Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR

UNIT III

SISTEM PENYEARAH GELOMBANG PENUH


DAN PENYEDIA DAYA TERKENDALI

Nama

: Arifin Galu

Nomor Mahasiswa

: 15/384921/TK/43583

Hari Praktikum

: Jumat

Tanggal Praktikum

: 26 Februari 2016 & 4 Maret 2016

Kelompok

: 10

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
A. Pendahuluan

1. Tujuan

Praktikan dapat merangkai rangkain elektronis berupa rectifier (penyearah gelombang)

Prakikan dapat menganalis rangkaian elektronis yang telah dirangkai

Mempelajari input dan output rangkaian penyearah gelombang

2. Dasar teori

Penyearah gelombang (rectifier) adalah bagian dari power supply/catu daya yang
berfungsi untuk mengubah sinyal tegangan AC (Alternating Current) menjadi tegangan DC
(Direct Current). Komponen utama dalam penyearah gelombang adalah diode yang
dikonfiguarsikan secara forward bias. Dalam sebuah power supply tegangan rendah,
sebelum tegangan AC tersebut di ubah menjadi tegangan DC maka tegangan AC tersebut
perlu di turunkan menggunakan transformator stepdown. Ada 3 bagian utama dalam
penyearah gelombang pada suatu power supply yaitu, penurun tegangan (transformator),
penyearah gelombang / rectifier (diode) dan filter (kapasitor). Urutannya sebagai berikut.
Tegangan PLN (AC) transformator rectifier filter tegangan DC. Penyearah
gelombang dibagi menjadi 2 jenis yaitu penearah setengah gelombang dan penyearah
gleombang penuh.

Penyearah setengah gelombang (half wave rectifier)

Penyearah setengah gelombang (half wave rectifer) hanya menggunakan 1 buah


diode sebagai komponen utama dalam menyearahkan gelombang AC. Prinsip kerja
dari penyearah setengah gelombang ini adalah mengambil sisi sinyal positif dari
gelombang AC dari transformator. Pada saat transformator memberikan output sisi
positif dari gelombang AC maka diode dalam keadaan forward bias sehingga sisi
positif dari gelombang AC tersebut dilewatkan dan pada saat transformator
memberikan sinyal sisi negatif gelombang AC maka dioda dalam posisi reverse
bias, sehingga sinyal sisi negatif tegangan AC tersebut ditahan atau tidak
dilewatkan seperti terlihat pada gambar sinyal output penyearah setengah
gelombang berikut.

Perhitungan pada penyearah setengah gelombang adalah

Vavg=

Vm
R

Penyearah gelombag penuh (full wave rectifier)

Pada penyearah gelombang penuh ini terdapat 2 macam yaitu menggunakan 4


diode dan 2 diode. Untuk penyearah gelombang penuh 4 diode digunakan
transformator non-CT

Prinsip kerja dari penyearah gelombang penuh dengan 4 diode diatas dimulai pada
saat output transformator memberikan level tegangan sisi positif, maka D1, D4
pada posisi forward bias dan D2, D3 pada posisi reverse bias sehingga level
tegangan sisi puncak positif tersebut akan di leawatkan melalui D1 ke D4.
Kemudian pada saat output transformator memberikan level tegangan sisi puncak
negatif maka D2, D4 pada posisi forward bias dan D1, D2 pada posisi reverse bias
sehingan level tegangan sisi negatif tersebut dialirkan melalui D2, D4.

Penyearah gelombang penuh dengan 2 diode menggunakan transformator


dengan Center Tap (CT).

