Anda di halaman 1dari 52

Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan jarak di peta dengan jarak

sebenarnya.
epatu dan pakaian yang kita gunakan mempunyai ukuran tertentu.

Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur
yang digunakan sebagai satuan.
Sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka disebut besaran, sedangkan
pembanding dalam suatu pengukuran disebut satuan. Satuan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran dengan hasil yang sama atau tetap untuk semua orang disebut
satuan baku, sedangkan satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil
yang tidak sama untuk orang yang berlainan disebut satuan tidak baku.

Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan atau tolak
ukur untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur
sehinga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan
data. (Ramli : 2011).j

Sebagai contoh, misalnya timbangan emas sebagai instrumen untuk mengukur


berat emas, dibuat dengan skala mg dan akan menghasilkan data kuantitatif berat
emas dalam satuan mg.
Menurut Wikipedia, Skala pengukuran atau aras pengukuran memiliki empat
tipe, sebagaimana dikembangkan konsepnya oleh seorang psikolog bernama
Stanley Smith Stevens pada artikel di majalah Science berkepala On the theory of
scales of measurements. Pada artikel ini, Stevens mengemukakan bahwa dalam
sains dikenal empat tipe skala pengukuran yang masing-masing disebutnya sebagai
skala nominal, ordinal, interval, dan rasio.

BENTUK SKALA PENGUKURAN DALAM PENELITIAN


Dilihat dari bentuk instrument dan pernyataan yang dkembangkan dalam
instrument, maka kite mengenal berbagai bentuk skala yang dapat digunakan
dalam pengukuran bidang pendidikan, yaitu: skala Likert, skala Guttman, semantic
Differensial, Rating scale, dan skala Thurstone. Berikut akan dijelaskan secara
ringkas masing-masing bentuk skala pengukuran dalam penenitian.
1. Skala Likert
Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala
atau fenomena pendidikan. Dalam skala Likert terdapat dua bentuk pernyataan
yaitu pernyataan positif yang berfungsi untuk mengukur sikap positif, dan
pernyataan negative yang berfungsi untuk mengukur sikap negative objek sikap.
Skor pernyataan positif dimulai dari 1 untuk sangat tidak setuju (STS), 2 untuk tidak

setuju (TS), 3 untuk ragu-ragu (R), 4 untuk setuju (S), dan 5 untuk sangat setuju
(SS). Skor pernyataan negative dimulai dari 1 untuk sangat setuju (SS), 2 untuk
setuju (S), 3 untuk ragu-ragu (R), 4 untuk tidak setuju (TS), dan 5 untuk sangat
tidak setuju (STS). Beberapa peneliti menghilangkan option Ragu-ragu dalam
instrument penelitian untuk memudahkan peneliti melihat sikap siswa
sesungguhnya sesuai angket yang responden isikan.
2. Skala Guttman
Yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar - salah,
ya - tidak, pernah - tidak pernah, positif - negative, tinggi - rendah, baik - buruk, dan
seterusnya. Pada skala Guttman, hanya ada dua interval, yaitu setuju dan tidak
setuju.
Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda maupun daftar checklist.
Untuk jawaban positif seperti benar, ya, tinggi, baik, dan semacamnya diberi skor 1;
sedangkan untuk jawaban negative seperti salah, tidak, rendah, buruk, dan
semacamnya diberi skor 0.
3. Semantik Differensial
Skala diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan
ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana
jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang
sangat negative terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.
Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic differential adalah
data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau
karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang. Berikut contoh penggunaan skala
semantic differential mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah.
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Responden yang member penilaian angka 7, berarti persepsi terhadap gaya
kepemimpinan kepala sekolah adalah sangat positif; sedangkan responden yang
memberikan penilaian angka 1 persepsi kepemimpinan kepala sekolah adalah
sangat negative.
4. Rating Scale
Data-data skala yang diperoleh melalui tiga macam skala yang dikemukakan di atas
adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Berbeda dengan rating scale, data yang
diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya, dalam rating scale responden
akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.
Rating scale lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi dapat juga
digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan,
seperti skala untuk mengukur status sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan,
dan lain-lain. Dalam rating scale, yang paling penting adalah kemampuan

menterjemahkan alternative jawaban yang dipilih responden. Misalnya responden


memilih jawaban angka 3, tetapi angka 3 oleh orang tertentu belum tentu sama
dengan angka 3bagi orang lain yang juga memiliki jawaban angka 3.
5. Skala Thurstone
Skala Thurstone adalah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk
skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor
menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk
sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak diukur
kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan
konten atau konstruk yang hendak diukur.
Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah seperti gambar di bawah
ini.
Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11
menyatakan Related Posts on INSTRUMEN PENDIDIKAN
PENGUKURAN DALAM BIDANG PENDIDIKAN
TEKNIK PENILAIAN BUTIR INSTRUMEN DENGAN PAIR COMPARISON (PERBANDINGAN
BERPASANGAN)
BENTUK SKALA PENGUKURAN DALAM PENELITIAN
TEKNIK PENGUKURAN SIKAP
sangat relevan.

http://berbagireferensi.blogspot.com/2011/03/bentuk-skala-pengukuranA. SKALA
LIKERT: digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Contoh :.
Preferensi
1.Sangat Setuju
2.Setuju
3.Ragu-ragu
4.Tidak Setuju
5.Sangat Tdk Setuju
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel
penelitian.

Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif)
bersifat bersifat unfavorable (negatif).
Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negative. Sistem penilaian dalam skala Likert adalah sebagai
berikut:
Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2),
sangat tidak setuju/baik (1)
Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik
(4), sangat tidak setuju/ baik (5).
Contoh :

No

Pernyataan

Jawaban

.
S

S
1

Kita harus menjaga kebersihan

Kita harus mematuhi peraturan

ST

X
X

SS = Sangat Setuju

TS = Tidak Setuju

1STS = Sangat Tidak Setuju

= Setuju

RR = Ragu-Ragu

B. SKALA GUTTMAN: Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang
tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, pernah

atau tidak, positf atau negatif, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval
atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert terdapat interval 1,2,3,4,5
interval, dari kata sangat setuju sampai sangat tidak setuju, maka dalam skala Gutmann
hanya ada dua interval yaitu setuju atau tidak setuju. Penelitian menggunakan skala
Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang di tanyakan.
Contoh :
Apakah anda setuju dengan kenaikan harga BBM ?
a. Setuju

b. tidak setuju

C. SKALA THURSTONE: Skala Thurstone adalah skala yang disusun dengan memilih butir
yang berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor
menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah
(40-50) pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak diukur kemudian sejumlah
ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk yang
hendak diukur.
Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini.

Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan
sangat relevan.
Contoh : minat siswa terhadap pelajaran kimia,

No

Pernyataan

Jawaban

Saya senang belajar kimia

Pelajaran kimia

bermanfaat
3

Saya berusaha hadir tiap


pelajaran kimia

Saya berusahan memiliki


buku pelajaran kimia

Contoh lain : Angket yang disajikan menggunakan skala thurstone


Petunjuk : Pilihlah 5(lima) buah pernyataan yang paling sesuai dengan sikap anda terhadap
pelajaran matematika, dengan cara membubuhkan tanda cek (v) di depan nomor
pernyataan di dalam tanda kurung.
(

) 1. Saya senang belajar matematika

) 2. Matematika adalah segalanya buat saya

) 3. Jika ada pelajaran kosong, saya lebih suka belajar matematika

) 4. Belajar matematika menumbuhkan sikap kritis dan kreatif

) 5. Saya merasa pasrah terhadap ketidak-berhasilan saya dalam matematika

) 6. Penguasaan matematika akan sangat membantu dalam mempelajari bidang

studi lain
(

) 7. Saya selalu ingin meningkatkan pengetahuan & kemampuan saya dalam

matematika
(

) 8. Pelajaran matematika sangat menjemukan

) 9. Saya merasa terasing jika ada teman membicarakan matematika

D. SEMANTIK DIFERENSIAL: Skala diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi
bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis
kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban
yang sangat negative terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.
Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic differential adalah data
interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik
tertentu yang dimiliki seseorang.
Contoh : Penggunaan skala Semantik Diferensial mengenai gaya kepemimpinan kepala
sekolah.
Demokrasi

Otoriter

Bertanggung

Tidak

Jawab

Bertanggung
Jawab

Memberi

Mendominasi

Tidak

Kepercayaan
Menghargai
Bawahan

Menghargai
Bawahan

Keputusan

Diambil

Keputusan
Diambil Sendiri

Bersama
Contoh lain : Penilaian pelajaran kimia
Menyenangkan !..!..!..!..!..!..!..!..! Membosankan
Sulit

!..!..!..!..!..!..!..!..! Mudah

Bermanfaat

!..!..!..!..!..!..!..!..! Sia-Sia

Menantang

!..!..!..!..!..!..!..!..! Menjemukan

E. PENILAIAN (RATING SCALE): Data-data skala yang diperoleh melalui tiga macam
skala yang dikemukakan di atas adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Berbeda
dengan rating scale, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya, dalam rating scale
responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.
Rating scale lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi dapat juga digunakan
untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk
mengukur status sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain. Dalam rating
scale, yang paling penting adalah kemampuan menterjemahkan alternative jawaban yang
dipilih responden.
Contoh :
Kenyamanan ruang tunggu RSU Kartini :
5

Kebersihan ruang parkir RSU Kartini :


5

Daftar Pustaka :
http://skripsimahasiswa.blogspot.com/2009/12/skala-pengukuran.html
http://anggunfreeze.blogspot.com/2012/11/jenis-jenis-skala-pengukuran.html
http://berbagireferensi.blogspot.com/2011/03/bentuk-skala-pengukurandalam.html
http://evisapinatulbahriah.wordpress.com/2011/06/24/asesmen-afektif/
-dalam.html
mungkin yang ingin contoh skala ratting scale dapat dilihat di

http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/04/15/rating-scale/

BEDA
SKALA PENGUKURAN DALAM PENELITIAN
rudhy theart | September 18, 2015 | Penelitian | Tidak ada Komentar

Skala pengukuran adalah sebuah kesepakatan untuk menentukan panjang atau


pendeknya interval yang ada dalam sebuah alat ukur, sehingga apabila alat ukur
tersebut digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan sebuah data kuantitatif. Alat
ukur untuk panjang menggunakan menggunakan instrumen meteran dengan skala
meter. Untuk ukuran berat menggunakan timbangan sebagai instrumen dengan skala
gram. Lalu bagaimana dengan penelitian?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kami akan memperkenalkan sebuah skala
pengukuran dengan menggunakan instrumen penelitian yang sudah dibuat. Skala
pengukuran dalam penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel penelitian yang
akan diukur. Berikut skala pengukuran dalam penelitian yang biasa digunakan sebagai
acuan.

SKALA LIKERT
Skala Likert adalah skala pengukuran yang pertama. Skala Likert ini digunakan untuk
mengukur sikap dan pendapat seseorang terhadap masalah atau fenomena sosial yang
terjadi. Dengan menggunakan skala likert, variabel yang diukur akan dijabarkan
menjadi indikator variabel. Dari indikator variabel inilah kemudian akan dijadikan titik
tolak untuk menyusun bagian-bagian instrumen berupa pertanyaan atau pernyataan.

SKALA GUTTMAN
Skala pengukuran yang kedua adalah skala Guttman. Pada dasarnya skala gutman juga
digunakan dalam penelitian sosial untuk melihat pendapat dan sikap para responden
berdasarkan

instrumen

yang

telah

dibuat.

