Anda di halaman 1dari 32

1.

Proses Menua
1.1 Defenisi
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,
yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun
psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional (Nugroho,
2008).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami.
Menua bukanlah suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Memang harus diakui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Lanjut usia akan
selalu bergandengan dengan perubahan fisiologi maupun psikologi (Nugroho,
2000).

Universitas Sumatera Utara

Dalam buku keperawatan gerontik dan geriatric, Wahyudi Nugroho


(2008) mengatakan bahwa menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
dari jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
Pernyataan

tersebut

dapat

disimpulkan

bahwa

manusia

yang

di

secara

derita.
perlahan

mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini jelas menunjukkan
bahwa proses menua itu merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor
yang saling berkaitan yang dapat mempengaruhi kemandirian dan

kesehatan

lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya.


Proses menua merupakan proses yang terus menerus/berkelanjutan secara
alamiah dan umumnya di alami oleh semua makhluk hidup, misalnya, dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga
tubuh mati sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada
organ tubuh tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut
usia/masih muda, tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok. Adapula
orang yang sudah lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar, dan badan
tegap. Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering
dialami lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya
tahan terhadap infeksi dan akan menempuh semakin banyak penyakit degeneratif
(mis: hipertensi, arteriosklerosis, diabetes militus dan kanker) yang akan
menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode terminal yang dramatis,

misalnya stroke, infark miokard, koma asidotik, kanker

metastatis dan

sebagainya.
Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling
berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang
proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan
sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan
detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Berikut akan
dikemukakan bermacam-macam teori proses menua yang penting.
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologi, psikologi dan sosial (Iknatius, 2000).
Lansia adalah Orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak memiliki atau tidak berdaya mencari

nafkah

sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang
lain(UU.No 4 tahun 1999).
Lansia menurut UU No.13 thn 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
Pasal 1 ayat 2 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
Secara ekonomis, penduduk lansia dapat diklasifikasikan atas lima
klasifikasi yaitu :
1) Pralansia
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3) Lansia resiko tinggi


Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa.
5) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada kehidupan orang lain (Maryam, 2000).
Memberdayakan penduduk lansia potensial dalam berbagai aktifitas
produktif merupakan salah satu upaya penunjang kemandirian lansia, tidak saja
dari aspek ekonomi tetapi sekaligus pemenuhan kebutuhan psikologi, social,
budaya, dan kesehatan (Nugroho, 2000).
1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
Menurut Pudjiastuti dalam bukunya pada tahun 2002 bahwa faktor yang
mempengaruhi penuaan terdiri dari : Faktor endogen adalah perubahan dimulai
dari sel jaringan organ sistem pada tubuh dan faktor ekstrogen, yaitu
lingkungan, sosial budaya, gaya hidup.

Menurut bandiyah, 2009 faktornya terdiri dari :

hereditas

atau

keturunan /genetik, nutrisi atau makanan , status kesehatan , pengalaman hidup ,


stres (Nugroho, 2000).

1.3. Teori Proses Menua


Proses menua bersifat individual:
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
3. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
a. Teori Biologis
1. Teori Genetik
Teori genetik clock, teori ini merupakan teori intrinsik yang
menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis

yang

mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan


bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya memiliki suatu jam
genetik/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia
yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu
sehingga bila jenis ini berhenti berputar, dia akan mati.
Manusia mempunyai umur harapan hidup nomor dua terpanjang
setelah bulus. Secara teoritis, memperpanjang umur mungkin terjadi,

meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya


peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan pemberian
obat-obatan atau tindakan tertentu.
Teori mutasi somatic, menurut teori ini, penuaan terjadi karena
adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk.
Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam
proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terusmenerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau
perubahan sel menjadi kanker atau sel menjadi penyakit. Setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas
adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel (Suhana, 2000).

