisan
lengket yang terdiri dari polisakarida atau protein. Dengan adanya kapsul
5

ini, organisme prokariota memungkinkan untuk melekat pada substrat


maupun individu lain dalam suatu koloni. Kapsul ini juga dapat
melindungi prokariota dari dehidrasi, serta melindungi prokariota
patogenik dari sistem kekebalan inangnya.
2. Membran Plasma
Membran plasma sel prokariotik tersusun atas molekul lipid dan
protein (lipoprotein). Fungsinya sebagai pelindung molekular sel terhadap
lingkungan di sekitarnya dengan jalan mengatur lalu lintas molekul dan
ion-ion dari dan ke dalam sel. Membran plasma terletak pada bagian dalam
dinding sel.
Pada bagian tertentu dari membran plasma ini terjadi lekukan ke
arah sitoplasma membentuk struktur yang disebut mesosom yang
fungsinya setara dengan mitokondria pada sel-sel eukariotik. Pada
beberapa organisme prokariotik yang dapat melakukan fotosintesis,
lekukan tersebut mengandung pigmen fotosintetik yang disebut sebagai
lembar fotosintetik atau tilakoid.

(a) Aerobic prokaryote


(b) Photosynthetic prokaryote
Gambar 3. Membran Plasma sel (a.)Prokariotik Aerobik, (b.)Prokariotik Fotosintesis.

3. Mesosom
(Sumber : Campbell dkk, 2012)
Pada tempat tertentu, membran plasma melekuk ke dalam
membentuk mesosom. Mesosom memiliki fungsi yang sama dengan
mitokondria, yaitu berfungsi dalam pembelahan sel dan sebagi tempat
respirasi sel untuk memperoleh energi yang akan digunakan dalam
aktifitas sel. Pada membran mesosom tersebut terdapat enzim-enzim

pernapasan

yang

berperan

dalam

reaksi-reaksi

oksidasi

untuk

menghasilkan energi. Biasanya mesosom terletak dekat dinding sel yang


baru terbentuk pada saat pembelahan biner sel prokariotik.
4. Sitoplasma
Sitoplasma tersusun atas air, protein, lemak, mineral, dan enzimenzim. Enzim-enzim digunakan untuk mencerna makanan secara
ekstraseluler dan untuk melakukan proses metabolisme sel. Metabolisme
terdiri dari proses penyusunan (anabolisme) dan penguraian (katabolisme)
zat-zat. Sitoplasma dapat berisi vakuola, vesikel (vakuola kecil) dan
fungsinya untuk menyimpan cadangan gula kompleks atau bahan-bahan
organik (Sumadi dan Aditya, 2007). Pada beberapa organism Archaea
tertentu, vakuola berisi gas nitrogen.
5. Ribosom
Ribosom merupakan organel tak bermembran
tempat berlangsungnya sintesis protein. Organel
ini menerjemahkan mRNA untuk membentuk
polipeptida yang kemudian digunakan untuk
memperoleh energi. Ukurannya sangat kecil,
berdiameter antara 15-20 nm (1 nanometer = 109

meter). Di dalam sel bakteri terkandung 15.000

butir ribosom, atau sekitar 25% dari massa total


Gambar 4. Ribosom
(Sumber: http://serc.carleton.edu)

sel bakteri.

6. DNA

Asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, disingkat DNA)


merupakan persenyawaan yang tersusun atas gula deoksiribosa, fosfat, dan
basa-basa nitrogen. DNA berfungsi sebagai pembawa informasi genetik,
yakni sifat-sifat yang harus diwariskan kepada keturunan. Karena itu DNA
disebut sebagai materi genetik.
7. RNA
Asam ribonukleat (ribonucleic acid, disingkat RNA) merupakan
persenyawaan hasil transkripsi (hasil cetakan, hasil kopian) DNA. Jadi,
bagian tertentu DNA melakukan transkripsi (mengopi diri) membentuk
RNA. RNA membawa kode-kode genetik sesuai dengan pesanan DNA.