Namun

pada

skala guttman bentuk

pertanyaan yang dibutuhkan membutuhkan jawaban yang lebih tegas dengan hanya
memberikan dua pilihan.

SKALA PENGUKURAN SEMANTIC DIFERENSIAL


Skala pengukuran yang ketiga adalah semantic diferensial. Skala pengukuran ini juga
digunakan

untuk

mengukur

sikap

hanya

saja

berbeda

bentuknya

dengan

skala gutman dan skala likert yang memberikan pilihan dalam bentuk pilihan ganda.
Skala ini dibuat dengan membuat susunan dalam satu garis continue ke bawah
indikator sangat positif diletakkan di sebelah kanan dan sebaliknya sangat negatif
diletakkan disebelah kiri.

RATING SCALE
Skala pengukuran yang keempat adalah rating scale. Rating scale digunakan untuk
mengukur sikap dan persepsi responden. Perbedaannya dari ketiga skala di atas adalah
pada ketiga skala sebelumnya mendapatkan data kualitatif yang di kuantitatifkan maka
pada rating scale data yang di dapat langsung berupa data kuantitatif.
Pada pembahasan kami kali ini cukup sekian, pembahasan lebih lengkap tentang
masing-masing skala pengukuran tersebut akan kami bahas satu persatu pada
kesempatan

selanjutnya.

Semoga

bisa

menjadi

gambaran

awal

tentang

skala

pengukuran dalam penelitian.


BEDA

Skala Likert (Likert Scale) adalah skala respon psikometri terutama


digunakan dalam kuesioner untuk mendapatkan preferensi responden atas
sebuah pernyataan atau serangkaian laporan.
Setelah peneliti menyelesaikan definisi operasional variabel maka langkah
selanjutnya menyusun item-item. Sebuah skala menjadi penting untuk
mengukur derajat pendapat dan data kuantitatif berarti analisis relatif
mudah dilakukan.
Prinsip pengukuran sikap yaitu meminta orang untuk menanggapi
serangkaian pernyataan tentang suatu topik. Sejauh mana mereka setuju
dengan memasuki komponen kognitif dan afektif.
Skala Likert adalah teknik skala non-komparatif dan unidimensional yaitu
hanya mengukur sifat tunggal. Responden dipaksa menunjukkan tingkat
kesepakatan atas sebuah pernyataan menggunakan skala ordinal.

Rensis Likert (1932) mengasumsikan sikap dapat diukur dan intensitas


suatu pengalaman adalah linear yaitu duduk di sebuah kontinum dari
sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Contoh Pernyataan dengan 5 opsi
respon:
"Saya percaya Presiden Joko Widodo memiliki kapabilitas cukup untuk
melaksanakan program-program yang telah ditetapkan".
1.

Sangat Tidak Setuju (skor 1)

2.

Tidak Setuju (skor 2)

3.

Tidak Tahu (skor 3)

4.

Setuju (skor 4)

5.

Sangat Setuju (skor 5)

Bentuk akhir analisis Skala Likert meletakkan posisi sikap seseorang ke


dalam posisi masing-masing respon dengan cara menghitung berapa
banyak setuju atau tidak setuju pada pernyataan tertentu.
Masing-masing dari lima tanggapan memiliki nilai numerik yang
digunakan untuk pengolahan data menggunakan operasi median atau
modus, distribusi grafik bar dan sebagainya.

Bowling, A. (1997). Research Methods in Health. Buckingham: Open


University Press.

Burns, N., & Grove, S. K. (1997). The Practice of Nursing Research


Conduct, Critique, & Utilization. Philadelphia: W.B. Saunders and Co.

Likert, R. (1932). A Technique for


Attitudes. Archives of Psychology, 140, 1-55.

Paulhus, D. L. (1984). Two-component models of socially desirable


responding. Journal of personality and social psychology, 46(3), 598.

the

Measurement

of

BEDA

Penelitian-penelitian tentang perilaku personal yang mengukur sifat-sifat individu selalu


menggunakan alat ukur yang dirancang sendiri oleh peneliti, baik melalui pretest maupun eliciting (bertanya pada ahli). Karena tidak adanya alat ukur yang pasti maka di
gunakanlah butir-butir pertanyaan sebagai alat ukur yang dianggap menjadi indikator dari
perilaku tertentu misalnya pengetahuan dan sikap. Butir-butir pertanyaan tersebut kemudian akan
direspon oleh individu-individu yang akan diukur perilakunya dengan mengikuti pedoman skala
pengukuran yang digunakan.

Ada beberapa skala pengukuran yang dapat digunakan dalam merancang skala pengukuran pada
penelitian perilaku salah satunya adalah skala likert. Skala Likert adalah
suatu skalapsikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang
paling banyak digunakan dalam riset berupasurvei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis
Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya Dalam pembuatan
skala likert.(Budiaji, 2013 ).
Dalam pembuatan skala likert. periset membuat beberapa pernyataan yang berhubungan dengan
suatu isu atau objek, lalu subjek atau responden diminta untuk mengindikasikan tingkat
kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka terhadap masing-masing pernyataan. Biasanya
disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:
1.

Sangat tidak setuju

2.

Tidak setuju

3.

Netral

4.

Setuju

5.

Sangat setuju

Pada skala likert dengan skala lima terdapat lima alternatif jawaban yaitu: sangat setuju,
setuju,netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Pada skala likert lima skala tersebut maka
sangat setuju pasti lebih tinggi daripada yang setuju, yang setuju pasti lebih tinggi daripada yang
netral, yang netral pasti lebih tinggi daripada yang tidak setuju, sedangkan yang tidak setuju pasti
lebih tinggi daripada yang sangat tidak setuju. Namun jarak antara sangat setuju ke setuju dan

dari setuju ke netral dan seterusnya tentunya tidak sama, oleh karena itu data yang dihasilkan
oleh skala likert adalah data ordinal. Sedangkan cara scoring bahwa sangat setuju 5, setuju 4,
netral 3, tidak setuju 2 dan sangat tidak setuju 1 hanya merupakan kode saja untuk mengetahui
mana yang lebih tinggi dan mana yang lebih rendah (Suliyanto, 2011).
Dari cara scoring tersebut kita tidak bisa memaknai bahwa sangat setuju adalah netral ditambah
setuju. Tapi permasalahannya sesuai dengan ciri-ciri dari data ordinal, bahwa data ordinal belum
bisa dikenai operasi matematis, tetapi banyak peneliti pada saat scoring dari skala likert
menjumlahkan skor di tiap-tiap item padahal jelas-jelas skala data ordinal tidak bisa dijumlahkan
(Suliyanto, 2011). Pemberian skor untuk setiap pernyataan tidak sembarang bisa ditentukan,
melainkan harus melalui uji-coba terlebih dahulu. Skor atau bobot untuk setiap pernyataan
tersebut sangat tergantung pada distribusi jawaban dari hasil uji coba (Sappaile, 2007).
Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala dengan
tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa karakteristik
statistic hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip. Skala
likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negative
terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala
Likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan "netral" tak tersedia.
Kemudahan penggunaan skala likert menyebabkan skala ini lebih ba-nyak digunakan oleh
peneliti. Kelly and Tincani (2013), misalnya, menggunakan skala likert untuk mengukur perilaku
kerjasama individu yaitu dengan meng-ukur variabel ideologi, perspektif, pela-tihan pribadi, dan
pelatihan orang lain. Di bidang pertanian, skala likert juga sering digunakan untuk mengukur
pre-ferensi individu seperti pada preferensi konsumen terhadap penerimaan produk makanan
yang telah dimodifikasi dan preferensi petani terhadap karakteristik tanaman gandum yang ingin
diusahatanikan Nelson (Dalam budiaji, 2013).
Kemudahan yang ada pada penyu-sunan skala likert harus diperhatikan dengan hati-hati agar
analisis lanjutan terhadap butir-butir respon tepat. Permasalahan yang sering terjadi adalah
kebingunan dalam penggo-longan skala likert ke dalam dua skala pengukuran yang berbeda yaitu
dian-tara ordinal dan interval. Perdebatan antara penggolongan skala likert keda-lam dua
golongan skala yang berbeda telah berlangsung cukup lama karena penggolongan skala
pengukuran yang berbeda akan berdampak pada analisis yang dapat digunakan pada skala likert.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mereviewpenggolongan skala likert yang telah dikemukakan
beberapa pe-neliti. Kemudian, jumlah optimal titik respon pada skala likert juga akan dibahas,
berjumlah genap atau ganjil (Budiaji, 2013).

Sumber :
Budiaji, weksi. 2013. Skala Pengukuran dan Jumlah Respon Skala Likert. Jurnal Ilmu Pertanian
dan Perikanan 2 (2)

Sappaile, 2007. Pembobotan Butir Pernyataan dalam Bentuk Skala Likert dengan Pendekatan
Distribusi.Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 13 (064)
Suliyanto, 2011. Perbedaan Pandangan Skala Likert sebagai Skala Ordinal atau Skala
Interval. Prosiding Seminar Nasional Statistika Universitas Diponegoro : Purwokerto

BEDA
1. 1. Metodelogi Penelitian | 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen
untuk mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatifnaturalistik peneliti akan lebih banyak menjadi instrumen, karena
dalam

penelitian

kualitatif

peneliti

merupakan

key

instruments.

Instrumen penelitian digunakan untuk nilai variabel yang diteliti.


Dengan

demikian,

jumlah

instrumen

yang akan digunakan

untuk

penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila


variabel penelitiannya liam, maka jumlah instrumen yang digunakan
untuk penelitian juga lima. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada
yang dibakukan, tetapi masih ada yang harus dibuat oleh seorang
peneliti. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan
pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitaif yang akurat,
maka setiap instrumen harus mempunyai skala. Teknik membuat skala,
menurut

Nazir

(1999)

serta

Good

dan

Hatt

(1952)

adalah

cara

mengubah fakta-fakta kualitatif yang melekat pada objek atau subjek


penelitian menjadi urutan kuantitatif. Pembuatan skala pengukuran ini
dibuat dengan mendasarkan pada dua asumsi, yaitu ilmu pengetahuan
pada akhir-akhir ini lebih cenderung menggunakan prinsip-prinsip
matematika dan ilmu pengetahuan semakin menuntut presisi yang lebih
baik utamanya dalam hal mengukur gradasi. Dalam membuat skala,
peneliti harus mengasumsikan bahwa fakta dalam fakta mengandung
suatu kontinum yang nyata berasal dari sifat-sifat objek yang diteliti. B.
Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan skala pengukuran
serta macam-macam bentuknya ? 2. Apakah yang dimaksud dengan
instrumen

penelitian

3.

Bagaimana

cara

menyusun

instrumen

penelitian ? 4. Bagaimanakah yang dimaksud dengan validitas dan


reliabilitas instrumen ? 5. Bagaimanakah cara pengujian validitas dan
reliabilitas instrumen ? C. Tujuan Penulisan Makalah 1. Agar dapat

mengetahui

macam-macam

dari

skala

pengukuran.

2.

Dapat

membedakan antara validatas dan reliabilitas sebuah instrumen. 3.


Dapat mengetahui cara membuat instrumen dengan skala pengukuran
yang tepat.
2. 2. Metodelogi

Penelitian

BAB

II

SKALA

PENGUKURAN

DAN

INSTRUMEN PENELITIAN A. Macam-Macam Skala Pengukuran Skala


pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat
ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran
akan

menghasilkan

data

kuantitatif.

