Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA ST.

RML
DENGAN POST OPERASI KATARAK
DI WISMA BIMA PSTW BAHAGIA MAGETAN
TANGGAL 04 08 MARET 2002

OLEH:
I MADE SUKARJA
NIM. 019930025 B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2002

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, karena atas asung kertha wara nugraha Nya, atas berkah dan anugerah
Nyalah maka penyusunan laporan individu dengan judul Peran Perawat Dalam
Penanggulangan Masalah Keperawatan Pada Klien Lansia Ibu Jaikem Dengan Post Operasi
Katarak Di Wisma Pandu, PSTW Bahagia Magetan tanggal 03 07 Desember 2001 ini
dapat penulis selesaikan.
Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada pihak
pihak tersebut di bawah atas segala bimbingan, saran , masukan , motivasinya sehingga
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu:
1.

Bapak Joni Hariyanto, SKp dan Ibu Esty Yunitasari, SKp


selaku pembimbing atas masukan dan bimbingannya

sehingga laporan ini dapat

terselesaikan.
2.

Bapak Drs. Fadli Havera beserta seluruh staf pengelola PSTW


Bahagia Magetan atas kesempatan dan ijinnya sehinggapenulis bisa mengenyam
praktek di panti tersebut.

3.

Seluruh Pendamping wisma dan pekerja sosial atas bantuannya


baik secara moriil maupun material kepada penulis sehingga kegiatan praktek
keperawatan gerontik ini dapat berjalan dengan baik.

4.

Seluruh rekan rekan mahasiswa seangkatan atas bantuan dan


dukungannya sehingga penyusunan laporan ini terselesaikan tepat waktu.
Tak lupa penulis mohon maaf apabila selama mengenyam praktek keperawatan

gerontk ini, banyak melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja
kepada seluruh pihak.
Demikian penghantar ini penulis sajikan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Atas masukan dan sarannya sangat penulis harapkan demi perbaikan laporan
ini menjadi lebih sempurna.
Penulis,
Ni Wayan Dewi Tarini
NIM. 019930093 B

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul.....................................................................................

Halaman Judul Dalam...........................................................................

ii

Kata Pengantar..................................................................................

iii

Daftar Isi...............................................................................................

iv

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................

1.1 Latar Belakang.....................................................................

1.2 Tujuan Kegiatan...................................................................

1.3 Manfaat..................................................................................

1.4 Sistematika Laporan............................................................

BAB 2 KONSEP TEORI.........................................................................

2.1 Konsep Teori Lansia...........................................................

2.2 Konsep Penyakit Katarak...................................................

11

2.3 Konsep AsuhanaKeperawatan Pada Pasien


Dengan Post Operasi Katarak...........................................

13

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................

20

3.1 Pengkajian............................................................................

20

3.2 Diagnosa Keperawatan dan Perumusan


Prioritas Keperawatan..........................................................

26

3.3 Perencanaan........................................................................

28

3.4 Implementasi........................................................................

34

3.5 Evaluasi.................................................................................

35

BAB 4 PENUTUP...................................................................................

36

4.1 Kesimpulan...........................................................................

36

4.2 Saran.....................................................................................

36

Daftar Pustaka......................................................................................

37

Lampiran lampiran.............................................................................

38

Satuan Acara Penyuluhan...................................................................

38

Lampiran Materi: Perawatan Mata Post Operasi Katarak.....................

41

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang disertai keberhasilan pemerintah dalam pembangunan
nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan
eknomi, kemajuan ilmu pengetahuan serta keberhasilan dalam program kesehatan.
Keberhasilan tersebut berdampak terhadap meningkatkan umur harapan hidup manusia.
Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut cenderung meningkat.
Peningkatan umur harapan hidup masyarakat di Indonesia dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1.1 Angka Harapan Hidup di Indonesia
TAHUN
1971

LAKI-LAKI
44,2

PEREMPUAN
47,2

TOTAL
45,7

1980

50,6

53,7

52,2

1990

58,1

61,5

59,8

1995

61,5

65,4

63,5

2000

63,3

67,2

65,3

2005

64,9

68,8

66,9

2010

66,4

70,4

68,4

2015

67,7

71,7

69,8

2020
69,0
73,0
71,7
Sumber: BPS, 1992, 1993 Keterangan: Angka harapan hidup sejak lahir
Saat ini, jumlah orang lanjut usia di selluruh dunia diperkirakan ada 500 juta
dengan usia rata rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2
milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang
1000 orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas
50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi Ledakan
penduduk lanjut usia.
Berdasarkan Data pada Biro Pusat Statistika dan beberapa sumber lain, dapat
diketahui jumlah dan prosentase populasi lansia di Indonesia pada tahun 2000 2020
sesuai pada tabel berikut ini:
Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Populasi Lansia Indonesia 1971 2020
TAHUN
2000 (d)
2005 (d)
2010 (d)
2015 (d)
2020 (d)