Selanjutnya kode-kode genetik itu akan diterjemahkan dalam bentuk


urutan asam amino dalam proses sintesis protein.
8. Flagela dan Pili
Beberapa

bakteri

memiliki

flagela

yang

berfungsi

untuk

pergerakan. Flagela prokariotik memiliki lebar sepersepuluh dari flagela


eukariotik. Beberapa bakteri memiliki pili di permukaan tubuhnya. Pili
lebih pendek dari flagela, bentuknya seperti benang. Fungsi pili bagi
bakteri adalah untuk transfer DNA ke sel yang lain. Ada perbedaan
struktur flagela pada bakteri Gram Positif dan bakteri Gram Negatif.

Gambar 5. Flagela Prokariotik (Sumber : http://classes.midlandstech.edu/)

Pusat pergerakan flagela prokariotik ada pada apparatus basal,


system cincin yang tertanam dalam dinding sel an membrane plasma
(TEM). Pompa yang ditenagai ATP mentranspor proton keluar sel, dan
difusi proton kembali ke dalam sel menggerakan apparatus basal secara
langsung, yang memutar sebuah kait melengkung. Kait ini melekat ke
filamen yang tersusun dari rantai-rantai flagelin, sejenis protein globular.
Demikianlah struktur dan fungsi sel prokariotik secara garis besar.
Meskipun sel prokariotik berukuran sangat kecil, di dalamnya terdapat
bagian-bagian sel yang rumit dan memiliki fungsi yang cukup untuk
menunjang kehidupannya. Setiap bagian sel ini mempunyai peranan yang
pentin. Bagian-bagian sel itu tidak dapat berdiri sendiri dalam
menjalankan fungsi sebuah sel, melainkan harus bekerja sama dengan
bagian sel lain membentuk satu kesatuan.

C. Kemampuan Adaptasi Sel Prokariotik


Prokariotik termasuk organisme yang sangat sukses dalam beradaptasi
dengan lingkungannya. Potensinya dalam bereproduksi secara cepat menjadi
salah satu faktor suksesnya organisme tersebut dalam beradaptasi. Melalui
pembelahan biner, satu sel prokariotik tunggal dapat membelah menjadi dua
sel, kemudian membelah jadi empat, delapan, enam belas, dan seterusnya.

Gambar 6. Pembelahan biner pada sel Prokariotik (Sumber : http://image.slidesharecdn.com)

Pada kondisi yang optimal, banyak prokariotik dapat membelah setiap


1 3 jam, bahkan beberapa spesies dapat memproduksi generasi baru hanya
dalam 20 menit. Akibatnya, populasi prokariotik dapat terdiri dari triliunan
individu jauh lebih banyak daripada populasi eukariotik multiselular ,
misalnya tumbuhan dan hewan.
Kemampuan beberapa prokariotik untuk bertahan dalam kondisi yang
tak bersahabat juga berkontribusi terhadap kesuksesannya. Beberapa
diantaranya, seperti Halobacterium, memiliki adaptasi biokimia, sedangkan
yang lain memiliki adaptasi struktural. Bakteri tertentu, misalnya,
mengembangkan sel-sel resisten yang disebut endospora ketika terjadi
kekurangan nutrient esensial.
Terakhir, karena masa generasi mereka yang singkat, populasi
prokariotik dapat berevolusi secara subtansial dalam periode waktu yang
singkat. Pada penelitian yang dilakukan Vaughn Cooper dan Richard Lenski
dari Universitas Negeri Michigan menunjukkan hasil yang mengagumkan.
Hasil penelitian mencatat adanya evolusi adaptif pada populasi bakteri setelah
melewati 20.000 generasi (kira-kira 8 tahun).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan populasi-populasi


E. coli untuk beradaptasi terhadap lingkungan baru. Sampel bakteri yang
digunakan ada sebanyak 12 populasi, masing-masing tersusun atas satu sel
tunggal dari galur E. coli yang kemudian diamati laju pertumbuhan setiap
populasinya selama 20.000 generasi (kira-kira 8 tahun). Setiap hari para
peneliti melakukan transfer berseri guna menjaga ketersediaan sumber daya
yang berkesinambungan.
Transfer berseri adalah kegiatan memindahkan 0,1 ml dari masingmasing populasi ke tabung baru yang berisi 9,9 ml medium pertumbuhan
segar. Medium pertumbuhan yang digunakan mempresentasikan lingkungan
menantang yang hanya mengandung glukosa berkadar rendah dan sumber
daya lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri E. coli. Sampel
diambil secara berkala dari 12 populasi dan ditumbuhkan dalam kompetisi
dengan nenek moyang bersama dalam lingkungan percobaan (berkadar
glukosa rendah). Hasil penelitian tampak seperti pada grafik Gambar 6.