Sebagai

contoh,

misalnya

timbangan emas sebagai instrumen untuk mengukur berat emas, dibuat


dengan skala mg dan akan menghasilkan data kuantitatif berat emas
dalam satuan mg bila digunakan untuk mengukur. Berbagai skala sikap
yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi, Pendidikan dan
Sosial antara lain adalah : 1. Skala Likert Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial yang telah ditetapkan secara spesifik
oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan
skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat
negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain : a. Sangat setuju b.
Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju Untuk
keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,
misalnya : 1) Sangat Setuju diberi skor 5 2) Setuju diberi skor 4 3) Raguragu diberi skor 3 4) Tidak setuju diberi skor 2 5) Sangat tidak setuju 1
3. 3. Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat
dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda. Metodelogi Penelitian | 3
a. Contoh Bentuk Checklist Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai
dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda ( ) pada kolom
yang tersedia. No Pertanyaan Jawaban SS ST RG TS STS 1 Prosedur
kerja yang baru itu akan segera diterapkan di perusahaan anda
2 .................. SS = Sangat Setuju diberi skor 5 ST = Setuju diberi skor 4
RG = Ragu-ragu diberi skor 3 TS = Tidak Setuju diberi skor 2 STS =
Sangat Tidak Setuju diberi skor 1 b. Contoh Bentuk Pilihan Ganda

Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan


pendapat anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor
jawaban yang tersedia. Prosedur kerja yang baru itu akan segera
diterapkan di lembaga anda ? a) Sangat tidak setuju b) Tidak setuju c)
Ragu-ragu d) Setuju e) Sangat setuju
4. 4. Metodelogi Penelitian | 4 2. Skala Guttman Skala pengukuran dengan
tipr ini akan sisapat jawaban yang tegas, yaitu ya-tidak, benarsalah, dan lain-lain. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan
bila

ingin

mendapatkan

jawaban

yang

tegtas

terhadap

suatu

permasalahan yang ditanyakan. Contoh: 1) Bagaimana pendapat anda,


bila orang itu menjabat pimpinan di perusahaan ini ? a. Setuju b. Tidak
Setuju 2) Pernahkah pimpinan melakukan pemeriksaan di ruang kerja
anda ? a. Tidak Pernah b. Pernah Skala Guttman selain dapat dibuat
dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist.
Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. 3. Semantic
Defferensial

Skala

ini

digunakan

untuk

mengukur

sikap,

hanya

bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam


satu garis kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak dibagian
kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri
garis. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini
digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai
oleh seseorang. Contoh : Beri nilai gaya kepemimpinan Manajer Anda
Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat Tepat Janji 5 4 3 2 1 Lupa Janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi Memberi Pujian 5 4 3 2 1 Mencela
Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi
5. 5. Metodelogi

Penelitian

4.

Rating

scale

Dari

ke

tiga

skala

pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh


semuanya adalah data kualitatif yang dikemudian dikuantitatifkan.
Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka
kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Yang penting bagi
penyusun

instrumen

dengan

rating

scale

adalah

harus

dapat

mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada


setiap item instrumen. Contoh : Seberapa baik data ruang kerja yang
ada di Perusahaan A ? Berilah jawaban dengan angka : 4. bila tata
ruang itu sangat baik 3. bila tata ruang itu cukup baik 2. bila tata ruang

itu kurang baik 1. bila tata ruang itu sangat tidak baik Jawablah dengan
melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang
sebenanrnya No. Item Pertanyaan tentang tata ruang kantor Interval
Jawaban 1. Penataan meja kerja sehingga arus kerja menjadi pendek 4 3
2 1 2. Pencahayaan alam tiap ruangan 4 3 2 1 3. Pencahayaan
buatan/listrik tiap ruang sesuai dengan kebutuhan 4 3 2 1 4. Warna
lantai

sehingga

tidak

menimbulkan

pantulan

cahaya

yang

dapat

menganggu pegawai 4 3 2 1 5. Sirkulasi udara setiap ruangan 4 3 2 1 6.


Keserasian warna alat-alat kantor, perabot dengan ruangan 4 3 2 1 7.
Penempatan lemari arsip 4 3 2 1 8. Penempatan ruangan pimpinan 4 3 2
1 9. Meningkatkan keakraban sesama pegawai 4 3 2 1 10. Kebersihan
ruangan 4 3 2 1 Bila instrumen tersebut digunakan sebagai angket dan
diberikan kepada 30 responden, maka sebelum dianalisis, data dapat
ditabulasikan seperti pada tabel 6.1
6. 6. (terlampir). Jumlah skor kriterium (bila setiap butir mendapat skor
tertimggi) = 4 x 10 x 30 = 1200. Untuk ini skor tertinggi tiap butir = 4,
jumlah butir pertanyaan = 10 dan jumlah responden = 30. Jika skor hasil
pengumpulan data = 818. Dengan demikian kualitas tata ruang kantor
lembaga A menurut persepsi 30 responden itu 818, 1200 = 68% dari
kriteria yang ditetapkan. Hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori
sebagai berikut : .300 6.00 . 9.00 12.00 818 Nilai 818 termasuk dalam
kategori interval kurang baik dan cukup baik. Tetapi lebih mendekati
cukup baik. Selain instrumen seperti yang telah dibicarakan di atas, ada
instrumen penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data nominal
dan ordinal. Metodelogi Penelitian | 6 1. Instrumen untuk menjaring
data nominal Contoh : a. Berapakah jumlah pegawai di tempat anda
bekerja ............... pegawai. b. Berapakah orang yang dapat berbahasa
Belanda ........... orang. c. Berapakah orang pemimpin yang Anda
sukai .................. orang. 2. Instrumen untuk menjaring data ordinal
Contoh

Berilah

rangking

terhadap

sepuluh

pegawai

di

bidang

pelayanan rumah sakit sebagai berikut. Tabel 6.2 Rangking Terhadap


Sepuluh Pegawai Di Bidang Pelayanan Rumah Sakit Nama Pegawai
Rangking Nomor A ............................... B ............................... Sangat
tidak baik Kurang baik Cukup baik Sangat baik

7. 7. C

...............................

...............................

F ............................... G ............................... H ...............................


I ............................... J ............................... Misalnya pegawai E adalah
yang paling baik kinerjanya, maka pegawai tersebut diberi rangking 1.
Metodelogi Penelitian | 7 B. Instrumen Penelitian Pada prinsipnya
meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial
maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau
dinamakan membuat laporan daripada melakukan penelitian. Alat ukur
dalam

penelitian

biasanya

dinamakan

instrumen

penelitian.

Jadi,

instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur


fenomena alam maupun sosial yang diamati (variabel penelitian).
Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam
ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas dan
reliabilitasnya. Seperti variabel-variabel dalam ilmu alam misalnya
panas,

maka

instrumennya

adalah

calorimeter.

Jumlah

instrumen

penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah


ditetapkan utnuk diteliti. Misalnya akan meneliti tentang Pengaruh
Kepemimpinan dan Iklim Kerja Lembaga Terhadap Produktivitas Kerja
Pegawai. Dalam hal ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat, yaitu : 1.
Instrumen

untuk

mengukur

kepemimpinan.

2.

Instrumen

untuk

mengukur iklim kerja. 3. Instrumen untuk mengukur produktivitas kerja


pegawai.
8. 8. Metodelogi Penelitian | 8 C. Cara Menyusun Instrumen Instrumeninstrumen penelitian dalam bidang sosial umunya dan khususnya
bidang administrasi yang sudah baku sulit ditemukan. Titik tolak dari
penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk
diteliti.

Dari

variabel-variabel

tersebut

diberikan

definisi

operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur.


Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan
atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka
perlu digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi
instrumen. Untuk bisa menetapkan indikator-indikator dari setiap
variabel

yang

mendalam

diteliti,

tentang

maka

variabel

diperlukan
yang

wawasan

diteliti,

dan

yang

luas

teori-teori

dan
yang

mendukungnya. Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus


secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid. Caranya dapat

dilakukan dengan membaca berbagai referensi, membaca hasil-hasil


penelitian sebelumnya yang sejenisnya, dan konsultasi pada orang yang
dipandang ahli. D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Hasil penelitian
yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan
data yang sesungguhnya terjadi objek yang diteliti. Selanjutnya, hail
penelitian yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang
berbeda. Kalau dalam objek kemarin berwarna merah, maka sekarang
dan besok tetap berwarna merah. Instrumen yang valid berarti alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid1.
Contohnya yaitu meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur
panjang dengan teliti, karena meteran alat untuk mengukur panjang.
Instrumen

yang

reliabel

adalah

instrumen

yang

bila

digunakan

beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan


data yang sama. Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu
instrumen

berbentuk

test

untuk

mengukur

prestasi

belajar

dan

instrumen

yang non-test untuk mengukur sikap. Instrumen yang

berbentuk test jawabannya adalah salah atau benar, sedangkan


instrumen sikap jawabannya adalah positif atau negatif. Instrumen
yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen
yang mempunyai validitas internal atau eksternal, bila kriteria yang ada
dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa 1
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur.
9. 9. yang diukur. Penelitian yang mempunyai validitas internal, bila data
yang dihasilkan merupakan fungsi dari rancangan dan instrumen yang
digunakan. Misalnya meteran yang putus dibagian ujungnya, bila
digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama (reliabel)
tetapi selalu tidak valid. Hal ini disebabkan karena instrumen (meteran)
tersebut rusak. Penelitian yang mempunyai validitas internal, bila data
yang dihasilkan merupakan fungsi dari rancangan dan instrumen yang
digunakan.

Validitas

internal

instrumen

yang

berupa

test

harus

memenuhi construct validity dan content validity. Sedangkan instrumen


yang nontest cukup construct validity.2 Metodelogi Penelitian | 9 E.
Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Pengujian Validitas
Instrumen a. Pengujian Validitas Kontruksi (Construct Validity) Validitas
konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur

sebuah konstruk sementara. Konstruk, secara definitif, merupakan


suatu sifat yang tidak dapat diobsevasi, tetapi kita dapat merasakan
pengaruhnya melalui satu atau dua indera kita. Contoh suatu konstruk
dalam lingkup pendidikan teknologi kejuruan misalnya, implikasi orang
terampil atau memiliki skill, dapat dilihat dengan melalui tingkah laku
dia ketika seseorang tersebut melakukan pekerjaannya. Konstruk tidak
lain

adalah

merupakan

temuan

atau

suatu

pendekatan

untuk

menerangkan tingkah laku. Proses melakukan validasi konstruk dapat


dilakukan dengan cara melibatkan hipotesis testing yang dideduksi dari
teori yang menyangkut dengan konstruk yang relevan. b. Pengujian
Validitas Isi Yang dimaksud dengan validitas isi adalah derajat di mana
sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Untuk
mendapatkan validitas isi memerlukan dua aspek penting, yaitu valid isi
dan valid samplingnya. Valid isi mencakup khususnya, hal-hal yang
berkaitan dengan apakah item-item itu menggambarkan pengukuran
dalam cakupan yang ingin diukur. Sedangkan 2 Sugiyono, Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,(Bandung: ALFABETA, 2010),
cet. Ke-10, hal. 92-123
10.