JUMLAH LANSIA
15.262.199
17.767.709
19.936.859
23.992.553
28.822.879

PERSENTASE
7,28%
7,97%
8,48%
9,77%
11,34%

Sumber: (a) Biro Pusat Statistika, 1974; (b) Biro Pusat Statistika,1983; (c) Biro Pusat
Statistika, 1992; (d) Ananta dan Anwar, 1994. Dikutip oleh Djuhari dan Anwar, 1994
Meningkatnya umur harapan hidup dipengaruhi oleh:
1) Majunya pelayanan kesehatan
2) Menurunnya angka kematian bayi daan anak
3) Perbaikan gizi dan sanitasi
4) Meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi
Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah.
Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan
bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit pada lansia
juga bergeser dari penyakit menular menjadi degeneratif.
Survei rumah tangga tahun 1980, angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun
sebesar 25,70% diharapkan pada tahun 2000 nanti angka tersebut menjadi 12,30% (Depkes
RI, Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan I, 1992).
Perawatan terhadap pasien lansia merupakan tanggung jawab keluarga dan
pemerintah khususnya Dinas social dan tenaga kesehatan. Perubahan perubahan kecil
dalam kemampuan seorang pasien lansia untuk melaksanakan aktivitas sehari hari atau
perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan keperawatan dalam memberikan dukungan
hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, dan aspek
aspek lain dari kondisi klien lansia.
Berkaitan dengan peran pemberi asuhan keperawatan, perawat sebagai salah satu
kompetensi yang harus diemban, maka dirasa perlu untuk mengadakan praktek
keperawatan klinik khususnya pada klien lansia sebagai konteks keperawatan gerontik,
maka pada kesempatan mengenyam tahap profesi ini, mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Angkatan I, kelompok
I, diterjunkan secara langsung di Panti Sosial Tresna Werdha Bahagia di Kabupaten
Magetan, guna mendapat pengalaman secara langsung mengenai perubahan perubahan
yang terjadi pada lansia serta konsep asuhan keperawatan pada klien lansia yang
mengalami gangguan atau masalah kesehatan.
1.2 Tujuan
Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan para lanjut usia.
Tujuan khusus

Mampu melakukan pengkajian pada lansia

Mampu merumuskan diagnosa keperawatan lansia

Mampu menyusun rencana keperawatan.

Melakukan tindakan keperawatan pada lansia

Mampu melakukan evaluasi terhadap keberhasilan tindakan yang diberikan.

1.3 Sistematika Laporan


Sistematika laporan kegiatan ini adalah:
1) Bab 1 Pedahuluan memuat: Latar Belakang, Tujuan Kegiatan, dan Sistematika
Laporan.
2) Bab 2 Konsep Teori memuat: Konsep Lansia, Konsep dan asuhan keperawatan
pada gastritis.
3) Bab 3 Asuhan Keperawatan Gerontik memuat: Pengkajian, Perumusan Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
4) Bab 4 Penutup, memuat: Kesimpulan dan Saran.

BAB 2
KONSEP TEORI

Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep Lansia,
Konsep dan Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hipertensi.
2.1 Konsep Teori Lansia
2.1.1 Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1)

Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2)

Lanjut usia (elderly) antara 60 74 tahu

3)

Lanjut usia tua (old) antara 75 90 tahun

4)

Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

2.1.2 Proses Menua


Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua
(Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital,
sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak
harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini
diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah.
Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah
masalah yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau
pindah,

4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak
dan
5) Belajar memperlakukan anak anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar
adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri
makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat
terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan kegiatan rekreasi tak
berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri
usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi
tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap
perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang
ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh
perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para
lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan,
ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat
yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan
hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla
trehadap diri dan orang lain.
2.1.3
1)
a)

Teori Proses Menua


Teori teori biologi
Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh

molekul molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel sel kelamin (terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel).
b)

Pemakaian dan rusak


Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel sel tubuh lelah (rusak)

c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)


Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit.
d)

Teori immunology slow virus (immunology slow virus theory)


Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.

e)

Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha
dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

f) Teori radikal bebas


Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan
hilangnya fungsi.
h)

Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah selsel tersebut mati.