Gambar 7. Grafik laju rata-rata kebugaran dari populasi E. coli selama 20.000 generasi dalam
medium berkadar glukosa rendah. (Sumber : Jurnal Nature 407, 736 739 tahun 2000)

Hasil penelitian menunjukkan laju rata-rata kebugaran populasi E. coli


meningkat cepat dalam 5.000 generasi pertama (2 tahun) dan lebih lambat
selama 15.000 generasi berikutnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
populasi-populasi aseksual bakteri E.coli terus mengakumulasikan mutasi

10

yang menguntungkan untuk 20.000 generasi. Hal ini memungkinkan evolusi


yang lebih cepat dari peningkatan performa pada lingkungan baru.
Kemampuan sel prokariotik untuk beradaptasi secara cepat terhadap
lingkungan baru, menyoroti fakta bahwa meskipun struktur sel selnya
tersusun lebih sederhana daripasa sel sel eukariotik, namun sel prokariotik
tidak lah primitif dalam pengertian evolusi. Berdasarkan penelitian yang telah
dijabarkan sebelumnya, menunjukkan bahwa sel prokariotik sebenarnya
mengalami proses evolusi yang sangat maju. Hal ini dibuktikan dari
keberadaan mereka yang tetap eksis dari pertama kali fosil nenek moyang
mereka ditemukan.
Fosil tertua sel prokariotik berusia 3,5 milyar tahun yang lalu dalam
bentuk stromatolit terfosilisasi (Campbell, 2012). Stromatrolit adalan
bebatuan berlapis yang terbentuk ketika prokariotik tertentu mengikat
lapisan-lapisan tipis sedimen menjadi satu. Stromatolit masa kini dapat kita
jumpai di beberapa teluk yang hangat, dangkal, dan asin. Jika komunitas
mikroba cukup kompleks untuk membentuk stromatolit yang ada 3,5 milyar
tahun yang lalu, maka cukup masuk akal jika hipotesis yang menyatakan
bahwa organisme bersel tunggal berasal jauh lebih dahulu dan menjadi
makhluk hidup pertama yang menghuni Bumi.

Gambar 8. Stromalit di Shark Bay, Australia Barat (Sumber: http://www.sharkbay.org.au/)

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan tersebut dapat diambil
kesimpulan :

11

1. Struktur sel prokariotik meskipun ukurannya mikroskopis, namun


memiliki organel organel sel yang fungsional untuk menunjang
kehidupannya.
2. Organisme prokariotik meskipun struktur selnya primitif, namun secara
evolusi memiliki kemampuan adaptasi yang cukup hebat, baik secara
adaptasi struktural, maupun adaptasi biokimia.
3. Kemampuan adaptasi sel prokariotik, salah satunya dikarenakan
kemampuannya dalam melakukan reproduksi secara pembelahan biner
dalam waktu yang singkat.
B. Saran
Kajian yang terdapat dalam paper ini, terutama tentang kemampuan sel
prokatiotik dalam beradaptasi masih dapat dilakukan pendalaman materi pada
bidang ilmu yang lain seperti genetika dan biologi molekuler. Kajian materi
yang dapat dicari seputar tentang reproduksi sel tunggal, rekombinasi genetik,
dan sistematika molekuler dari materi genetik sel prokariotik.

12

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk. 2012. BIOLOGY Edisi 8 Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Cooper VS, dan Lenski RE. 2000. The Population Genetics of Ecological
Specialization in Envolving Escherichia coli Populations. Jurnal Nature 407:
736 739.
Sumadi, dan Aditya M. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha ilmu.

13

Anda mungkin juga menyukai