10. validitas

sampling

pada

umumnya

berkaitan

dengan

bagaimanakah baiknya suatu sampel tes merepresentasikan total


cakupan isi. Validitas isi juga mempunyai peran yang sangat penting
untuk tes pencapaian. Validitas isi pada umunya ditentukan melalui
pertimbangan

para

ahli.

Metodelogi

Penelitian

10

c.

Validitas

Konkuren Validitas konkuren adalah derajat dimana skor dalam suatu


tes dihubungkan dengan skor lain yang telah dibuat. Tes dengan
validitas konkuren biasanya diadministrasi dalam waktu yang sama
atau dengan kriteria valid yang sudah ada. Cara-cara membuat tes
dengan validitas konkuren dapat dilakukan dengan beberapa langkah
seperti berikut : 1) Adminsitrasikan tes yang baru dilakukan terhadap
guru atau anggota kelompok. 2) Catat tes baku yang ada termasuk
berapa koefisien validitasnya jika ada. 3) Hubungkan atau korelasikan
due skor tes tersebut. Metode pembeda merupakan validitas konkuren
yang melibatkan penentuan suatu tes. Jika skor tes dapat digunakan
untuk membedakan antara orang yang memiliki sifat-sifat tertentu yang
diinginkan dengan seseorang yang tidak memiliki sifat tersebut3. Untuk
menguji daya pembeda secara signifikan digunakan rumus t-test

sebagai berikut :4 = 2 1 1 1 + 1 2 Dimana ( 1 1)


1 = 2 + ( 2 1) 2 2 ( 1 + 2) 2 3 Sukardi, Metodelogi
Penelitian Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara,2003), hal. 123-124 4
Sugiyono, Op.Cit., hal.128
11.

11. Metodelogi Penelitian | 11 d. Validitas Prediksi Validitas

prediksi adalah derajat yang menunjukkan suatu tes dapat memprediksi


tentang bagaimana seseorang akan melakukan suatu prospek tugas
atau pekerjaan yang direncanakan. Validitas prediksi suatu tes pada
umumnya ditentukan dengan membangun hubungan antara skor tes
dan

beberapa

ukuran

keberhasilan

dalam

situasi

tertentu

yang

digunakan untuk memprediksi keberhasilan, yang selanjutnya disebut


dengan predictor. Sedangkan tingkah laku yang hendak diprediksi pada
umumnya disebut sebagai criterion. Dalam membuat validasi prediksi,
suatu

tes

biasanya

mempunyai

sekuensi

seperti

berikut

1)

Mengidentifikasi dan mendefinisikan secara teliti criterion yang hendak


diinginkan. 2) Ketika kriteria telah diidentifikasikan dan ditentukan,
prosedur selanjutnya menentukan validitas prediksi suatu tes dengan
cara seperti berikut : 1. Buat item tes sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai. 2. Tentukan grup yang dijadikan subjek dalam pilot
study. 3. Identifikasi criterion prediksi yang hendak dicapai. 4. Tunggu
sampai tingkah laku yang diprediksi muncul dan terpenuhi dalam grup
yang telah ditentukan. 5. Capai ukuran-ukuran criterion tersebut. 6.
Korelasikan dua set skor yang dihasilkan.5 2. Pengujian Reliabilitas
Instrumen a. Test-retest Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen
beberapa kali pada responden ataupun derajat yang menunjukkan
konsistensi hasil sebuah hasil sebauh tes dari waktu ke waktu. Jadi
dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya
yang

berbeda.

Pengujian

cara

ini

sering

juga

disebut

stability.6

Reliabilitas test-retest dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1.


Selenggarakan tes pada suatu grup yang tepat sesuai dengan rencana.
5 Sukardi, Op.Cit., hal.125-126 6 Sugiyono, Op.Cit., hal.130
12.

12. 2. Setelah selang waktu tertentu, misalnya satu minggu atau

dua minggu, lakukan kembali penyelenggaraan tes yang sama dengan


grup yang sama tersebut. Metodelogi Penelitian | 12 3. Korelasikan
hasil kedua tes tersebut.7 b. Ekuivalen Instrumen yang ekuivalen

adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya


sama.

Sebagai

contoh

(untuk

satu

butir

saja);

Berapa

tahun

pengalaman kerja anda di lembaga ini ?. pertanyaan tersebut dapat


ekuivalen dengan pertanyaan berikut : Tahun berapa anda mulai
bekerja di lembaga ini ?. pengujian reliabilitas dengan cara ini cukup
dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama,
waktu yang sama, instrumen berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung
dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan
data instrumen yang dijadikan ekuivalen. c. Gabungan Pengujian
reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang
equivalent itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi ini
merupakan gabungan antara tes-retest dan equivalent. d. Internal
Consistency

Pengujian

reliabilitas

dengan

internal

consistency,

dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian


yang data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis
dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian
reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari
Spearman Brown, KR 20, KR 21 dan Anova Hoyt. Berikut diberikan
rumus-rumusnya. 1) Rumus Spearman Brown 7 Sukardi, Op.Cit., hal.
129 = 2 1 + Dimana: = reliabilitas internal seluruh
instrumen = korelasi product moment antara belahan pertama dan
kedua
13.

13. Metodelogi

Penelitian

13

2)

Rumus

KR.

20

(Kuder

Richardson) 3) Rumus KR.21 4) Analisis Varians Hoyt (Anova Hoyt)8


8 Sugiyono, Op.Cit., hal. 130-132 = ( 1) { 2 2 }
Dimana : k = jumlah item dalam instrumen pi = proporsi banyaknya
subyek yang menjawab pada item 1 qi = 1 pi s2 i = varians total =
1 {1 ( ) 2 } Dimana: K = jumlah item dalam
instrumen. M = means skor total. S2 t = varians total. = 1
Dimana: MKs = mean kuadrat antara subyek. MKe = mean kuadrat
kesalhan. Ri = reliabilitas instrumen.
14.

14. Metodelogi Penelitian | 14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai


acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam
alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran

akanm menghasilkan data kuantitatif. Berbagai skala sikap yang dapat


digunakan untuk penelitian Administrasi, Pendidikan dan Sosial yaitu
skala likert, skala Guttman, Rating Scale dan Semantic Defferential.
Dalam

pembuatan

instrumen

penelitian

pada

umumnya

perlu

mempunyai dua syarat penting yaitu valid dan reliabel. B. Saran


Berdasarkan uraian diatas mengenai skala pengukuran dan instrumen
penelitian, maka pemakalah menyampaikan sarannya sebagai berikut :
1. Untuk pendidik, agar lebih fokus dalam menilai sikap peserta
didiknya (siswa) berdasarkan skala pengukuran yang telah tersedia. 2.
Untuk mahasiswa, agar lebih teliti dalam membuat sebuah instrumen
penelitian dalam proses penelitian yang dilakukan.
15.

15. Metodelogi Penelitian | 15 DAFTAR PUSTAKA Sukardi. 2003.

Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Sugiyono.


2010. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R & D. Cet. Ke-10.
Bandung : ALFABETA. Usman, Husaini dan Setiady Akbar, Purnomo.
2009. Metodelogi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara.
BEDA
Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan
merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil
dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya [1].
Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert,responden menentukan tingkat persetujuan
mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya
disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Netral
4. Setuju
5. Sangat setuju

Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh
atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil
kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip [2].
Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif
terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert
yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan "netral" tak tersedia.

SKALA LIKERT: PENGGUNAAN DAN ANALISIS DATANYA


Tatang M. Amirin, 31 Oktober 2010; 4 Januari 2011
Banyak orang yang bingung jika menggunakan Skala Likert [baca biasa likert, walau ada
yang baca laikertkata Wikipedia], dan bahkan salah larap. Skala Likert digunakan untuk
membuat angket, tapi kadang-kadang salah isi yang disasar untuk dihimpun dengan
Skala Likert tersebut. Likert itu nama orang, lengkapnya Rensis Likert, pendidik dan
ahli psikologi Amerika Serikat. Jadi, skala ini digagas oleh Rensis Likert, sehingga disebut
Skala Likert.
Kalau begitu mari kita mulai dengan memperjelas apa dan untuk apa Skala Likert itu.
Pengertian dan Kegunaan Skala Likert
Skala itu sendiri salah satu artinya, sekedar memudahkan, adalah ukuran-ukuran
berjenjang. Skala penilaian, misalnya, merupakan skala untuk menilai sesuatu yang
pilihannya berjenjang, misalnya 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Skala Likert juga
merupakan alat untuk mengukur (mengumpulkan data dengan cara mengukurmenimbang) yang itemnya (butir-butir pertanyaannya) berisikan (memuat) pilihan
yang berjenjang.
Untuk apa sebenarnya Skala Likert itu? Skala Likert itu aslinya untuk
mengukur kesetujuan dan ketidaksetujuan seseorang terhadap sesuatu objek, yang
jenjangnya bisa tersusun atas:
sangat setuju
setuju
netral antara setuju dan tidak
kurang setuju

sama sekali tidak setuju.


Pernyataan yang diajukan mengenai objek penskalaan harus mengandung isi yang akan
dinilai responden, apakah setuju atau tidak setuju. Contoh di bawah ini
pernyataannya berbunyi Doktrin Bush merupakan kebijakan luar negeri yang
efektif. Objek khasnya adalah efektivitas (kefektivan) kebijakan. Responden diminta
memilih satu dari lima pilihan jawaban yang dituliskan dalam angka 1-5, masingmasing menunjukkan sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral atau tidak
berpendapat (3), setuju (4), sangat setuju (5).
The Bush Doctrine is an effective foreign policy [Doktrin Bush merupakan
kebijakan luar negeri yang efektif].
Strongly Disagree12345Strongly Agree
[Sangat tidak setuju 12345Sangat setuju]
Based on the item, the respondent will choose a number from 1 to 5 using the criteria
below [Dengan memperhatikan butir pernyataan, responden (orang yang ditanyai)
harus memilih angka 1 sampai dengan 5 dengan berdasarkan patokan berikut]:
1 strongly agree [sangat setuju]
2 somewhat agree [agak setuju]
3 neutral/no opinion [netral/tak berpendapat]
4 somewhat disagree [agak tidak setuju]
5 strongly disagree [sangat tidak setuju]
Apa artinya? Artinya setujukah responden bahwa kebijakan luar negeri Bush itu sebagai
kebijakan yang efektif (memecahkan masalah luar negeri AS)? Jadi, responden tinggal
milih: setuju atau tidak setuju, atau tak memilih keduanya (netral saja, tidak
berpendapat).

Salah Tafsir: Asal ada SetujuTidak Setuju


Tidak sedikit mahasiswa dan peneliti lain yang hanya melihat Skala Likert itu sebagai
angket pilihan setujutidak setuju. Jadi, jika pilihan jawabannya setuju-tidak setuju,
maka itu namanya Skala Likert. Lalu, segala macam pernyataan dimintakan kepada
responden untuk memilih menjawab setuju atau tidak setuju. Ini contohnya:
Salat itu penting, karena salat itu merupakan tiang agama.
1. Sangat setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Setuju tidak, tidak setuju pun tidak, alias netral (N)
4. Tidak setuju (TS)
5. Sangat tidak setuju (STS)
Jelas isi pernyataan itu bukan sesuatu yang harus disetujui atau tidak disetujui.
Itupengetahuan, pengetahuan agama, yang diajarkan oleh para ustad dan kiyai.
Jadinya itu soal murid tahu atau tidak tahu bahwa salat itu penting, dan pentingnya
itu karena (dengan alasan) merupakan tiang agama (ash-shalatu imaaduddin), bukan
harus setuju atau tidak setuju.
Kedua, itu tidak bisa dijenjangkan kesetujuan-ketidaksetujuannya, karena tidak logis.
Kalau misalnya setuju salat itu penting, apa bedanya dengan sangat setuju. Jika
jawabannya diubah jadi setujuagak setuju, makna dari agak setuju itu apa, tak jelas.
Tentu tidak bisa ditafsirkan bahwa jika agak setuju berarti menunjukkan menurut
responden salat itu agak penting, dan jika setuju sekali berarti salat itu sangat amat
penting, dan sebaliknya.

