Anda di halaman 1dari 6

PPh Pasal 29

A. PENGERTIAN
Setelah satu tahun pajak terlampaui, Wajib Pajak harus
menghitung kembali seluruh penghasilan-biaya dalam satu
tahun pajak dan menentukan berapa total PPh terutang.
Kemudian, menghitung keseluruhan kredit pajak yang telah
dibayarkan dan membandingkan dengan jumlah PPh
terutang. Dari sini akan diperoleh PPh kurang bayar (Pasal
29) atau lebih bayar (28A).
Berdasarkan bunyi pasal 29 Undang-undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-undang Nmor 36 Tahun
2008, yang menyatakan bahwa apabila pajak yang
terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar
daripada kredit pajak, maka kekurangan pajak yang
terutang harus dilunasi selambat-lambatnya tanggal 25 (dua
puluh lima) bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir,
sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan disampaikan.
Namun, perubahan yang cukup signifikan terjadi dalam
UU KUP 2008, yakni tidak ada lagi tanggal yang pasti
mengenai batas waktu pembayaran kekurangan
pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan
Pajak Penghasilan. Undang-undang KUP 2008 hanya
menyebutkan bahwa kekurangan pembayaran pajak yang
terutng berdasarkan SPT Tahunan Pajak tersebut harus
dibayar lunas sebelum SPT Tahunan Pajak Penghasilan
disampaikan. Walauun demikian, tata ara perhitungan
besarnya pajak penghasilan yang kurang bayar dalam sau
tahun pajak atau PPh Pasal 29 masih tetap sama.
B. PERHITUNGAN PPh PASAL 29
Pebahasan mengenai perhitungan PPh Pasal 29 ini
merupakan kelanjutan dari Bab 3 tentang Pajak
penghasilan.Bab 3 cenderung mengupas teori mengenai
Pajak Penghasilan, sementara pada bab ini akan disajikan

prakek penghitungan Pajak Penghasilan dalam satu tahun


pajak yang lebih rumit, termasuk rekonsiliasi fiscal, PTKP,
kompensasi kerugian dan lain-lain sebagai kelanjutan dari
pembahasan di Bab 3 hingga Bab 10. Tata cara/format dalam
penentuan besarnya PPh terutang dalam satu tahun pajak
yang kurang dibayar (PPh Pasal 29) mengikuti susunan yang
ada dalam SPT Tahunan. Lihat Gambar 10-1 dan 10-2.
C. Wajib Pajak dengan pembukuan dalam Bahasa Asing
dan Mata Uang selain Rupiah
Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 dan pasal 29 serta
Pajak Penghasilan Final yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
yang memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang
Dollar Amerika Serikat, dapat dilakukan dalam satuan mata
uang Rupiah. Kemudian, dalam SPT Tahunan (1771/$), Wajib
Pajak harus menkonersikan pembayaran dalam satuan mata
uang Rupiah tersebut ke satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku pada tanggal
pembayaran.
Jika terdapat bukti pembayaran atau
pemotongan/pemungutan PPh Pasal 22 dan Pasal 23 dengan
menggunakan satuan mata uang Rupiah yang akan
dikeditkan dalam SPT ahunan PPh Wajib Pajak Badan, harus
dikonversi ke dalam satuan mata uang Dollar Amerika
Serikan dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam
Kepuusan Menteri Keuangan yang beraku pada tanggal
pembayaran atau pemotongan/pemungutan pajak tersebut.
Wajib Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, wajib
menyampaikan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan beserta
lampirannya dalam bahasa Indonesia kecuali lampiran

berupa laporan keuangan, dan menggunakan sauna mata


uang Dollar Amerika Serikat.
Sebagai contoh, PT LPG merupakan perusahaan
penanaman modal asing (PMA) dan telah diberikan izin
menyelenggarakan pembukuan dengan Bahasa Ingris dan
Mata uang Dollar AS. Dalam tahun 2009, PT LPG mebukukan
laba fiscal US$1.750.000. Kurs MK pada akhir tahun 2009
adalah Rp9200/US$.
Disamping itu, selama tahun 2009 juga terjadi transaksi
berikut :
Membayar PPh pasal 25 dengan total US$ 180.000.
Pada tanggal 26 Agustus 2009, karena menerima
pembayaran dari Bendahara Pemerintah, PT LPG
dipungut/dipotong PPh pasal 22 sebesar Rp8.000.000.
Kurs KMK yang berlaku saat pemotongn PPh 22 adalah
Rp9100/US$.
Pada tanggal 16 oktober 2009, menrima kembali
pembayaran dari Bendahara Pemerintah dan PT LPG
dipungut/dipotong PPh Pasal 22 sebesar Rp6.000.000.
Kurs KMK yang berlaku saat pemotongan PPh 22 adalah
Rp9.150/US$.
Pada tanggal 16 desember 2009, menerima
penghasilan karena memberikan Jasa Manajemen pada
CV Perkasa, dan telah dipotong PPh Pasal 23 sebesar
Rp15.000.000. Kurs KMK yang berlaku saat
pemotongan PPh 23 adalah Rp9.100/US$
D.AKUNTANSI PPh PASAL 29
Dari awal pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa PPh
Pasal 29 merupakan perhitungan perpajakan yang dilakukan
pada akhir tahun pajak, dengan menhitung kembali seluruh
PPh terutang dan mengurangkan dengan kredit pajak yang
elah dibayar sendiri/ditanggung pemerintah maupun yang
dipotong /dipungut erat dengan bagaimana perhitungan PPh
Pasal 29. Prosedur pencatatan akuntansi PPh Pasal 29 harus

