Askep Gerontik Post Operasi Katarak
Askep Gerontik Post Operasi Katarak
RML
DENGAN POST OPERASI KATARAK
DI WISMA BIMA PSTW BAHAGIA MAGETAN
TANGGAL 04 08 MARET 2002
OLEH:
I MADE SUKARJA
NIM. 019930025 B
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, karena atas asung kertha wara nugraha Nya, atas berkah dan anugerah
Nyalah maka penyusunan laporan individu dengan judul Peran Perawat Dalam
Penanggulangan Masalah Keperawatan Pada Klien Lansia Ibu Jaikem Dengan Post Operasi
Katarak Di Wisma Pandu, PSTW Bahagia Magetan tanggal 03 07 Desember 2001 ini
dapat penulis selesaikan.
Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada pihak
pihak tersebut di bawah atas segala bimbingan, saran , masukan , motivasinya sehingga
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu:
1.
terselesaikan.
2.
3.
4.
gerontk ini, banyak melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja
kepada seluruh pihak.
Demikian penghantar ini penulis sajikan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Atas masukan dan sarannya sangat penulis harapkan demi perbaikan laporan
ini menjadi lebih sempurna.
Penulis,
Ni Wayan Dewi Tarini
NIM. 019930093 B
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul.....................................................................................
ii
Kata Pengantar..................................................................................
iii
Daftar Isi...............................................................................................
iv
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................
1.3 Manfaat..................................................................................
11
13
20
3.1 Pengkajian............................................................................
20
26
3.3 Perencanaan........................................................................
28
3.4 Implementasi........................................................................
34
3.5 Evaluasi.................................................................................
35
BAB 4 PENUTUP...................................................................................
36
4.1 Kesimpulan...........................................................................
36
4.2 Saran.....................................................................................
36
Daftar Pustaka......................................................................................
37
Lampiran lampiran.............................................................................
38
38
41
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang disertai keberhasilan pemerintah dalam pembangunan
nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan
eknomi, kemajuan ilmu pengetahuan serta keberhasilan dalam program kesehatan.
Keberhasilan tersebut berdampak terhadap meningkatkan umur harapan hidup manusia.
Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut cenderung meningkat.
Peningkatan umur harapan hidup masyarakat di Indonesia dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1.1 Angka Harapan Hidup di Indonesia
TAHUN
1971
LAKI-LAKI
44,2
PEREMPUAN
47,2
TOTAL
45,7
1980
50,6
53,7
52,2
1990
58,1
61,5
59,8
1995
61,5
65,4
63,5
2000
63,3
67,2
65,3
2005
64,9
68,8
66,9
2010
66,4
70,4
68,4
2015
67,7
71,7
69,8
2020
69,0
73,0
71,7
Sumber: BPS, 1992, 1993 Keterangan: Angka harapan hidup sejak lahir
Saat ini, jumlah orang lanjut usia di selluruh dunia diperkirakan ada 500 juta
dengan usia rata rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2
milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang
1000 orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas
50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi Ledakan
penduduk lanjut usia.
Berdasarkan Data pada Biro Pusat Statistika dan beberapa sumber lain, dapat
diketahui jumlah dan prosentase populasi lansia di Indonesia pada tahun 2000 2020
sesuai pada tabel berikut ini:
Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Populasi Lansia Indonesia 1971 2020
TAHUN
2000 (d)
2005 (d)
2010 (d)
2015 (d)
2020 (d)
JUMLAH LANSIA
15.262.199
17.767.709
19.936.859
23.992.553
28.822.879
PERSENTASE
7,28%
7,97%
8,48%
9,77%
11,34%
Sumber: (a) Biro Pusat Statistika, 1974; (b) Biro Pusat Statistika,1983; (c) Biro Pusat
Statistika, 1992; (d) Ananta dan Anwar, 1994. Dikutip oleh Djuhari dan Anwar, 1994
Meningkatnya umur harapan hidup dipengaruhi oleh:
1) Majunya pelayanan kesehatan
2) Menurunnya angka kematian bayi daan anak
3) Perbaikan gizi dan sanitasi
4) Meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi
Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah.
Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan
bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit pada lansia
juga bergeser dari penyakit menular menjadi degeneratif.
Survei rumah tangga tahun 1980, angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun
sebesar 25,70% diharapkan pada tahun 2000 nanti angka tersebut menjadi 12,30% (Depkes
RI, Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan I, 1992).
Perawatan terhadap pasien lansia merupakan tanggung jawab keluarga dan
pemerintah khususnya Dinas social dan tenaga kesehatan. Perubahan perubahan kecil
dalam kemampuan seorang pasien lansia untuk melaksanakan aktivitas sehari hari atau
perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan keperawatan dalam memberikan dukungan
hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, dan aspek
aspek lain dari kondisi klien lansia.