Prinsip kerja rangkaian penyearah gelombang penuh dengan 2 dioda ini dapat
bekerja karena menggunakan transformator dengan CT. Transformator dengan CT
seperti pada gambar diatas dapat memberikan output tegangan AC pada kedua
terminal output sekunder terhadap terminal CT dengan level tegangan yang
berbeda fasa 180. Pada saat terminal output transformator pada D1 memberikan
sinyal puncak positif maka terminal output pada D2 memberikan sinyal puncak
negatif, pada kondisi ini D1 pada posisi forward dan D2 pada posisi reverse.
Sehingga sisi puncak positif dilewatkan melalui D1. Kemudian pada saat terminal
output transformator pada D1 memberikan sinyal puncak negatif maka terminal
output pada D2 memberikan sinyal puncak positif, pada kondisi ini D1 posisi
reverse dan D2 pada posisi forward. Sehingga sinyal puncak positif dilewatkan
melalui D2.

Perhitungan pada penyearah geombang penuh adalah

Vavg=

2 Vm

Rangkaian penyearah dilengkapi dengan filter (kapasitor)

Agar tegangan penyearahan gelombang AC lebih rata dan menjadi tegangan


DCmaka dipasang filter kapasitor pada bagian output rangkaian penyearah.

Fungsi kapasitor
pada rangkaian
diatas untuk menekan
ripple (riak) yang
terjadi dari proses
penyearahan
gelombang AC. Setelah
dipasang filter kapasitor maka
output dari rangkaian penyearah gelombang penuh ini akan menjadi tegangan DC
(Direct Current).

V DC =

2 Vmax

Kemudian untuk mencari ripple tegangan menggunakan

V Ripple =

I Load
fC

B. Alat dan Bahan


1. Solder
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Penyedot timah (attractor)


Tang potong
Tang kupas
Trafo CT
Osiloskop
Multimeter
Papan PCB
Diode In 4002 2 buah
Resistor 47 k 1 buah

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Resistor 22 k 1buah
Resistor 10 k 1 buah
Resistor 3 k 1 buah
Resistor 560 1 buah
Kapasitor 220 F/35 V 1 buah
Kapasitor 47 F/25 V 1 buah
Transistor Fes 9013 1 buah
Potensio mono 5 k
LED 1 buah
Beberapa kabel jumper

21.
C. Analisa Gambar Rangkaian
1. Sistem penyearah gelombang penuh
a. Pengujian gelombang sebelum tapis dipasang

22.
23. Rangkaian ini merupakan rangkaian penyearah gelombang penuh dengan
menggunakan 2 diode. Tegangan input merupakan tegangan AC (tegangan PLN)
yang dihubungkan dengan trafo step down, dengan nilai keluaran sebesar 12 V. Trafo
ini merupakan trafo CT (Center Tap), dimana terdapat 2 keluaran input tegangan
yaitu V1 dan V2 yang besar nilainya sama serta terdapat keluaran berupa ground yang
berasal dari CT. Hasil keluaran dari trafo akan masuk ke diode, arus V 1 masuk pada
diode 1, arus V2 masuk pada diode 2. Dimana pada saat V1 positif arus akan
dilewatkan oleh diode 1, V2 negatif arus akan ditahan oleh diode 2. Tetapi pada saat
V2 positif arus akan lewat pada diode 2, V1 bernilai negatif arus akan ditahan oleh
diode 1. Selanjutnya arus dari diode 1 dan diode 2 akan bersatu di satu titik dan
mengalir ke beban resistor 10 k.
24.
25.
b. Pengujian setelah tapis dipasang

26.
27. Pada rangkaian ini terdapat penambahan 2 kapasitor yang berfungsi sebagai filter
yang menghasilkan geombang riak, output gelombang riak dipengaruhi oleh
besarnya nilai kapasitor yag dipasang, semakin besar nilai kapasitor yang digunakan
maka akan semakin halus gelombang yang dihasilkan.
c. Pengujian dengan beban resistor

28.