2)

Teori kejiwaan sosial

a)

Aktivitas atau kegiatan (activity theory)


Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan
ikut banyak dalam kegiatan sosial.
Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari
usia pertengahan ke lanjut usia

b)

Kepribadian berlanjut (continuity theory)


Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality
yang dimiliki.

c)

Teori pembebasan (disengagement theory)


Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1.

kehilangan peran

2.

hambatan kontak sosial

3.

berkurangnya kontak komitmen

2.1.4 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia


Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia,
antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1) Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2) Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental
maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan
fisik lansia
2.1.5 Faktor faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
1) Hereditas atau ketuaan genetik
2) Nutrisi atau makanan
3) Status kesehatan

4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stres
2.1.6 Perubahan perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh, diantaranya
sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
2)Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a)

Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.

b)

Kesehatan umum

c)

Tingkat pendidikan

d)

Keturunan (hereditas)

e)

Lingkungan

f)

Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

g)

Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

h)

Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan


famili.

i)

Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,


perubahan konsep dir.

2)

Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir
dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)

2.1.7 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia


Menurut the National Old Peoples Welfare Council , dikemukakan 12 macam
penyakit lansia, yaitu :Depresi mental
1) Gangguan pendengaran
2) Bronkhitis kronis
3) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
4) Gangguan pada koksa / sendi pangul\Anemia
5) Demensia
2.2 Konsep Hipertensi
2.2.1 Batasan Hipertensi
Hipertensi didefinisikan adanya kenaikan tekanan darah yang persisten . Pada

orang dewasa rata-rata tekanan sistolik sama atau di atas 140 mm Hg dan tekanan
diastolik sama atau di atas 90 mm Hg , menurut American Heart Association, rata-rata
dari dua kali pemeriksaan yang berbeda dalam dua minggu. Menurut Pusdiknakes
Depkes disebutkan hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik diatas standar
dihubungkan dengan usia.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua golongan
besar, yaitu :
1.

Hipertensi

esensial

(hipertensi primer /

idiopathic) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, sebanyak 90 %


kasus.
2.

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang


disebabkan oleh penyakit lain , sebanyak 10 % .

2.2.2

Faktor Predisposisi
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya datadata

penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan

terjadinya hipertensi . Faktor-faktor tersebut antara lain :


1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa sesorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah : umur,
jenis kelamin dan ras. Umur yang bertambah akan menyebabkan kenaikan
tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan tekanan
darah wanita.Juga statistik di Amerika menunjukan prevalensi hipertensi pada
orang kulit hitam hampir dua kali lipat dibandingkan dengan orang kulit putih.
3. Kebiasaan Hidup.
Kebiasaan hidup yang yang sering menyebabkan hipertensi adalah :
1) Konsumsi garam yang tinggi, dari statistik diketahui bahwa suku bangsa
atau penduduk dengan konsumsi garam rendah jarang
hipertensi. Dari dunia kedokteran juga telah dibuktikan

menderita
bahwa

,pembatasan garam dan pengeluaran garam / natrium oleh obat diuretik


akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut.
2) Kegemukan atau makan berlebihan ; dari penelitian kesehatan terbukti
ada hubungan antara kegemukan dan hipertensi . Meskipun mekanisme
bagaimana kegemukan

menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi

sudah terbukti penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah.

3) Stres dan ketegangan jiwa ; sudah lama diketahui bahwa ketegangan


jiwa seperti rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa
bersalah dapat mmerangsang kelenjar anak ginjal melepaskaqn hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat ,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup
lama , tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga tinbul
kelainan organis atau perubahan patologis (Dr. Hans Selye: General
Adaptation Syndrome, 1957). Gejala yang muncul

dapat berupa

hipertensi atau penyakit maag.


4) Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah adalah
sebagai berikut : merokok: karena merangsang sistem adrenergik dan
meningkatkan tekanan darah ; minum alkohol, minum obat-obat,misal;
ephedrin, Prednison, epinefrin.
2.2.3

Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan perifer.
Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya terutama
pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini disebabkan karena
vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pembuluh darah tersebut.
Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahanperubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa penebalan tunika interna
dan hipertropi tunika media. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasi, maka
sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia
relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya sklerosis koroner.

