Proses Menua
1.1 Defenisi
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,
yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun
psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional (Nugroho,
2008).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami.
Menua bukanlah suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Memang harus diakui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Lanjut usia akan
selalu bergandengan dengan perubahan fisiologi maupun psikologi (Nugroho,
2000).
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
manusia
yang
di
secara
derita.
perlahan
mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini jelas menunjukkan
bahwa proses menua itu merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor
yang saling berkaitan yang dapat mempengaruhi kemandirian dan
kesehatan
metastatis dan
sebagainya.
Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling
berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang
proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan
sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan
detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Berikut akan
dikemukakan bermacam-macam teori proses menua yang penting.
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologi, psikologi dan sosial (Iknatius, 2000).
Lansia adalah Orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak memiliki atau tidak berdaya mencari
nafkah
sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang
lain(UU.No 4 tahun 1999).
Lansia menurut UU No.13 thn 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
Pasal 1 ayat 2 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
Secara ekonomis, penduduk lansia dapat diklasifikasikan atas lima
klasifikasi yaitu :
1) Pralansia
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
hereditas
atau
yang
2. Teori nongenetik
Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory), mutasi
yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Mutasi yang
merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak
mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari
peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia (Goldstein, 1989).
Proses metababolisme tubuh, memproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
bebas
dianggap
sebagai
penyabab
penting
terjadinya
terjadinya perubahan
jaringan
tidak
dapat
mempertahankan
kestabilan
lingkungan internal).
b. Teori Sosiologis
Teori Sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara
lain:
1. Teori Interaksi Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang
dihargai
2.
3.
jumlah
kegiatan
kontak
sosial
(restriction
of
contact
and relationship).
3. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores
and values)
Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami
proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan
nutrisi/makanan,
hidup,
lingkungan,
status
dan
kesehatan,
stres.
Proses
negatif,
yang
satu
persen
setiap
Batas
antara penurunan fungsional dan penyakit seringkali para ahli lebih suka
masih
menunjukkan nilai gula darah normal pada saat puasa, akan tetapi
mungkin menunjukkan nilai gula darah normal pada saat puasa, akan
tetapi
mungkin
menunjkkan
nilai
yang
abnormal
tinggi
dengan
pembebanan glukosa. Oleh karena itu pengguna tes darah 2 jam post
pradial kurang memberikan arti ketimbang nilai gula darah puasa.
Perubahan yang terjadi pada lanjut usia kadang bekerja bersama-sama
untuk menghasilkan nilai fungsional yang terlihat normal pada lansia.
Sebagai contoh, walaupun filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal sudah
menurun, banyak lansia menunjukkan nilai kreatinin serum dalam batas
normal. Ini disebabkan karena masa otot bersih dan produksi kreatinin
yang sudah menurun pada usia lanjut. Oleh karena itu pada usia lanjut
kehidupan lansia saja. Para lansia yang realistis dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya yang baru.
Karena telah lanjut usia mereka seringkali dianggap terlalu lamban,
dengan daya reaksi yang lambat dengan
kesigapan
dan
kecepatan
sifat-sifat
streotype
para
lansia
ini
sesuai
dengan
muda.
Mereka
takut
pekerjaan
waktu
dulunya
tidak
stabil.
Menjadi
tua
dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang
yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-pekerjaan aktif
untuk menghindari masa yang sulit/buruk.
5.Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (selfhaters): orang ini bersifat
kritis terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak mempunyai ambisi,
mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi. Biasanya
mempunyai perkawinan
muda,
sebagai
suatu
kejadian
yang
membebaskannya
dari
ini
dengan
tidak
tercapai kondisi kesehatan yang prima dan tetap produktif di hari tua.
Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun, dan zat pengatur.
1. Sumber zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan pokok seperti beras,
jagung, ubi dan lainya yang mengandung karbohidrat.
2. Sumber zat pembangun atau protein penting untuk pertumbuhan dan
mengganti sel-sel yang rusak, pada hewani seperti telur, ikan dan susu.