Ketiga, ada dua isi yang harus disetujui atau tidak disetujui di dalam satu pernyataan
itu, yaitu: (1) salat itu penting, dan (2) salat itu tiang agama. Ini tidak boleh terjadi
dalam penyusunan angket, sebab akan membingungkan. Salat mungkin bisa dianggap
penting (setuju bahwa penting), tapi alasannya sebagai tiang agama tidak setuju,
setujunya karena ia rukun Islam kedua. Jadi, jawabannya apa? Setuju, atau tidak setuju,
atau netral saja?
Sebentar, biar jelas. Responden setuju bahwa solat itu penting, tapi tidak setuju kalau
sebabnya karena ia tiang agama. Lantas yang harus dipilih setuju atau tidak setuju
(karena ia punya dua pilihan: setuju penting, tapi tidak setuju sebagai tiang agama).
Lain halnya dengan masalah hukum potong tangan bagi pencuri, misalnya (sekedar
misal, lho), kan ada orang setuju, ada yang tidak setuju. Jadi, pernyataannya bisa
dirumuskan, misalnya, Orang yang mencuri harus dihukum potong tangan.
Jawabannya (SS S N TS -STS). Pernyataan pencuri harus dipotong tangan itu
isinya hanya satu, tidak dua: (1) pencuri dan (2) potong tangan. Beda kan dengan
contoh di atas (1) solat itu penting, dan (2) solat itu tiang agamadigabung menjadi:
Solat itu penting karena solat itu tiang agama.
Nah, karena berkaitan dengan setuju (S) dan tidak setuju (TS), maka bisa jadi ada orang
yang netral (N) atau tidak berpendapat. Netral artinya setuju ya tidak, tidak setuju pun
tidak juga. Tidak memihak pada kesetujuan ataupun ketidaksetujuan. Ekstrimnya, tidak
berpendapat.
Jadi, bisa ada yang agak setuju, tapi tidak setuju banget, ada juga yang agak setuju,
tapi tidak setuju banget. Ya cuma seperti itu gambarannya.
Contoh: Anggota DPR disuruh memilih apakah setuju Gubernur DIY itu dipilih. Pilihan
jawabannya ekstrim: setuju atau tidak setuju. Jadi, hanya ada tiga pilihan: S N TS.
Jika S berarti setuju Gubernur DIY dipilih. Jika TS artinya tidak setuju melalui pemilihan.
Yang tidak berani menyatakan setuju atau tidak setuju, ya pilih N (netral). Jika ada
30% yang menyatakan S, 60% menyatakan TS, dan 10% N, maka hasilnya berupa
pernyataan bahwa sebagian besar anggota DPR tidak setuju Gubernur DIY dipilih.
Hanya seperti itu. Jangan dicari reratanya, lucu!
Karena berkaitan dengan kesetujuan-ketidaksetujuan, maka yang dipertanyakan
haruslah yang populer, yang sudah terkonsumsi masyarakat, yang masyarakat
(responden) tahu. Kalau tidak tahu bagaimana ia akan menyatakan setuju dan tidak
setuju.
Ini contoh (sekedar contoh).
Pemerintahan SBY tidak mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Semua orang Indonesia terlibat dalam pemerintahan SBY, terkena pemerintahan SBY,
dan tahu (merasakan) seperti apa berada di bawah pemerintahan SBY. Jadi, pasti bisa
menjawab.

Pernyataan SBY patut mendapatkan Hadiah Nobel pun bisa untuk


dimintakan persetujuan dan pertidaksetujuan responden, tetapi respondennya
tertentu, yang paham seluk beluk pemberian hadiah Nobel. Mbah Marijan (alm) dan
embah-embah lain setara Mbah Marijan mungkin tak tahu.
Coba tanyakan pada orang kebanyakan Indonesia: Setuju atau tidak jika demokrasi
Indonesia diubah menjadi demokrasi-teokratis? Mbah Maridjan (kalau masih hidup) lebih
baik semedi daripada menjawab.
Nah, itulah sebabnya Skala Likert suka disebut (dan memang tergolong) skala sikap,
skala tentang sikap, yaitu sikap setuju dan tidak setuju terhadap sesuatu (yang bisa
disetujui dan tidak disetujui).
Skala Likert ada kalanya menghilangkan tengah-tengah kutub setuju dan tidak setuju.
Responden dipaksa untuk masuk ke blok setuju atau tidak setuju. Ini contohnya.
Mahasiswa boleh tidak ikut kuliah, asal sungguh-sungguh belajar mandiri.
1. Sangat setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak setuju
Pertanyaan dibuat demikian agar orang berpendapat, tidak bersikap netral atau tidak
berpendapat.
Skala dalam Skala Likert
Berapa jenjang skala dibuat dalam Skal Likert? Itu amat tergantung pada kata-kata
yang digunakan di dalam butir (item) Skala Likert. Kalau digunakan model verbal (katakata) setujutidak setuju, maka paling tidak ada tiga, yaitu setujunetraltidak setuju.
Perubahan lebih banyak tentu akan mengikuti kutubnya (kutub setuju dan kutub tidak
setuju). Jadi, jika ditambah, akan menjadi, misalnya: sangat setujusetujunetraltidak
setujusangat tidak setuju (ada 5 skala). Tentu bisa jadi tujuh jika ditambahi lagi dengan
sangat setuju sekali dan sama sekali tidak setuju. Atau tambahannya berupa agak
setuju (sebelum setuju) dan agak tidak setuju (sebelum tidak setuju). Jika
digabungkan, maka jadi sembilan skala (jenjang).
1. Sangat setuju sekali
2. Sangat setuju
3. Setuju
4. Agak setuju

5. Netral
6. Agak tidak setuju
7. Tidak setuju
8. Sangat tidak setuju
9. Sama sekali tidak setuju
Bentuk Skala Likert
Skala Likert yang dikenal sebetulnya tidak disusun seperti angket yang pilihannya ke
bawah seperti beberapa contoh di atas, melainkan seperti ini.

LIKERT SCALES

Please circle the number that represents how you feel about the computer
software you have been using [Lingkarilah angka yang mencerminkan penilaian
Anda mengenai piranti lunak komputer yang telah Anda pergunakan]
I am satisfied with it (memuaskan)Strongly disagree 1234567
Strongly agree
(Sangat tidak setuju)

(Sangat setuju)

It is simple to use (mudah digunakan)Strongly disagree 1234567


Strongly agree
It does everything I would expect to do (bisa untuk apa saja) Strongly disagree 1
234567Strongly agree
I dont notice any inconsistencies as I use it (tidak bikin kisruh) Strongly disagree
1234567Strongly agree
It is very user friendly (dapat membantu siapa saja) Strongly disagree 123
4567Strongly agree

Responden ditanya tentang kepuasan mereka terhadap produk komputer. Responden


diminta melingkari angka-angka yang berderet yang menunjukkan sangat setuju
(angka 7) atau sangat tidak setuju (angka 1) dengan pernyataan yang tertera

sebelumnya . Di antara kutub-kutub itu ada angka pilihan. Masing-masing


menunjukkan derajat kestidaksetujuan atau kesetujuan. Semakin dekat ke angka 1
semakin dekat dengan tidak setuju, dan sebaliknya. Ingat angka itu bukan skor!
Item (Butir Pertanyaan/Pernyataan) Serupa dan Tak serupa Skala Likert
Ada angket yang semodel dengan Skala Likert, seperti di bawah ini.
Seberapa sering Anda meminjam buku dari perpustakaan?
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Sangat sering
Pertanyaan angket ini pun berjenjang, mirip dengan Skala Likert. Tentu itu bukan skala
sikap. Itu angket biasa, angket deskriptif yang isinya punya jenjang ( intensitas
meminjam buku dari perpustakaan). Perhatikan jenjangnya. Ada tengah-tengahnya
seperti netral dalam skala sikap. Oleh sebab itulah angket (butir angket) seperti itu suka
disebut juga sebagai mirip Skala Likert.
Pertanyaan angket berikut, kendati ada jenjang, bukan Skala Likert dan bukan mirip
Skala Likert. Kuncinya terletak pada titik tengah pilihan jawaban ( di sisi yang satu
positif, di sisi yang lain negatif; di sisi yang satu tinggi di sisi yang lain rendah). Item
tentang usia berikut tidak bersifat seperti itu, hanya perjenjangan biasa, tidak ada kutub
ekstrim dan tengah-tengahnya.
Usia Bapak/Ibu saat ini:
a. di atas 80 tahun
b. 61 70 tahun
c. 51 60 tahun
d. 41 50 tahun
e. 31 40 tahun
Menganalisis data Skala Likert
1. Analisis Frekuensi (Proporsi)

Nah, yang sering dilakukan kesalahan adalah pada saat menganalisis data dari Skala
Likert. Ingat, Skala Likert berkait dengan setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu. Jadi,
ada dua kemungkinan. Pertama, datanya data ordinal (berjenjang tanpa skor). Angkaangka hanya urutan saja. Jadi, analisisnya hanya berupa frekuensi (banyaknya) atau
proporsinya (persentase). Contoh (pilihan netral dalam angket ditiadakan) dengan
responden 100 orang:
Yang sangat setuju 30 orang (30%)
Yang setuju 50 orang (50%)
Yang tidak setuju 15 orang (15%)
Yang sangat tidak setuju 5 orang (5%).
Jika digabungkan menurut kutubnya, maka yang setuju (gabungan sangat setuju dan
setuju) ada 80 orang (80%), dan yang tidak setuju (gabungan sangat tidak setuju dan
tidak setuju) ada 20 orang (20%).
2. Analisis Terbanyak (Mode)
Analisis lain adalah dengan menggunakan mode, yaitu yang terbanyak. Dengan
contoh data di atas, maka jadinya Yang terbanyak (50%) menyatakan setuju (Dari
data yang sangat setuju 15%, setuju 50%, netral 20%, tidak setuju 10%, sangat tidak
setuju 5%).
Skala Likert Sebagai Skala Penilaian
Skala Likert kerap digunakan sebagai skala penilaian karena memberi nilai terhadap
sesuatu. Contohnya skala Likert mengenai produk komputer di atas, komputer yang
baik atau tidak. Terhadapnya bisa diberlakukan angka skor. Jadi, yang dianalisis skornya.
Dalam contoh di atas angka 7 sebagai skor tertinggi. Datanya bukan ordinal,
melainkan interval.
Ingat! Pilihan ordinal setujuagak setujunetralkurang setujutidak setuju tak bisa
diskor. Misalnya setuju diberi skor 5, agak setuju 4, netral 3, kurang setuju 2, dan tidak
setuju 1.
Kenapa?
Pertama, tidak logis, yang netral lebih tinggi skornya dari yang tidak setuju. Padahal
yang netral itu sebenarnya tidak berpendapat. Kedua, coba jika ada dua orang yang
ditanya, yang satu menjawab setuju (skor 5), yang satu lagi menjawab tidak setuju
(skor 1). Berapa reratanya? [5 + 1] : 2 = 3. Skor 3 itu sama dengan netral. Lucu, kan?!
Simpulannya kedua orang responden bersikap netral. Padahal realitanya yang satu
setuju, yang satu tidak. Nah, ini bisa terjadi juga dengan yang sangat setuju (skor 5) 20
orang, setuju (skor 4) 25 orang, netral (skor 3) 10 orang, tidak setuju (skor 2) 25 orang,
dan sangat tidak setuju (skor 1) 20 orang. Berapa rerata skornya? Pasti 3 (netral). Jadi,