2.2.4

Usaha Pencegahan Hipertensi.


Pencegahan lebih baik dari

pada pengobatan, demikian juga terhadap

hipertensi.pada umumnya, orang akan berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau
keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi.
Sebenarnya sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya, hanya diperlukan
disiplin dan ketekunan menjalankan aturan hidup sehat, sabar, dan ikhlas (jawa;
nrimo) dalam mengendalikan perasaan dan keinginan atau ambisi. Di samping
berusaha untuk memperoleh kemajuan, selalu sadar atau mawas di ri untuk ikhlas
menerima kegagalan atau kesulitan.
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya
tidak menjadi lebih parah , tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang harus
ditentukan oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil
tindakan pencegahan yang baik (Stop high blood pressure), antara lain dengan cara
sebagai berikut :

1. Mengurangi konsumsi garam


2. Menghindari kegemukan
3. Membatasi konsumsi lemak
4. Olahraga teratur
5. Makan banyak sayur segar
6. Tidak merokok dan tidak minum alkohol
7.

Latihan relaksasi atau meditasi

8. Berusaha membina hidup yang positif.


2.2.4 Penanggulangan Hipertensi
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
penatalaksanaan yaitu : Penatalaksanaan Nonfarmakologis dan farmakologis
2.2.4.1 Penatalaksanaan Nonfarmakologis :
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sebetulnya bukan suatu penyakit, tetapi
hanya merupakan suatu kelainan dengan gejala gangguan pada mekanisme regulasi
tekanan darah yang timbul.
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja,
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
bertambah kuat (Barry,1987).
Penatalaksanaan nonfarmakologi adalah dengan jalan memodifikasi gaya.
2.2.4.2 Penatalaksanaan farmakologis
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan obat standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(Joint National Commite On Detection, Evaluation and Treatment of high Blood
Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretik, Penyekat Betha ,
Antagonis kalsium, atau penghambatan ACE, dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang
ada pada penderita. Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan,
dosis obat dapat disesuaikan sampai dosis maksimal atau menambahkan obat
golongan lain atau mengganti obat pertama dengan obat golongan lain. Sasaran
penurunan tekanan darah adalah

kurang dari

140/90 mm Hg dengan efek

samping minimal. Penurunan tekanan dosis obat dapat dilakukan pada golongan
hipertenssi ringan yang sudah terkontrol dengan baik selama 1 tahun.
2.2.5 Komplikasi
Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner, cedera
cerebrovaskuler, dan gagal ginjal. Hipertensi menetap yang disertai dengan
peningkatan tahanan perifer menyebabkan gangguan paada endothelium pembuluh

darah mendorong plasma dan lipoprotein ke dalam intima dan lapisan sub intima
dari pembuluh darah

dan menyebabkan pembentukan plaque /aterosklerosis.

Peningkatan tekanan juga menyebabkan hiperplasi otot polos , yang membentuk


jaringan parut intima

dan mengakibatkan penebalan pembuluh darah dengan

penyempitan lumen. (Underjillet all.,1989) dikutip dari Carpenito (1999).


Komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi tidak terkontrol adalah
1. Krisis Hipertensi
2. Penyakut jantung dan pembuluh darah : penyakit jantung koroner dan penyakit
jantung hipertensi adalah dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada
penderita hipertensi.
3. Penyakit jantung cerebrovaskuler : hipertensi adalah faktor resiko paling penting
untuk timbulnya stroke. Kekerapan dari stroke bertambah dengan setiap
kenaikan tekanan darah.
4. Ensefalopati hipertensi

yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahan

neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat tekanan arteri
yang meningkat dan kembali normal apabila tekanan darah diturunkan.
5. Nefrosklerosis karena hipertensi.
6. Retinopati hipertenssi.
2.3 Kosep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian klien dengan hipertensi
- Aktifitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung
- Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner.
Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disarythmia.
- Integritas Ego
Gejala: Ancietas, depresi, marah kronik, faktor-faktor stress.
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.
- Eliminasi
Riwayat penyakit ginjal, obstruksi.
- Makanan/ cairan
Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual,
muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
- Neurosensori