29. Untuk pengujian menggunakan beban resistor bentuk gelombang riak1 yang
dihasilkan berupa gelombang bergerigi, karena resistor berfungsi sebagai tahanan,
semakin besar nilai resistor maka akan semakin halus ripple(riak) yang dihasilkan.
2. Pengujian daya terkendali
a. Pengujian tanpa beban, dengan tegangan output diatur menjadi 5 V

30.
31. Pada rangkaian ini dengan adanya penyedia daya terkendali, kita dapat mengatur
V output pada keluaran rangkaian sebesar nilai yang diinginkan. Pada rangkaian ini
kita menginginkan V output sebesar 5 Volt. Kita dapat mengubah ubah besar nilai
keluaran V output dengan mengubah besar nilai potensiometer yaitu dengan
memutar pemutar pada potensiometer. Dan diukur pada multimeter sampai
menunjukkan angka 5 V.
b. Pengujian dengan beban resistor

32.
33. Pada rangakaian ini untuk nilai beban tidak menggunakan nilai hambatan dari
potensiometer, namun menggunakan nilai beban pada RL1, RL2 dan RL3.
c. Pengujian R1, R2 dan V In DC dengan V Output bervariasi

34.
35. Pada rangkaian ini kita merubah rubah nilai potensiometer untuk mendapatkan
nilai V output yang bervariasi. V output yang digunakan antara lain 3 V, 4 V, 6 V,
7V, 9 V, 10 V.
36.
D. Hasil Pengujian
I.

Merangkai dan menguji sistem penyearah gelombang penuh

1. Pengujian Bentuk Gelombang sebelum Tapis dipasang


37. V1 = 22,5 V (CRO)
38. V2 = 23,75 V (CRO)
39. Voutput = 10,5 V (CRO)

40. Voutput DC = 10,9 V (multimeter)


41. Gambar gelombang V1 :
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49. Gambar gelombang V2 :
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56. Gambar gelombang Vout :
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
2. Pengujian Bentuk Gelombang setelah Tapis dipasang
64. Vout DC1 = 16,52 V (multimeter)
65. Vout DC2 = 0,12 V (multimeter)
66. VRiak 1 = 0,68 V (CRO)
67. VRiak 2 = 0,09 V (CRO)
68. Gambar gelombang Riak1 :
69.

70.
71.
72.
73.
74.
75. Gambar gelombang Riak2 :
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
3. Pengujian Bentuk Gelombang dengan Beban Resistor
-

Dengan beban RL1


83.

Vout DC1 = 7,53 V (multimeter)

84.

Vout DC2 = 5,4 V (multimeter)

85.

VRiak 1 = 7,6 V (CRO)

86.

VRiak 2 = 0,028 V (CRO)

87.

Gambar gelombang Riak1 :

88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.

Gambar gelombang Riak2 :

99.
100.
-

Dengan beban RL2


101. Vout DC1 = 15,6 V (multimeter)
102. Vout DC2 = 14,9 V (multimeter)
103. VRiak 1 = 0,8 V (CRO)
104. VRiak 2 = 0,026 V (CRO)
105. Gambar gelombang Riak1 :
106.

107.
108. Gambar gelombang Riak2 :
109.
110.
111.
112.
113.
114.
-

Dengan beban RL3


115. Vout DC1 = 15,45 V (multimeter)
116. Vout DC2 = 15,15 V (multimeter)
117. VRiak 1 = 0,68 V (CRO)
118. VRiak 2 = 0,025 V (CRO)
119. Gambar gelombang Riak1 :
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126. Gambar gelombang Riak2 :
127.

128.
129.
130.
131.
132.
II. Merangkai dan menguji penyedia daya terkendali
1. Pengujian tanpa Beban, dengan Tegangan Output diatur 5 V
133.

VIn DC = 23 V (multimeter)

134.

VOut = 5 V

135.

VRiak In = 0,48 V (CRO)

136.

VRiak Out = 0,35 V (CRO)

137.

Gambar gelombang Riak In :

138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.