2. Teori nongenetik
Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory), mutasi
yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Mutasi yang
merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak
mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari
peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia (Goldstein, 1989).
Proses metababolisme tubuh, memproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga

jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan


kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi
kelainan autoimun.
Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory), teori
radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh,
karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam
mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang
tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan
sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang
menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi
oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal
bebas ini menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 1994).
Radikal

bebas

dianggap

sebagai

penyabab

penting

terjadinya

kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat dilingkungan


seperti:
1. Asap kendaraan bermotor
2. Asap rokok
3. Zat pengawet makanan
4. Radiasi
5. Sinar ultraviolet yang mengakibatkan
pigmen dan kolagen pada proses menua.

terjadinya perubahan

Teori menua akibat metabolism, telah dibuktikan dalam berbagai


percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan
perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur (Darmojo, 2000).
Teori rantai silang (cross link theory), teori ini menjelaskan
bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam
nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi,
mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada
membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku,
kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.
Teori fisiologis, teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik,
terdiri atas teori oksidasi stres (wear and tear theory). Di sini terjadi
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai
(regenerasi

jaringan

tidak

dapat

mempertahankan

kestabilan

lingkungan internal).
b. Teori Sosiologis
Teori Sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara
lain:
1. Teori Interaksi Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang

dihargai

masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi


sosial merupakan kunci mempertahankan status sosial berdasarkan
kemampuan bersosialisasi.
Pokok-pokok sosial exchange theory antara lain:
1.

Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai


tujuannya masing-masing.

2.

Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan


biaya dan waktu.

3.

Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor


mengeluarkan biaya.

2. Teori aktivitas atau kegiatan


a. Ketentuan tentang semakin menurunnya

jumlah

kegiatan

secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang


sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam
kegiatan sosial.
b. Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama
mungkin.
c. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
lanjut usia.
d. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu
agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.

3. Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)


Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya.
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang
lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang
dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan
dalam siklus kehidupan lanjut usia. Pengalaman hidup seseorang
suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat dia menjadi
lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan
harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah lanjut
usia.
4. Teori pembebasan/penarikan diri (disangagement theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.
Pokok-pokok disangagement theory
a. Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi masa pensiun.
Pada wanita, terjadi pada masa peran dalam keluarga
berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa dan
meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.
b. Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini
karena lanjut usia dapat merasakan tekanan sosial berkurang,

sedangkan kaum muda memperoleh kesempatan kerja yang


lebih baik.
c. Ada tiga aspek utama dalam teori ini yang perlu diperhatikan:
1. Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
2. Proses tersebut tidak dapat dihindari
3. Hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat.
Teori yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961).
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia,
apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia mengalami
kehilangan ganda (triple loss):
1. Kehilangan peran (loss of role).
2. Hambatan

kontak

sosial

(restriction

of

contact

and relationship).
3. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores
and values)
Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami
proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan

terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan


mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.
Dari penyebab terjadinya proses menua tersebut, ada beberapa
peluang yang memungkinkan dapat diintervensi agar proses menua
dapat diperlambat.
Kemungkinan yang terbesar adalah mencegah:
1. Meningkatnya radikal bebas.
2. Memanipulasi sistem imun tubuh.
3. Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai misteri
kehidupan masih banyak yang belum bisa terungkap, proses
menua merupakan salah satu misteri yang paling sulit
dipecahkan. Selain itu, peranan faktor resiko yang datang dari
luar (eksogen) tidak boleh dilupakan, yaitu faktor lingkungan
dan budaya gaya hidup yang salah. Banyak faktor yang
memengaruhi proses menua (menjadi tua), antara lain
herediter/genetik,
pengalaman

nutrisi/makanan,

hidup,

lingkungan,

status
dan

kesehatan,
stres.

Proses

menua/menjadi lanjut usia bukanlah suatu penyakit, karena


orang meninggal bukan karena tua, orang muda pun bisa
meniggal dan bayi pun bisa meninggal. Banyak mitos
mengenai lanjut usia yang sering merugikan atau bernada

negatif,

tetapi sangat berbeda dengan kenyataan

yang

dialaminya (Nugroho, 2000).

1.4 Aspek Fisiologik Dan Patologik Akibat Proses Menua


Perubahan akibat proses menua dan usia biologis, dengan makin
lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik
dan fungsional atas organ-organnya makin besar. Peneliti Andres dan Tobin
(seperti di kutip oleh Kane) mengintroduksi Hukum 1% yang menyatakan
bahwa fungsi organ-organ akan menurun sebanyak

satu

persen

setiap

tahunnya setelah usia 30 tahun walaupun penelitian oleh Svanborg


menyatakan bahwa penurunan tersebut tidak sedramatis seperti di atas, tetapi
memang terdapat penurunan yang fungsional dan nyata setelah usia 70 tahun.
Sebenarnya lebih tepat bila dikatakan bahwa penurunan anatomik dan fungsi
organ tersebut tidak dikaitkan dengan umur kronologik melainkan dengan
umur biologiknya. Dapat disimpulkan, mungkin seseorang dengan usia
kronologik baru 55 tahun sudah menunjukkan berbagai penurunan anatomik
dan fungsional yang nyata akibat umur biologiknya yang sudah lanjut sebagai
akibat tidak baiknya faktor nutrisi, pemeliharaan kesehatan, dan kurangnya
aktivitas.
Penurunan anatomik dan fungsional dari organ-organ tersebut akan
menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit pada organ tersebut.