Gejala: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.
Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina
optik.
Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan.
- Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
- Pernafasan
Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/ tanpa
sputum, riwayat merokok.
Tanda: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu
pernafasan.
- Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi, cara brejalan.
Pemeriksaan Diagnostik
- Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).
- BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.
- Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin (meningkatkan hipertensi).
- Kalsium serum
- Kalium serum
- Kolesterol dan trygliserid
- Px tyroid
- Urin analisa
- Foto dada
- CT Scan
- EKG
Prioritas keperawatan:
- Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
- Mencegah komplikasi.
- Kontrol aktif terhadap kondisi.
- Beri informasi tentang proses/ prognose dan program pengobatan.
2. Diagnosa Keperawatan:
Intoleran aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan O2.
Tujuan/ kriteria:
- Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/ diperlukan.

- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.


- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Intervensi:
- Kaji respon terhadap aktifitas.
- Perhatikan tekanan darah, nadi selama/ sesudah istirahat.
- Perhatikan nyeri dada, dyspnea, pusing.
- Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal: menggunakan kursi saat mandi,
sisir rambut.
- Melakukan aktifitas dengan perlahan-lahan.
- Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri secara bertahap jika dapat
ditoleransi.
- Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri (akut), sakit kepala sehubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Hasil yang diharapkan: melapor nyeri/ ketidaknyamanan berkurang.
Intervensi:
- Pertahankan tirah baring selama fase akut.
- Beri tindakan non farmakologik untuk menghilangkan nyeri seperti pijat punggung,
leher, tenang, tehnik relaksasi.
- Meminimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan nyeri kepala,misal:
membungkuk, mengejan saat buang air besar.
- Kolaborasi dalam pemberian analgetika, anti ancietas.
I.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi motorik sekunder
terhadap kerusakan neuron motorik atas.
Kriteria:
Klien akan menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi:
1) Ajarkan klien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang
tidak sakit pada sedikitnya empat kali sehari.
R/ Rentang gerak aktif meningkatkan massa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas yang sakit tiga sampai empat
kali sehari. Lakukan latihan dengan perlahan untuk memberikan waktu agar otot
rileks dan sangga ekstremitas di atas dan di bawah sendi untuk mencegah regangan
pada sendi dan jaringan.
R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak digunakan.

Kontraktur pada otot fleksor dan adduktor dapat terjadi karena otot ini lebih kuat
dari ekstensor dan abduktor.
3) Bila klien di tempat tidur lakukan tindakan untuk meluruskan postur tubuh.
R/ Mobilitas dan kerusakan fungsi neurosensori yang berkepanjangan dapat
menyebabkan kontraktur permanen.
4) Siapkan mobilisasi progresif.
R/ Tirah baring lama atau penurunan volume darah dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah tiba-tiba (hipotensi orthostatik) karena darah kembali ke sirkulasi
perifer. Peningkatan aktivitas secara bertahap akan menurunkan keletihan dan
peningkatan tahanan.
5) Secara perlahan bantu klien maju dari ROM aktif ke aktivitas fungsional sesuai
indikasi.
R/ Memberikan dorongan pada klien untuk melakukan secara teratur.
II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang,
motorik atau persepsi.
Kriteria hasil:
- Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.
- Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.
- Meminta bantuan bila diperlukan.
Intervensi:
1) Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.
R/ Membantu menurunkan cedera.
2) Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan:
- Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.
- Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.
- Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion
emoltion.
R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu.
3) Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat
bantu.
R/ Penggunaan lat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan regangan
atau jatuh.
4) Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.
R/ Klein dengan masalah mobilitas, memerlukan [emasangan alat bantu ini dan

3. Pelaksanaan

a. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi
pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang
berlebihan dianjurkan untuk:
2. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
3. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
4. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
5. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi
berupa:
- Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
- Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan
stabil mungkin.
- Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
- Batasi aktivitas.

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2002 pada pukul 11.00 WIB.
3.1.1 Pengumpulan data
1) Data biografi klien
a) Nama

: Tn. S

b) Tempat dan tanggal lahir

: - / umur 67 tahun

c) Pendidikan terakhir

: SD tidak tamat

a)

Agama

: Islam

b)

Satus perkawinan

: Duda

c)

TB/BB

: 155 cm / 37 kg

d)

Penampilan umum

: Bersih dan rapi, badan kurus.

e)

Ciri ciri tubuh

: jalan masih tegak, rambut sebagian


memutih

f)

Alamat

: Karang Patian Pulung - Ponorogo.

g)

Orang yang dekat dihubungi: Tn. Ip.

h)

Hubungan dengan klien : Cucu.

i)

Alamat

: Purwantoro - Ponorogo.