Gambar gelombang Riak Out :

145.
146.
147.
148.
2. Pengujian dengan beban resistor
-

Dengan beban RL1


149. V DC1 = 36 V (multimeter)
150. V DC2 = 13 V (multimeter)
151. VRiak 1 = 0,6 V (CRO)
152. VRiak 2 = 0,02 V (CRO)
153. Gambar gelombang Riak1:
154.

155.
156.
157.
158.
159.
160. Gambar gelombang Riak2 :
161.
162.
163.
164.
165.
166.
-

Dengan beban RL2


167. V DC1 = 18,07 V (multimeter)
168. V DC2 = 15,03 V (multimeter)
169. VRiak 1 = 0,08 V (CRO)
170. VRiak 2 = 0,034 V (CRO)
171. Gambar gelombang Riak1:
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178. Gambar gelombang Riak2 :
179.
180.
181.
182.
183.
184.

Dengan beban RL3


185. V DC1 = 17,3 V (multimeter)
186. V DC2 = 15,3 V (multimeter)
187. VRiak 1 = 1,2 V (CRO)
188. VRiak 2 = 0,035 V (CRO)
189. Gambar gelombang Riak1:
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196. Gambar gelombang Riak2 :
197.
198.
199.
200.
201.
202.

3. Pengujian R1, R2 dan V In DC dengan V Output bervariasi


203.

204.

Nilai komponen yang dipakai:

Potensio

: 0,9 Ohm

R Seri

: 657 Ohm

Kapasitor 1

: 28 F/25 V

Kapasitor 2

: 200 F/25 V

Data pengamatan
205.
V
O
u
t
209.
3V

206.
V In
D
C
210.
2,75

207.
R1

208.
R2

211.

212.

213.
4V
217.
6V
221.
7V
225.
9V
229.
10 V

214.
3,05
218.
5,87
222.
8,1
226.
9,23
230.
12,0
3

215.

216.

219.

220.

223.

224.

227.

228.

231.
60

232.
22

233.
E. Analisa Hasil Pengujian
1. Sistem penyearah gelombang penuh
a. Pengujian bentuk gelombang sebelum tapis dipasang
234. Input trafo CT berupa tegangan AC yang berasal dari PLN, pada keluaran
memiliki besar tegangan V1 dan V2 yang memiliki nilai yang sama besar. Dengan
menggunakan CRO didapatkan nilai V1 = 22,5 V dan V2 = 23,75 V. Seharusnya nilai V1
dan V2 sama besar, mungkin ini disebabkan karena kesalahan perhitungan. Maka antara
V1 dan V2 dicari nilai rata-ratanya yaitu (V1 + V2)/2 = 23,125 V Tegangan yang
dihitung oleh CRO merupakan tegangan peak to peak ( Vpp ). Sehingga tegangan
sebenarnya atau tegangan dari peak to ground adalah VPP / 2. Tegangan ini disebut
dengan tegangan V max =

Vpp
2

23,125
2

= 11,5625 V

235.
236. Voutput = Vmax 0,7 = 11,5625 0,7 = 10,8625 V
237.
238. Pada hasil pengujian V output sebesar 10,5 V, hasil mendekati nilai perhitungan.
239.
240. Untuk mencari V output DC digunakan, V out DC =

21,725
3,14

2 Voutput

= 6,91 V

241.
242. Hasil pengujian V output DC = 10,9 V, hasil cukup jauh dari nilai perhitungan.
243. Pada hasil pengujian gambar gelombang V1 masih terlihat bentuk gelombang
sinusoida yang memiliki fase positif dan fase negatif. Gambar gelombang V2 pun tidak
jauh berbeda karena V1 dan V2 memiliki besar nilai yang sama. Untuk gambar
gelombang output, pada nilai negatif ditahan sehingga hanya terlihat bagian positif
saja.
244.