Batas

antara penurunan fungsional dan penyakit seringkali para ahli lebih suka

menyebutnya sebagai suatu perburukan gradual yang manifestasinya pada


organ tergantung pada ambang batas tertentu dari organ tersebut dan pada
dasarnya tergantung atas:

1.Derajat kecepatan terjadinya perburukan atau deteriorisasi


2.Tingkat tampilan organ yang dibutuhkan
Pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pada seorang lanjut usia,
perbedaan penting dengan perkataan lain: pertanda penuaan adalah bukan
pada tampilan organ atau organisme saat istrahat, akan tetapi bagaimana
organ atau organisme tersebut dapat beradaptasi terhadap stres dari luar
(Kane, 2001). Sebagai contoh, seorang lansia mungkin

masih

menunjukkan nilai gula darah normal pada saat puasa, akan tetapi
mungkin menunjukkan nilai gula darah normal pada saat puasa, akan
tetapi

mungkin

menunjkkan

nilai

yang

abnormal

tinggi

dengan

pembebanan glukosa. Oleh karena itu pengguna tes darah 2 jam post
pradial kurang memberikan arti ketimbang nilai gula darah puasa.
Perubahan yang terjadi pada lanjut usia kadang bekerja bersama-sama
untuk menghasilkan nilai fungsional yang terlihat normal pada lansia.
Sebagai contoh, walaupun filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal sudah
menurun, banyak lansia menunjukkan nilai kreatinin serum dalam batas
normal. Ini disebabkan karena masa otot bersih dan produksi kreatinin
yang sudah menurun pada usia lanjut. Oleh karena itu pada usia lanjut

kreatinin serum tidak begitu tepat uuntuk dijadikan sebagai indikator


fungsi ginjal dibanding dengan pada usia muda. Oleh karena fungsi ginjal
sangat penting untuk menentukan berbagai hal (pemberian obat, nutrisi,
dan prognosis penyakit), maka diperlukan cara lain untuk menentukan
parameter fungsi ginjal. Pada lansia oleh karenanya dianjurkan memakai
formula Cocroft-gault.
1.5 Tinjauan masalah psikologik pada lansia
Masalah psikologik yang dialami oleh golongan lansia ini pertama kali
mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka
hadapi, antara lain kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk
memikirkannya. Dalam hal ini dikenal apa yang disebut disengagement
theory, yaitu berarti ada penarikan diri dari masyarakat dan diri pribadinya
satu sama lain. Dulu hal ini diduga dapat mensukseskan proses menua.
Anggapan ini bertentangan dengan pendapat-pendapat sekarang, yang
justru menganjurkan masih tetap ada social involvement (keterlibatan
sosial) yang dianggap lebih penting dan meyakinkan. Masyarakat sendiri
menyambut hal ini secara positif. Contoh yang dapat dikemukakan
umpama dalam bidang pendidikan, yang masih tetap ditingkatkan pada
usia lanjut ini untuk menaikkan intelegensi dan memperluas wawasannya
(Broklehurst dan allen, 1987). Di negara-negara industri maju bahkan
didirikan apa yang disebut university of the thrird age. Pemisahan diri
(disengagement) baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir

kehidupan lansia saja. Para lansia yang realistis dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya yang baru.
Karena telah lanjut usia mereka seringkali dianggap terlalu lamban,
dengan daya reaksi yang lambat dengan

kesigapan

dan

kecepatan

bertindak dan berfikir yang menurun, meskipun kinerja mereka banyak


yang masih baik. Banyak contoh-contoh historis, seperti antara lain:
G.Verdi, Goethe, Andre Topolev, Galilei, Laplace, Eisenhower, Churchill,
R.Reagan yang masih Berjaya dan sangat produktif pada bidangnya
masing-masing pada usia yang sangat lanjut (lebih dari 70 tahun).
Daya ingat (memori) mereka memang banyak yang menurun dari lupa
samapai pikun dan demensia. Biasanya mereka masih ingat betul
peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa mengenai halhal yang baru terjadi. Pada lansia yang masih produktif justru banyak yang
menggunakan waktu menulis buku ilmiah, maupun memorinya sendiri.
Stereotype psikologik orang lanjut usia
Biasanya