Berkaitan dengan peran pemberi asuhan keperawatan, perawat sebagai salah satu
kompetensi yang harus diemban, maka dirasa perlu untuk mengadakan praktek
keperawatan klinik khususnya pada klien lansia sebagai konteks keperawatan gerontik,
maka pada kesempatan mengenyam tahap profesi ini, mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Angkatan I, kelompok
I, diterjunkan secara langsung di Panti Sosial Tresna Werdha Bahagia di Kabupaten
Magetan, guna mendapat pengalaman secara langsung mengenai perubahan perubahan
yang terjadi pada lansia serta konsep asuhan keperawatan pada klien lansia yang
mengalami gangguan atau masalah kesehatan.
1.2 Tujuan
Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan para lanjut usia.
Tujuan khusus
BAB 2
KONSEP TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep Lansia,
Konsep dan Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hipertensi.
2.1 Konsep Teori Lansia
2.1.1 Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1)
2)
3)
4)
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak
dan
5) Belajar memperlakukan anak anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar
adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri
makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat
terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan kegiatan rekreasi tak
berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri
usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi
tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap
perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang
ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh
perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para
lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan,
ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat
yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan
hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla
trehadap diri dan orang lain.
2.1.3
1)
a)
molekul molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel sel kelamin (terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel).
b)
e)
Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha
dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah selsel tersebut mati.
2)
a)
b)
c)
kehilangan peran
2.
3.
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stres
2.1.6 Perubahan perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh, diantaranya
sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
2)Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a)
b)
Kesehatan umum
c)
Tingkat pendidikan
d)
Keturunan (hereditas)
e)
Lingkungan
f)
g)
h)
i)
2)
Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir
dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)
orang dewasa rata-rata tekanan sistolik sama atau di atas 140 mm Hg dan tekanan
diastolik sama atau di atas 90 mm Hg , menurut American Heart Association, rata-rata
dari dua kali pemeriksaan yang berbeda dalam dua minggu. Menurut Pusdiknakes
Depkes disebutkan hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik diatas standar
dihubungkan dengan usia.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua golongan
besar, yaitu :
1.
Hipertensi
esensial
(hipertensi primer /
2.2.2
Faktor Predisposisi
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya datadata
menderita
bahwa
dapat berupa
Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan perifer.
Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya terutama
pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini disebabkan karena
vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pembuluh darah tersebut.
Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahanperubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa penebalan tunika interna
dan hipertropi tunika media. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasi, maka
sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia
relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya sklerosis koroner.
2.2.4
hipertensi.pada umumnya, orang akan berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau
keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi.
Sebenarnya sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya, hanya diperlukan
disiplin dan ketekunan menjalankan aturan hidup sehat, sabar, dan ikhlas (jawa;
nrimo) dalam mengendalikan perasaan dan keinginan atau ambisi. Di samping
berusaha untuk memperoleh kemajuan, selalu sadar atau mawas di ri untuk ikhlas
menerima kegagalan atau kesulitan.
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya
tidak menjadi lebih parah , tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang harus
ditentukan oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil
tindakan pencegahan yang baik (Stop high blood pressure), antara lain dengan cara
sebagai berikut :
kurang dari
samping minimal. Penurunan tekanan dosis obat dapat dilakukan pada golongan
hipertenssi ringan yang sudah terkontrol dengan baik selama 1 tahun.
2.2.5 Komplikasi
Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner, cedera
cerebrovaskuler, dan gagal ginjal. Hipertensi menetap yang disertai dengan
peningkatan tahanan perifer menyebabkan gangguan paada endothelium pembuluh
darah mendorong plasma dan lipoprotein ke dalam intima dan lapisan sub intima
dari pembuluh darah
neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat tekanan arteri
yang meningkat dan kembali normal apabila tekanan darah diturunkan.
5. Nefrosklerosis karena hipertensi.
6. Retinopati hipertenssi.
2.3 Kosep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian klien dengan hipertensi
- Aktifitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung
- Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner.
Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disarythmia.
- Integritas Ego
Gejala: Ancietas, depresi, marah kronik, faktor-faktor stress.
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.
- Eliminasi
Riwayat penyakit ginjal, obstruksi.
- Makanan/ cairan
Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual,
muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
- Neurosensori
Gejala: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.
Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina
optik.
Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan.
- Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
- Pernafasan
Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/ tanpa
sputum, riwayat merokok.
Tanda: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu
pernafasan.
- Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi, cara brejalan.
Pemeriksaan Diagnostik
- Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).
- BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.
- Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin (meningkatkan hipertensi).
- Kalsium serum
- Kalium serum
- Kolesterol dan trygliserid
- Px tyroid
- Urin analisa
- Foto dada
- CT Scan
- EKG
Prioritas keperawatan:
- Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
- Mencegah komplikasi.