semua orang (diwakili 100 orang sampel) bersikap netral. Lucu, kan?!!! Padahal yang
netral hanya 10 orang (10%)!!!
Skala Penilaian
Di atas dicontohkan Skala Likert untuk penilaian (menilai produk komputer). Sebenarnya
tidak perlu menggunakan Skala Likert, cukup skala penilaian (rating scale). Responden
diminta menilai produk itu dengan membubuhkan nilai (skor) jika ada kolom kosong
untuk menilai, atau memilih skor tertentu yang sudah disediakan. Jadinya skornya bisa
bergerak dari 0 sampai dengan 10 sebagai skor tertinggi.
Contohnya mengenai kepuasan konsumen terhadap layanan perpustakaan di bawah ini.
Responden cukup diminta melingkari angka skor sesuai dengan penilaiannya.
1. Kemudahan menemukan koleksi
2. Kenyamanan ruangan
3. Layanan petugas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Analisisnya bisa menggunakan dua macam, proporsi (persentase)


dan mode (terbanyak menilai berapa), dan rerata atau means (rerata skornya berapa),
dan termasuk pengkateorian puas atau tidak puas.
Jelasnya:
Pertama, dihitung banyaknya responden yang memberi nilai pada skor tertentu secara
keseluruhan (seluruh butir pernyataan). Lihat yang terbanyak (mode) dari responden
memilih pada skor berapa.
Kedua, hitung skor dari keseluruhan butir (responden yang menjawab dikalikan skor),
lalu disusun reratanya. Rerata skor itu (bilangannya tentu akan 0 10) termasuk
kategori tinggi atau rendah. Sebelumnya tentu sudah disusun kategorisasinya. Jadi, jika
rerata skornya misalnya 7,76, angka 7,76 itu termasuk kategori rendah, sedang,
ataukah tinggi? Ingat, skor terendah berapa, dan skor tertinggi berapa! Jadi, 7,76 dari
rentangan skor 1 10 tentu termasuk tinggi (tapi tidak sangat tinggi, kan?!)
Contoh Lain Skala Likert
Ini contoh Skala Likert yang menggali taraf kepercayaan diri (rasa harga diri) karyawan.
Skala Self-Esteem Karyawan
Heres an example of a ten-item Likert Scale that attempts to estimate the level of self
esteem a person has on the job. Notice that this instrument has no center or neutral
point the respondent has to declare whether he/she is in agreement or disagreement
with the item [Ini contoh Skala Likert yang terdiri atas 10 butir pernyataan yang
berusaha mengukur taraf harga-diri seseorang dari pekerjaannya. Perhatikan bahwa

instrumen ini dhilangkan titik tengah atau netralnya, sehingga responden mau tidak
mau harus memberikan pernyataan tegas apakah ia setuju atau tidak setuju dengan isi
butir pernyataan].
INSTRUCTIONS: Please rate how strongly you agree or disagree with each of the
following statements by placing a check mark in the appropriate box [Petunjuk: Berikan
penilaian seberapa setuju atau tidak setuju Anda dengan isi pernyataan berikut dengan
cara membubuhkan tanda centang pada kotak kolom yang sesuai].
1. I feel good
about my work
on the job. (Saya
merasa
pekerjaan saya
dalam
menjalankan
tugas baik)

Strongly
disagreee(S
ama sekalI
tidak setuju)

Somewhat
disagree(a
gak tidak
setuju)

Somewh
at
agree (a
gak
setuju)

Strongly
agree(San
gat
setuju)

2. On the whole,
I get along well
with others at
work. (Secara
umum, dengan
teman-teman
sepekerjaan saya
merasa baik-baik
saja)

Strongly
disagreee(S
ama sekali
tidak setuju

Somewhat
disagree(a
gak tidak
setuju)

Somewh
at
agree (a
gak
setuju)

Strongly
agree(San
gat
setuju)

3. I am proud of
my ability to
cope with
difficulties at
work(Saya
merasa bangga
dengan
kemampuan
saya mengatasi
berabgai
masalah
pekerjaan saya).

Strongly
disagreee(S
ama sekali
tidak setuju

Somewhat
disagree(a
gak tidak
setuju)

Somewh
at
agree (a
gak
setuju)

Strongly
agree(San
gat
setuju)

Strongly
disagreee(S
ama sekali
tidak setuju

Somewhat
disagree(a
gak tidak
setuju)

Somewh
at
agree (a
gak

Strongly
agree(San
gat
setuju)

4. When I feel
uncomfortable at
work, I know how
to handle it(Jika
saya merasa

tidak nyaman
kerja, saya tahu
bagaimana
mengatasinya).
5. I can tell that
other people at
work are glad to
have me
there (Saya bisa
tegaskan bahwa
teman kerja saya
merasa senang
mereka bekerja
dengan saya).

setuju)

Strongly
disagreee(S
ama sekali
tidak setuju

Somewhat
disagree(a
gak tidak
setuju)

Somewh
at
agree (a
gak
setuju)

Strongly
agree(San
gat
setuju)

Strongly
agree(San
gat
setuju)

Strongly
agree(San
gat
setuju)

6. I know Ill be
able to cope with
work for as long
as I want (Saya
tahu saya bisa
selesaikan tugas
pekerjaan saya
asal saya mau) .

Strongly
disagreee(S
ama sekali
tidak setuju

Somewhat
disagree(a
gak tidak
setuju)

Somewh
at
agree (a
gak
setuju)

7. I am proud of
my relationship
with my
supervisor at
work(Saya
merasa bangga
tentang
hubungan saya
dengan atasan
saya di tempat
kerja).

Strongly
disagreee(S
ama sekali
tidak setuju

Somewhat
disagree(a
gak tidak
setuju)

Somewh
at
agree (a
gak
setuju)

Strongly
disagreee(S
ama sekali
tidak setuju

Somewhat
disagree(a
gak tidak
setuju)

8. I am confident
that I can handle
my job without
constant
assistance (Saya
yakin saya bias
selesaikan tugas
pekerjaan saya

Somewh
at
agree (a
gak
setuju)

Strongly
agree(San
gat
setuju)

tanpa selalu
mendapat
bantuan).
9. I feel like I
make a useful
contribution at
work (Saya
merasa saya
punya andil baik
terehadap
tempat kerja
saya).

Strongly
disagreee(S
ama sekali
tidak setuju

10. I can tell that


my coworkers
respect me(Saya
bisa tegaskan
bahwa rekan
kerja saya
menghargai
saya).

Strongly
disagreee(S
ama sekali
tidak setuju

Somewhat
disagree(a
gak tidak
setuju)

Somewh
at
agree (a
gak
setuju)

Strongly
agree(San
gat
setuju)

Somewhat
disagree(a
gak tidak
setuju)

Somewh
at
agree (a
gak
setuju)

Strongly
agree(San
gat
setuju)

Sumber:
Hall, Shane. 2010. How to Use the Likert Scale in Statistical Analysis. Online, diunduh
31 Oktober, 2010.
Markusic, Mayflor. 2009. Simplifying the Likert Scale. Online, diunduh 31 Oktober
2010.
Trochim, William M.K. 2006. Likert Scaling. Research Methods Knowledge Based.
Diunduh 31 Oktober 2010
Wikipedia. 2010. Likert Scale. Online, diunduh 31 Oktober 2010.

BEDA

Pada penelitian kuantitatif,instrumen digunakan sebagaialat untuk mencari data-data yang


dibutuhkan. Melalui instrumen, peneliti dapat mengukur variabel yang diteliti. Namun untuk
menentukan tingkatanatau ukuran data yang telah dikumpulkan harus menggunakan skala. Skala
digunakan untuk mengukur tingkat nilai dari setiap instrumen agar didapatkan data kuantitatif
yang akurat.Skala pengukuran merupakan suatu ketentuan yang menjadi rujukan untuk
menentukan tingkatan atau interval pada instrumen (Sugiyono, 2012).
Skala penelitian dapat digunakan untuk mengukur nilai, minat, sikap seseorang dan sebagainya
yang behubungan dengan ranah afektif. Salah satu skala yang dapat digunakan yaitu skala
semantik diferensial. Semantik diferensial merupakan skala sikap yang digunakan untuk
mengukur suatu konsep perangsang pada skala bipolar dengan tujuh langkah kesatuan dari satu
ujung ke ujung yang lain (Margono, 2013). Skala ini dikembangkan oleh Osgood yang
digunkaan untuk mengukur sikap, namun tidak berbentuk pilihan ganda maupun checklist tetapi
tersusun pada garis kontinum dengan jawaban sangat negatif berada di bagian kiri dan jawaban
paling positif dibagian kanan atau sebaliknya (Sugiyono, 2012).
Menurut Henerson dalam Margono (2013),
menggunakan skala semantik diferensial yaitu:

langkah-langkah

1)

Menentukan objek sikap yang akan diteliti,

2)

Memilih pasangan ajektif dua kutub yang sesuai,

pengembangan

dengan

3)
Tulis kata atau frasa dari objek sikap kemudian tulis kata ataufrasa tersebut di bawahnya
secara acak,
4)

Buat petunjuk pengisian bagaimana dan dimana responden memberi rating, dan

5)

Hitung skor responden antara 1 sampai dengan 7 atau sebaliknya

Contoh sederhana skala semantik diferensial:


Cara mengajar Dosen anda
Tepat waktu

Tidak tepat waktu

Menyenangkan

Membosankan

Dipahami

Tidak dipahami

Materi jelas

Tidak jelas

Banyak tugas

Tidak ada tugas

Pada contoh di atas, responden dalam hal ini mahasiswa dapat memberi jawaban dengan memilih
satu dari rentang jawaban yang ada. Jawabannya akan tergantung pada persepsi masing-masing
mahasiswa. Mahasiswa yang memberikan penilaian 1 berarti persepsi mahasiswa terhadap cara

mengajar dosen sangat negatif, sedangkan mahasiswa yang memberikan penilaian 7 berarti
memiliki persepsi sangat positif. Berdasarkan data dari responden inilah, peneliti dapat
menentukan persepsi mahasiswa terhadap objek penelitian atau cara mengajar dosen.
Sumber:
Margono, Gaguk. 2013. The Development of Instrument for Measuring Attitudes toward
Statistics Using Semantic Differential Scale. International Seminar on Quality and Affordable
Education
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta: Bandung.
BEDA

Skala Guttman
yocta nur rahman
18.56

Skala ini dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala ini memiliki ciri penting,
yaitu skala ini merupakan skala kumulatif dan skala ini digunakan untuk mengukur
satu dimensi saja dari satu variable yang multi dimensi, sehingga skala ini termasuk
mempunyai
sifat
undimensional.
Skala
ini
juga
disebut
dengan
metode Scalogramatau analisa skala (scale analysis). Skala Guttman sangat baik
untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dari sikap atau sifat yang
diteliti, yang sering disebut isi universal (universe of content) atau atribut universal
(universe attribute). Sebagai mana skala Thurstone, pernyataan-pernyataan
memiliki bobot yang berbeda, dan jika responden menyetujui pernyataan yang
memiliki bobot lebih berat, maka diharapkan akan menyetujui pernyataan yang
berbobot lebih rendah. Untuk menilai undimensionalnya suatu variable pada skala
ini, diadakan analisis skalogram untuk mendapatkan koefisien reproduksibilitas (Kr),
dan koefisien skalabilitas (Ks), dimana jika nilai Kr = 0,90 dan Ks = 0,60 skala
dianggap bagus (layak).