sifat-sifat

streotype

para

lansia

ini

sesuai

dengan

pembawaanya pada waktu muda. Beberapa tipe yang dikenal adalah


sebagai berikut:
1.Tipe konstruktif: orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati
hidupnya, mempunyai toleransi tinggi, humoristis, fleksibel (luwes) dan
tahu diri. Biasanya sifat-sifat

ini dibawanya sejak

dapat menerima fakta-fakta proses menua,

muda.

Mereka

mengalami pensiun dengan tenang, juga dalam menghadapi masa


akhir.
2.Tipe ketergantungan (dependent): orang lansia ini masih dapat di terima
ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tak berambisi, masih tahu diri,
tak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. Biasanya orang ini
dikuasai istrinya. Ia senang mengalami pensiun, malahan biasanya
banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan senang untuk berlibur.
3.Tipe defensif: orang ini biasanya dulunya mempunyai pekerjaan/jabatan
tak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, sering kali emosinya tak
dapat di kontrol, memegang teguh pada kebiasaanya, bersifat konfulsif
aktif. Anehnya mereka

takut

menghadapi menjadi tua dan tak

menyenangi masa pensiun.


4.Tipe bermusuhan (hostility): mereka menganggap orang lain yang
menyebabkan kegagalanya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga.
Biasanya

pekerjaan

waktu

dulunya

tidak

stabil.

Menjadi

tua

dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang
yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-pekerjaan aktif
untuk menghindari masa yang sulit/buruk.
5.Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (selfhaters): orang ini bersifat
kritis terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak mempunyai ambisi,
mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi. Biasanya

mempunyai perkawinan

yang tidak bahagia, mempunyai sedikit

hobby merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka menerima


fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia

muda,

merasa sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap


kematian

sebagai

suatu

kejadian

yang

membebaskannya

dari

penderitaan. Statistik kasus bunuh diri menunjukkan angka yang lebih


tinggi persentasenya pada golongan lansia pada golongan lansia ini,
apalagi pada mereka yang hidup sendirian (darmojo, 2009).
1.6 Program Kesehatan Lanjut Usia
Puskesmas adalah unit terdepan dalam pelayanan kesehatan kepada
masyarakat secara menyeluruh,

terpadu dan bermutu yang antara lain

melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan


kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, serta sebagai pusat pengembangan
dan peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Saat

ini

Puskesmas diharapkan dapat melaksanakan berbagai macam program dalam


bentuk upaya kesehatan wajib dan pengembangan. Program pembinaan
kesahatan lanjut usia merupakan upaya kesehatan pengembangan puskesmas
yang lebih mengutamakan upaya promotif, preventif
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative.
Upaya Kesehatan bagi Lanjut Usia
a. Upaya Promotif

dengan

tidak

Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat


di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi
untuk lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, presbikusis dan lain-lain.
Upaya peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta
produktivitas masyarakat lanjut usia.
1. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang
atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan
aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Menurut Dachroni
tahun 1998, PHBS erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat karena
bidang garapanya adalah membantu masyarakat yang seterusnya bermuara
pada pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku positif dalam
bidang kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat ini sesuai dengan visi
promosi kesehatan dan dapat di praktekan pada masing-masing tatanan.
Gaya hidup sehat untuk lansia yang terpenting seperti tidak merokok,
melakukan aktivitas 30 menit sehari, personal higiene, mengatur kesehatan
lingkungan seperti rumah sehat dan membuang kotoran pada tempatnya.
2. Gizi untuk Lanjut Usia
Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lanjut
usia untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan
gizi, yang seyogyanya telah dilakukan sejak muda dengan tujuan agar

tercapai kondisi kesehatan yang prima dan tetap produktif di hari tua.
Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun, dan zat pengatur.
1. Sumber zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan pokok seperti beras,
jagung, ubi dan lainya yang mengandung karbohidrat.
2. Sumber zat pembangun atau protein penting untuk pertumbuhan dan
mengganti sel-sel yang rusak, pada hewani seperti telur, ikan dan susu.
Sedangkan pada nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu.
3. Sumber zat pengatur, bahan mengandung berbagai vitamin dan mineral
yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh
contohnya sayuran dan buah.
b. Upaya Preventif
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya
penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa
deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di
kelompok lanjut usia ( posyandu lansia ) atau Puskesmas dengan
menggunakan Kartu Menuju Sehat ( KMS ) lanjut usia.
c. Upaya Kuratif
Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinan
dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia. Pengobatan
lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di
fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos

Kesehatan Desa. Apabila sakit yang diderita lanjut usia membutuhkan


penanganan dengan fasilitas lebih lengkap, maka dilakukan rujukan ke
Rumah Sakit setempat.
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif
maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan
kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia.
1.7 Pengelompokan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi: usia
pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia
(elderly) kelompok usia 60 74 tahun, lanjut usia tua (old) kelompok usia 75
90 tahun, usia sangat tua (very old) kelompok usia 90 tahun.
Menurut Jos Masdani (Psikologi UI) lanjut usia merupakan kelanjutan
dari usia dewasa, dan menurut Koesoemato Setyonegoro pengelompokan lanjut
usia sebagai berikut: usia dewasa muda (elderly adulhood) : 18 atau 20 25
tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas : 25 60 atau 65 tahun (
Nugroho, 2000 ).
Batasan batasan lanjut usia menurut WHO :
1. Usia pertengahan ( middle age ),ialah kelompok usia 45-59 thn.
2. Lanjut usia ( elderly ) = antara 60 dan 74 tahun.
3. Lanjut usia tua ( old ) = antara 75 dan 90 tahun.

4. Usia sangat tua ( very old ) = di atas 90 tahun( nugroho , 2000 ).

1.8 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia


a. Perubahan-perubahan fisik
1) Sistim persyarafan: cepatnya menurun hubungan persyarafan /
kemampuan berkurang, lambat dalam respon dan

waktu

untuk

bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf panca indera,


berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecil syaraf
pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu.
2) Sistim penglihatan: kornea lebih berbentuk sfevis (bola), lensa lebih
suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan
gangguan penglihatan, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya
adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam
cahaya gelap.
3) Sistim kardiovaskuler: kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan
menurunnya

kontraksi

dan

volumenya,

kehilangan

elastisitas

pembuluh darah,kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk


oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)
bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan

pusing

mendadak),

tekanan

darah

meninggi

diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

4) Sistim kulit: kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan


lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, kulit kepala dan rambut
menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal.
5) Rambut : penurunan pigmen yang menyebabkan rambut berwarna abu
abu atau putih, penipisan seiring penurunan jumlah melanosit,
rambut pubik rontok akibat perubahan hormonal.
6) Telinga : Atrofi organ korti dan saraf auditorius , ketidakmampuan
membedakan

konsonan

bernada

tinggi

perubahan

struktural

degeneratif dalam keseluruhan sistem pendengaran.


7) Sistem meskuluskletal: Peningkatan jaringan adiposa, penurunan masa
tubuh yang tidak berlemak dan kandungan mineral tubuh, penurunan
pembentukan kolagen dan masa otot, penurunan viskositas cairan
sinovial dan lebih banyak membran sinovial yang fibritik (Stockslager,
2003).
b. Perubahan-perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental: perubahan
fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan,
keturunan, lingkungan.
c. Perubahan-perubahan psikososial
1) Pensiun
Seseorang pension

akan mengalami kehilangan-kehilangan antara

lain: kehilangan finansial (income berkurang), kehilangan status,

kehilangan teman / relasi, kehilangan pekerjaan, merasakan atau sadar


akan kematian.
2) Perubahan dalam cara hidup
3) Gangguan panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
4) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik
(Wahyudi Nugroho, 2000)
1.9 Hal-Hal Yang Diperhatikan Agar Lansia Sehat
a) Mandi
Pada waktu lansia memasuki kamar mandi hendaknya tubuhnya dipegang kuat
oleh pengasuhnya, jika merasa oyong waktu sedang mandi segera dibaringkan
tanpa bantal.
b) Kebersihan mulut
Lansia yang tidak mandiri perlu dibantu dalam membersihkan giginya, jika ada
gigi palsu hendaklah dibersihkan setelah habis makan dengan sikat gigi.
Menghilangkan baunya gigi palsu direndam dengan air hangat yang telah
dibubuhi obat pembersih mulut beberapa tetes selama 5 10 menit, kemudian
bilas kembali sampai bersih.
c) Cara mencuci rambut dan kulit
Kulit dan rambut pada lansia mulai mengering. Sehabis mandi, rambut harus
segera dikeringkan agar tidak mudah menjadi demam, batuk, pilek dan lain-lain.
d) Kuku