b. Pengujian bentuk gelombang setelah tapis dipasang


245. Pada pengujian sudah dipasang tapis C1 dan C2, tapis berfungsi untuk
memangkas gelombang output dari diode yang berupa gelombang sinusoidal menjadi
gelombang yang memiliki riak yang sekecil mungkin dan mirip dengan gelombang
DC. Semakin besar nilai kapasitansi kapasitor maka waktu yang diperlukan kapsitor
untuk mengosongkan muatan pada kapasitor itu sendiri semakin lama. Tetapi
tegangan masukan sudah muncul kembali sebelum kapasitor berhasil mengosongkan
semua muatannya, dan kemudian mengisi kembali muatannya, hal ini berulang
ulang pada rangkaian tersebut. Sehingga pada gambar gelombang output terlihat riak
riak gelombang yang dihasilkan oleh kapasitor.
246. Pada pengujian rangkaian didapatkan besar nilai Vout DC1 = 16,52 Volt ,
sedangkan untuk nilai Vout DC2 = 0,12 Volt.
247. Perbedaan nilai Vout DC dikarenakan ada drop tegangan pada resistor seri 1 k.
248. Pada pengukuran besar nilai Vriak 1 didapatkan nilai sebesar 0,68 V, sedangkan
pada Vriak 2 didapatkan nilai sebesar 0,09V. Penurunan besar nilai Vriak pada output
disebabkan oleh adanya kapasitor C2, dimana C2 berfungsi untuk memperhalus
gelombang riak yang keluar dari C1.
249. Vout DC1 = 16,52 V (sesuai hasil pengukuran)
250. Vriak 2 =
251.

Xc
R

Xc

252.

x Vriak 1

1,3
C

253. Vriak 2 =

Xc
R

254.

27,65
1000

1,3
47

= 27,65

x Vriak 1
x 0,68 = 0,018 V

255.
256. Hasil pengukuran sebesar 0,09 V, hasil cukup jauh berbeda.
257. Hasil pengujian gambar pada Riak1 gelombang output masih memiliki besar nilai
riak yang besar sehingga masih terlihat gelombang yang seperti gerigi. Sedangkan
pada pengujian gambar pada Riak2 gelombang output sudah memiliki besar nilai riak
yang lebih kecil.
258.
c. Pengujian bentuk gelombang dengan beban resistor

Dengan beban RL1


259.
Pada pengujian ditambahkan beban RL1 yang besarnya 3 k, beban
diparalelkan dengan kapasitor C2. Hasil yang diperoleh Vout DC1 sebesar 7,53 V,
sedangkan hasil yang diperoleh Vout DC2 sebesar 5,4 V. Walaupun terdapat
perbedaan hasil yang diperoleh oleh masing masing Vout, besar nilai perbedaan

itu tidak akan menyimpang terlalu jauh. Drop tegangan pada resistor seri 1 k
yang menyebabkan adanya perbedaan besar nilai output.
260.
Dengan menggunakan CRO Vriak 1 didapat sebesar 7,6 V, sedangkan
Vriak 2 didapatkan sebesar 0,028 V. Nilai pada Vriak 2 didapat lebih kecil
dibanding dengan Vriak 1, menandakan kapasitor pada C2 berfungsi dengan baik
yaitu untuk memperhalus gelombang riak pada output. Besarnya nilai Vriak 1 dan
Vriak 2 ditentukan oleh adanya beban resistor RL1.
261.
262.
Vout DC1 = 7,53 V (sesuai hasil pengukuran)
263.

Vout DC2 =

264.
265.
266.
267.
268.

RL
R+ RL

3000
1000+3000

x Vout DC1

x 7,53 = 5,6475 V

Hasil pengujian Vout DC2 = 5,4 V ( mendekati hasil perhitungan)


Vriak 1 = 7,6 V (sesuai hasil pengukuran)

269.

Xc

1,3
C

270.

Vriak 2 =

Xc
R

x Vriak 1

271.

272.
273.

27,65
1000

1,3
47

= 27,65

x 7,6 = 0,21 V

Hasil pengujian Vriak 2 = 0,028 V ( tidak mendekati hasil perhitungan )

274.