- Kontrol aktif terhadap kondisi.
- Beri informasi tentang proses/ prognose dan program pengobatan.
2. Diagnosa Keperawatan:
Intoleran aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan O2.
Tujuan/ kriteria:
- Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/ diperlukan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi motorik sekunder
terhadap kerusakan neuron motorik atas.
Kriteria:
Klien akan menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi:
1) Ajarkan klien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang
tidak sakit pada sedikitnya empat kali sehari.
R/ Rentang gerak aktif meningkatkan massa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas yang sakit tiga sampai empat
kali sehari. Lakukan latihan dengan perlahan untuk memberikan waktu agar otot
rileks dan sangga ekstremitas di atas dan di bawah sendi untuk mencegah regangan
pada sendi dan jaringan.
R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak digunakan.
Kontraktur pada otot fleksor dan adduktor dapat terjadi karena otot ini lebih kuat
dari ekstensor dan abduktor.
3) Bila klien di tempat tidur lakukan tindakan untuk meluruskan postur tubuh.
R/ Mobilitas dan kerusakan fungsi neurosensori yang berkepanjangan dapat
menyebabkan kontraktur permanen.
4) Siapkan mobilisasi progresif.
R/ Tirah baring lama atau penurunan volume darah dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah tiba-tiba (hipotensi orthostatik) karena darah kembali ke sirkulasi
perifer. Peningkatan aktivitas secara bertahap akan menurunkan keletihan dan
peningkatan tahanan.
5) Secara perlahan bantu klien maju dari ROM aktif ke aktivitas fungsional sesuai
indikasi.
R/ Memberikan dorongan pada klien untuk melakukan secara teratur.
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang,
motorik atau persepsi.
Kriteria hasil:
- Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.
- Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.
- Meminta bantuan bila diperlukan.
Intervensi:
1) Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.
R/ Membantu menurunkan cedera.
2) Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan:
- Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.
- Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.
- Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion
emoltion.
R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu.
3) Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat
bantu.
R/ Penggunaan lat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan regangan
atau jatuh.
4) Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.
R/ Klein dengan masalah mobilitas, memerlukan [emasangan alat bantu ini dan
3. Pelaksanaan
a. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi
pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang
berlebihan dianjurkan untuk:
2. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
3. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
4. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
5. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi
berupa:
- Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
- Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan
stabil mungkin.
- Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
- Batasi aktivitas.
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2002 pada pukul 11.00 WIB.
3.1.1 Pengumpulan data
1) Data biografi klien
a) Nama
: Tn. S
: - / umur 67 tahun
c) Pendidikan terakhir
: SD tidak tamat
a)
Agama
: Islam
b)
Satus perkawinan
: Duda
c)
TB/BB
: 155 cm / 37 kg
d)
Penampilan umum
e)
f)
Alamat
g)
h)
i)
Alamat
: Purwantoro - Ponorogo.
2) Riwayat keluarga
Keterangan:
= laki - laki
= Tn. S
= perempuan
= Perempuan meninggal
3) Riwayat pekerjaan
Pekerjaan sebelumnya Tukang Kayu .
Persepsi
klien
terhadap
penyakit:
klien
memandang
9) Tinjauan sistem
a)
b)
c)
d)
e)
Sistem pengelihatan: Baik, mata kiri dan kanan tidak ada kelainan, visus
normal.
f)
g)
Sistem kardiovaskuler:
-
Sistem pernafasan:
h)
Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4
x/hari, Ngompol (-)
j)
Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan,
kemampuan
menggenggam kuat, otot ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada kelainan
tulang, atrofi dll.
k)
Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid.
l)
Sistem immune
Klien mengatakan tidak mengerti imunisasi, sensitivitas terhadap zat alergen
(-), riwayat penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien mengatakan tidak
tahu.
m)
Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum
panti
Kebiasaan minum kopi (-), susu (-), peristaltik (+). Klien mengatakan bab
Sistem reproduksi
Klien mengatakan memiliki 2 orang anak putra dan putri.
o)
Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien
terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo
(-). Interpretasi klien terhadap lawan bicara cukup baik.
Data
Etiologi
DS:
-
Klie
n mengeluh cepat merasa
lelah kalau bekerja, Jantung
berdebar
debar,
sering
berkeringat.
DO:
-
Teka
nan darah 170 / 90 mmHg,
Nadi 80 kali/menit,.
2.
DS:
-
Klie
n mengatakan perut terasa
panas, punggung sakit.
DO:
Masalah
Skal
a nyeri 4 pada skala 0-10.