Waktu menggunting kuku lansia harus hati-hati agar tidak terjadi luka pada
lansia, khususnya penderita diabetes melitus lebih sukar sembuh.

e) Pakaian
Pakaian lansia hendaknya terbuat dari bahan lunak, harus dijaga agar tetap rapi
karena banyak lansia yang tidak peduli lagi terhadap pakaian.
f) Istirahat tidur
Biasanya pola tidur lansia hanya beberapa jam saja, kemudian terbangun lagi
dan memerlukan waktu untuk dapat tidur kembali. Tercapai kesegaran jasmani
dan rohani lansia sangat perlu, maka pola istirahat dan tidur harus dilakukan
berulang-ulang setiap hari. Kamar tidur hendaknya mempunyai ventilasi yang
baik, khususnya bagi penyakit paru.
g) Masalah buang air kecil dan besar
Lansia pria akibat pembesaran kelenjar prostat dapat menimbulkan gangguan
berkemih. Lansia wanita akibat kebersihan pada daerah kemaluan dan dubur
jika tidak dijaga dengan baik, maka sering sekali terjadi infeksi saluran
kemih(R.Boedi Darmojo,2003).
2. Pengkajian status fungsional.
2.1 Defenisi
Pengkajian status fungsional adalah suatu kemampuan

seseorang

untuk menggunakan kapasitas fisik yang dimiliki guna memenuhi kewajiban


hidupnya, yang berintegrasi/berinteraksi dengan lingkungan dimana ia berada.

2.2 Kewajiban hidup seorang individu terdiri atas :

a)

Kewajiban

melaksanakan

aktifitas

kehidupan

sehari-hari.

Aktifitas

kehidupan sehari-hari ialah suatu aktifitas yang meliputi kegiatan


perawatan diri, memelihara lingkungan hidupnya dan prilaku yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri.
b) Kewajiban melaksanakan aktivitas produktif. Aktifitas produktif adalah
semua bentuk aktivitas baik yang menghasilkan bentuk jasa ataupun
komoditi yang digunakan oleh orang lain sehingga dapat memberikan
peningkatan kemampuan, ide, pemenuhan kebutuhan, dll.
c)

Kewajiban melaksanakan aktivitas rekreasi. Aktivitas rekreasi adalah


semua bentuk aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang dan
membuat pelakunya menjadi lebih gembira dan dapat menikmati aktivitas
tersebut(http/fungsi dan pelayanan).

2.3 Kemampuan Fungsional


2.3.1

Defenisi

Kemampuan fungsional adalah suatu bentuk pengukuran kemampuan


seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari hari secara mandiri.
Penentuan kemampuan fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan
keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang tepat.(
Siti Maryam, 2008).

Beberapa sistem penilaian yang dikembangkan dalam pemeriksaan


kemampuan fungsional, tersebut antara lain indeks Barthel yang dimodifikasi,
indeks katz, indeks Kenny self-care, dan indeks activity daily living(ADL)
2.3.2

Jenis jenis pengkajian kemampuan fungsional

a. Indeks Barthel yang dimodifikasi.

Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain

dalam

meningkatkan aktivitas fungsional. Penilaian meliputi makan, berpindah


tempat, kebersihan diri, aktivitas di toilet, mandi, berjalan di jalan datar,
naik turun tangga, berpakaian, mengontrol defekasi, mengontrol
berkemih.
Cara penilaiannya antara lain : Makan, jika memerlukan bantuan
di beri nilai 5 dan jika mandiri 10. Berpindah dari kursi roda ketempat
tidur dan sebaliknya termasuk duduk di tempat tidur ,Jika memerlukan
bantuan di beri nilai 5-10 dan jika mandiri 15. kebersihan diri(mencuci
muka ,menyisir, mencukur, menggosok gigi) Jika memerlukan bantuan
di beri nilai 0 dan jika mandiri 5. Aktivitas di toilet(mengelap,
menyemprot) Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri
10. Mandi, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 0 dan jika mandiri
5.Berjalan dijalan yang datar, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 10