Para kritikus, mengkritisi skala sikap buatan Thurstone dan Likert


mengemukakan bahwa skala-skala tersebut memuat pernyataan-pernyataan
heterogen mengenai berbagai dimensi obyek. Sebagai contoh, skala Thurstone
mengukur sikap terhadap peperangan, pernyataan-pernyataan yang bersifat etik
tidak dipisahkan dari pernyataan-pernyataan tentang akibat perang di bidang
ekonomi atau pernyataan-pernyataan yang mencerminkan aspek sikap terhadap

peperangan yang lain. Akibat dari penggabungan berbagai dimensi dalam satu
skala ini, peneliti mungkin menemui kesulitan dalam menafsirkan skor-skor yang
diperoleh. Guttman dengan skala ini bermaksud menetapkan apakah sikap yang
sedang diselidiki itu benar-benar hanya menyangkut satu dimensi saja. Suatu sikap
dianggap berdimensi tunggal hanya jika sikap itu menghasilkan skala kumulatif,
yaitu skala yang butir-butirnya berkaitan satu sama lain sehingga seorang subjek
yang setuju dengan pernyataan nomor 2, akan juga setuju dengan pernyataan
nomor 1; subjek yang setuju dengan nomor 3, maka akan juga setuju dengan
pernyataan nomor 1 dan 2; dan seterusnya. Jadi seseorang yang menyetujui
pernyataan tertentu dalam skala ini akan mempunyai skor skala keseluruhan yang
lebih tinggi daripada orang yang tidak menyetujui pernyataan tersebut.

Dalam menyusun skala kumulatif, peneliti harus menentukan terlebih dulu


apakah pernyataan-pernyataan itu membentuk skala berdimensi satu atau tidak.
Untuk itu, peneliti terlebih dulu menganalisis reproduksibilitas jawaban-jawaban itu,
yaitu proporsi jawaban yang benar-benar masuk ke dalam pola tertentu sesuai pada
table 1. Berdasarkan skor keseluruhan, dibuatlah ramalan tentang pola jawaban
terhadap pernyataan-pernyataan tertentu. Kemudian pola tanggapan yang
sebenarnya diteliti dan diukur, sejauh mana tanggapan itu dapat direproduksi dari
skor keseluruhan. Salah satu caranya adalah dengan membagi jumlah total
kesalahan dengan jumlah totl tanggapan dan hasilnya dipakai untuk mengurangi
angka satu, sehingga diperoleh koefisien reproduksibilitas. Guttman menyarankan
nilai 0,90 sebagai koefisien reproduksibilitas inimal yang diperlukan untuk
serangkaian pernyataan agar dapat dianggap sebagai skala berdimensi tunggal
atau skala kumulatif.

Tabel 1. Contoh Skala Kumulatif

Setuju dengan
pernyataan nomor

Tidak setuju dengan


pernyataan nomor

Skor

Langkah-langkah untuk membuat skala Guttman adalah sebagai berikut :


1.

Susunlah sejumlah pernyataan yang relevan dengan masalah yang ingin diselidiki

2.

Lakukan penelitian permulaan pada sejumlah sampel dari populasi yang akan
diselidiki, sampel yang diselidiki minimal besarnya 50 sampel

3.

Jawaban yang diperoleh dianalisis, dan jawaban yang ekstrim dibuang. Jawaban
yang ekstrim adalah jawaban yang disetujui atau tidak disetujui oleh lebih dari 80%
responden

4.

Susunlah jawaban pada table Guttman

5.

Hitunglah koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas

Jadi skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat
jelas (tegas dan konsisten. Misalnya yakin-tidak yakin ;ya tidak;benar-salah; positif
negative; pernah-belum pernah ; setuju tidak setuju; dan sebagainya. Penelitian
dengan menggunakan skala Guttman apabila ingin mendapatkan jawaban jelas
(tegas) dan konsisten terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Contoh:
a. Yakin atau tidakkah anda, pergantian Menteri cabinet Indonesia Bersatu akan
dapat mengatasi persoalan bangsa.
1. Yakin
2. Tidak
b. Pernahkah pimpinan saudara mengajak diskusi bersama?
1. Setuju
2. Tidak Setuju
BEDA
Oleh: Agnes R Pabumbun
Instrumen atau alat yang digunakan dalam sebuah penelitian merupakan
faktor penting yang membentuk sebuah Penelitian. Dalam kaitannya
dengan penelitian kuantitatif, instrument penelitian berperan untuk
mengukur nilai terhadap variabel yang akan diteliti guna memperoleh
data yang akurat yang dapat dijabarkan dengan angka (penelitian
kuantitatif). Berkaitan dengan hal tersebut instrument penelitian
kuantitatif memiliki skala sebagai tolok ukur.

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan


untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2011). Kemudian dijelaskan
lebih rinci oleh Sugiyono macam-macam skala sikap yang dapat
dipergunakan untuk penelitian administrasi, pendidikan, dan sosial adalah
Skala Likert, Skala Guttman, Semantic Deferential, dan Rating Scale.

Rating Scale merupakan skala yang memiliki corak yang berbeda


dibanding tiga skala pengukuran lainnya. Ketiga skala pengukuran
tersebut, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang
kemudian dikuantitatifkan, sedangkan pada Rating Scale data mentah
yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian
kualitatif (Sugiyono, 2011). Sederhananya pada Rating Scale data angka
yang diperoleh diartikan sesuai dengan alternative jawaban yang telah
ada sebelumnya dan setiap pernyataan. Setiap pernyataan memiliki bobot
poin yag berbeda tergantung dari pilihan responden. Contoh sebagai
berikut :
Bagaimana tingkat Kedisplinan Kepala Sekolah di Sekolah Aman Sentosa
Damai?
Keterangan Angka :
4 : Sering
3 : Selalu
2 : Jarang
1 : Tidak Pernah
Lingkarilah angka pada kolom Interval Jawaban sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya
No Kondisi Guru di Sekolah
1

Mengikuti Upacara Bendera pada Hari Senin

Memantau keadaan sekolah pada saat proses


belajar mengajar

Datang ke sekolah pukul 08:00

Masuk ke mengisi ruangan kelas jika guru


yang mengajar tidak datang atau terlambat

Membeda bedakan guru

Memakai pakaian dinas (bukan pakaian bebas)


ke sekolah

Interval Jawaban

Jika data ini diberikan kepada 20 responden yaitu siswa Sekolah Aman
Sentosa Damai kemudian di tabulasikan sebagai berikut.
Responde Jawaban Responden di tiap poin pernyataan
n
1
2
3
4
5

19

16

23

12

18

19

20

16

19

10

17

11

20

12

15

13

15

14

14

15

17

16

18

17

19

18

14

19

16

20

13

Jumlah

Jumlah

340

Jumlah nilai tertinggi adalah 4 x 20 (responden) x 6 (butir pernyataan) =


480. Jumlah total nilai adalah 340. Jadi dapat disimpulkan tingkat
Kedisplinan Kepala Sekolah di Sekolah Aman Sentosa Damai dari 20
responden yang merupakan siswa 340 : 480 = 70% .

120
360

240
480

Sering
Jarang

340

Selalu
Tidak Pernah

Nilai 340 berada dalam kategori Interval Selalu dan Jarang tetapi
lebih mendekati Jarang.

Daftar Pustaka :
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta

BEDA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Mulawarman
Samarinda
2013
Rating scale yaitu data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif. Responden menjawab, misalnya : ketat - longgar, sering dilakukan tidak
pernah dilakukan, lemah kuat, positif negative, buruk baik, mendidika menekan, aktif pasif,
besar kecil, ini semua adalah merupakan contoh dai data kualitatif.
Dalam model rating scale responden tidak akan menjawab dari kualitatif yang sudah tersedia
tersebut, tetapi menjawab salah satu dari jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Dengan
demikian, bentuk ratig scale lebih pleksibel, tidak terbatas untuk mengukur sikap saja, tetapi untuk
mengukur persepsi responden terhadap gejala/ fenomena lainnya. Misalnya skala untuk mengukur
status sosial ekonomi, iptek, instansi dan lembaga, kinerja dosen, kegiatan PBM, kepuasan
pelanggan, produktifitas kerja, motivasi pegawai, dan lainnya.
Pembuatan dan penyusunan instrument dengan menggunakan rating scale yang penting
harus dapat mengartikan atau mentafsirkan setiap angka yang diberikan dalam alternatif jawaban
pada setiap item instrument. Misalnya, Fatimah memilih jawaban angka 4, Hamidah memilih
jawaban angka 4, dan Sriyati memilih jawaban angka 4, tetapi persepsi Fatimah, Hamidah, dan
Sriyati belum tentu sama maknanya walaupun sama-sama menjawab angka 4.
Rating scale pada umumnya melibatkan penilaian tingkah laku atau performa seseorang
yang hendak diteliti. Dalam rating scale ini, seolah-olah penilai diminta oleh peneliti untuk
menempatkan seseorang yang dinilai pada beberapa titik yang telah disusun secara berurutan atau

dalam kategore yang meggambarkan tingkah laku seseorang tersebut. Pada rating scale ini, penilai
atau Rater diamsusikan bahwa meraka adalah orang-orang yang mengetahui benar tentang
tingkahlaku individual tersebut.
Ada beberapa tipe rating scale banyak digunakan sebagai skala pengukuran dalam
penilaian. Mereka dapat dikelompokkan sebagai skala rating individual dan skala rating kelompok.
Pada skala rating individu maka penilai dalam mengambil keputusan terhadap subje yang dinilai,
dilakukan dengan tanpa membandingkan dengan orang lain. Skala rating dikatakan sebagai skala
rating kelompok, jika seorang penilai memberikan kepuusan penilaian terhadap subjek yang diteliti
diberikan setelah membandingkan individu tersebut dengan orang lain yang tergolong dalam
kelompoknya.Dilihat dari cara menggambarkannya, rating scale juga dapat dibedakan menjadi skala
grafik dan skala kartegore. Skala grafik, yaitu skala rating yang memberikan kesempatan kepada
pant penilai dengan secara mudah memberikan tanda cek () pada titik-titik yang tepat pada garis
horizontal yang menunjukkan tentang tingkah laku.
Aspek tingkah Laku

Rendah

Sedang

Tinggi

Penampilan pribadi
Keterampilan berkomunikasi
Adaptasi dengan lingkungan sosial
Bekerja secara kelompok
Bekerja secara mandiri
Dengan skala rating grafik ini, penilai dapat memberikan tanda cek () pada garis yan
diamsusikan kontinu. Tipe kedua skala rating adalah skala kategori, yaitu jens skala rating yang
didalamnya terdiri atas beberapa kategori yang telah diatur dalam seri yang berurutan. Bentuk skala
kategori 5 sampai 7 adalah skala rating yang paling banyak digunakan dalam penelitian pendidikan.
Berikut ini diberikan contoh item kreatifitas siswa dengan 7 skala kategori.
Kreativitas siswa
1