Ekspresi tangan memegangi
daerah sakit, eksprsi
menyeringai.
wajah
3.3 Perencanaan
NO DIAGNOSA
1. Perubahan
TUJUAN
Setelah diberikan
2.
hari,
INTERVENSI
proses Membantu
panas
memberikan
pemahaman
perut
terjadinya
dan
sehingga
terasa makan.
pana
dan
nafsu
makan
Panas
perut
hilang/berkuran
akibat skunder
g.
dari
peningkatan
Makan
asam
habis
makan
makanan
asam lambng.
yang
merangsang:
pedas, asam.
Meningkatkan asupan
sehingga
untuk
kebutuhan
mencukupi.
frekuensi dengan
aturan porsi kecil Untuk
dengan iritasi
Nyeri
mukosa
berkurang/hilang
lambung
Kriteria
tapi sering.
hasil:
klien melaporkan
penurunan
nyeri
memegangi
progresif
daerah
penghilangan
perut,
peningkatkan
meningkatkan
berhubungan
sering
mengkonsumsi
Anjurkan
Nyeri
klien
untuk Mencegah
meningkat.,
oleh
Hindari
klien
lebih kooperatif.
porsi.
Nafsu
ditandai
penurunan
nafsu makan.
menurun
lambung.
2.
Jelaskan
terjadi
RASIONAL
ekspresi wajah
nyeri
menyeringai.
intervensi.
menetralkan
asam lambung.
Kolaborasi
untuk
pemberian
Antasida.
dan
Mengetahui
adaptasi
klien
terhadap nyeri.
setelah
meningkatkan
pemahaman
Kaji toleransi
klien
terhadap
nyeri
yang
dialami.
Jelaskan
lebih
klien
kooperatif
terhadap
tindakan
proses
terjadinya nyeri.
.
Bantu
sehingga
Membantu dalam
membuat
diagnosa
klien
dan
kebutuhan terapi
dalam
beberapa
mengidentifikasi
tindakan
tindakan
penghilang nyeri
penghilangan nyeri
non
yang efektif.
adalah
mandiri
Lakukan tindakan
dapat
invasif
tindakan
yang
penghilangan
dilaksanakan
nyeri:
perawat
teknik
dalam
relaksasi,
usaha
distraksi.
meningkatkan
kenyamanan
pada klien
3.4 Implementasi
Waktu/tgl
5 03 --2002
Implementasi
12.00
Evaluasi
Member
ikan HE tentang:
Kl
ien kooperatif.
Proses
Kl
ien
memperhatikan.
tampak
serius
6 03 2002
07.00.
Mengkaj
i ulang tentang:
-
Keluhan
Kl
ien
makan.
panas
07.30
Member
ikan
obat
analgetik
mengatakan
lagi,
tapi
tidak
nafsu
Decolgen tablet 3 x
08.00-10.30
sehari.
Melibat
kan klien untuk kegiatan senam.
11.00
Melakuk
an
pemeriiksaan
fisik,
dan
Memoti
vasi klien untuk
menghindari
Memoti
vasi
untuk
meningkatkan
7 03 2002
08.00
Mendam
pingi
klien
makan
dan
Kl
ien menyatakan mencoba.
Klien
lebih banyak.
Mengev
mampu
mengikuti
klien
sehari.
11.00
Memotivasi klien untuk makan
lebih banyak.
Mendampingi klien makan siang
dan
memotivasi
untuk
terminasi
dan
evaluasi.
3.5 Evaluasi
No
1.
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
Pertubahan nutrisi kurang dari Tanggal: 7 Maret 2002-03-14
kebutuhan tubuh b.d panas S: Klien mengatakan panas perut berkurang dan
daerah perut dan penurunan
Nyeri
2.
berhubungan
P: Rencana diteruskan.
Afdol. Et all. (1995). Latar Belakang Sosial Ekonomi dan Tingkat Kepuasan Hidup Lanjut
Usia Penghuni Panti Werdha. PPKP lemlit Unair. Surabaya
Nugroho Wahyudi (1992). Perawatan Usia Lanjut, EGC. Jakarta
Nugroho Wahyudi (1999). Keperawatan Gerontik. EGC. Jakarta
Hardiwinoto dan Tony Setyobudi (1999). PAnduan Gerontologi. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Boedhi Darmojo dan Hadi MArtono (1999). Buku Ajar Gerontologi. FKUI. Jakarta.
Depkes RI Badan Litbangkes. (1986). Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta
Depsos RI. (----). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut
Usia Dalam Panti. Depsos RI. Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little
Brown and Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT
Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC.
Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
Penyusun,
Mahasiswa PSIK II, Gerbong I,
Lampiran Materi
PERAWATAN MATA POST OPERASI KATARAK
BAGI KLIEN LANSIA DENGAN KATARAK
1.
b)
c)
2.
b)
c)
d)
Mandi keramas
e)
Mengedan
f)
g)
h)
3.
Kapas bersih
Handuk bersih
c)
d)