Dengan beban RL2


275.
Pada pengujian ditambahkan beban RL2 yang besarnya 22 k. Beban
diparalelkan dengan kapasitor C2 dan juga dengan memutus RL1. Hasil yang
diperoleh Vout DC1 sebesar 15,6 V, sedangkan hasil yang diperoleh Vout DC2
sebesar 14,9 V. Walaupun terdapat perbedaan hasil yang diperoleh oleh masing
masing Vout, besar nilai perbedaan itu tidak akan menyimpang terlalu jauh. Drop
tegangan pada resistor seri 1 k yang menyebabkan adanya perbedaan besar nilai
output.
276.
Dengan menggunakan CRO Vriak 1 didapat sebesar 0,8 V, sedangkan
Vriak 2 didapatkan sebesar 0,026 V. Nilai pada Vriak 2 didapat lebih kecil
dibanding dengan Vriak 1, menandakan kapasitor pada C2 berfungsi dengan baik
yaitu untuk memperhalus gelombang riak pada output. Besarnya nilai Vriak 1 dan
Vriak 2 ditentukan oleh adanya beban resistor RL2. V riak akan semakin mengecil
bila nilai resistor semakin besar.
277.

278.

Vout DC1 = 15,6 V (sesuai hasil pengukuran)

279.

Vout DC2 =

280.
281.
282.
283.
284.

RL
R+ RL

22000
1000+ 22000

x Vout DC1

x 15,6 = 14,92 V

Hasil pengujian Vout DC2 = 14,9 V ( mendekati hasil perhitungan)


Vriak 1 = 0,8 V (sesuai hasil pengukuran)

285.

Xc

1,3
C

286.

Vriak 2 =

Xc
R

x Vriak 1

287.

288.
289.

27,65
1000

1,3
47

= 27,65

x 0,8 = 0,022 V

Hasil pengujian Vriak 2 = 0,026 V ( mendekati hasil perhitungan )

290.

Dengan beban RL3


291.
Pada pengujian ditambahkan beban RL3 yang besarnya 47 k. Beban
diparalelkan dengan kapasitor C2 dan juga dengan memutus RL1, RL2. Hasil yang
diperoleh Vout DC1 sebesar 15,45 V, sedangkan hasil yang diperoleh Vout DC2
sebesar 15,15 V. Walaupun terdapat perbedaan hasil yang diperoleh oleh masing
masing Vout, besar nilai perbedaan itu tidak akan menyimpang terlalu jauh. Drop
tegangan pada resistor seri 1 k yang menyebabkan adanya perbedaan besar nilai
output.
292.
Dengan menggunakan CRO Vriak 1 didapat sebesar 0,68 V, sedangkan
Vriak 2 didapatkan sebesar 0,025 V. Nilai pada Vriak 2 didapat lebih kecil
dibanding dengan Vriak 1, menandakan kapasitor pada C2 berfungsi dengan baik
yaitu untuk memperhalus gelombang riak pada output. Besarnya nilai Vriak 1 dan
Vriak 2 ditentukan oleh adanya beban resistor RL3. V riak akan semakin mengecil
bila nilai resistor semakin besar.
293.
294.
Vout DC1 = 15,45 V
295.

Vout DC2 =

296.
297.
298.

RL
R+ RL

47000
1000+ 47000

x Vout DC1

x 15,45 = 15,12 V

299.
300.

Hasil pengujian Vout DC2 = 15,15 V ( mendekati hasil perhitungan)


Vriak 1 = 0,68 V (sesuai hasil perhitungan)

301.

Xc

1,3
C

302.

Vriak 2 =

Xc
R

303.