Sedangkan pada nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu.
3. Sumber zat pengatur, bahan mengandung berbagai vitamin dan mineral
yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh
contohnya sayuran dan buah.
b. Upaya Preventif
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya
penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa
deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di
kelompok lanjut usia ( posyandu lansia ) atau Puskesmas dengan
menggunakan Kartu Menuju Sehat ( KMS ) lanjut usia.
c. Upaya Kuratif
Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinan
dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia. Pengobatan
lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di
fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos
waktu
untuk
kontraksi
dan
volumenya,
kehilangan
elastisitas
pusing
mendadak),
tekanan
darah
meninggi
konsonan
bernada
tinggi
perubahan
struktural
Waktu menggunting kuku lansia harus hati-hati agar tidak terjadi luka pada
lansia, khususnya penderita diabetes melitus lebih sukar sembuh.
e) Pakaian
Pakaian lansia hendaknya terbuat dari bahan lunak, harus dijaga agar tetap rapi
karena banyak lansia yang tidak peduli lagi terhadap pakaian.
f) Istirahat tidur
Biasanya pola tidur lansia hanya beberapa jam saja, kemudian terbangun lagi
dan memerlukan waktu untuk dapat tidur kembali. Tercapai kesegaran jasmani
dan rohani lansia sangat perlu, maka pola istirahat dan tidur harus dilakukan
berulang-ulang setiap hari. Kamar tidur hendaknya mempunyai ventilasi yang
baik, khususnya bagi penyakit paru.
g) Masalah buang air kecil dan besar
Lansia pria akibat pembesaran kelenjar prostat dapat menimbulkan gangguan
berkemih. Lansia wanita akibat kebersihan pada daerah kemaluan dan dubur
jika tidak dijaga dengan baik, maka sering sekali terjadi infeksi saluran
kemih(R.Boedi Darmojo,2003).
2. Pengkajian status fungsional.
2.1 Defenisi
Pengkajian status fungsional adalah suatu kemampuan
seseorang
a)
Kewajiban
melaksanakan
aktifitas
kehidupan
sehari-hari.
Aktifitas
Defenisi
dalam
dan jika mandiri 15. Naik turun tangga, Jika memerlukan bantuan di beri
nilai 5 dan jika mandiri 10. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu,
Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri 10. Mengontol
dofekasi, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri 10.
Mengontrol berkemih, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika
mandiri diberi nilai 10.
Dengan penilaian:
0-20 : ketergantungan penuh
21-61 : ketergantungan berat/sangat tergantung
62-90 : ketergantungan moderat
91-99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri.
b. Indeks katz
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk
aktivitas kehidupan sehari hari yang berdasarkan pada evaluasi
fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal: makan,kontinen
(BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan berpakaian.
Menurut Pratiwi S Pongrekuns blog, Index Katz adalah pemeriksaan
disimpulkan dengan system penilaian yang didasarkan pada tingkat
bantuan orang lain dalam melakukan aktifitas fungsionalnya. Salah
satu keuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur
Mandi
Berpakai
an
Dapat
mengerj
akan
sendiri
Seluruhnya
tanpa
bantuan
Perg
i ke
toil
et
Berpin
dah
(berja
Dapat
mengerj
akan
sendiri
BAB dan
BAK
Dapat
mengontrol
Makan
Tanpa
bantuan
Tanpa
bantuan
bagian tertentu
dibantu atau
seluruhnya
dibantu
bagian tertentu
dibantu atau
Seluruhnya dengan
bantuan
Memerlukan
bantuan atau
Tidak dapat pergi
ke WC
Dengan bantuan
atau Tidak
dapat
Kadangkadang
ngompol / defekasi
di tempat tidur
atau Dibantu
seluruhnya
dengan
Perlu bantuan
dalam
halhal tertentu atau
Seluruhnya dibantu
Klasifikasi:
A : Mandiri, untuk 6 fungsi
B : Mandiri, untuk 5 fungsi
C : Mandiri, kecuali untuk mandi dan 1 fungsi lain.
D : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian dan 1 fungsi lain