Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II

BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PASIEN TERMINAL

Di susun oleh

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sakit terkadang membawa dampak hebat pada penderita, terutama
penyakit-penyakit yang tergolong berat. Bukan saja rasa sakit, tetapi stres
kerap pula menyertainya. Terutama pasien dengan penyakit terminal.
Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat
adalah pasien terminal karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan
penyakit berat dan tidak dapat disembuhkan lagi dimana berakhir dengan
kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari (1977,53) orang yang
mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak
mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga
pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian
khusus. Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat,
perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu,
peran perawat sangat dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang dapat
meningkatkan semangat hidup klien meskipun harapannya sangat tipis dan
dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud kondisi terminal ?
2. Apakah yang dimaksud bimbingan dan konseling ?
3. Bagaimana proses bimbingan dan konseling pada pasien terminal ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi terminal.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling
3. Untuk mengetahui bimbingan konseling yang tepat bagi pasien terminal

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kondisi Terminal


Kondisi terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat
tidak ada harapan lagi bagi pasien untuk sembuh.Keadaan sakit itu dpat
disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi.Pasien
terminal adalah pasien-pasien yang dirawat yang sudah jelas bhwa mereka akan
meninggal atau keadaan mereka makin memburuk .(P.J.M. Stevens, dkk )
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan
kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan
dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam

hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan


tenang dan damai.
Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit
yang mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu :
Fase Prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala atau factor resiko penyakit
Fase Akut; berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada serangkaian
keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis
Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya.
Fase Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan, tetapi
pasti terjadi
Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai
masalah baik fisik, psikologis, maupun social-spiritual. Gambaran
problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara lain :
Problem Oksigenisasi ; respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan
cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental; agitasi-gelisah,
tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler
Problem Eliminasi; Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic,
kurang diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi,
inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit(mis
Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran
atau kondisi penyakit mis trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring
penurunan intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal
Problem Nutrisi dan Cairan; asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic
menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah
kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan
cairan menurun
Problem suhu; ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut
Problem Sensori ; Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat
mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran
menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun
penglihatan kabur,pendengaran berkurang, sensasi menurun
Problem nyeri ; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra
vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan
meningkatkan kenyamanan
Problem Kulit dan Mobilitas ; seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah
pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering
Masalah Psikologis ; klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami
banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan.
Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain
ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup,
kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi / barrier komunikasi
Perubahan Sosial-Spiritual, klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat
kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai

kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan


bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan
mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain
beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau
mengalami penderitaan sepanjang hidup
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal,
dia akan menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian
dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian
utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri
tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh,
pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan psikologis
yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang
yang dicintai. Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi
akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama
dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap
penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa kematian
sebagai
jalan
menuju
kehidupan
kekal
yang
akan
mempersatukannya
dengan
orang-orang
yang
dicintai.
Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan,
dikuncilkan,
ditelantarkan,
kesepian,
atau
mengalami
penderitaan sepanjang hidup.
B. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat
memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga
individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk
mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa
depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.

Tujuan merawat klien terminal adalah sebagai berikut :

Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan fisik


Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari
Mempertahankan harapan
Mencapai kenyamanan spiritual
Menghindarkan / mengurangi rasa kesepian, takut, depresi dan isolasi
Mempertahankan rasa aman, harkat , dan rasa berguna
Membantu klien menerima kehilangan

D. PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PASIEN


TERMINAL
1. Konsep Bimbingan dan Konseling pada Pasien Terminal
Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu
klien untuk meraih kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi
penderitaan klien menjelang ajal dan melakukan intervensi yang dapat
meningkatkan kualitas hidup, klien harus dirawat dengan respek dan
perhatian penuh.

