1.
3. Antidotum Spesifik
Antidotum Kimia
Antidotum Reseptor
Antidotum Disposisional
Antidotum Fungsional/Fisiologi
Alternatif lain :
- Larutan sabun atau detergen dapat merangsang mukosa
gastrointestinal (<10 menit)
- Stimulasi mekanik pada kerongkongan (nusukin jari)
- Larutan NaCl hangat (2 sendok dalam 1 gelas air)
Kondisi tidak boleh dilakukan emesis :
- Tidak sadar, karena tidak memiliki refleks menelan dan
reflek muntah sehingga ditakutkan bahaya aspirasi
- Penyakit kardiovaskuler
- Penyakit lain yang akan memperparah dengan muntah.
3. Lavage/Pencucian
Pencucian dilakukan untuk keracunan akut < 2 jam bila
zat harus secepatnya dikeluarkan dari lambung tapi tidak
bisa dengan emetik.
Secara umum digunakan air, bisa juga garam natrium
untuk alkalinasi seperti Nacl, NaHCO3, garam Ca, asam
tanat dan KMnO4.
Indikasi :
- Pasien setengah sadar
- Kontraindikasi dg ipecac
- Tidak sadar
- Toksikan banyak dan
- Hilang refleks menelan
sangat toksik
3. Dialisis Peritoneal
Pada dialisis peritoneal, disisni resiko komplikasi rendah
tapi efektifitas juga rendah.
Bagian tengah abdomen diinsisi : peritoneum digunakan
sebagai membran semipermeabel. Zat terdifusi dari darah
melalui membran peritoneum.
Larutan dialisis hangat 2 L (dewasa), 1 L (anak) sekitar 15
sampai 20 menit.
4. Hemodialisis
Dialisis didasarkan pada hukum osmosis zat kimia yang
dapat berdifusi terlarut dalam air, berpartisi melalui membran
semipermeabel.
5. Hemoperfusi
Lebih efektif dari dialisis peritoneal dan hemodialisis
untuk menghilangkan racun terutama zat larut lemak atau
zat terikat protein atau sedikit terdialisis.
Pada hemoperfusi yang dilakukan diluar tubuh. Darah
dilewatkan melalui adsorben khusus sehingga didapat
bersihan yang efektif.
III Antidotum
Dalam arti sempit antidotum adalah senyawa yang
mengurangi atau menghilangkan toksisitas senyawa yang
diabsorpsi, bersifat spesifik untuk toksikan tertentu.
Klasifikasi antidotum :
1. Antidotum kimia
Yaitu antidotum yang bereaksi secara kimia dengan racun.
Contoh : CaCl2 untuk keracunan oksalat, fluorida, antagonis
Ca.
2. Antidotum reseptor
Yaitu antidotum yang berkompetisi dengan racun pada
reseptor. Contoh : - atau -bloker dengan simpatomimetika.
3. Antidotum disposisional
Yaitu antidotum yang bekerja mempengaruhi
absorpsi, metabolisme, distribusi, dan eliminasi
toksikan. Contoh : karbon aktif dan tanah tuller untuk
penanganan umum keracunan.
4. Antidotum Fungsional/fisiologi
Yaitu antidotum yang mempengaruhi sifat biokimia
yang efeknya berlawanan dengan sistem lain.
Contoh : barbiturat berefek depresi maka harus diberi
analeptika.
Logam
Berat
(Antidotumnya
Dimerkaprol,
Deferoksamin, dll)
Pada penanganan keracunan logam berat tersedia
pembentuk khelat yang disamping melakukan
detoksifikasi juga mempercepat ekskresi ion logam berat
beracun ini.
Pembentukan komplek ini melakukan detoksifikasi
terhadap logam berat agar tidak kontak dengan enzim
penting sehingga fungsi enzim tidak terganggu.
Untuk mempercepat ekskresi diperlukan pembentukan
khelat yang hidrofil sehingga dalam tubulus terbentuk
khelat yang stabil serta reabsorpsi kecil.
Dimerkaprol
Deferoksamin