dan jika mandiri 15. Naik turun tangga, Jika memerlukan bantuan di beri
nilai 5 dan jika mandiri 10. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu,
Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri 10. Mengontol
dofekasi, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri 10.
Mengontrol berkemih, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika
mandiri diberi nilai 10.
Dengan penilaian:
0-20 : ketergantungan penuh
21-61 : ketergantungan berat/sangat tergantung
62-90 : ketergantungan moderat
91-99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri.
b. Indeks katz
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk
aktivitas kehidupan sehari hari yang berdasarkan pada evaluasi
fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal: makan,kontinen
(BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan berpakaian.
Menurut Pratiwi S Pongrekuns blog, Index Katz adalah pemeriksaan
disimpulkan dengan system penilaian yang didasarkan pada tingkat
bantuan orang lain dalam melakukan aktifitas fungsionalnya. Salah
satu keuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur

perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri


evaluasi dan aktivitas rehabilisasi.
Pengukuran pada kondisi ini meliputi Indeks Katz

Mandi

Berpakai
an

Dapat
mengerj
akan
sendiri
Seluruhnya
tanpa
bantuan

Perg
i ke
toil
et
Berpin
dah
(berja

Dapat
mengerj
akan
sendiri

BAB dan
BAK

Dapat
mengontrol

Makan

Tanpa
bantuan

Tanpa
bantuan

bagian tertentu
dibantu atau
seluruhnya
dibantu
bagian tertentu
dibantu atau
Seluruhnya dengan
bantuan
Memerlukan
bantuan atau
Tidak dapat pergi
ke WC
Dengan bantuan
atau Tidak
dapat
Kadangkadang
ngompol / defekasi
di tempat tidur
atau Dibantu
seluruhnya
dengan
Perlu bantuan
dalam
halhal tertentu atau
Seluruhnya dibantu

Klasifikasi:
A : Mandiri, untuk 6 fungsi
B : Mandiri, untuk 5 fungsi
C : Mandiri, kecuali untuk mandi dan 1 fungsi lain.
D : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian dan 1 fungsi lain

E : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi


lain
F : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi
lain
G : Tergantung untuk 6 fungsi.
Berdasarkan

referensi yang peneliti dapatkan , untuk mempermudah

penilaiannya maka klasifikasinya dimodifikasi sebagai berikut :


A : Mandiri, untuk 6 fungsi
B : Mandiri, untuk 5 fungsi
C : Mandiri, untuk 4 fungsi.
D : Mandiri, untuk 3 fungsi
E : Mandiri, untuk 2 fungsi
F : Mandiri, 1untuk 1 fungsi
G : Tergantung untuk 6 fungsi.
Keterangan:
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari
orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap
tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.
c. Indeks Kenny self care

Gugus tugas pada evaluasi ini merupkan pertimbangan untuk


menilai sarat minimal kemandirian individu di rumah atau tempat lain
dengan lingkungan terbatas. Hal yang dinilai meliputi tujuh kategori
yaitu aktivitas di tempat tidur(bergeser di tempat tidur, bangun dan
duduk), Berpindah (duduk, berdiri), ambulasi (berjalan , naik turun
tangga, penggunaan kursi roda), berpakaian (anggota atas dan trunk
bagian atas), hygiene (wajah, rambut, anggota atas, Trunk, anggota
bawah), defekasi, berkemih, makan.
Dengan skala penilaian :
O: ketergantungan penuh
1 : perlu bantuan banyak
2: perlu bantuan sedang
3 : perlu bantuan minimal/ pengawasan
4 : mandiri penuh
Hasil kemandirian merupakan jumlah rata-rata tiap bidang kemampuan
(Pudjiastuti, 2003).
d.indeks activity daily living (ADL).
Indeks ADL menilai aktivitas fungsional dalam 16 bidang
kemampuan, yaitu : berpindah dari lantai ke kursi, berpindah dari kursi
ke tempat tidur, berjalan dalam ruangan, berjalan diluar, naik tangga,

turun tangga, berpakaian, mencuci, mandi, menggunakan toilet, kontrol


defekasi dan berkemih, berhias, menyikat gigi, menyiapkan minum
teh/kopi, menggunakan kran, dan makan. Skala penilaian adalah 1(dapat
melakukan tanpa bantuan), nilai 2 (dapat melakukan dengan bantuan),
nilai 3(tidak dapat melakukan).

Anda mungkin juga menyukai