Dalam melakukan perawatan keluarga dan orang

terdekat klien harus dilibatkan, bimbingan dan konsultasi tentang


perawatan diperlukan.
Pokok pokok dalam memberikan bimbingan dan konseling dalam
perawatan pasien terminal terdiri dari :
a. Peningkatan Kenyamanan.
Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan
peredaan distress psikobiologis. Perawat harus memberikan bimbingan
kepada keluarga tentang tindakan penenangan bagi klien sakit terminal.
Kontrol nyeri terutama penting karena mengganggu tidur, nafsu makan,
mobilitas, dan fungsi psikologis. Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi
pada klien kanker. Pemberian kenyamanan bagi klien terminal juga
mencakup pengendalian gejala penyakit dan pemberian terapi. Klien
mungkin akan bergantung pada

perawat dan keluarganya untuk

pemenuhan kebutuhan dasarnya, sehingga perawat bisa memberikan

bimbingan dan konseling bagi keluarga tentang bagaimana cara


memberikan kenyamanan pada klien.
b. Pemeliharan Kemandirian
Tempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah perawatan
intensif, pilihan lain adalah perawatan hospice yang memungkinkan
perawatan komprehensif di rumah. Perawat harus memberikan informasi
tentang pilihan ini kepada keluarga dank lien. Sebagian besar klien
terminal ingin mandiri dalam melakukan aktivitasnya. Mengizinkan pasien
untuk melakukan tugas sederhana seperti mandi, makan, membaca, akan
meningkatkan

martabat

klien.

Perawat

tidak

boleh

memaksakan

partisipasi klien terutama jika ketidakmampuan secara fisik membuat


partisipasi tersebut menjadi sulit. Perawat bisa memberikan dorongan
kepada keluarga untuk membiarkan klien membuat keputusan.
c. Pencegahan Kesepian dan Isolasi
Perawat membutuhkan kesabaran dan pengalaman untuk merespon
secara efektif terhadap klien menjelang ajal. Untuk mencegah kesepian
dan penyimpangan sensori, perawat mengintervensi untuk meningkatkan
kualitas lingkungan. Lingkungan harus diberi pencahayaan yang baik,
keterlibatan anggota keluarga, teman dekat dapat mencegah kesepian.
Keluarga atau penjenguk harus diperbolehkan bersama klien menjelang
ajal sepanjang waktu. Perawat memberikan bimbingan kepada keluarga
untuk tetap/ selalu bersama klien menjelang ajal, terutama saat-saat
terkhir hidupnya.
d. Peningkatan Ketenangan Spiritual
Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar
meminta rohaniawan. Ketika kematian mendekat, Klien sering mencari
ketenangan.

Perawat

dan

keluarga

dapat

membantu

klien

mengekspresikan nilai dan keyakinannya. Klien menjelang ajal mungkin


mencari

untuk

menemukan

tujuan

dan

makna

hidup

sebelum

menyerahkan diri kepada kematian. Klien mungkin minta pengampunan


baik dari yang maha kuasa atau dari anggota keluarga. Selain kebutuhan

spiritual ada juga harapn dan cinta, cinta dapat diekspresikan dengan baik
melalui perawatan yang tulus dan penuh simpati dari perawat dan
keluarga.
Perawat

dan keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan

menggunakan ketrampilan komunikasi, empati, berdoa dengan klien,


membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.
e. Dukungan untuk keluarga yang berduka
Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dan
kematian dari orang yang mereka cintai. Semua tindakan medis, peralatan
yang digunakan pada klien harus diberikan penjelasan, seperti alat Bantu
nafas atau pacu jantung. Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis
pasien terminal harus dijelaskan pada keluarga.
2. Prosedur

Bimbingan

dan

Konseling

pada

pasien

terminal
Dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada pasien terminal atau
keluarganya, harus ditetapkan tujuan bersama. Hal ini menjadi dasar
untuk evaluasi tindakan perawatan. Bimbingan yang diberikan harus
berfokus pada peningkatan kenyamanan dan perbaikan sisa kualitas
hidup, hal ini berarti memberikan bimbingan pada aspek perbaikan fisik,
psikologis, social dan spiritual.

Anda mungkin juga menyukai