didasarkan pada PSAK Nomor 46. Dalam laporan laba Rugi,


besarnya PPh yang terutang selama satu tahun pajak dicatat
dengan mengurangi Laba bersih sebeum pajak. Pencatatan
jurnal penyetoran PPh Pasal 29 dilakukan dengan mendebet
Uang muka PPh Pasal 29 dan mengkredit Kas. Namun,
apabila terjadi kelebihan pembayaran Pajak Penghasilan
(PPh Pasal 28A), maka kelebihan pembayaran pajak dicatat
dalam akun piutang PPh.
Dokumen dasar/sumber Wajib Pajak untuk membuat
jurnal adalah SPT Tahunan PPh. Dengan kata lain, jurnal atas
PPh 29 ini dibuat setelah SPT Tahunan PPh seesai dibuat.
Dalam mekanisme PPh Pasal 29 ini, terlebih dahulu WP harus
menghitung jumlah PPh yang kurang/lebih dibayar. Jika
ternyata ada PPh yang kurang dibayar, maka WP harus
menyetorkan kekurangan kekurangan pembayaran PPh
sebelum disampaikannya SPT Tahunan.
Sebagai contoh, SPT Tahunan PPh milik PT KLM pada
tahun pajak 2009 menunjukkan total PPh yang terutang
sebesar Rp150.000.000, swdangkan kredit pajak yang telah
dibayar oleh perusahaan tersebut adalh PPh 22 sebesar
Rp20.000.000, PPh 23 sebesar Rp10.000.000, PPh 24
sebesar Rp25000000, dan PPh 25 sebesar RP48000.000,
sehingga pajak yang kurang bayar adalah Rp47.000.000.
Jika ternyata ada PPh yang lebih dibayar, maka WP dapat
langsung menyampaikan SPT Tahunan. Kelebihan
pembayaran pajak dicatat sebagai piutang pajak.
Sebagai contoh, dari kasus sebelumnya,Nona Fitri
dengan status TK/0 adalah pengusaha sekaligus eksportir
batik. Dalam tahun 2010, Nona Fitri membukukan lama fiscal
sebesar RP650.000.000. Selama tahun 2010, Nona Fitri juga
memberikan zakat kepada Badan Amil Zakat yang disahkan
pemerintah (BAZIS) sebesar Rp50.000.000 dan telah
membayar angsuran PPh 25 dengan total Rp180.000.000.
Selama Tahun 2010, Nona Fitri melakukan 7 kali perjalanan
ke luar negeri dalam rangka usaha ekspor batik dengan

menggunakan pesawat. Dalam perhitunan diktahui bahwa


PPh terutang setahun adalah Rp120.248.000 dan kredit
pajaknya sebesar Rp187.000.000. Jadi terdapat kelebihan
pembayaran pajak sebesar Rp66.752.000.

Pengertian PPh PASAL 29


Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar daripada kredit pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) kekurangan pembayaran pajak yang terutang
harus dilunasi sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan."

CONTOH PENGHITUNGAN PELUNASAN PPh PASAL 29 WAJIB ORANG PRIBADI


Pak Jaya adalah pengusaha restoran (UMKM) di Jakarta yang tergolong sebagai Wajib Pajak
Orang Pribadi Pengusaha Tertentu dan menggunakan pencatatan dalam penghitungan besarnya
PPh.
Jumlah peredaran usaha (omzet) selama setahun adalah Rp 200.000.000
PPh Pasal 25 (WP OPPT) yang sudah dilunasi (0,75% x Rp 200.000.000) adalah Rp 1.500.000
Setelah dihitung kembali pajak yang seharusnya dibayar pak jaya yang terutang selama setahun
adalah Rp 2.000.000
PPh Pasal 29 yang harus dilunasi oleh pak jaya adalah sebesar : Rp 2.000.000 Rp 1.500.000 =
Rp 500.000

CONTOH PENGHITUNGAN PELUNASAN PPh PASAL 29 WAJIB PAJAK BADAN


Contoh Koperasi Unit Desa Anti Korupsi, setelah menghitung PPh terutang tahun
pajak 2010diketahui PPh terutang setahun sebesar Rp 12.000.000. Karena pada tahun 2011,

koperasi mendapat laba yang lebih banyak, maka setelah dihitung kembali pajak terhutang
pada 2011adalah Rp 15.000.000.
Angsuran PPh Pasal 25 selama tahun 2011 (12 bulan) sebesar : Rp 1.000.000 x 12 = Rp
12.000.000,- (asumsi pembayaran tahun berjalan)
PPh Pasal 29 tahun 2011 yang harus dilunasi oleh KUD Anti Korupsi adalah sebesar : PPh yang
terutang angsuran PPh Pasal 25 Rp15.000.000 Rp 12.000.000 = Rp 3.000.000,00

Anda mungkin juga menyukai