1,3
47

x Vriak 1

27,65
1000

= 27,65

x 0,68 = 0,018 V

304.
305.
Hasil pengujian Vriak 2 = 0,025 V ( kurang mendekati hasil
perhitungan )
306.
307.
Dari ketiga percobaan, didapatkan hasil gambar gelombang riak 1
maupun gelombang riak 2 yang masing masing hampir sama, yang
membedakannya hanya besar nilai amplitude gelombang output tersebut.
308.
2. Pengujian penyedia daya terkendali
a. Pengujian tanpa beban dengan tegangan output diatur pada 5 V
309. Pada pengujian ini diatur agar nilai Vout menjadi 5 V dengan mengubah besar
nilai pada potensiometer. Sehingga didapatkan besar nilai V In DC sebesar 23 V, untuk
Vriak In dengan menggunakan CRO didapat nilai sebesar 0,48 V, sedangkan untuk
Vriak out didapatkan nilai sebesar 0,35 V. Dari hasil pengujian didapatkan kapasitor C2
berfungsi dengan baik karena besar nilai Vriak out menjadi lebih kecil dibanding besar
nilai Vriak In.
310.
311. Hasil gambar dari rangkaian ini pada gelombang riak in masih terlihat
gelombang yang bergerigi hasil penapisan kapasitor C1, untuk gelombang riak out
semakin terlihat penapisan yang dilakukan oleh kapasitor C2.
312.
b. Pengujian dengan beban resistor

Dengan beban RL1


313.
Pada pengujian ditambahkan beban RL3 senilai 3 k. Menghasilkan V
DC 1 sebesar 36 V, untuk V DC 2 sebesar 13 V, sedangkan pada besar nilai riak
gelombang pada Vriak 1 sebesar 0,6 V, untuk Vriak 2 sebesar 0,02 V. Dari hasil
pengujian didapatkan kapasitor C2 berfungsi dengan baik karena besar nilai Vriak
2 menjadi lebih kecil dibanding besar nilai Vriak 1. Sedangkan pada V DC2
terdapat drop tegangan dapat dilihat hasil V DC2 semakin kecil dari hasil V DC1,
selain itu besar nilai resistansi potensiometer ikut berpengaruh sebagai drop
tegangan yang membuat besar nilai V DC2 menurun.
314.

315.
Hasil gambar dari rangkaian ini pada gelombang riak in masih terlihat
gelombang yang bergerigi hasil penapisan kapasitor C1, untuk gelombang riak out
semakin terlihat penapisan yang dilakukan oleh kapasitor C2.
316.

Dengan beban RL2


317.
Pada pengujian ditambahkan beban RL2 senilai 22 k. Menghasilkan V
DC 1 sebesar 18,07 V, untuk V DC 2 sebesar 15,03 Volt, sedangkan pada besar
nilai riak gelombang pada Vriak 1 sebesar 0,98 V, untuk Vriak 2 sebesar 0,034 V.
Dari hasil pengujian didapatkan kapasitor C2 berfungsi dengan baik karena besar
nilai Vriak 2 menjadi lebih kecil dibanding besar nilai Vriak 1. Sedangkan pada V
DC2 terdapat drop tegangan dapat dilihat hasil V DC2 semakin kecil dari hasil V
DC1, selain itu besar nilai resistansi potensiometer ikut berpengaruh sebagai drop
tegangan yang membuat besar nilai V DC2 menurun.
318.
319.
Hasil gambar dari rangkaian ini pada gelombang riak in masih terlihat
gelombang yang bergerigi hasil penapisan kapasitor C1, untuk gelombang riak out
semakin terlihat penapisan yang dilakukan oleh kapsitor C2
320.