Skor terendah

Skor rerata

Skor tertinggi

Para peneliti dalam hal ini dapat mengambil satu kategori yang menggambarkan tingkah
laku terbaik yang menggambarkan tingkat kreatifitas seseorang yang dinilai. Misalkan peneliti
hendak melakukan penilaian kreatifitas seorang siswa. Item kategorinya mungkin dalam bentuk
pernyataan atau pertanyaan.
Untuk item pertanyaan, sebagai contohnya adalah seperti berikut. Bagaimanakah kreatifitas
siswa dalam proses belajar dikelas? (Plih salah satu dari kategori yang tersedia)
-- Sangat kreatif

-- Kreatif
-- Tidak kreatif
-- Sangat tidak kreatif
Jika item kategorinya adalah pernyataan, maka bentuk item kategori dapat seperti berikut. Kretifitas
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dikelas dapat dikelompokkan sebagai siswa,
-- Sangat kreatif
-- Kreatif
-- Tidak kreatif
-- Sangat tidak kreatif
Yang perlu diperhatikan bagi seorang peneliti dalam menggunakan skala grafik maupun skala
kategori adalah penilai atau rater dalam membuat keputusan tersebut tanpa membandingkan antara
siswa satu dengan siswa lain dalam kelompoknya. Kecuali jika skala rating tersebut adalah skala
rating komperatif. Maka penilai dalam membuat keputusan terhadap siswa menjadi subjek perlu
terlebih dahulu membandingkan antara siswa satu dengan siswa lain dalam kelompoknya.
Agar mencapai tujuan rater yang baik maka perlu sekali bagi seorang penilai untuk dapat
memberikan intruksi secara jelas, sehingga penilai dapat menempatkan posisi seseorang yang
dinilai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Contoh:
a) Peneliti ingin mengetahui seberapa harmoniskah hubungan suami istri untuk menciptakan
keluarga sejahtera. Berilah tanda lingkaran () pada angka yang sudah disediakan:
INTERVAL JAWABAN
No.
PERNYATAAN TENTANG
C
Ite
MENCIPTAKAN KELUARGA
SB
B
B
KB
STB
m
SEJAHTERA

1
Masalah agama

4
3
2
1
2
Manajemen pendidikan anak
5

3
2
1
3
Pengaturan keuangan keluarga
5
4

2
1
4
Perwujudan kasih saying
5
4
3

1
5
Masalah rekreasi
5
4
3
2

6
Memilih sahabat-sahabat

4
3
2
1
7
Aturan rumah tangga
5
4
3

1
8
Adat kebiasaan

4
3
2
1
9
Pandangan hidup
5
4
3

1
Cara bergaul dengan keluarga
10 saudara
5

3
2
1
11 Pekerjaa istri
5
4

2
1
12 Keintiman hubungan suami istri

4
3
2
1
13 Pemeliharaan anak
5

3
2
1
14 Pembagian tugas rumah tangga
5
4
3

Instrument tersebut apabila dijadikan angket kemudian disebarkan kepada 25 responden,


sebulum dianalisis maka dapat ditabulasikan (rekaputulasi data), seperti berikut:
Jumlah skor kriterium (apabila setiap item mendapat skor tertinggi) yaitu: = (skor tertinggi
setiap item = 5) x (jumlah item =14) x (jumlah responden= 25) adalah 1750.

No
Respond
en
1
2
3

Jawaban responden untuk item nomor ke


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 5 2 5 3 3 5 2 5
5 4 4 4 4 4 5 5 5
5 3 3 3 3 4 4 4 5

dst
23
24
25

5 5 5 5 5 4 4
5 3 3 3 3 5 5
4 4 4 4 4 4 5
Jumlah

2
5
5

11

12

13

14

5
5
5

5
4
5

5
4
5

3
4
5

5 5 5
5
5
5
5
5 5 5
5
5
5
5
5 5 5
5
5
3
5
Skor Hasil Pengumpulan Data

Juml
ah
55
62
59

dst
68
62
60
1400

80% %
%%
%%%
100%
60%
40%
20% %
%
0
Jika jumlah hasil pengumpulan data = 1400. Dengan demikian keharmonis hubungan suami istri
untuk menciptakan keluarga sejahtera, menurut persepsi 25 responden, yaitu : 14 : 1750 x 100 % =
80 % dari kriterium yang ditetapkan. Apabila di interprestasikan nili 80 % terletak pada daerah Kuat.

Sedangkan nilai 1400 termasuk dalam kategori interval baik. Secara kontinum dapat dibuat kategori
sebagai berikut:

BEDA

A. SKALA LIKERT: digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Contoh :.
Preferensi
1.Sangat Setuju
2.Setuju
3.Ragu-ragu
4.Tidak Setuju
5.Sangat Tdk Setuju
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel
penelitian.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif)
bersifat bersifat unfavorable (negatif).
Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negative. Sistem penilaian dalam skala Likert adalah sebagai
berikut:
Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2),
sangat tidak setuju/baik (1)
Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik
(4), sangat tidak setuju/ baik (5).
Contoh :

No

Pernyataan

Jawaban

.
S

S
1

Kita harus menjaga kebersihan

Kita harus mematuhi peraturan

ST

X
X

SS = Sangat Setuju

TS = Tidak Setuju

1STS = Sangat Tidak Setuju

= Setuju

RR = Ragu-Ragu

B. SKALA GUTTMAN: Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang
tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, pernah

atau tidak, positf atau negatif, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval
atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert terdapat interval 1,2,3,4,5
interval, dari kata sangat setuju sampai sangat tidak setuju, maka dalam skala Gutmann
hanya ada dua interval yaitu setuju atau tidak setuju. Penelitian menggunakan skala
Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang di tanyakan.
Contoh :
Apakah anda setuju dengan kenaikan harga BBM ?

a. Setuju

b. tidak setuju

C. SKALA THURSTONE: Skala Thurstone adalah skala yang disusun dengan memilih butir
yang berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor
menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah
(40-50) pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak diukur kemudian sejumlah
ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk yang
hendak diukur.
Adapun contoh skala penilaian model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini.

Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan
sangat relevan.
Contoh : minat siswa terhadap pelajaran kimia,

No

Pernyataan

Jawaban

.
7
1

Saya senang belajar kimia

Pelajaran kimia

bermanfaat
3

Saya berusaha hadir tiap


pelajaran kimia

Saya berusahan memiliki


buku pelajaran kimia

Contoh lain : Angket yang disajikan menggunakan skala thurstone

Petunjuk : Pilihlah 5(lima) buah pernyataan yang paling sesuai dengan sikap anda terhadap
pelajaran matematika, dengan cara membubuhkan tanda cek (v) di depan nomor
pernyataan di dalam tanda kurung.
(

) 1. Saya senang belajar matematika

) 2. Matematika adalah segalanya buat saya

) 3. Jika ada pelajaran kosong, saya lebih suka belajar matematika

) 4. Belajar matematika menumbuhkan sikap kritis dan kreatif

) 5. Saya merasa pasrah terhadap ketidak-berhasilan saya dalam matematika

) 6. Penguasaan matematika akan sangat membantu dalam mempelajari bidang

studi lain
(

) 7. Saya selalu ingin meningkatkan pengetahuan & kemampuan saya dalam

matematika
(

) 8. Pelajaran matematika sangat menjemukan

) 9. Saya merasa terasing jika ada teman membicarakan matematika

D. SEMANTIK DIFERENSIAL: Skala diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi
bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis
kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban
yang sangat negative terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.
Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic differential adalah data
interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik
tertentu yang dimiliki seseorang.
Contoh : Penggunaan skala Semantik Diferensial mengenai gaya kepemimpinan kepala
sekolah.
Demokrasi

Otoriter

Bertanggung

Jawab

Tidak
Bertanggung
Jawab

Memberi

Mendominasi

Tidak

Kepercayaan
Menghargai
Bawahan

Menghargai
Bawahan

Keputusan

Diambil

Keputusan
Diambil Sendiri

Bersama
Contoh lain : Penilaian pelajaran kimia
Menyenangkan !..!..!..!..!..!..!..!..! Membosankan
Sulit

!..!..!..!..!..!..!..!..! Mudah

Bermanfaat

!..!..!..!..!..!..!..!..! Sia-Sia

Menantang

!..!..!..!..!..!..!..!..! Menjemukan

E. PENILAIAN (RATING SCALE): Data-data skala yang diperoleh melalui tiga macam
skala yang dikemukakan di atas adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Berbeda
dengan rating scale, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya, dalam rating scale
responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.
Rating scale lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi dapat juga digunakan
untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk
mengukur status sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain. Dalam rating
scale, yang paling penting adalah kemampuan menterjemahkan alternative jawaban yang
dipilih responden.

Contoh :
Kenyamanan ruang tunggu RSU Kartini :
5

Kebersihan ruang parkir RSU Kartini :


5

Daftar Pustaka :
http://skripsimahasiswa.blogspot.com/2009/12/skala-pengukuran.html
http://anggunfreeze.blogspot.com/2012/11/jenis-jenis-skala-pengukuran.html
http://berbagireferensi.blogspot.com/2011/03/bentuk-skala-pengukurandalam.html
http://evisapinatulbahriah.wordpress.com/2011/06/24/asesmen-afektif/

BEDA

Pengertian Skala Thurstone


Pernyataan yang diajukan kepada responden disarankan oleh Thurstone untuk tidak terlalu b-anyak,
diperkirakan antara 5 sampai 10 butir pertanyaan atau pernyataan. Pembuatan skala Thurstone
dapat
dilakukan
dengan
langkah-langkah
seperti
berikut.
a. Mengumpulkan sejumlah pernyataan misalnya 50-100 tingkatan yang merepresentasikan secara
luas perbedaan tingkat, disenangi, netral, dan tidak disenangi terhadap suatu objek atau subjek
yang
hendak
diteliti.
b. Pernyataan ini diberikan pada sejumlah responden misal 50 orang atau lebih yang cukup
mengenal terhadap objek atau subjek agar dapat memilih ke dalam 11 tingkatan kategori tersebut.
Kategori A terdiri atas pernyataan yang dianggap disenangi atau favorit, E F netral, dan J K
merupakan
kategori
tidak
disenangi
atau
tidak
favorit.
c. Klasifikasi pernyataan ke dalam kategori, dengan pertimbangan penilaian terhadap objek atau
subjek secara psikologis, tetapi hanya merefleksikan persepsi mereka terhadap kategori pernyataan
yang

disediakan.

d. Pernyataan yang nilainya menyebar dibuang, dan pernyataan yang mempunyai nilai bersamaan
digunakan untuk pembuatan skala.
Skor tinggi pada skala berarti mereka memiliki tingkat prasangka terhadap sifat yang ingin diteliti.
Skor terendah berarti responden mempunyai sifat favorit terhadap sifat yang ingin diteliti.
Skala Thurstone tidak terlalu banyak digunakan sebagai instrumen di bidang pendidikan karena
model ini mempunyai beberapa kelemahan yang di antaranya seperti berikut.
a. Memerlukan terlalu banyak pekerjaan untuk membuat skala.
b. Nilai pada skala yang telah dibuat memungkinkan pada skor sama mempunyai sikap berbeda.
c. Nilai yang dibuat dipengaruhi oleh sikap para juri atau penilai. d. Memerlukan tim penilai yang
objektif.

Anda mungkin juga menyukai