2) Riwayat keluarga

Keterangan:
= laki - laki

= Tn. S

= perempuan

= Perempuan meninggal

3) Riwayat pekerjaan
Pekerjaan sebelumnya Tukang Kayu .

4) Riwayat lingkungan hidup


Sekarang klien tinggal di Wisma Kunthi bersama lansia yang lain orang. Jumlah
kamar 6 buah dengan kondisi kamar cukup bersih, peralatan makan tertata rapi
di atas meja, tidak ada pakaian kotor yang menumpuk atau tergantung, kondisi
tempat tidur

bersih. Pertukaran udara an cahaya matahari baik. Tingkat

kenyamanan dan privacy terjamin.


4) Riwayat rekreasi
Klien senang nonton TV .
5) Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK yang bertugas mengurusi masalah
kesehatan. Hampir semua kebutuhan terpenuhi karena panti menyiapkan
kebutuhan lansia serta kegiatan terjadwal secara teratur. Apabila lansia
mengalami masalah kesehatan yang serius panti melakuykan rujukan ke
puskesmas maupun rumah sakit.
6) Deskripsi kekhususan
Klien mengatakan selalu melakukan solat 5 waktu dan mendapat pembinaan
mental dan rohani setiap minggu.
7) Status kesehatan
Klien mengatakan pernah mengalami sakit punggung setahun yang lalu.
Sekarang klien mngeluh Pusing, Kalau beraktivitas cepat merasa lelah,
penglihatan kabur, kadang kadang terasa lemah diseluruh tubuh .
8) A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan A
karena berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu memenuhi kebutuhan
makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian secara mandiri.
Psikologis kien meliputi:

Persepsi

klien

terhadap

penyakit:

klien

memandang

penyakitnya hanya biasa.

Konsep diri baik karena klien mampu memandang dirinya


secara positif dan mau menerima kehadiran orang lain.

Emosi klien stabil

Kemampuan adaptasi klien baik.

Mekanisme pertahanan diri: klien mengatakan senang tinggal


di panti.

9) Tinjauan sistem
a)

Keadaan umum: klien tampak bersih.

b)

Tingkat kesadraan : CM (compos mentis)

c)

Skala koma glasgow: E=4, V=5, M=6, total15

d)

Tanda tanda vital: N: 80 x/mnt; S: 37,20C, RR: 16 x/mnt; TD: 170/90


mmHg.

e)

Sistem pengelihatan: Baik, mata kiri dan kanan tidak ada kelainan, visus
normal.

f)

Pendengaran: klien dapat mendengar dengan baik.

g)

Sistem kardiovaskuler:
-

Inspeksi: pergerakan dada simetris.

Perkusi: terdapat suara pekak.

Auskultasi: Irama jantung teratur, suara S1S2 tunggal.

Sistem pernafasan:

Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, tidak ada retraksi otot


bantu pernafasan.

h)

Perkusi: Suara paru ka/ki sama sonor.

Auskultasi: vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)


Sistem integumen

Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen (-),


dekubitus (-), bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit normal.
i)

Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4
x/hari, Ngompol (-)

j)

Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan,

kemampuan

menggenggam kuat, otot ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada kelainan
tulang, atrofi dll.
k)

Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid.

l)

Sistem immune
Klien mengatakan tidak mengerti imunisasi, sensitivitas terhadap zat alergen
(-), riwayat penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien mengatakan tidak
tahu.

m)

Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum
panti

dengan frekuensi 3 kali sehari dan setiap makan hanya porsi.

Kebiasaan minum kopi (-), susu (-), peristaltik (+). Klien mengatakan bab

tiap hari sekali dengan konsistensi lembek.


n)

Sistem reproduksi
Klien mengatakan memiliki 2 orang anak putra dan putri.

o)

Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien
terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo
(-). Interpretasi klien terhadap lawan bicara cukup baik.

10) Status kognitif/afektif/sosial


a) Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan kesalahan 6,
karena klien sekolah SD tidak tamat.
b) Mini mental state exam (MMSE) dengan skore 9, karena klien memang
tidak mengerti.
11) Data penunjang
Tida ditemukan adanya hasil pemeriksaan penunjang.
3.1.2 Analisa Data
No
1.