Dengan beban RL3


321.
Pada pengujian ditambahkan suatu beban resistor senilai 47 k.
Menghasilkan V DC 1 sebesar 17,3 V, untuk V DC 2 sebesar 15,3 V, sedangkan
pada besar nilai riak gelombang pada Vriak 1 sebesar 1,2 V, untuk Vriak 2 sebesar
0,035 V. Dari hasil pengujian didapatkan kapasitor C2 berfungsi dengan baik
karena besar nilai Vriak 2 menjadi lebih kecil dibanding besar nilai Vriak 1.
Sedangkan pada V DC2 terdapat drop tegangan dapat dilihat hasil V DC2 semakin
kecil dari hasil V DC1, selain itu besar nilai resistansi potensiometer ikut
berpengaruh sebagai drop tegangan yang membuat besar nilai V DC2 menurun.
322.
323.
Hasil gambar dari rangkaian ini pada gelombang riak in masih terlihat
gelombang yang bergerigi hasil penapisan kapasitor C1, untuk gelombang riak out
semakin terlihat penapisan yang dilakukan oleh kapasitor C2
324.
325.
Dari ketiga besar nilai beban resistor didapatkan bahwa dengan adanya
penambahan besar nilai resistansi pada beban RL semakin memperbesar nilai riak2
pada output.
326.

c. Pengujian R1, R2 & V In DC dengan V Out bervariasi


327. Pada pengujian kali ini besar nilai Vout dirubah rubah. Pada hasil pengujian
didapatkan besar nilai Vin tetap konstan tidak dipengaruhi oleh besar nilai Vout yang
berubah. Tetapi yang menyesuaikan adalah besar nilai R1 dengan R2. Tetapi pada

percobaan ini hanya pada saat V Out 10 V nilai R1 dan R2 terukur, umtuk variasi V
Out yang lain tidak sempat terukur karenaa keterbatasan waktu.
328.
F. Kesimpulan
1. Pada sistem penyearah gelombang penuh dapat menggunakan 2 dioda atau 4 dioda, untuk
penggunaan 4 dioda sering juda disebut bridge wave rectifier.
2. Pada dioda reverse bias, dioda akan menahan sinyal negatif yang dihasilkan, jadi pada
output sinyal negatif tidak ditampilkan.
3. Pada penambahan kapasitor membuat sinyal pada dioda sebelumnya menjadi berriak
(ripple), semakin besar nilai kapasitansi maka gelombang riak akan semakin kecil atau
semakin halus.
4. Potensiometer digunakan sebagai pengatur nilai V output pada pengujian penyedia daya
terkendali.
5. Hasil output dari rangkaian penyearah gelombang seharusnya sudah berupa tegangan DC
329.
330.
331.
G. Lampiran
1. Besar nilai faktor riak sebelum tapis dipasang
332.

r=

333.
334.

Vr (rms)
Vdc

x 100% =

7,4
10,9

x 100% = 67 %

Besar nilai faktor riak setelah tapis dipasang


r=

Vr (rms)
Vdc

x 100% =

0,09
16,52

x 100% = 0,54 %

2. Sebelum tapis dipasang dioda berfungsi sebagai penyearah gelombang penuh, pada saat
mode forward bias mengalirkan gelombang sinusoidal berfase positif, sedangkan pada saat
mode reverse bias akan menahan gelombang sinusoida inputan berfase negatif. Sedangkan
tahanan blider berfungsi sebagai beban output sehingga terjadi drop tegangan pada diri
tahanan blider, sehingga tercipta adanya arus yang membuat rangkaian tidak short.
3. Kapastor berfungsi sebagai tapis(filter) sehingga hasil output dari rangkaian kapasitor
menghasilkan riak gelombang yang diinginkan kecil. R seri berfungsi sebagai drop
tegangan sebelum arus hasil penapisan kapasitor C1 mengalir ke kapasitor C2.
Potensiometer berfungsi sebagai pengatur besar nilai output yang diinginkan dengan
merubah besar nilai tahanan dirinya sendiri. Transistor berfungsi sebagai regulator
tegangan.
4. Dengan merubah nilai Vout tidak mempengaruhi besar nilai Vin DC. Yang menyesuaikan
adalah besar nilai R1 dan R2.
5.
335.
336.
337.
338.
339.

340.
341.

Vout

Anda mungkin juga menyukai