Data

Etiologi

DS:
-

Klie
n mengeluh cepat merasa
lelah kalau bekerja, Jantung
berdebar

debar,

sering

berkeringat.
DO:
-

Teka
nan darah 170 / 90 mmHg,
Nadi 80 kali/menit,.

2.
DS:
-

Klie
n mengatakan perut terasa
panas, punggung sakit.

DO:

Masalah

Skal
a nyeri 4 pada skala 0-10.
Ekspresi tangan memegangi
daerah sakit, eksprsi
menyeringai.

wajah

3.2 Diagnosa Keperawatan dan Perumusan Prioritas keperawatan


3.2.1 Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan panas
daerah perut, nafsu makan menurun akibat skunder dari peningkatkan asam
lambung ditandai oleh klien mengatakan perut terasa panas dan nafsu makan
menurun, BB = 37 kg.
2) Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung ditandai oleh klien sering
memegangi daerah perut, ekspresi wajah menyeringai.

3.3 Perencanaan
NO DIAGNOSA
1. Perubahan

TUJUAN
Setelah diberikan

nutrisi kurang tindakan selama 2


dari

2.

hari,

INTERVENSI

proses Membantu
panas

memberikan

kebutuhan b.d. peningkatan nafsu

pada daerah perut

pemahaman

perut

terjadinya
dan

sehingga

terasa makan.

pana

dan

nafsu

makan

Panas

perut

hilang/berkuran

akibat skunder

g.

dari

peningkatan

Makan

asam

habis

makan

makanan

asam lambng.

yang

merangsang:

pedas, asam.

Meningkatkan asupan
sehingga

untuk

kebutuhan
mencukupi.

frekuensi dengan
aturan porsi kecil Untuk

dengan iritasi

Nyeri

mukosa

berkurang/hilang

lambung

Kriteria

tapi sering.
hasil:

klien melaporkan
penurunan

nyeri

memegangi

progresif

daerah

penghilangan

perut,

peningkatkan

meningkatkan

berhubungan

sering

mengkonsumsi

Anjurkan

Nyeri

klien

untuk Mencegah

meningkat.,

oleh

Hindari

klien

lebih kooperatif.

porsi.
Nafsu

ditandai

penurunan

nafsu makan.

menurun

lambung.

2.

Jelaskan

terjadi

RASIONAL

ekspresi wajah

nyeri

menyeringai.

intervensi.

menetralkan

asam lambung.

Kolaborasi

untuk

pemberian

Antasida.

dan

Mengetahui
adaptasi

klien

terhadap nyeri.

setelah

meningkatkan
pemahaman

Kaji toleransi

klien

terhadap

nyeri

yang

dialami.
Jelaskan

lebih

klien

kooperatif

terhadap
tindakan

proses

terjadinya nyeri.
.
Bantu

sehingga

Membantu dalam
membuat
diagnosa

klien

dan

kebutuhan terapi

dalam

beberapa

mengidentifikasi

tindakan

tindakan

penghilang nyeri

penghilangan nyeri

non

yang efektif.

adalah

mandiri

Lakukan tindakan

dapat

invasif
tindakan
yang

penghilangan

dilaksanakan

nyeri:

perawat

teknik

dalam

relaksasi,

usaha

distraksi.

meningkatkan
kenyamanan
pada klien

3.4 Implementasi
Waktu/tgl
5 03 --2002

Implementasi

12.00

Evaluasi
Member

ikan HE tentang:

Kl
ien kooperatif.

Proses

Kl

terjadinya panas daerah perut

ien

dan penurunan nafsu makan.

memperhatikan.

tampak

serius

6 03 2002
07.00.

Mengkaj
i ulang tentang:
-

Keluhan

Kl

panas daerah perut dan nafsu

ien

makan.

panas

07.30

Member
ikan

obat

analgetik

mengatakan
lagi,

tapi

tidak
nafsu

makan masih menurun.

Decolgen tablet 3 x
08.00-10.30

sehari.

Melibat
kan klien untuk kegiatan senam.

11.00

Melakuk
an

pemeriiksaan

fisik,

dan

melibatkan klien dalam kegiatan


rekreasi.

Memoti
vasi klien untuk

menghindari

makanan pedas, asam.

Memoti
vasi

untuk

meningkatkan

frekuensi makan, bila perlu 4-5


kali.

7 03 2002
08.00

Mendam
pingi

klien

makan

dan

memotivasi klien untuk makan

Kl
ien menyatakan mencoba.

Klien

lebih banyak.

Mengev

mampu

mengikuti

senam sampai habis.

aluasi porsi makan .


Klien makan porsi dan
minum 2 gelas dari pagi.
Melibatkan

klien

untuk Klien makan porsi 3 x

mengikuti kegiatan senam.

sehari.

11.00
Memotivasi klien untuk makan
lebih banyak.
Mendampingi klien makan siang
dan

memotivasi

untuk

meningkatkan porsi makan .


Melakukan

terminasi

dan

evaluasi.

3.5 Evaluasi
No
1.

Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
Pertubahan nutrisi kurang dari Tanggal: 7 Maret 2002-03-14
kebutuhan tubuh b.d panas S: Klien mengatakan panas perut berkurang dan
daerah perut dan penurunan

nafsu makan sudah ada peningkatkan.

nafsu makan akibat skunder O: Setiap makan habis porsi .


peningkatan asam lambung.

A: Masalah teratasi sebagian.


P: Rencana dapt diteruskan.

Nyeri
2.

berhubungan

iritasi mukosa lambung.

dengan S: Klien mengatakan nyeri berkurang.


O: Klien tidak memegangi daerah perut .
A: Masalah teratasi sebagian.

P: Rencana diteruskan.
Afdol. Et all. (1995). Latar Belakang Sosial Ekonomi dan Tingkat Kepuasan Hidup Lanjut
Usia Penghuni Panti Werdha. PPKP lemlit Unair. Surabaya
Nugroho Wahyudi (1992). Perawatan Usia Lanjut, EGC. Jakarta
Nugroho Wahyudi (1999). Keperawatan Gerontik. EGC. Jakarta

Hardiwinoto dan Tony Setyobudi (1999). PAnduan Gerontologi. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Boedhi Darmojo dan Hadi MArtono (1999). Buku Ajar Gerontologi. FKUI. Jakarta.
Depkes RI Badan Litbangkes. (1986). Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta
Depsos RI. (----). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut
Usia Dalam Panti. Depsos RI. Jakarta

DAFTAR PUSTAKA
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little
Brown and Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT
Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC.
Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta

Penyusun,
Mahasiswa PSIK II, Gerbong I,

Ni Wayan Dewi Tarini


NIM. 019930093 B

Lampiran Materi
PERAWATAN MATA POST OPERASI KATARAK
BAGI KLIEN LANSIA DENGAN KATARAK

1.

Tujuan perawatan mata post operasi katarak


a)

Mencegah terjadinya resiko infeksi akibat interupsi pembedahan


pada mata yang katarak.

b)

Meningkatkan kemampuan penglihatan secara optimal.

c)

Menunjang pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari hari secara


mandiri.

2.

Pembatasan aktifitas sementara bagi klien post


operasi katarak
a)

Berbaring atau tidur pada sisi yang dioperasi

b)

Mengangkat beban berat > 10 kilogram

c)

Membungkuk melewati pinggang.

d)

Mandi keramas

e)

Mengedan

f)

Melakukan pijatan atau memijat.

g)

Mengucek ucek atau menggosok gosok mata.

h)

Terpapar sinar matahari secara langsung.

3.

Teknik perawatan mata post operasi katarak secara


sederhana
b)

Alat dan bahan yang diperlukan:


-

Air hangat kuku dalam tempat yang bersih.

Boorwater kalau ada.

Kapas bersih

Handuk bersih

Obat salp mata

c)

Persiapan sebelum melakukan perawatan mata


-

Cuci tangan sebelum melakukan perawatan mata.

Rapikan rambut agar tidak mengenai mata

d)

Cara perawatan mata secara sederhana


-

Basahi kapas dengan air hangat atau boorwater, peras sedikit


supaya kapas tidak terlalu basah.

Usapkan kapas secara perlahan lahan kepada mata yang akan


dibersihkan dengan cara mengusap dari bagian dalam mata ke arah luar dengan
sekali usapan. Bila kapas dirasa telah kotor, ganti dengan yang baru,

Setelah bersih, keringkan mata dengan cara mengusap perlahan


lahan dengan handuk bersih atau dengan cara menekan nekan secara
perlahan lahan serta kelopak mata menutup.

Beri obat salp mata, tunggu sampai meresap.

Hindari dari paparan sinar matahari langsung atau dari zat


alergen lain.

Anda mungkin juga menyukai